You are on page 1of 23

1

PENGEMBANGAN METODE PENGAJARAN CASE-BASED LEARNI NG (CBL)


MELALUI MEDIA AUDI O-VIDEO UNTUK PENGAJARAN MATAKULIAH
MANAJEMEN KONSTRUKSI GUNA MENINGKATKAN WAWASAN
KONSTRUKSI MAHASISWA PROGRAM STUDY D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Machmud Sugandi
Abstract: Students taking the Construction Management course are
expected to achieve professional competence in managing a construction
service project, from designing, implementation, up to supervision. Their
low competence in this field makes them unable to comprehend the real
condition of construction services, which in effect causes failure in doing
construction management.
The aim of developing the CBL method is thus to improve
students competence in doing construction management. As a result the
CBL method will make it possible the transfer of knowledge to students,
particularly about the implementation of construction services case by
case.
Students comprehension of the construction management
presented case by case through the CBL method by means Audio-Video
techniques is considered satisfactory if their scores in the pretest and
posttest in the field show significant gain and significant differences as
measured by T-test at the 0.05 degree of significance.
Qualitatively, their improved comprehension in the field is shown
by their specific abilities in identifying the cases, recognizing the nature of
the problems, specifying the major themes, categorizing the types of the
problems, and drawing conclusions from project implementations via
group discussion.
Based on the results of the present experiment, the researcher
suggests that the use of the CBL method by the team of lecturers of
Construction Management (1) should be meant to be a classroom
management characterized as student-centered, project-based, and design-
based, and (2) should be intended as a driving force for instructional
processes which help students make good presentations and also write
group reports as the results of problem-solving of a selected case.
Key words: Case Based Learning, instruction in construction management

Kemajauan dan perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
(IPTEKS) khususnya dibidang jasa konstruksi sangatlah pesat. Untuk dapat selalu
mengikuti perkembangan yang terjadi tersebut dituntut adanya peningkatan sumber
daya manusia yang professional. Guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil
dan professional, diperlukan proses penyiapan tenaga kerja yang terencana dan
sistematis. Oleh sebab itu, maka sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi
dalam melaksanakan pendidikan tingi tidak hanya berfokus kepada upaya
pengembangan kemampuan kognitif saja, melainkan juga menyeimbangkan antara
2
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mencapai keseimbangan tujuan
pengajajaran tersebut, tentunya diperlukan sarana dan prasarana pengajaran yang
memadai, agar mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat berjalan
secara sinergi.
Mata kuliah Manajemen Konstruksi pada program studi D3 Teknik Sipil merupa-
kan matakuliah yang memberikan pemahaman dan pengertian kepada mahasiswa
tentang dasar-dasar manajemen/pengelolaan proyek konstruksi, studi kelayakan,
organisasi, administrasi pengelolaan, perencanaan, scheduling, alokasi sumber daya,
dan pengendalian proyek. Pengelolaan/manajemen proyek secara kasat mata tidak dapat
dilihat, namun dapat dirasakan bagaimana melakukan suatu pengelolaan atau
menggunakan strategi apa untuk mengelola suatu proyek sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah dilakukan, bilamana
dalam proses belajar mengajar dalam matakuliah tersebut sangat minim bekal
mahasiswa yang dimiliki tentang proyek jasa konstruksi, yang pada akhirnya mahasiswa
akan sangat kesulitan untuk membayangkan realitas proyek yang terjadi di lapangan,
apalagi memilki bayangan pengelolaan terhadap proyek tersebut.
Pelaksanaan pengajaran matakuliah manajemen konstruksi selama ini dilakukan
secara konvensional (clasical), mahasiswa mendengarkan ceramah dari dosen yang
bersangkutan, kemudian mahasiswa melakukan pemahaman terhadap materi ceramah
tersebut dengan membayangkan kondisi realitas yang terjadi dalam suatu proyek. Bagi
mahasiswa yang sangat minim pengetahuan dan wawasannya terhadap suatu proyek
jasa konstruksi, akan sulit membayangkan kondisi sebenarnya yang terjadi, sehingga
proses pemahaman terhadap suatu kasus akan sulit tercapai, pemecahan masalah tidak
akan terselesaikan dengan benar, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya
kemampuan skill (keterampilan) mahasiswa dalam menyelesaaikan permasalahan dalam
bidang teknologi pelaksanaan.
Pakar bidang pengajaran menyatakan, bahwa ada hubungan yang erat antara
penggunaan jenis metode mengajar dengan macam kemampuan yang akan disampaikan
kepada sasaran belajar. Metode yang secara clasical banyak digunakan dalam proses
belajar mengajar adalah metode ceramah. Metode ini mempunyai kelemahan dalam
beberapa hal antara lain terhadap besarnya materi yang mampu diserap dan diingat oleh
mahasiswa. Dari hasil penelitian Mc Leish dalam Maer (2002), diperoleh hasil bahwa
sekitar 40% isi perkuliahan yang masih diingat sesaat setelah selesainya ceramah, dan
seminggu kemudian menyusut menjadi sekitar 20%. Metode ceramah juga cenderung
3
menghalangi respon mahasiswa, membuat mahasiswa pasif, selain itu minat, semangat,
dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti ceramah sangat bergantung pada kemampuan
pribadi dosen dalam membawakan ceramahanya, padahal tidak banyak dosen yang
memiliki kemapuan akan hal itu. Di samping adanya kelemahan tersebut, metode
ceramah memiliki keunggulan dalam hal efisiensi waktu yang tinggi, bisa diterapkan
pada kelas besar, dan tidak memerlukan banyak alat bantu.
Pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang jasa konstruksi bangunan gedung
sangatlah diperlukan, mahasiswa tidak hanya membayangkan bentuk dari suatu proyek
