You are on page 1of 16

MODEL DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN ANALYSIS, DESIGN, DEVELOPMENT,

IMPLEMENTATION, EVALUATION (ADDIE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT STENOGRAFI

Dyah Ayu Mentari, Wiedy Murtini, Anton Subarno


Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS
Email : mentari_bersinar60@yahoo.com/ HP. 085642242959

ABSTRACT

7KH REMHFWLYHV RI WKLV UHVHDUFK DUH WR LQYHVWLJDWH WKH VWXGHQWV¶ LQWHUHVW LQ


learning stenography in class WKH VWXGHQWV¶ VFRUH LQ 6WHQRJUDSK\ HGXFDWLRQ DQG
training; and 3) the effectiveness of the application of the Instructional System Design
ADDIE model to improve the learning result in Stenography education and training of the
students in Grade XI AP of State Vocational High School 1 of Karanganyar.
This research used the classroom action research method with two cycles, and
each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation and
interpretation, and analysis and reflection. The objects of the research were the students
in Grade XI AP 2 of State Vocational High School 1 of Karanganyar as many as 39
students. The data of the research were gathered through in-depth interview,
observation, documentation, and test.
The resultV RI WKH UHVHDUFK DUH DV IROORZV WKH VWXGHQWV¶ LQWHUHVW LQ
Stenography education and training with interested criteria is as much as 17.95%, and
WKH VWXGHQWV¶ LQWHUHVW LQ 6WHQRJUDSK\ HGXFDWLRQ DQG WUDLQLQJ ZLWK YHU\ PXFK LQWHUHVWHG
criteria is 82.05%; WKHUH LV DQ LPSURYHPHQW LQ WKH VWXGHQWV¶ OHDUQLQJ UHVXOW LQ WKH
Stenography education and training through the use of the Instructional System Design
ADDIE model. 3) The application of the Instructional System Design ADDIE model is
effective of improvinJ WKH VWXGHQWV¶ OHDUQLQJ UHVXOW 7KH LPSURYHPHQW WDNHV SODFH IRU WKH
teacher has done several efforts as follows: (1) the teacher has managed the class well;
(2) the teacher can analyze the difficulties encountered by the students earlier and is able
to deal with them; (3) the teacher has made new innovations in delivering the learning
materials of Stenography through the application of the Instructional System Design
ADDIE model with individual approach method; and (4) the teacher has done evaluation
on the learning process, and has executed improvement for the following learning.
Keywords: Instructional system design ADDIE model, learning result, and Stenography.