jasa konstruksi melalui ceramah saja, tetapi dengan melalui metode pembelajaran Case
Base Learning dan media pembelajaran Audio Visual diharapkan mahasiswa dapat
dengan mudah mengetahui, mengerti, dan memahami berbagai macam kasus proyek
pelaksanaan jasa konstruksi khususnya terkait dengan pengelolaan proyek melalui alat
bantu belajar Audio Visual.
Adanya permasalahan pokok, yakni rendahnya wawasan mahasiswa tentang
pengetahuan jasa konstruksi bangunan, sedangkan untuk mendapatkan keluaran yang
baik dibidang pengajaran matakuliah manajemen konstruksi, mahasiswa dituntut untuk
lebih banyak mengetahui, mengerti, dan memahami kasus per kasus metode
pelaksanaan jasa konstruksi bangunan di masa lalu untuk dapat melakukan pengelolaan
sutu proyek di masa kini maupun yang akan datang. Terkait dengan hal tersebut, sangat
diperlukan metode pengajaran yang mampu memberikan kepada mahasiswa untuk
melakukan pemecahan masalah dibidang pengelolaan suatu proyek jasa konstruksi
bangunan berdasarkan kasus-kasus dan pemecahan permasalahannya di masa lalu
melalui visualisasi gambar video tentang tahapan demi tahapan pelaksanaan proyek
dibidang jasa konstruksi bangunan. Untuk itu perlu dikembangkan melalui penelitian
pengajaran ini dengan melakukan pembelajaran menggunakan metode Case Base
Learning melalui media pembelajaran Audio Visual.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) Bagaimanakan pengembangan metode CBL
melalui media pembelajaran Audio Visual dalam matakuliah Manajemen Konstruksi
untuk meningkatkan wawasan konstruksi mahasiswa program studi D3 Teknik Sipil FT
Universitas Negeri Malang dibidang jasa konstruksi bangunan?, dan 2) Bagaimanakah
keberhasilan metode CBL melalui media pembelajaran Audio Visual dalam
meningkatkan wawasan konstruksi mahasiswa pada pembelajaran matakuliah
Manajemen Konstruksi?
4
Strategi pendekatan untuk meningkatkan wawasan mahasiswa dibidang jasa
konstruksi bangunan pada matakuliah Manajemen Konstruksi, akan didekati dengan
melakukan pengembangan metode pengajaran Case Base Learning (CBL) dan
memproduksi media pembelajaran Audio Visual yang didalamnya berisi materi berbagai
macam kasus pelaksanaan konstruksi dibidang jasa konstruksi bangunan. Pendekatan
pemecahan masalah tersebut didasarkan pada pendapat Camp (1996), dan Suparno
(1997) bahwa metode CBL sejalan dengan filsafat pendidikan konstruktivisme, yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Oleh
karena itu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (dosen)
ke kepala orang lain (mahasiswa), mahasiswa sendiri yang harus mengartikan apa yang
telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengala-man/pengetahuan mereka.
Memperkaya pengalaman dan pengetahuan mahasiswa secara instant dalam satu
semester akan sulit ditempuh tanpa menggunakan media, audio visual dipandang
sebagai salah satu media yang efektif untuk dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan kepada mahasiswa khususnya dibidang teknologi pelaksanaan jasa
konstruksi. Dengan memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam bentuk kasus per
kasus tersebut, mahasiswa akan mampu melakukan pengelolaan proyek di bidang jasa
konstruksi bangunan sesuai dengan tujuan kemampuan yang diharapkan dalam
mengikuti kuliah Manajemen Konstruksi.
Tujuan penelitian pengembangan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan metode CBL melalui media pembelajaran Audio Visual dalam
matakuliah Manajemen Konstruksi untuk meningkatkan wawasan konstruksi
mahasiswa program studi D3 Teknik Sipil FT Universitas Negeri Malang dibidang jasa
konstruksi bangunan, dan Mengetahui keberhasilan metode CBL melalui media
pembelajaran Audio Visual dalam meningkatkan wawasan konstruksi mahasiswa pada
pembelajaran matakuliah Manajemen Konstruksi.
Manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil pengembangan metode pembelajaran
ini adalah sebagai berikuit: 1) Bagi dosen maupun tim pengajar matakuliah Manajemen
Konstruksi; adanya strategi pengajaran metode pengajaran CBL dengan media
pengajaran Audio Visual yang diwujudkan dalam bentuk CD (compact disk) dengan
materi beberapa kasus pelaksanaan jasa konstruksi bangunan, maka akan mempermudah
lembaga maupun dosen yang akan melakukan kegiatan pengajaran dengan hanya
memutar CD yang nantinya akan menjadi bahan dalam pemecahan kasus per kasuh
5
melalui diskusi kelompok, 2) Bagi mahasiswa; dihasilkannya strategi pengajaran
dengan menggunakan metode pengajaran Case Base Learning melalui media
pengajaran Audio Visual, akan dapat mempermudah pengertian dan pemahaman
terhadap wawasan pelaksanaan proyek jasa konstruksi bangunan dalam bentuk kasus
per kasus, dan 3) Bagi Program Studi; hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi
proses belajar mengajar khususnya matakuliah Manajemen Konstruksi.
Pengembangan Metode Pengajaran Case-Based Learning Melalui Media
Pengajaran Audio Visual
Pendekatan metode pengajaran CBL berorientasi kepada mahasiswa atau
Student centered, dimana mahasiswa diposisikan sebagai pusat dari proses belajar.
Dalam metode ini akan disampaikan kasus nyata yang telah terjadi di masa lalu sebagai
sarana pembelajaran, mahasiswa akan belajar dari kasus-kasus dan pemecahan
permasalahan yang terjadi yang kemudian akan digunakan sebagai rujukan untuk
memecahkan kasus yang memiliki ciri dan karakteristik yang hampir sama dengan yang
terjadi pada saat ini atau dimasa mendatang. Penyampaian kasus kepada mahasiswa
sebagai pusat proses belajar, khususnya yang relevan dengan pelaksanaan konstruksi
suatu proyek jasa konstruksi akan sulit disampaikan dalam bentuk tulisan, hal itu terkait
dengan kompleksitas permasalahan yang terjadi sehinga penyampaian pesan tersebut
lebih efektif disampaikan dalam bentuk visualisasi gambar dan audio.
Rancangan pengembangan metode pengajaran CBL melalui media pengajaran
audio-visual dalam penelitian ini, menggunakan model pengembangan yang diajukan
oleh Sadiman (1986) sebagai berikut:
6

Ya

Tidak



Gambar 1. Model Pengembangan Media Pengajaran
Sumber; Sadiman 1986: 102
Langkah-langkah pengembangan metode pengajaran Case-Based Learning
melalui media audio visual yang berpijak pada model pengembangan diatas pada
matakuliah Manajemen Konstruksi dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi kebutuhan media pengajaran yang sesuai dengan kurikulum
dan metode pengajaran yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan media pembelajaran.
c. Mengembangan materi media pengajaran.
d. Merumuskan alat pengukuran (instrument evaluasi keberhasilan) sesuai dengan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
e. Menulis naskah media pembelajaran.
f. Melakukan uji coba.
g. Melakukan revisi media pengajaran
h. Memproduksi media pengajaran audio visual.
Sumber Bahan Media
Sumber rujukan dalam pembuatan media pengajaran audio visual adalah
Pokok bahasan dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP) matakuliah Manajemen
Konstruksi terkait dengan pengelolaan proyek yang meliputi perencanaan, penjadwalan,
dan pengendalian suatu pelaksanaan pekerjaan jasa konstruksi. Melalui kasus yang
dipelajari dari tayangan gambar dan suara tentang pelaksanaan pekerjaan jasa konstruksi
khususnya konstruksi bagian atas suatu pekerjaan bangunan gedung, maka mahasiswa
Perumusan
Tujuan
Identifikasi
Kebutuhan
Perumusan Butir-
Butir materi
Penulisan
Naskah Media
Perumusan Alat
Pengukur
Keberhasilan
Test/Uji Coba
Revis
i
Naskah siap
produksi
7
akan mampu melakukan identifikasi pelaksanaan pekerjaan sebagai bahan untuk
melakukan perencanaan dan penjadwalan. Pola pembelajaran tersebut yang akan
digunakan untuk melakukan pemahaman pada setiap melakukan kegiatan pengelolaan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Pembuatan Media
Pembuatan media untuk keperluan penelitian pengembang metode pengajaran
Case-Based Learning pada matakuliah Manajemen Konstruksi meliputi; 1) perancangan
penggambilan gambar, 2) pengambilan gambar dan pengisian suara untuk video, dan 3)
editing gambar maupun suara. Program yang direkam dalam kaset video direncanakan
sebanyak 3 program, dimana satu program digunakan untuk dua kali pertemuan. Durasi
untuk masing-masing program adalah 45 menit. Sebagaimana sarana dan prasarana
yang ada untuk pengajaran pada Prodi D3 Teknik Sipil FT UM, media pengajaran
disediakan dalam bentuk Compact Disk agar supaya dapat diakses pada komputer
Multimedia.
Persiapan pembuatan media pengajaran audio visual dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Penyusunan naskah video.
b. Pembuatan narasi.
c. Pembuatan dan pemilihan musik/sound effect untuk video.
Kegiatan rekaman gambar dilakukan setelah tahapan persiapan selesai
dilaksanakan. Dalam pengambilan/rekaman gambar melibatkan tim terdiri dari
sutradara, juru kamera, teknisi, pemeran dan obyek matakuliah yang sesuai dengan
pokok bahasan yang telah ditetapkan dalam matakuliah Manajemen Konstruksi.
Pengambilan gambar dilakukan sesuai dengan fakta pekerjaan jasa konstruksi yang ada
di lapangan berdasarkan kasu per kasus.
Uji Coba Produk
Uji validasi terhadap kualitas media pengajaran yang telah dibuat, dilakukan
dengan cara uji coba produk. Dalam melakukan uji coba tersebut dilakukan dengan tiga
tahapan sebagaimana yang dinyatakan oleh Sadiman (1986), bahwa uji coba media
pengajaran dapat dilakukan sebagai berikut: 1) uji satu lawan satu, 2) uji kelompok
kecil, dan 3) uji lapangan. Uji coba yang dilakukan dipilih dengan metode uji coba pada
8
kelompok kecil yang terdiri dari 15 mahasiswa Prodi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang yang sedang memrogram matakuliah Manajemen
Konstruksi.
Data yang diharapkan dalam uji kelompok kecil ini adalah tingkat
kemenarikan metode CBL melalui media pengajaran audio visual, mengerti tidaknya
terhadap pesan dalam bentuk kasus yang disampaikan, mampu tidaknya
mengidentifikasi kasus dari hasil tayangan media pembelajaran, dan konsistensi tujuan
serta materi yang meliputi cukup tidaknya atau jelas tidaknya latihan dan contoh yang
diberikan. Atas dasar adanya umpan balik dari mahasiswa yang digunakan sebagai uji
coba ini, maka akan membawa sempurna metode dan media pengajaran yang
dihasilkan.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data khususnya untuk keperluan analisis data dari
hasil uji coba lapangan terkait dengan mengukur pengembangan metode pembelajaran
CBL dan produksi Audio Visual diadopsi dari instrument survey mahasiswa yang di-
kembangkan oleh Waterman, M. A. and Stanley, E. D. (2003) ICBL Case Analysis
Worksheet. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan penggunaan metode CBL dalam
meningkatkan pemahaman wawasan konstruksi bangunan gedung melalui media
pengajaran audio-visual pada matakuliah Manajemen Konstruksi, dikembangkan
instrumen evaluasi pre-test dan post-test yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya
oleh tim pengajar.
Metode Pengembangan Sistem Pembelajaran dan Strategi Pelaksanaan
Sistem pembelajaran pada matakuliah Manajemen Konstruksi yang
dilaksanakan selama ini, adalah dengan cara memberikan ceramah secara klasikal
kepada mahasiswa sesuai dengan pokok bahasan-pokok bahasan untuk masing-masing
pertemuan sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah disusun oleh tim
pengajar matakuliah tersebut. Dalam penyampaian ceramah tersebut, sesekali
menggunakan media pembelajaran Transparency Sheet (OHP) maupun media
pembelajaran lainnya. Metode pembelajaran dengan sistem tersebut selama ini
dipandang dapat menyampaikan materi-materi pokok bahasan kepada siswa secara
efektif, namun tanpa disadari bahwa selama ini mahasiswa sulit sekali untuk dapat
membayangkan secara nyata bagaimana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan.
9
Kesulitan-kesulitan tersebut baru nampak setelah dilakukan evaluasi terhadap materi
yang disampaikan dalam pembelajaran, mahasiswa tidak mampu untuk mendiskripsikan
tahapan pekerjaan konstruksi terkait dengan melakukan perencanaan dan penjadualan
pelaksanaan pekerjaan.
Bertolak dari sistem pembejaran yang ada, metode pengembangan sistem
pembelajaran dengan menggunakan metode Case Based Learning melalui media