I. Pendahuluan serta keterampilan yang diperlukan


Peningkatan Human Development dirinya dan masyarakat.
Indeks (HDI) Indonesia dapat ditempuh Sekolah Menengah Kejuruan
dengan cara mengarahkan Sumber (SMK) adalah lembaga pendidikan
Daya Manusia (SDM) melalui kejuruan yang tujuan utamanya
pendidikan. Pendidikan adalah usaha mempersiapkan siswa menjadi tenaga
sadar dan terencana untuk mewujudkan kerja handal dengan mengutamakan
suasana belajar dan proses kemampuan jurusan jenis tertentu yang
pembelajaran agar peserta didik secara salah satu jurusannya adalah
aktif mengembangkan potensi dirinya Administrasi Perkantoran. SMK Negeri 1
untuk memiliki kekuatan spiritual Karanganyar merupakan salah satu dari
keagamaan, pengendalian diri, tiga SMK Negeri yang ada di kabupaten
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia Karanganyar. SMK Negeri 1
Karanganyar terbagi menjadi 6 program
keahlian yaitu Akuntansi, Administrasi sistem pembelajaran ADDIE (Analysis
Perkantoran, Pemasaran, Busana Butik, Design Development Implementation
Multimedia, dan Usaha Pariwisata. and Evaluation) merupakan salah satu
Stenografi merupakan salah model pembelajaran yang di dalamnya
satu kompetensi yang harus dikuasai memperlihatkan tahapan-tahapan dasar
lulusan dari jurusan Administrasi desain sistem pembelajaran yang
Perkantoran SMKN 1 Karanganyar. sederhana, mudah dipelajari dan dapat
Meskipun pada saat ini tulisan stenografi memanfaatkan media teknologi.
sudah banyak tergantikan dengan media Model desain sistem
teknologi, akan tetapi stenografi tetaplah pembelajaran ADDIE merupakan model
menjadi salah satu ciri khusus dari pembelajaran yang memiliki komponen-
jurusan Administrasi Perkantoran. komponen yang meliputi analisis
Observasi awal yang dilakukan kebutuhan sesuai dengan masalah yang
oleh peneliti diketahui bahwa dalam ditemui, menentukan strategi
pembelajaran stenografi guru kurang pembelajaran, memproduksi program
bisa memahami kesulitan belajar yang dan bahan ajar kemudian melaksanakan
dialami oleh siswa sehingga siswa program pembelajaran tersebut dan
kurang aktif dalam pembelajarannya yang terakhir yaitu melakukan evaluasi
yang berdampak pada hasil belajar yang program pembelajaran dan evaluasi
tidak maksimal. Contohnya: siswa hasil belajar (Pribadi,2009:127).
kurang lancar dalam menulis stenografi Sehingga dapat dikatakan bahwa Model
disambung yang menggunakan desain sistem pembelajaran ADDIE
peraturan menyingkat, siswa banyak merupakan salah satu model
yang tidak hafal huruf-huruf stenografi pembelajaran yang efektif, mudah dan
meskipun sudah satu semester belajar sederhana yang dapat diterapkan pada
stenografi. Perhatian guru terhadap pembelajaran stenografi di SMK.
kesulitan siswa masih kurang, sehingga Dengan menggunakan pembelajaran
banyak siswa yang kurang semangat ADDIE guru tidak hanya dituntut untuk
dan bingung dalam proses mengajar, memberikan materi, dan
pembelajaran dikelas. Hal itu memberi perintah pada siswa untuk
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam bergerak akan tetapi unsur-unsur di
pembelajaran dan nilai (hasil belajar) dalamnya harus terpenuhi seperti
menjadi kurang maksimal. menganalisis, mendesain, membuat
Perkembangan jaman tidak program dan bahan ajar,
hanya ditandai dengan kemajuan alat- menerapkannya dan mengevaluasinya.
alat canggih saja tetapi juga ditandai Guru harus menganalisis,
dengan kemajuan di bidang teknologi merencanakan, mendesain, menyajikan
pembelajaran. Model pembelajaran pembelajaran semenarik mungkin
yang dahulu dikembangkan oleh Bloom dengan menyesuaikan pada keadaan
saat ini masih sering digunakan siswa, kebutuhan siswa, keadaan
diberbagai pembelajaran di kelas, sekolah (prasarana dan sarana yang
dimana secara garis besar metode- dimiliki), dan materi ajar. Partisipasi
metode yang digunakan adalah metode keaktifan siswa sebagai unsur dalam
ceramah, tanya jawab dan diskusi serta pembelajaran ini haruslah terpenuhi
sistem belajar tuntas. Seperti yang dengan baik. Pemahaman dan
sudah dijelaskan sebelumnya, pengetahuan siswa tentang materi yang
perkembangan dari masa ke masa dipelajari juga menjadi unsur yang tidak
selalu diiringi dengan munculnya boleh diabaikan dalam pelaksanaan
teknologi-teknologi yang diciptakan pembelajaran ini karena sangat penting
untuk mempermudah pembelajaran bagi siswa.
dikelas yang diikuti munculnya berbagai
model pembelajaran baru. Model II. Kajian Pustaka
pembelajaran yang baru tersebut salah a. Hasil Belajar
satunya adalah model desain sistem Sudjana (2005:22) menyatakan
pembelajaran ADDIE. Model desain EDKZD ³+DVLO EHODMDU DGDODK
kemampuan-kemampuan yang siswa yang mengikuti evaluasi.
dimiliki siswa setelah ia menerima Dengan lain perkataan, bahwa
SHQJDODPDQ EHODMDUQ\D´ -XOLDK keberhasilan seseorang siswa
dalam Asep Jihad dan Abdul Haris dipengaruhi oleh tempat relatifnya
(2009:15) juga berpendapat bahwa dibandingkan dengan prestasi
³KDVLO EHODMDU DGDODK VHJDOD VHVXDWX rata-rata kelompok. Dengan
yang menjadi milik siswa sebagai menggunakan standar relatif,
akibat dari kegiatan belajar yang dapat terjadi bahwa siswa yang
dilakukannya. Setelah melalui proses prosentasi (%) jawaban yang
belajar maka siswa diharapkan dapat benar hanya 50% dapat
mencapai tujuan belajar yang disebut dinyatakan lulus atau berhasil,
MXJD VHEDJDL KDVLO EHODMDU´ karena kebanyakan teman-teman
Sedangkan Sukmadinata (2009:102- yang lain mencapai angka
EHUSHQGDSDW EDKZD ³+DVLO prosentasi yang lebih rendah
belajar yang merupakan realisasi (2) Penilaian Acuan Patokan atau
atau pemekaran dari kecakapan disingkat PAP. Dan istilah ini
potensi atau kapasitas yang dimiliki merupakan terjemahan dari istilah
seseorang yang dapat dilihat dari DVLQJ ³Criterion Referenced´
perilaku dalam bentuk penguasaan Standar ini bersifat tetap artinya
pengetahuan, kemampuan berpikir, bahwa kriteria keberhasilan siswa
PDXSXQ NHWHUDPSLODQ PRWRULN´ itu tidak dipengaruhi oleh prestasi
Berdasarkan pendapat-pendapat di suatu kelompok siswa. Proses
atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran prestasi belajar
prestasi belajar adalah hasil yang dengan cara membandingkan
diperoleh setelah individu mengalami pencapaian seorang siswa
aktivitas belajar yaitu berupa dengan pelbagai perilaku ranah
perubahan-perubahan baik dalam yang telah ditetapkn secara baik
pengetahuan, kemampuan, tingkah sebagai patokan absolut. Oleh
laku yang dapat dinyatakan dalam karena itu dalam
bentuk angka, kalimat atau simbol mengimplementasikan
lainnya. pendekatan Penilaian Acuan
b. Pendekatan Evaluasi Prestasi Patokan diperlukan adanya
Belajar kriteria mutlak yang merujuk pada
Evaluasi yang berarti tujuan pembelajaran umum dan
pengungkapan dan pengukuran hasil khusus. Dalam menggunakan
belajar, pada dasarnya merupakan standar ini, maka keberhasilan
proses penyusunan deskripsi siswa, atau kegagalan siswa dalam
baik secara kuantitatif maupun mengikuti pelajaran ditentukan
kualitatif. Muhibbin Syah (2002:197) berdasarkan kriteria yang telah
PHQJXQJNDSNDQ EDKZD ³HYDOXDVL ditetapkan sebelumnya (sebelum
adalah penilaian terhadap tingkat evaluasi dilaksanakan).
keberhasilan siswa mencapai tujuan c. Model Desain Sistem Pembelajaran
yang telah ditetapkan dalam sebuah ADDIE
SURJUDP´. Ada dua pendekatan Model desain sistem
dalam mengevaluasi atau menilai pembelajaran ADDIE merupakan
tingkat keberhasilan/prestasi belajar model pembelajaran yang telah
yakni Penilaian Acuan Norma (PAN) dikembangkan oleh para pakar
dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). tekologi pendidikan pada pertengahan
(1) Penilaian Acuan Normal atau tahun 1990an untuk menyamakan
disingkat PAN. Dan istilah ini persepsi terhadap desain
merupakan alih bahasa dari istilah pembelajaran. ADDIE ini merupakan
DVLQJ ³Norm Referenced´ 3DGD model pembelajaran yang
standar yang relatif ini berlandaskan pada pendekatan
keberhasilan siswa ditentukan sistem. Model ini, sesuai dengan
oleh posisinya di antara kelompok namanya terdiri dari lima fase atau