pembelajaran audio visual dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1) metode
pengembangan kasus sebagai materi pembelajaran, dan 2) metode pengembangan media
pengajaran yang digunakan untuk menyampaikan kasus tersebut kepada mahasiswa.
Metode pengembangan kasus sebagai materi pembelajaran matakuliah
manajemen konstruksi yang berorientasi kepada tercapainya pemahaman mahasiswa
dalam melakukan perencanaan dan penjadualan pelaksanaan pembangunan gedung
yang menggunakan kerangka struktur beton meliputi pekerjaan plat, balok, dan kolom
diawali dengan strategi pengembangan kasus sebagai berikut: 1) Memperkenalkan
kasus (Introduce the Case), 2) Mengenal pokok persoalan (Recognize Potential Issues),
3) Mengidentifikasi tema utama (Identify Major Themes), 4) Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan khusus (Pose Specific Questions), 5) Mendapatkan sumber tambahan
(Obtain Additional Resources), 6) Menetapkan permasalahan-permasalahan (Define
Problems), 7) Merancang dan mengadakan penyelidikan ilmiah (Design and Conduct
Scientific Investigations), 8) Menyediakan bahan untuk mendukung kesimpulan
(Produce Materials to Support Conclusions).
Oleh karena metode CBL adalah metode yang menjadikan mahasiswa sebagai
pusat belajar, maka kasus yang telah dikembangan melalui beberapa strategi diatas
adalah terkait dengan kasus pelaksanaan konstruksi plat, balok, dan kolom bangunan
gedung. Kasus-kasus tersebut dipilih oleh karena sebagai bagian struktur atas yang
menjadi suatu sistem dari struktur rangka beton untuk bangunan gedung. Masing-
masing kasus merupakan suatu rangkaian pekerjaan konstruksi yang disajikan dalam
bentuk audio visual. Rumusan kasus yang telah ditetapkan dan dikembangkan,
selanjutnya menjadi materi pembelajaran dalam kelas.
Strategi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode CBL sangat
tergantung dari bentuk kasus yang disajikan. Kasus yang digunakan dalam matakuliah
Manajemen Konstruksi ini disampaikan dalam format media video-audio, strategi
pelaksanaan dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Identifikasi kasus,
10
pelaksanaan identifikasi kasus-kasus yang disampaikan menggunakan metode CBL
melalui media pembelajaran audio-video dilakukan berdasarkan elemen struktur bagian
atas (plat, balok, dan kolom), mahasiswa menyaksikan tayangan dan mendengarkan
penjelasan serta keterangan-keterangan dalam gambar tersebut selama kurang lebih 20
menit. Dari hasil menyaksikan dan mendengarkan tayangan tersebut, mahasiswa
diminta untuk menuliskan dalam daftar pendek kasus-kasus pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan bagian elemen struktur atas yang ditayangakan. Identifikasi kasus-kasus
konstruksi dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan
sebanyak 5 orang mahasiswa. Kasus-kasus pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang telah
diidentifikasikan, untuk selanjutnya dideskripsikan dan disampaikan dalam diskusi
kelas oleh masing-masing kelompok kecil secara bergantian dengan dibantu oleh dosen
matakuliah yang bersangkutan. Melalui presentasi deskripsi kasus-kasus yang telah
teridentifikasikan dalam masing-masing kelompok kecil, diharapkan akan mampu
melibatkan semua mahasiswa dalam kelas tersebut untuk melakukan pemahaman
terhadap kasus pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan elemen struktur yang dijadikan
kasus utama; 2) Mengenal pokok persoalan, kasus-kasus yang telah terdeskripsikan
perlu dicari secara bersama tentang pokok persoalan kasus tersebut bisa terjadi. Melalui
diskusi kelompok, mahasiswa mencoba untuk mengenal pokok persoalan kasus-kasus
tersebut. Misalnya kasus begisting plat pada kasus utama pelaksanaan pekerjaan plat
beton (kasus I), dalam kasus tersebut dideskripsikan bahwa terdapat begisting plat beton
yang menggunakan baja lapis aluminium bergelombang (boundeck); 3) Mengidentifi-
kasi tema utama, dimaksudkan untuk memikirkan kasus secara keseluruhan. Dalam
pelaksanaan implementasi CBL menggunakan media pembelajaran audio-video ini,
tema utama dari kasus sudah disampaikan dalam pesan pertama tayangan video, namun
secara sepintas mahasiswa belum memahami dari pesan itu. Terkait dengan hal tersebut,
setelah mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan deskripsi kasus dari tayangan
tersebut, diharapkan mahasiswa dapat merangkai semua kasus-kasus yang terjadi
tersebut sebagai suatu rangkaian kasus sebagai tema utama. Strategi pelaksanaan untuk
menentukan tema utama dari kasus tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama
dengan cara menanyakan identifikasi tema utama yang telah dilakukan dari masing-
masing kelompok, instruktur akan menginventaris jawaban-jawaban, selanjutnya
bersama-sama akan merumuskan tema utama dari kasus tersebut. Perumusan tema
utama hasil diskusi kelas akan disampaikan kepada mahasiswa untuk dapat digunakan
memahami secara keseluruhan kasus-kasus dari tayangan video-audio tersebut; 4)
11
Menetapkan permasalahan, dimaksudkan untuk memahami secara keseluruhan kasus-
kasus dari tayangan audio-video. Permasalahan-permasalahan yang muncul dari kasus
tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu, sehingga masing-masing mahasiswa akan
mampu memahami secara mendalam kasus-kasus yang terjadi secara nyata dari
pekerjaan konstruksi plat, balok, dan kolom yang telah ditayangkan. Penetapan
permasalahan-permasalahan dari pengembangan tema utama yang telah terumuskan,
terlebih dahulu perlu ditetapkan seperti apakah pemecahan permasalahan dalam kasus
yang diinginkan. Sebagaimana dalam tujuan pembelajaran berbasis kasus, bahwa
pembelajaran tersebut dipusatkan pada pembelajaran yang berasal dari kasus nyata yang
terjadi sebelumnya, dan pembelajaran ini lebih penting dari pada pemecahan
permasalahan. Jadi pemecahan permasalahan yang dimaksudkan disini adalah bukan
menitik beratkan pada penyelesaian permasalahannya, namun yang dibutuhkan adalah
belajar pengetahuan dari identifikasi kasus sebagai bentuk penyelesaian permasalahan
yang telah terjadi secara nyata sebelumnya. Tahapan-tahapan dalam menetapkan
permasalahan yang muncul dari kasus yang nyata dapat diuraikan sebagai berikut: a)
Menyebutkan permasalahan dengan cara memahami penjelasan singkat instruktur atau
dari terminology. b) memberikan contoh permasalahan dengan mempertimbangkan
pada aspek dari permasalahan, hubungan permasalahan, komponen dari permasalahan,
lingkungan permasalahan, dan batasan masalah. dan c) Menghasilkan penyelesaian
melalui brainstorming. Penetapan permasalahn yang relevan dengan kasus yang
disampaikan dalam tayangan video-audio sesuai dengan tahapan penetapan permasalaha
tersebut dicontohkan sebagai berikut: Pada tayangan kasus pertama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi plat beton, salah satu permasalahan yang dapat ditetapkan adalah
terkait dengan konstruksi begisting pada pekerjaan plat tersebut. Permasalahannya
adalah: apakah jenis bahan begisting untuk dasar plat yang dipilih pada pekerjaan plat
beton tersebut?, dan bagaimanakah pelaksanaan konstruksi begisting pada pekerjaan
plat beton?. Tahapan terakhir dalam pelaksanaan pembelajaran CBL melalui media
pembelajaran Audio-Video adalah 5) Membuat kesimpulan, akhir dari pembelajaran
menggunakan metode CBL melalui media pembelajaran audio-video adalah
menyampaikan kesimpulan atau laporan akhir hasil pembelajaran yang dilaksanakan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) Mengembangkan analisis atau
laporan dari pendapat mahasiswa, b) Menghasilkan bahan yang mendukung pemahaman
dari kesimpulan yang dibuat.
12
Dengan mempertimbangan kedua hal tersebut diatas, kesimpulan dari hasil
pembelajaran dengan metode CBL melalui media pembelajaran audi-video akan dapat
terangkum dalam satu pemahaman permasalahan kasus secara keseluruhan yang
nantinya akan bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan perencanaan dan
penjadualan kasus konstruksi.
Implementasi dan Evaluasi
Implementasi pembelajaran matakuliah Manajemen Konstruksi untuk
meningkatkan pemahaman wawasan konstruksi yang menggunakan metode
pembelajaran CBL melalui media pembelajaran audio-video dilaksanakan dalam tiga
tahapan, tahap pertama adalah pembelajaran kasus I , yaitu pelaksanaan pekerjaan Pelat
Beton Bertulang. Tahapan kedua adalah pelaksanaan pekerjaan Balok Beton Bertulang,
dan tahapan ketiga adalah pelaksanaan pekerjaan Kolom Beton Bertulang. Peningkatan
wawasan konstruksi di sampaikan pada awal perkuliahan matakuliah Manajemen
Konstruksi, diharapkan melaui pembelajaran tersebut wawasan mahasiswa terhadap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi meningkat khususnya pekerjaan struktur beton
bertulang bagian atas, dan pada akhirnya mahasiswa akan mampu melakukan
pengelolaan pelaksanaan konstruksi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian.
Pelaksanaan pembelajaran masing-masing tahapan dilaksanakan sesuai dengan
siklus pembelajaran CBL, mahasiswa diminta untuk memperhatikan tayangan gambar
dan suara masing-masing kasus sebagai suatu perkenalan kasus kepada mahasiswa,
selanjutnya berdiskusi untuk mengenal pokok persoalan, mengidentifikasi tema utama,
menetapkan permasalahan, dan membuat kesimpulan. Siklus tersebut dilalui oleh
mahasiswa sebagai proses pembelajaran kasus-kasus yang terjadi untuk digunakan
memecahkan problem saai ini. Kasus nyata yang terjadi dimasa lalu didokumentasikan
dengan baik sebagai sarana pembelajaran dalam bentuk video-audio. Melalui
implementasi CBL yang dikembangkan dalam pembelajaran pada kelompok-kelompok
kecil yang merupakan sebuah model untuk menciptakan sistem intelligent, yaitu suatu
sistem yang berdasarkan oleh referensi kepada pengalaman sebelumnya. Dalam setiap
kasus masa lalu, selalu terkandung didalamnya problem sekaligus pemecahan
masalahnya. Mahasiswa menggali dan menemukan problem serta pemecahannya di
bawah pengarahan tutor.
13
Kasus yang digunakan dalam pengajaran dipakai untuk meningkatkan
pembelajaran tentang prinsip dasar (teori) dan praktek. Mahasiswa harus menggali dan
menemukan problem serta pemecahaan dari masing-masing kasus yang diberikan sesuai
dengan durasi waktu dibawah pengarahan tutor dalam suatu format diskusi. Mahasiswa
belajar banyak hal pada saat proses menemukan problem dari kasus masa lalu dan
menemukan bagaimana kasus tersebut telah dipecahkan, penemuan ini akan digunakan
sebagai bahan untuk memecahkan masalah saat ini (current problem and final solution),
dimana seringkali lebih efisien digunakan untuk memecahkan masalah dengan beranjak
dari pemecahan sebelumnya pada masalah yang sejenis, ketimbang mulai dari nol.
Hasil evaluasi terhadap penggunaan metode pembelajaran CBL melalui media
pembelajaran audio-video disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut:
Tabel .1 Data Pengamatan Penggunaan Metode CBL melalui Media
Pembelajaran Audio-Video Kasus Pelaksanaan Konstruksi
No Item Pernyataan
Pendapat Responden Terhadap
Pernyataan (%)
T. Setuju Netral Setuju
1
Saya lebih banyak bekerja dengan bersama-sama
menggunakan studi kasus daripada biasanya
6.67 10.00 83.33
2 Kasus ini menarik bagi saya untuk mempelajari 6.67 13.33 80.00
3
Saya merasa memiliki cukup waktu untuk mencari sumber
belajar (teks book, video clip, jurnal dll) dan mengerjakan
tugas
26.67 46.67 26.67
4 Saya bisa menemukan/mendapatkan sumber yang berbeda 10.00 30.00 60.00
5
Saya merasa telah memiliki pemahaman yang lebih baik
dari proses pengetahuan setelah menggunakan modul ini
6.67 10.00 83.33
6
Saya memiliki pemahaman yang lebih baik dari dasar
pengetahuan (jasa konstruksi) yang berhu-bungan dengan
kasus ini sebagai hasil dari penggunaan kasus ini
6.67 26.67 66.67
7 Kasus ini mudah untuk digunakan 23.33 56.67 20.00
8
Saya bisa memberikan dukungan yang baik untuk
kesimpulan
13.33 43.33 43.33
9 Saya merasa mengerti permasalahan utama dari kasus ini 10.00 36.67 53.33
10
Saya bisa mengidentifikasikan kasus untuk penyelidikan
lebih lanjut
16.67 56.67 26.67
11
Banyak mahasiswa (dalam kelompok) yang bisa
menggunakan argumentasi yang meyakinkan dengan
kawannya
16.67 33.33 50.00
12
Banyak mahasiswa (dalam kelompok) yang bisa mengerti
kasus ini dan mengajukan pertanyaan untuk mengikuti
26.67 33.33 40.00
13
Pengalaman saya secara keseluruhan dengan pembelajaran
berbasis kasus adalah memuaskan
13.33 13.33 73.33
14
Sebagaimana dalam karakteristik penggunaaan metode CBL dalam proses
belajar mengajar yang salah satu diantaranya menggunakan rancangan strategi dalam