tahap utama, yaitu Analysis, Desain, (2) Desain (Design)
Development, Implementation, dan Desain merupakan
Evaluation. langkah kedua dari desain
Kelima fase atau tahap dalam sistem pembelajaran ADDIE.
Model desain sistem pembelajaran Langkah ini memerlukan adanya
ADDIE perlu dilakukan secara klarifikasi program pembelajaran
sistemik dan sistematik. Berikut ini yang didesain sehingga program
adalah penjabaran komponen- tersebut dapat mencapai tujuan
komponen model desain sistem pembelajaran. Hal ini
pembelajaran ADDIE menurut Pribadi merupakan inti dari langkah
(2009:126-137) : analisis, yaitu mempelajari
(1) Analisis (analysis) masalah dan menemukan
Langkah analisis terdiri alternatif solusi yang akan
atas dua tahap, yaitu analisis kinerja ditempuh untuk dapat mengatasi
atau performance analysis dan masalah pembelajaran yang
analisis kebutuhan atau need berhasil diidentifkasi melalui
analysis. Tahap pertama, yaitu langkah analisis kebutuhan.
analisis kinerja dilakukan untuk Langkah yang perlu
mengetahui dan mengklarifikasi dilakukan dalam desain adalah
apakah masalah kinerja yang menentukan pengalaman
dihadapi memerlukan solusi berupa belajar atau learning experience
penyelenggaraan program yang harus dimiliki oleh siswa
pembelajaran atau perbaikan selama mengikuti aktivitas
manajemen. Pada tahap kedua, yaitu pembelajaran. Langkah desain
analisis kebutuhan, merupakan harus mampu menjawab
langkah yang diperlukan untuk pertanyaan apakah program
menentukan kemampuan- pembelajaran yang didesain
kemampuan atau kompetensi yang dapat digunakan untuk
perlu dipelajari oleh siswa untuk mengatasi malah kesenjangan
meningkatkan kinerja atau prestasi performa yang terjadi pada diri
belajar. siswa yaitu perbedaan antara
Jika hasil analisis data kemampuan yang telah dimiliki
yang telah dikumpulkan mengarah dengan kemampuan yang
kepada pembelajaran sebagai solusi seharusnya dimiliki oleh siswa.
untuk mengatasi masalah Sehingga dapat
pembelajaran yang sedang dihadapi, menggambarkan perbedaan
selanjutnya perancang atau desainer antara kemampuan yang dimiliki
program pembelajaran melakukan dengan kemampuan yang ideal.
analisis kebutuhan dengan (3) Pengembangan (Development)
memperhatikan hal-hal sebagai Pengembangan
berikut a) karakteristik siswa (learner merupakan langkah ketiga
analysis); b) pengetahuan dan dalam mengimplementasikan
keterampilan yang telah dimiliki oleh model desain sistem
siswa (pre-requisite skills); c) pembelajaran ADDIE. Langkah
kompetensi yang perlu dimiliki siswa pengembangan meliputi
(task atau goal analysis); d) indikator kegiatan membuat, membeli dan
untuk menentukan bahwa siswa memodifikasi bahan ajar atau
telah mencapai kompetensi yang learning materials untuk
telah ditentukan setelah melakukan mencapai tujuan pembelajaran
proses pembelajaran(evaluation and yang telah ditentukan.
assessment); e) Kondisi yang Langkah pengembangan
diperlukan oleh siswa agar dapat ini mencakup kegiatan memproduksi
memperlihatkan kompetensi yang program dan bahan ajar dan
telah dipelajari (setting or condition menentukan metode, media, serta
analysis). strategi pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan dalam menyampaikan materi keikutsertaan dalam program
program pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran, dan (3) keuntungan yang
yang perlu dicapai dalam melakukan dirasakan oleh sekolah akibat adanya
langkah pengembangan yaitu Pertama, peningkatan kompetensi siswa setelah
memproduksi, membeli, atau merevisi mengikuti program pembelajaran.
bahan-bahan ajar yang akan digunakan d. Pengertian Stenografi
untuk mencapai tujuan pembelajaran Istilah Stenografi berasal dari bahasa
yang telah dirumuskan sebelumnya; <XQDQL \DLWX ³stenography. Stenography
Kedua, memilih media atau kombinasi sendiri berasal dari dua kata yaitu
media terbaik yang akan digunakan ³stenos´ \DQJ DUWLQ\D VLQJNDWDQ DWDX
untuk mencapai tujuan pembelajaran. SHQGHN GDQ ³graphein´ \DQJ DUWLQ\D
(4) Implementasi (implementation) menulis. Jadi, pengertian stenografi
Implementasi atau penyampaian secara harafiah adalah tulisan pendek
materi pembelajaran merupakan (shorthand). Tulisan stenografi yang
langkah keempat dari model desain disebut dengan stenogram disusun
sistem pembelajaran ADDIE. Langkah sedemikian rupa agar menjadi pendek
implementasi merupakan pelaksanaan dan singkat sehingga penulisannya
program pembelajarn dnegan menjadi cepat. Meskipun stenografi
menerapkan desain atau spesifikasi mulai tergeser dengan perkembangan
program pembelajaran. Dengan kata jaman, tetapi stenografi tetap menjadi
lain, mempunyai makna adanya mata pelajaran yang harus ada pada
penyampaian materi pembelajaran dari jurusan Administrasi Perkantoran seperti
guru atau instruktur kepada siswa. halnya di SMKN 1 Karanganyar.
Tujuan utama dari tahap Stenografi yang dipelajari dibagi
implementasi, yang merupakan langkah menjadi dua yaitu stenografi bahasa
realisasi desain dan pengembangan, Indonesia dan stenografi bahasa Inggris.
adalah sebagai berikut (1) membimbing Sistem yang digunakan pada mata
siswa untuk mencapai tujuan pelajaran stenografi di Lembaga-
pembelajaran atau kompetensi, (2) lembaga Pendidikan adalah sistem
menjamin terjadinya pemecahan Karundeng. Mata pelajaran stenografi
masalah/solusi untuk mengatasi tidaklah semata-mata sebagai
kesenjangan hasil belajar yang dihadapi pelengkap mata pelajaran khusus
oleh siswa, (3) memastikan bahwa pada jurusan Administrasi Perkantoran saja.
akhir program pembelajaran siswa pelru Tetapi juga karena stenografi memiliki
memiliki kompetensi pengetahuan, banyak manfaat yang dapat digunakan
keterampilan, dan sikap yang bagi seorang sekretaris yang salah satu
diperlukan. tugasnya sebagai penyimpan rahasia
(5) Evaluasi (Evaluation) perusahaan. Selain itu juga stenografi
Langkah kelima yaitu merupakan ciri khas dari jurusan
langkah terakhir dari model desain Administrasi Perkantoran.
sistem pembelajaran ADDIE adalah
evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah III. Metodologi
proses yang dilakukan untuk Penelitian ini dilaksanakan di
memberikan nilai terhadap program SMK Negeri 1 Karanganyar yang
pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan beralamat di jalan A.W. Monginsidi No.1
sepanjang pelaksanaan kelima langkah Karanganyar. Penelitian Tindakan Kelas
dalam Model desain sistem (PTK) dilaksanakan dari bulan Februari
pembelajaran ADDIE. sampai dengan bulan Juni 2013. Subyek
Evaluasi terhadap penelitian tindakan kelas ini adalah
program pembelajaran bertujuan untuk siswa kelas XI jurusan Adminisitrasi
mengetahui beberapa hal, yaitu (1) Perkantoran 2 dengan jumlah siswa 39
sikap siswa terhadap kegiatan siswa pada semester 2 tahun ajaran
pembelajaran secara keseluruhan,(2) 2012/2013. Dalam penelitian tindakan
peningkatan kompetensi dalam diri kelas ini, jenis data yang menjadi fokus
siswa yang merupakan dampak dari penelitian tindakan kelas adalah nilai
hasil evaluasi mata pelajaran stenografi, a. Pratindakan
kemampuan siswa menulis stenografi Sebelum melaksanakan
dengan benar, dan aktivitas yang penelitian tindakan kelas, peneliti
dilakukan oleh siswa kelas XI 2 jurusan
Administrasi Perkantoran.
terlebih dahulu melakukan
Sumber data dalam penelitian ini observasi awal. Observasi awal
meliputi informan, siswa, tempat atau dilakukan untuk mengidentifikasi
lokasi, peristiwa dan dokumen atau permasalahan yang terjadi
arsip. Sesuai dengan sumber data yang dilapangan. Peneliti melakukan
digunakan dalam penelitian ini, maka observasi mendalam pada tanggal 7
teknik pengumpulan data yang Februari 2014 di kelas XI AP 2 SMK
digunakan adalah wawancara, Negeri 1 Karanganyar. Berikut ini
observasi, dokumentasi dan tes. adalah hasil observasi keaktifan dan
Dalam penelitian ini ketuntasan belajar siswa sebelum
menggunakan uji kredibilitas yang dilakukan penerapan model desain
meliputi triangulasi sumber dan teknik. sistem pembelajaran ADDIE dengan
IV. Hasil dan Pembahasan metode pendekatan individu.
Tabel 1. Pengukuran Keaktifan Siswa Pra Siklus