format diskusi, maka keberhasilan dalam penulisan kasus ditentukan pula oleh
rancangan format diskusi yang baik. Data hasil survey evaluasi penggunaan metode
CBL melalui Audio-Video dalam proses belajar mengajar dalam bentuk format diskusi,
nampak bahwa 83,33% responden menyatakan setuju bahwa penulisan kasus yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut lebih banyak dilakukan secara
bersama-sama atau dalam kelompok diskusi.
Pemilihan kasus yang disampaikan melalui metode CBL dengan
menggunakan media pembelajaran Audio Visual tersebut didasarkan dari identifikasi
permasalahan mahasiswa pada periode sebelumnya. Dari data hasil survey evaluasi
pengamatan penggunaan metode CBL terkait dengan hal tersebut diperoleh angka 80%
responden menyatakan setuju, 13,33% netral, dan hanya 6,67% yang menyatakan tidak
setuju. Variasi prosentase pendapat terhadap pernyataan tersebut menunjukkan adanya
variasi tingkat wawasan yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap kasus yang
ditayangkan. Pendapat yang menyatakan setuju bahwa kasus tersebut menarik lebih
besar dari lainnya, hal itu menunjukan bahwa kasus tersebut menarik bagi mahasiswa
untuk diketahui dan dipelajari.
Pendapat responden terhadap kecukupan waktu untuk mencari sumber
belajar lain dalam menegerjakan tugas untuk mempelajari kasus yang diterima, data
evaluasi diperoleh angka 26,67% menyatakan tidak setuju dan setuju, sedangkan
46,67% menyatakan netral terhadap pernyataan tersebut. Dari kenyatan yang ada,
bahwa penggunaan metode CBL memerlukan waktu yang lebih banyak dari metode
ceramah (clasical), mahasiswa merasa bahwa waktu yang diberikan untuk belajar
dengan menggunakan metode tersebut cukup banyak menyita waktu, sehingga
kesempatan untuk mendapatkan sumber belajar lainnya sangat kecil sekali.
Pengamatan terhadap responden terkait dengan perolehan sumber yang
berbeda dari yang biasanya diperoleh mahasiswa, prosentase pendapat tanggapan
responden yang menyatakan setuju sebanyak 60%, netral 30%, dan yang tidak setuju
6,67%. Hal tersebut disebabkan oleh karena sebagian besar mahasiswa berasumsi
bahwa yang diikuti dalam proses belajar mengajar tersebut mengunakan sumber media
pembelajaran yang berbeda dari biasanya, sehingga responden yang menyatakan setuju
bahwa yang mereka ikuti merupakan sumber belajar yang berbeda menempati urutan
yang terbesar.
15
Prosentase hasil pengamatan terhadap responden menunjukkan sebanyak
6,67% menyatakan tidak setuju, 10% netral, dan 83,33% menyatakan setuju.
Pemahaman materi pembelajaran dengan metode CBL melalui penggunaan media
pembelajaran Audio-video dalam bentuk format diskusi, sangat membantu mahasiswa
dalam melakukan proses pemahaman materi yang lebih baik. Melalui tahapan mengenal
kasus, identifikasi kasus, hingga membuat suatu kesimpulan dalam bentuk format
diskusi sangat banyak membantu mahasiswa dalam proses pemahaman.
Kasus-kasus yang telah dikenal dan kemudian dikembangkan dalam diskusi
kelompok, mahasiswa akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik dari
kasus yang dipelajari sebelumnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa responden
yang menyatakan netral sebanyak 56,67%, 23,33% tidak setuju, dan 20,00% setuju.
Prosentase pendapat tersebut dapat diintepretasikan bahwa sebagian besar responden
merasakan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam penggunaan pemahaman
pengetahuan yang telah diterima sama besarnya. Hal ini juga bermakna, bahwa
pengetahuan yang baru dipahami melalui metode CBL dengan menggunakan media
pembelajaran Audio-Video merupakan pengetahuan yang dianggap baru, mahasiswa
belum mengetahui akan digunakan sebagai apa pengetahuan tersebut.
Sebagai tujuan akhir dalam tahapan melakukan pembelajaran dengan metode
CBL adalah mampu untuk membuat suatu kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan
dalam masing-masing kelompok. Kemampuan mahasiswa untuk mampu menyimpulkan
dari apa yang dilihat dan didengar dari tayangan media pembelajaran audio-video
sangat bervariasi. Mahasiswa yang mampu melakukan sintesa dari hasil diskusi, maka
akan mampu merumuskan suatu kesimpulan dari materi yang dipelajari. Sedangkan
yang kurang memiliki kemampuan tersebut akan menyatakan bahwa tidak setuju
ataupun netral bahwa apa yang dipelajari melalui pemahaman kasus-kasus tadi akan
dapat dirumuskan dalam suatu kesimpulan. Prosentase hasil pengamatan pendapat
responden terhadap pernyataan tersebut menunjukkan, bahwa responden yang
menyatakan tidak setuju adalah 13,33%, 43,33% adalah netral dan setuju.
Adanya pengenalan kasus yang diberikan oleh dosen diawal proses belajar
mengajar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode CBL melalui media pembelajaran audio visual, maka kasus-kasus yang
dipelajari oleh mahasiswa dapat secara optimal dipahami. Tidak hanya diawal
pelaksanaan proses belajar mengajar saja, dosen juga selalu mendampingi mahasiswa
dalam melakukan identifikasi kasus hingga menyampaikan kesimpulan hasil diskusi,
16
sehingga mahasiswa merasa mengerti permasalahan utama dari sajian kasus tersebut.
Prosentase hasil pengamatan terhadap responden yang menyatakan tidak setuju terhadap
item pernyataan tersebut sebesar 10,00%, 36,67% netral, dan sebanyak 53,33%
menyatakan setuju.
Tingginya minat mahasiswa dalam mempelajari maupun keingintahuan
mahasiswa terhadap kasus yang dipelajari, nampak dari upaya mahasiswa untuk
melakukan identifikasi kasus-kasus yang dipelajari dalam bentuk identifikasi terhadap
tahapan pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan kasusnya. Ketajaman identifikasi
tersebut dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya wawasan terhadap pelaksanaan
konstruksi yang telah dimilikinya. Semakin banyak wawasan konstruksi seorang
mahasiswa, semakin detail identifikasi tahapan pelaksanaan pekerjaan yang dapat
dilakukan dan semakin banyak tahu terhadap keterkaitan dengan pelaksanaan konstruksi
yang lainnya. Hasil pengamatan terhadap responden, yang setuju terhadap pernyataan
pengamatan tersebut dan yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki
pemahaman pengetahuan wawasan konstruksi dan keterkaitan dengan pelaksanaan