Jenis Keaktifan
Kriteria Mental Visual Oral listening Writing Emotional
Activities Activities activities activities activities Activities
BS 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
B 2,56% 2,56% 1,71% 2,56% 5,13% 0,00%
C 16,67% 21,79% 22,22% 12,82% 16,67% 20,51%
K 56,41% 50,00% 47,86% 51,28% 50,00% 53,85%
KS 24,36% 25,64% 28,21% 35,90% 28,21% 25,64%
Sumber : Data olahan pengamatan observasi awal peneliti

Tabel tersebut menunjukkan tersebut. Karena banyak siswa yang


bahwa keaktifan siswa pada setiap belum bisa menulis huruf steno tanpa
aspek sangatlah kurang. Sedangkan melihat buku, guru meminta siswa
ketuntasan belajar siswa sebelum untuk berlatih menulis huruf-huruf
penerapan model desain sistem stenografi tanpa melihat buku.
pembelajaran ADDIE hanya ada 8 Pertemuan kedua pada tanggal 21
siswa yang tuntas dan 31 siswa Februari 2013 guru meminta siswa
lainya belum tuntas. Sedangkan untuk menulis huruf-huruf stenografi
rata-rata kelasnya adalah 63. tanpa melihat buku, kemudian guru
b. Siklus I mengoreksi kesalahannya.
Materi pelaksanaan tindakan Dilanjutkan guru menjelaskan materi
pada siklus I adalah cara selanjutnya dan proses pembelajaran
menyambung huruf-huruf stenografi dilakukan sesuai dengan skenario
dan macam-macam huruf rangkap dan RPP yang menggunakan model
vokal pada stenografi. Pada desain sistem pembelajaran ADDIE.
pertemuan pertama tanggal 14 Pertemuan ketiga pada tanggal 28
Februari 2013 guru memberikan Februari 2013, guru memberikan
penjelasan mengenai model desain evaluasi individu kepada siswa untuk
sistem pembelajaran ADDIE, menguji penguasaan siswa mengenai
kemudian guru memberikan materi materi yang sudah dipelajari.
pembelajaran. Kemudian guru Peneliti melakukan pengamatan
memberikan soal latihan kepada terhadap pelaksanaan proses belajar
siswa. Guru memberikan kesempatan mengajar stenografi dengan model
kepada siswa untuk bertanya desain sistem pembelajaran ADDIE
mengenai kesulitan yang dialami dan dan metode pendekatan individual,
guru langsung membantu siswa yang berpedoman pada lembar
pengamatan yang telah disusun. tersebut. Berikut hasil observasi
Pengamatan dilakukan untuk penerapan model desain sistem
mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran ADDIE dengan metode
pelaksanaan kegiatan belajar pendekatan individu dilihat dari segi
mengajar dan hasil belajar siswa keaktifan siswa :
dengan model yang telah diterapkan
(1) Mental Activities
Tabel 2. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Mental Activities Siklus 1

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
BS 0,00% 10,26%
B 2,56% 16,67%
C 16,67% 20,51%
K 56,41% 34,62%
KS 24,36% 17,95%

( Sumber: Data Hasil Penelitian) dari 2,56% menjadi 16,67 %,


Dilihat dari tabel, di siklus I indikator C (cukup) dari 16,67 %
mengalami peningkatan prosentase menjadi 20,51%, indikator K
keaktifan siswa pada aspek mental (kurang) dari 56,41% menjadi
activities . Pada indikator BS (baik 34,62%, dan indikator KS (Kurang
sekali) dari 0% meningkat menjadi Sekali) dari 24,36% menjadi
10,26 %, pada indikator B (baik) 17,95%.

(2) Visual Activities


Tabel 3. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities Siklus 1

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
BS 0,00% 7,69%
B 2,56% 23,08%
C 21,79% 33,33%
K 50,00% 25,64%
KS 25,64% 10,26%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel, di siklus I 2,56% menjadi 23,08 %, indikator C
mengalami peningkatan prosentase (cukup) dari 21,79 % menjadi 33,33
keaktifan siswa pada aspek visual %, indikator K (kurang) dari 50,00 %
activities . Pada indikator BS (baik menjadi 25,64 %, dan indikator KS
sekali) dari 0% meningkat menjadi (Kurang Sekali) dari 25,64 % menjadi
7,69 %, pada indikator B (baik) dari 10,26 %.
(3) Oral Activities
Tabel 4. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus 1

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
BS 0,00% 7,69%
B 1,71% 21,37%
C 22,22% 34,19%
K 47,86% 25,64%
KS 28,21% 11,11%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel di siklus I 1,71% menjadi 21,37 %, indikator C
mengalami peningkatan prosentase (cukup) dari 22,22 % menjadi 34,19
keaktifan siswa pada aspek oral %, indikator K (kurang) dari 47,86 %
activities . Pada indikator BS (baik menjadi 25,64 %, dan indikator KS
sekali) dari 0% meningkat menjadi (Kurang Sekali) dari 28,21 % menjadi
7,69 %, pada indikator B (baik) dari 11,11 %.

(4) Listening activities


Tabel 5. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities Siklus 1
Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
BS 0,00% 10,26%
B 2,56% 20,51%
C 12,82% 41,03%
K 51,28% 28,21%
KS 35,90% 0,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel di siklus I 2,56 % menjadi 20,51 %, indikator C
mengalami peningkatan prosentase (cukup) dari 12,82 % menjadi 41,03
keaktifan siswa pada aspek listening %, indikator K (kurang) dari 51,28 %
activities. Pada indikator BS (baik menjadi 28,21 %, dan indikator KS
sekali) dari 0% meningkat menjadi (Kurang Sekali) dari 35,90 % menjadi
10,26 %, pada indikator B (baik) dari 0 %.

(5) Writing Activities


Tabel 6. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities Siklus 1

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
Bs 0,00% 10,26%
B 5,13% 23,08%
C 16,67% 29,49%
K 50,00% 30,77%
Ks 28,21% 6,41%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel di siklus I 10,26 %, pada indikator B (baik) dari
mengalami peningkatan prosentase 5,13 % menjadi 23,08 %, indikator C
keaktifan siswa pada aspek writing (cukup) dari 16,67 % menjadi 29,49
activities. Pada indikator BS (baik %, indikator K (kurang) dari 50,00 %
sekali) dari 0% meningkat menjadi menjadi 30,77 %, dan indikator KS
(Kurang Sekali) dari 28,21 % menjadi 6,41 %.

(6) Emotional Activities


Tabel 7. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Emotional Activities Siklus 1

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1
BS 0,00% 7,69%
B 0,00% 12,82%
C 20,51% 33,33%
K 53,85% 30,77%
KS 25,64% 15,38%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel di siklus I 30,77 %, dan indikator KS (Kurang
mengalami peningkatan prosentase Sekali) dari 25,64 % menjadi 15,38
keaktifan siswa pada aspek %.
emotional activities. Pada indikator Hasil belajar yang dicapai pada
BS (baik sekali) dari 0% meningkat siklus I setelah melalui proses
menjadi 7,69 %, pada indikator B belajar mengajar dengan model
(baik) dari 0 % menjadi 12,82 %, desain sistem pembelajaran ADDIE
indikator C (cukup) dari 20,51 % dan metode pendekatan individu
menjadi 33,33 %, indikator K adalah sebagai berikut :
(kurang) dari 53,85 % menjadi