lainnya hanya sebesar 26,67%, sedangkan sebanyak 56,67% menyetakan netral belum
mengetahui kegunaan lebih lanjut dari kasus yang dipahaminya.
Strategi penggunaan CBL dalam proses belajar mengajar menggunakan
format diskusi, akan memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa anggota
kelompok diskusi untuk saling memberikan argumentasi dalam pemahaman kasus,
identifikasi, penentuan tema, hingga pembuatan kesimpulan. Hasil pengamatan
tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut adalah 50% menyatakan setuju,
33,33% netral, dan 16,67% tidak setuju. Adanya variasi tanggapan mahasiswa tersebut
mencerminkan kemampuan verbal mahasiswa yang rendah, keberanian untuk
menyampaikan argumen dibayangi oleh kekhawatiran bahwa argumen yang
disampaikan salah atau tidak relevan, sehingga banyak mahasiswa yang cenderung
sebagai peserta pasif dalam diskusi. Yang memiliki kemampuan verbal tinggi, akan
dengan senang dan sangat setuju bilamana dalam proses belajar mengajar memberi
kesempatan kepada mereka untuk banyak berargumentasi dalam menyampaikan
pendapat khususnya terkait dengan pemahaman kasus yang dipelajarinya.
Ketertarikan mahasiswa untuk belajar menggunakan metode CBL melalui
media pembelajaran audio-video nampak dari hasil pengamatan sebagai berikut: 40%
mahasiswa berpendapat setuju, 33,33% netral, dan 26,67% tidak setuju terhadap
pernyataan bahwa banyak mahasiswa yang bisa mengerti kasus dan mengajukan pertanyaan
17
untuk mengikuti. Dari hasil pengamatan yang menyatakan setuju tersebut, mencerminkan
bahwa mahasiswa tertarik dengan penggunaan metode CBL melalui media audio-video,
sedangkan lainnya menunjukkan kenetralan dan ketidak setujuan mahasiswa karena
ketidak mengertian kasus yang mereka pelajari dengan menggunakan metode
pemebalajaran tersebut.
Pengamatan kepada responden terkait dengan kepuasan mahasiswa dalam
menggunakan metode pembelajaran CBL melalui media pembelajaran audio-video
diperoleh hasil sebagai berikut: 73,33% menyatakan setuju, 13,33% netral dan tidak
setuju. Persentase pernyataan tersebut dapat diintepretasikan bahwa sebagian besar
mahasiswa merasa puas dengan penggunaan metode pembelajar tersebut, banyak hal
yang bisa digali melalui kasus-kasus yang dipelajari secara bersama dalam kelompok-
kelompok diskusi, mereka lebih mudah mengeti dan memahami melalui belajar berbasis
kasus tersebut.
Disamping uraian data hasil pengamatan penggunaan metode pembelajaran
CBL melalui media pembelajaran Audio-Video untuk masing-masing item pernyataan
hasil survey dari pertanyaan tertutup di atas, ada beberapa temuan yang menarik dari
hasil pengamatan secara langsung dalam proses belajar mengajar matakuliah
Manajemen Konstruksi pada pokok bahasan perencanaan dan penjadualan adalah
sebagai berikut:
a. Sebagian besar mahasiswa menyatakan keinginannya untuk menggunakan
pembelajaran berbasis kasus pada matakuliah lainnya. Dengan menggunakan
pembelajaran CBL melalui media pembelajaran Audio-Visual mahasiswa berharap
kasus-kasus yang telah terjadi dalam pelaksanaan jasa konstruksi dapat langsung
disaksikan sebagai sumber belajar, sehingga mahasiswa lebih banyak
menggunakannya dalam melakukan perencanaan dan penjadwalan pelaksanaan
pekerjaan jasa konstruksi.
b. Banyak hal yang dapat diketahui dan dipelajari dari pembelajaran berbasis kasus
melalui media pembelajaran Audio-Video, melalui media tersebutmahasiswa sangat
terbantu dalam mempelajari dan memahami sesuatu khususnya pelaksanaan jasa
konstruksi yang belum pernah dilihat.
c. Adanya perasaan yang sangat senang dari sebagian besar mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan dengan menggunakan metode CBL melalui media pembelajaran Audio-
18
Visual, motivasi mahasiswa meningkat yang pada akhirnya akan membawa
peningkatan kualitas pembelajaran terhadap matakuliah yang diikutinya.
Meningkatnya interaktive antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara
dosen dengan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dari hal-hal yang baru diketahui
dan dipelajari secara bersama dalam kelompok diskusi, mahasiswa banyak
menggunakan kesempatan melakukan diskusi dalam kelompok, antar kelompok, bahkan
dengan dosennya.
Keberhasilan pengajaran matakuliah Manajemen Konstruksi khususnya
dalam melakukan perencanaan dan penjadualan pelaksanaan pekerjaan bangunan
gedung dapat dilihat dari efektif tidaknya metode pembelajaran yang digunakan, hal
tersebut dapat diukur dari adanya perubahan hasil pengukuran terhadap pemahaman
wawasan konstruksi yang disampaikan dengan metode CBL melalui media
pembelajaran Audio-Video dalam bentuk kasus per kasus. Pemahaman wawasan
konstruksi dinyatakan baik bilamana ada gain antara nilai pre-test dan post-test pada
kasus wawasan konstruksi yang dipelajari dalam matakuliah tersebut. Disamping itu,
pemahaman terhadap materi dalam kasus yang disajikan dapat dilihat dari adanya
perbedaan yang signifikan hasil pengujian secara statistic (uji-T) pada responden secara
berpasangan antara nilai pre-test dengan nilai post- test dengan taraf signifikansi 0,05.
Dari deskripsi data nilai pre-test dan post-test (Gambar 2) untuk masing-
masing responden menunjukkan bahwa nilai pre-test lebih rendah dari nilai post-test
pemahaman wawasan konstruksi. Terkait dengan hal tersebut, pengajaran matakuliah
Manajemen Konstruksi yang menggunakan metode pembelajaran CBL melalui media
pembelajaran audio-video berhasil meningkatkan pemahaman wawasan konstruksi
kepada mahasiswa melalui kasus-kasus yang dipelajari secara berkelompok. Mahasiswa
dapat memahami kasus-kasus pelaksanaan pekerjaan pelat, balok, dan kolom melalui
identifikasi kasus hingga menyimpulkan tahapan-tahapan masing-masing pelaksanaan
pekerjaan. Dengan telah dipelajarinya pentahapan pelaksanaan pekerjaan melalui kasus-
kasus tersebut, mahasiswa akan mampu pula untuk melakukan perencanaan dan
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan kasus yang dipelajari.
19
Hasil Pengamatan Pemahaman Wawasan Konstruksi
25
50
45
50
45 45
35
30 30
35
15
30 30
25
40 40
15
45
25
20
10 10
35
25
35
65
75
70
65
70
55
50
70 70
60
55
75
65
80
75
85
55
75
85
55
65
50
85
50
70
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nomor Responden
S
c
o
r
e