Tabel 8. Nilai evaluasi siklus I

Persentase
Rentang Nilai Frekuensi (%)
95-99 1 2,56%
90-94 7 17,95%
85-89 4 10,26%
80-84 9 23,08%
75-79 9 23,08%
Kurang dari 75 9 23,08%
Jumlah 39 100,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Hasil penilaian pada evaluasi pembelajaran di kelas lebih sering
siklus I menunjukkan bahwa ada 30 bercanda dengan temannya atau
siswa atau 76,92% dari keseluruhan sibuk dengan komputer didepannya
siswa yang sudah mencapai batas dikarenakan ruang yang digunakan
..0 • VHGDQJNDQ \DQJ EHOXP adalah Laboratorium Komputer
mencapai batas KKM ada 9 siswa sehingga tidak memperhatikan ketika
atau 23,08%. Jika dilihat dari hasil guru menjelaskan didepan kelas.
pengamatan pada berbagai aspek c. Siklus II
keaktifan didalam kelas, siswa yang Materi pelaksanaan tindakan
sudah mencapai batas KKM pada siklus II yaitu tentang macam-
merupakan siswa yang aktif dalam macam huruf rangkap konsonan
proses pembelajaran di kelas, tidak pada stenografi. Pada pertemuan
ragu untuk bertanya apabila pertama siklus II yaitu tanggal 7
mengalami kesulitan dan selalu maret 2013 guru memberikan
mendengarkan penjelasan guru. penjelasan mengenai model
Sedangkan, siswa yang belum pembelajaran yang akan digunakan
mencapai batas KKM dalam proses dan metode pendekatan individu.
Guru memberitahukan kepada dengan skenario dan RPP yang
siswa mengenai indikator yang harus menggunakan model desain sistem
dicapai dilanjutkan dengan pembelajaran ADDIE dan metode
menjelaskan materi pembelajaran pendekatan individu. Pertemuan
yaitu huruf rangkap konsonan (nt, nd, ketiga pada tanggal 4 April 2013,
st, sp, sy) . Kemudian guru guru memberikan evaluasi individu
memberikan soal latihan kepada kepada siswa untuk menguji
siswa. Guru memberikan penguasaan siswa mengenai materi
kesempatan kepada siswa untuk yang sudah dipelajari. Peneliti
bertanya mengenai kesulitan yang melakukan pengamatan terhadap
dialami dan guru langsung pelaksanaan proses belajar
membantu siswa tersebut. Siswa mengajar stenografi dengan model
yang sudah selesai, diberi desain sistem pembelajaran ADDIE
kesempatan untuk maju kedepan dan metode pendekatan individual,
terutama bagi siswa yang belum yang berpedoman pada lembar
pernah mencoba untuk mengerjakan pengamatan yang telah disusun.
dipapan tulis. Pertemuan kedua pada Pengamatan dilakukan untuk
tanggal 28 Maret 2013 guru meminta mengetahui keaktifan siswa dalam
siswa untuk menulis kembali huruf- pelaksanaan kegiatan belajar
huruf rangkap stenografi yang sudah mengajar dan hasil belajar siswa
dipelajari pada pertemuan dengan model yang telah diterapkan
sebelumnya tanpa melihat buku, tersebut.
kemudian guru mengoreksi bersama Berikut hasil observasi
dengan siswa. Dilanjutkan guru penerapan model desain sistem
menjelaskan materi selanjutnya (ny, pembelajaran ADDIE dengan metode
ng, ks, nj, kw) dan proses pendekatan individu pada siklus II
pembelajaran dilakukan sesuai dilihat dari segi keaktifan siswa :
(1) Mental Activities
Tabel 9. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Mental Activities Siklus II
Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 10,26% 30,77%
B 2,56% 16,67% 30,77%
C 16,67% 20,51% 21,79%
K 56,41% 34,62% 16,67%
KS 24,36% 17,95% 0,00%

(Sumber: Data Hasil Penelitian)


Dilihat dari tabel yang dibandingkan (baik) dari 16,67 % menjadi 30,77 %,
dari siklus I dan siklus II, di siklus II indikator C (cukup) dari 20,51%
mengalami peningkatan prosentase menjadi 21,79 %, indikator K
keaktifan siswa pada aspek mental (kurang) dari 56,41% menjadi
activities. Pada indikator BS (baik 34,62%, dan indikator KS (Kurang
sekali) dari 10,26 % meningkat Sekali) dari 24,36% menjadi 17,95%.
menjadi 30,77 %, pada indikator B
(2) Visual Activities
Tabel 10. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities Siklus II

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 7,69% 46,15%
B 2,56% 23,08% 29,49%
C 21,79% 33,33% 20,51%
K 50,00% 25,64% 3,85%
KS 25,64% 10,26% 0,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel dan gambar yang indikator B (baik) dari 23,08 %
dibandingkan dari siklus I dan siklus menjadi 29,49 %, indikator C (cukup)
II, di siklus II mengalami peningkatan berkurang dari 33,33% menjadi
prosentase keaktifan siswa pada 20,51 %, indikator K (kurang) dari
aspek visual activities . Pada 25,64% menjadi 3,85 %, dan
indikator BS (baik sekali) dari 7,69 % indikator KS (Kurang Sekali) dari
meningkat menjadi 46,15%, pada 24,36% menjadi 17,95%.

(3) Oral Activities


Tabel 11. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus II
Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 7,69% 25,64%
B 1,71% 21,37% 32,48%
C 22,22% 34,19% 25,64%
K 47,86% 25,64% 16,24%
KS 28,21% 11,11% 0,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Dilihat dari tabel yang indikator B (baik) dari 21,37 % menjadi


dibandingkan dari prasiklus, siklus I dan 32,48%, indikator C (cukup) berkurang
siklus II, di siklus II mengalami dari 34,19% menjadi 25,64 %, indikator
peningkatan prosentase keaktifan siswa K (kurang) dari 25,64% menjadi 16,24
pada aspek oral activities. Pada %, dan indikator KS (Kurang Sekali) dari
indikator BS (baik sekali) dari 7,69 % 11,11% menjadi 0%.
meningkat menjadi 25,64 %, pada

(4) Listening Activities


Tabel 12 Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities Siklus II

Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 10,26% 23,08%
B 2,56% 20,51% 43,59%
C 12,82% 41,03% 23,08%
K 51,28% 28,21% 10,26%
KS 35,90% 0,00% 0,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Dilihat dari tabel yang peningkatan prosentase keaktifan siswa
dibandingkan dari prasiklus, siklus I dan pada aspek listening activities. Pada
siklus II, di siklus II mengalami indikator BS (baik sekali) dari 10,26 %
meningkat menjadi 23,08 %, pada K (kurang) dari 28,21% menjadi 10,26
indikator B (baik) dari 20,51 % menjadi %, dan indikator KS (Kurang Sekali)
43,59 %, indikator C (cukup) berkurang tidak mengalami perubahan yaitu 0%.
dari 41,03% menjadi 23,08 %, indikator
(5) Writing Activities
Tabel 13. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities Siklus II
Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 10,26% 23,08%
B 5,13% 23,08% 42,31%
C 16,67% 29,49% 23,08%
K 50,00% 30,77% 11,54%
KS 28,21% 6,41% 0,00%

(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Dilihat dari tabel yang pada indikator B (baik) dari 23,08 %


dibandingkan dari prasiklus, siklus I menjadi 42,31 %, indikator C (cukup)
dan siklus II, di siklus II mengalami berkurang dari 29,49% menjadi
peningkatan prosentase keaktifan 23,08 %, indikator K (kurang) dari
siswa pada aspek writing activities. 30,77% menjadi 11,54 %, dan
Pada indikator BS (baik sekali) dari indikator KS (Kurang Sekali) dari
10,26 % meningkat menjadi 23,08 %, 6,41 % menjadi 0%.

(6) Emotional Activities


Tabel 14. Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Emotional Activities Siklus II
Prosentase
Kriteria
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
BS 0,00% 7,69% 30,77%
B 0,00% 12,82% 38,46%
C 20,51% 33,33% 20,51%
K 53,85% 30,77% 10,26%
KS 25,64% 15,38% 0,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Dilihat dari tabel yang K (kurang) dari 30,77% menjadi 10,26


dibandingkan dari prasiklus, siklus I dan %, dan indikator KS (Kurang Sekali) dari
siklus II, di siklus II mengalami 15,38 % menjadi 0%.
peningkatan prosentase keaktifan siswa Hasil belajar yang dicapai pada
pada aspek Emotional activities. Pada siklus II setelah melalui proses belajar
indikator BS (baik sekali) dari 7,69 % mengajar dengan model desain sistem
meningkat menjadi 30,77 %, pada pembelajaran ADDIE dan metode
indikator B (baik) dari 12,82 % menjadi pendekatan individu adalah sebagai
38,46 %, indikator C (cukup) berkurang berikut :
dari 33,33 % menjadi 20,51 %, indikator
Tabel 15. Hasil Evaluasi Siklus II

Rentang Nilai Frekuensi Persentase


95-99 6 15,38%
90-94 8 20,51%
85-89 10 25,64%
80-84 5 12,82%
75-79 6 15,38%
Kurang dari 75 4 10,26%
Jumlah 39 100,00%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Hasil penilaian pada evaluasi sama dengan hasil penelitian yang


siklus II menunjukkan bahwa siswa dilakukan oleh Heriyanto (2011) bahwa
yang sudah mencapai batas KKM dengan menggunakan Model desain
• DGD VLVZD DWDX sistem pembelajaran ADDIE dapat
sedangkan yang belum mencapai meningkatkan hasil belajar siswa pada
batas KKM ada 4 siswa atau 10,26 %. lompat jauh gaya jongkok.
Jika dibandingkan dengan nilai pada Peningkatan hasil belajar siswa
siklus I, maka pada siklus II ini banyak didasarkan pada nilai tes prasiklus,
siswa yang mencapai batas KKM siklus I, dan siklus II. Berdasarkan
mengalami kenaikan. Meskipun masih pada nilai tes awal pra siklus, hanya
ada beberapa siswa yang belum ada 8 siswa yang dapat mencapai
mencapai batas KKM, hal ini batas KKM dengan prosentase
dikarenakan siswa tersebut sering ijin 20,51% dan 31 siswa yang lain
tidak mengikuti pelajaran dikarenakan dengan prosentase 79,49% dinyatakan
ada tugas dari sekolah, sehingga tidak belum lulus. Pada siklus I ketuntasan
bisa mengikuti pelajaran dengan baik. belajar siswa meningkat menjadi 30
Akan tetapi didalam mengerjakan siswa dengan prosentase 76,92% dan
tugas ataupun ketika berada dikelas, yang belum lulus menurun menjadi 9
siswa tersebut mau aktif dalam proses siswa dengan prosentase 23,8%.
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian berdasarkan nilai evaluasi
Penelitian tindakan kelas pada siklus II juga menunjukkan
dengan menggunakan model desain adanya peningkatan ketuntasan
sistem pembelajaran ADDIE dan belajar siswa yaitu sebesar 89,74%
metode pendekatan individu atau ada 35 siswa dan yang belum
berdasarkan hasil evaluasi pada siklus mencapai ketuntasan belajar ada 4
I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa siswa dengan prosentase 10,26%.
terjadi peningkatan hasil belajar siswa Berikut tabel yang menunjukkan
pada mata diklat stenografi di SMK peningkatan ketuntasan belajar siswa
Negeri 1 Karanganyar. Hasil tersebut pada setiap siklus :

Tabel 16 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Indikator Keberhasilan 75%


Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Tuntas 8 20,51% 30 76,92% 35 89,74%

Tidak Tuntas 31 79,49% 9 23,08% 4 10,26%

(Sumber: Data Hasil Penelitian)


Berikut adalah grafik yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II :

40
35
31 30
20 Tuntas
8 9 Tidak tuntas
4
0
Pra siklus siklus I siklus II

Gambar 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Grafik tersebut menunjukkan desain sistem pembelajaran ADDIE


bahwa siswa yang tuntas atau tidak hanya dapat meningkatkan hasil
mencapai batas KKM mengalami belajar siswa, tetapi juga berdampak
peningkatan pada setiap siklusnya dan pada minat siswa terhadap Stenografi.
siswa yang belum mencapai batas KKM Berikut ini merupakan prosentase hasil
mengalami penurunan pada setiap penilaian instrumen minat siswa yang
siklusnya.Sehingga dapat disimpulkan diisi siswa setelah guru memakai model
bahwa penggunaan model desain desain sistem pembelajaran ADDIE
sistem pembelajaran ADDIE dengan yang digambarkan melalui kategori
metode pendekatan individu dapat sebagai berikut :
meningkatkan hasil belajar siswa. Model