T
e
s
t
Score Pre Test Score Post Test Linear (Score Post Test) Linear (Score Pre Test)

Gambar 2. Grafik Gain Pre-test dan Post-test

Hasil analisis statistik Uji-T berdasarkan nilai pre-test dan post-test sampel
berpasangan sebagai berikut:
Paired Samples Statistics:

Mean N
Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
Skor Pre Test 31.6000 25 11.87785 2.37557
Skor Post Test 67.0000 25 11.08678 2.21736
Paired Samples Correlations:
N Correlation Sig.
Pair 1
Skor Pre Test &
Skor Post Test
25 .378 .062
Paired Samples Test:



Paired Differences
t


df


Sig.
(2-tailed)


Mean

Std.
Deviation

Std.
Error
Mean

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Skor Pre
Test - Skor
Post Test
-35.4000 12.82251 2.56450 -40.6929 -30.1071 -13.804 24 .000
20
Hasil perhitungan statistik hubungan sample berpasangan (Paired Samples
Correlations), diperoleh angka 0,062 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang
telah ditetapkan sebesar 0.05, hal ini menunjukkan bahwa ada kelemahan data yang
tidak berkorelasi secara signifikan. Sedangkan uji beda untuk data sample yang
berpasangan diperoleh nilai signifikansi adalah 0.000 yang jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0.05, hal ini dapat diintepretasikan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dengan nilai post-test dalam pemahaman
wawasan konstruksi kasus pelaksanaan pekerjaan pelat, balok, dan kolom beton
bertulang. Dengan kata lain dapat dikatakan, perbedaan yang signifikan tersebut
menggambarkan adanya tambahan pemahaman mahasiswa dalam proses belajar
mengajar melalui belajar kasus masa lalu dengan menggunakan media pembelajaran
audio-video. Rerata nilai post-test (67.0000) lebih besar dari rerata nilai pre-test
(31.6000).
Kesimpulan dan Saran
Simpulan: Adanya materi yang disampaikan menggunakan metode CBL
melalui media audio -video dalam bentuk kasus-perkasus pelaksanaan pekerjaan jasa
konstruksi bangunan dalam proses belajar mengajar matakuliah Manajemen Konstruksi,
mahasiswa akan dengan mudah menerima dan memahami wawasan konstruksi.
Meningkatnya wawasan mahasiswa terhadap pelaksanaan proyek jasa konstruksi dapat
dilihat dari adanya kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi kasus,
mengenal pokok permasalahan, identifikasi tema utama, menetapkan permasalahan, dan
membuat suatu kesimpulan dalam diskusi kelompok. Hasil survey terhadap pendapat
mahasiswa menunjukkan sebagian besar menyatakan setuju terhadap pernyataan positip
pengamatan terkait dengan pembelajaran berbasis kasus. Disamping itu, hasil
pengamatan langsung menunjukkan adanya peningkatan interactive mahasiswa dengan
mahasiswa maupun dengan dosen dalam proses belajar mengajar pada matakuliah
Manajemen Konstruksi di bidang pelaksanaan konstruksi.
Keberhasilan pemahaman wawasan konstruksi melalui pembelajaran yang
menggunakan metode CBL melalui media pembelajaran Audio-Video pada matakuliah
Manajemen Konstruksi, ditunjukkan adanya gain nilai post-test terhadap pre-test.
Disamping itu adanya perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dengan post-test,
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap wawasan konstruksi
dengan melakukan identifikasi terhadap pentahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
21
pelat, balok, dan kolom beton bertulang guna untuk melakukan perencanaan dan
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Saran: Kepada para dosen khususnya tim pengajar matakuliah Manajemen
Konstruksi, dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode CBL atau
CBR akan lebih efektif bilamana dilakukan sebagai berikut: (1) memberi keyakinan
kepada mahasiswa untuk memiliki kesempatan menerapkan secara langsung tentang apa
yang mereka pelajari untuk mendapatkan umpan balik yang nyata tentang apa yang
mereka kerjakan, membantu menjelaskan apa yang terkaji jika itu tidak diharapkan, dan
memiliki suatu kesempatan untuk mencoba dan mecoba lagi sampai mereka berhasil
dan menjadi lebih memahami dari apa yang mereka pelajari; (2) melakukan tradisi
dalam kelas misalnya diskusi dan aktivitas-aktivitas lain untuk membuat mahahasiswa
banyak bertanya dan mampu merefleksikan pengalamannya di bidang tersebut,
menguraikan apa yang mereka kerjakan dan pelajari, dan mengartikulasikannya untuk
dirinya sendiri dan lainnya, dan (3) meyakinkan kepada mahasiswa untuk mampu
mengantisipasi dari macam situasi ke depan sesuai dengan kasus yang mereka pelajari,
sehingga mereka akan mampu membayangkan penerapan pekerjaan dalam perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Kepada para dosen yang menggunakan metode pembelajaran CBL atau CBR
sebagai sumber belajar, disarankan melakukan index perpustakaan yang baik dari kasus
yang dipelajarinya untuk digunakan oleh masing-masing individu maupun kelompok
yang memungkinkan digunakan selama pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran CBL atau CBR oleh dosen dalam proses
belajar mengajar, disarankan sebagai aktivitas yang dapat mendorong pembelajaran
dalam bentuk pengaturan melakukan presentasi maupun menulis kasus untuk bersam-
sama dengan lainnya dalam kelompok.
Disarankan kepada dosen yang menggunakan metode CBL atau CBR dalam
proses belajar mengajar, untuk memberikan cara pengelolaan kepada mahasiswa
sebagai pusat pemecahan kasus, project-based, atau desain-based kelas yang membantu
mahasiswa lainnya bergerak melangkah ke depan yang sama untuk bersama-sama
menerima banyak ide tentang langkah yang sama. Disamping itu mahasiswa akan
menyimpan kasus-kasus secara langsung dalam memori yang dapat digunakan untuk
dapat melakukan pemikiran ke depan yang lebih cepat terhadap pengembangan kasus
yang dipelajari sebelumnya.
22
Keberlanjutan
Keberlanjutan penggunaan metode pembelajaran CBL atau CBR melalui media
pembelajaran audi-video dalam pembelajaran matakuliah Manajemen Konstruksi prodi
D3 Teknik Sipil sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan perangkat lunak dan keras
dalam implementasinya. Secara rinci faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan aplikasi software maupun hardware-nya oleh dosen ataupun instruktur
yang akan menyampaikan materi dengan metode tersebut, minimal dapat
mengoperasikan perangkat multimedia.
2. Adanya sosialisasi kepada para sejawat dosen khususnya anggota tim pengajar
Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Manajemen Konstruksi melalui seminar di
tingkat prodi, poster, maupun leaflet terkait dengan keberhasilan penggunaan media
pembelaran CBL melalui media pembelajaran audio-video.
3. Adanya regulasi di tingkat Jurusan yang mengatur adanya pemanfaatan hasil-hasil
pengembangan metode dan media pembelajaran pada matakuliah-matakuliah lain
yang masih relevant dengan matakuliah Manajemen Konstruksi guna meningkatkan
kuantitas dan kualitas kelulusan.
4. Adanya fasilitas sarana prasarana ruang pembelajaran Audio Visual Aid (AVA) yang
dimiliki oleh Jurusan Teknik Sipil, akan mampu menunjang keberlangsungan
penggunaan metode pembelajaran CBL melalui media pembelajaran audio-video.
5. Adanya matakuliah-matakuliah lain yang masih relevant dan sejenis dalam
pembelajarannya menggunakan metode CBL melalui media pembelajaran audio-
video yang dikembangkan dalam matakuliah Manajemen Konstruksi, diantaranya
adalah matakuliah Teknologi Konstruksi dan Beton, Perancangan 1, Metode
Pelaksanaan Konstruksi, dan Estimasi Biaya.
Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, maka keberlanjutan pengajaran
metode CBL khususnya dalam matakuliah Manajemen Konstruksi akan dapat
terlaksana dengan baik, hal ini mengingat kemampuan sumber daya pada tim pengajar
matakuliah tersebut dan telah adanya perangkat keras untuk melaksanakan pembelajran
dengan metode tersebut dapat berlangsung secra menerus. Disamping itu metode CBL
memiliki kemampuan untuk dikembangkan pada matakuliah-matakuliah lain yang
memiliki problematik dan karakeristik yang sejenis dengan matakuliah manajemen
konstruksi.
23
Daftar Pustaka
AECT. 1977. The Definition of Educational Technology. Washington: AECT.
Sadiman, A. 1986. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
pemanfaatannya. Jakarta: PT. Rajawali.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta;
Kanisius.
Camp, Gwendi, Problem Based Learning: A Paradigm Shift or Passing Fad?, The
University of Texas Medical Branch, 1996, http://www.utmb.edu/meo/
f0000003.htm.
Maer, B.M., dan Hendrayani, E.D, Case-Based dan Problem-Based Learning Dalam
pengajaran Struktur, Dengan Kasus Pengajaran Struktur di Jurusan Arsitektur
Universitas Kristen Petra Surabaya, Prosiding Konferensi Nasional FTSP Jurusan
Arsitektur Universitas Kristen Petra, Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Kristen
Petra, Surabaya; 19-20 Januari 2002.
Martin, B.L. & Brigss, L.J. 1986. The Affective and Cognitif Domains: Integration for
Instruction and Research. Englewood Cliffs, N.J: Educational Technology Publication.

You might also like