Tabel 4.19. Penilaian minat siswa setelah menggunakan Model desain sistem
pembelajaran ADDIE
Kriteria Prosentase
Tidak Berminat 0%
Kurang Berminat 0%
Netral 0%
Berminat 17,95%
Sangat Berminat 82,05%
(Sumber : Data Hasil Penelitian)
Minat siswa terhadap mata peningkatan aktivitas siswa didalam
diklat Stenografi, dilihat dari tabel diatas kelas. Keaktifan siswa dalam proses
dapat disimpulkan bahwa 100% siswa pembelajarannya menurut Paul B.
berminat pada Stenografi. Peningkatan Dierich dalam Arifin (1990) dapat dilihat
minat siswa tersebut, sama seperti hasil dari aspek mental activities, visual
penelitian Tyler yang menggunakan activities, oral activities, listening
metode pendekatan individu dimana activities, writing activities, emotional
siswa lebih banyak menyukai activities. Peningkatan keaktifan siswa
pembelajaran dengan metode juga diikuti dengan peningkatan hasil
pendekatan individu. belajar siswa pada setiap siklus.
Hasil pengamatan kolaborator Keberhasilan pembelajaran stenografi
yang dilakukan saat pelaksanaan dengan menerapkan model desain
penelitian tindakan kelas pada setiap sistem pembelajaran ADDIE dan
siklus menunjukkan bahwa siswa lebih metode pendekatan individual dapat
tertarik dan berminat ketika guru ditunjukkan dari beberapa hal sebagai
menggunakan media dan melakukan berikut (1) Siswa mulai tertarik ketika
pendekatan individu. Ketertarikan guru menjelaskan kepada siswa
tersebut ditunjukkan dengan mengenai model pembelajaran yang
akan diterapkan (2) Siswa sangat Karanganyar. Hal tersebut dapat dilihat
bersemangat dalam mengikuti dari hasil penelitian sebagai berikut: (1)
pembelajaran stenografi (3) Siswa lebih keaktifan siswa dari aspek mental
termotivasi untuk berlatih dan belajar activities pada siklus I ada 19 siswa
stenografi agar mendapatkan nilai yang (48,72%) dan pada siklus II menjadi 33
bagus (4) Siswa sangat antusias untuk siswa (84,62%). (2) keaktifan siswa dari
ikut serta berperan aktif dalam aspek visual activities pada siklus I ada
pembelajaran dikelas (5) Siswa tidak 25 siswa (64,10%) dan pada siklus II
ragu untuk bertanya kesulitan yang menjadi 38 siswa (97,44%). (3) keaktifan
dialami kepada guru (6) Keterampilan siswa dari aspek oral activities pada
siswa dalam menulis stenografi juga siklus I ada 25 siswa (64,10%) dan pada
lebih baik, karena setiap kesalahan siklus II menjadi 33 siswa (84,62%). (4)
langsung diperbaiki dengan dibantu oleh keaktifan siswa dari aspek listening
guru (7) Siswa percaya diri mengerjakan activities pada siklus I ada 28 siswa
evaluasi di akhir siklus (8) Nilai siswa di (71,79%) dan pada siklus II menjadi 35
akhir siklus mengalami peningkatan dari siswa (89,74%). (5) keaktifan siswa dari
siklus I sampai siklus II. aspek writing activities pada siklus I ada
25 siswa (64,10%) dan pada siklus II
V. Simpulan menjadi 34 siswa (87,18%). (6) keaktifan
Penelitian Tindakan Kelas siswa dari emotional visual activities
dilaksanakan di kelas XI AP 1 SMK pada siklus I ada 21 siswa (53,85%) dan
Negeri 1 Karanganyar dilaksanakan pada siklus II menjadi 35 siswa
dalam dua siklus. Setiap siklus (89,74%) (7) ketuntasan hasil belajar
dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu siswa pada siklus I dari 30 siswa
: (1) perencanaan tindakan; (2) (76,92%) dan pada siklus II menjadi 35
pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan siswa (89,74%) (8) minat siswa terhadap
interprestasi dan (4) analisis dan refleksi mata diklat stenografi sebesar 100%
tindakan. setelah melalui proses pembelajaran
Data penelitian tindakan kelas dimana guru menggunakan Model
yang diperoleh dan dikumpulkan desain sistem pembelajaran ADDIE.
dijadikan dasar peneliti dalam menarik Saran penelitian adalah peneliti
kesimpulan yaitu terdapat peningkatan lain atau guru diharapkan dapat
hasil belajar mata diklat Stenografi melaksanakan keberlanjutan siklus
dengan menggunakan model desain berikutnya dengan meminimalisir
sistem pembelajaran ADDIE pada siswa kekurangan dari pelaksanaan tindakan
kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 siklus I dan Siklus II.

VI. Daftar Pustaka


Arifin, Zainal. (1990). Evaluasi
Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pribadi, B.A.(2009). Model Desain
Sistem Pembelajaran.
Heriyanto,I.(2011). Aplikasi Model Jakarta:Dian Rakyat
Desain Sistem Pembelajaran
ADDIE Untuk Meningkatkan Hasil Sukmadinata,N.S.(2004).Landasan
Belajar Lompat Jauh Gaya Psikologi Proses Pendidikan.
Jongkok Pada Siswa Kelas V SD Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Negeri Sumber IV Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta Tahun Sudjana,N.(2005). Penilaian Hasil Proses
Pelajaran 2010/2011. Skripsi Belajar Mengajar. Bandung: PT
Tidak Dipublikasikan.FKIP Remaja Rosdakarya
Universitas Sebelas Maret
Surakart Asep Jihad dan Abdul Haris.(2009).
Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta:Multi Pressindo
Muhibbin Syah.(2002). Psikologi Belajar. Approach or Individual
Jakarta:PT Raja Grafindo Approach, Journal of Diversity
Persada Management. Vol.2 No.3.
Diperoleh 20 Maret 2013 dari
Tyler T, Johnson,V, Zhang,MM, & http://journals.cluteonline.com/in
Southern,L.(2007).Team dex.php/ JDM/article/

You might also like