You are on page 1of 20

I.

Skenario E Blok 27 Tahun 2014



A woman attends a routine antenatal appointment at 31 weeks gestation. She
is 38 years old and this is her sixth pregnancy. She has uncontrolled hypertension
since six years ago. She has five children, all spontaneous vaginal deliveries at term.
Her fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by a
superimposed preeclampsia on chronic hypertension. She is reffered by midwife to
doctor (public health center) because of this bad obstetrical history and breech
presentation. The mother complains of tension headache, blury vision, malaise and
dizzy. Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only
eats some food that she can afford to buy. She feels generally tired and attributes this
to caring for her four young children. She reports good fetal movements (more than
10 per day).

In the examination findings :
Height = 150cm, weight 80kg, blood pleasure = 176/113 mmHg, pulse=92x/m,
RR=22x/m.
Palpebral conjunctival was normal.
Outer examination : hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen.
Hemoglobin 10.8 g/dL
Mean cell volume 78 fL
Mean corpuscular hemoglobin concentration 32 g/dL
White cell count 11.200/L
Platelets 137.000/L
LDH 800/L
SGOT/PT 88/94 g/dL
Urinalisys proteinuria 4+
Blood group : A negative
No atypical antibodies detected.

II. Klarifikasi Istilah
1. Malaise :Perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu.
2. ANC : Program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil untuk memperoleh kehamilan dan persalinan yang
aman dan memuaskan.
3. Superimposed preeclampsia : Gejala dan tanda-tanda preeclampsia muncul
sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita
hipertensi kronis.
4. Breech presentation : Keadaan janin letaknya memanjang dengan bokong
menempati bagian bawah rongga janin
5. Tension headache : Sejenis sakit kepala akibat kerja berlebihan dan
berkepanjangan, ketegangan emosional, atau keduanya, terutama menyerang
regio oksipital,
6. Uncontrol hypertension : Hipertensi yang mempunyai tekanan sistolik 140
mmHg atau diatolik 90 mmHg
7. Chronic Hypertension : Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu dengan tekanan darah >140 sistol atau >90 mmHg diastol
8. LDH : enzim yang mengkatalisis konversi perubahan laktat menjadi piruvat.
9. Spontaneus vaginal delivery : Proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi umumnya berlangsung 24 jam melalui jalan lahir.
Ns2c6e3z9y210593
III. Identifikasi Masalah:
1. Wanita, 38 tahun G6P5A0 dengan usia kehamilan 31 minggu, presentasi
bokong, mengalami hipertensi yang tidak terkontrol sejak 6 tahun yang lalu.
2. Riwayat persalinan :
a. Sebelumnya cukup bulan, dan spontan.
b. Anak yang terakhir mengalami komplikasi superimposed eclampsia.
3. Ibu mengeluh sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering
kelelahan mengurusi anak-anaknya.
4. Ibu hanya makan makanan seadanya sesuai kondisi ekonomi
5. Gerakan janin 10 kali per hari.
6. Pemeriksaan Fisik :
Height = 150cm, weight 80kg, blood pleasure = 176/113 mmHg, pulse=92x/m,
RR=22x/m.
Palpebral conjunctival was normal.
7. Pemeriksaan Obstetri
Outer examination : hard parts are palpabled in the right side of mothers
abdomen.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin 10.8 g/dL
Mean cell volume 78 fL
Mean corpuscular hemoglobin concentration 32 g/dL
White cell count 11.200/L
Platelets 137.000/L
LDH 800/L
SGOT/PT 88/94 g/dL
Urinalisys proteinuria 4+
Blood group : A negative
No atypical antibodies detected.

IV. Analisis Masalah
Wanita, 38 tahun G6P5A0 dengan usia kehamilan 31 minggu, presentasi
bokong, mengalami hipertensi yang tidak terkontrol sejak 6 tahun yang lalu
1. Bagimana fisiologi normal usia kehamilan 31 minggu? 2
Kehamilan 31 Minggu
Kehamilan minggu ke-31, Usia Janin 29 minggu

Perkembangan Bayi

Pertambahan berat badan bayi akan lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
Sekarang, paru-paru dan saluran pencernaan bayi hampir matang. Iris mata bayi
dapat melebar sebagai respon terhadap cahaya. Karena simpanan lemak putih di
bawah kulit, kulit bayi tidak lagi merah, tapi menjadi warna pink. Kuku-kuku juga
dapat mencapai akhir tangan. Berat badan bayi sekitar 1.5 kg (3.3 pound) dan
panjangnya sekitar 41.1 cm (16.18 inci).

Pertumbuhan panjang dan berat badan bayi mulai agak sedikit melambat sekarang,
namun organ dalam akan terus berkembang. Otak akan melalui periode
perkembangan yang sangat cepat. Dan satu-satunya organ utama yang tersisa
untuk sepenuhnya dikembangkan adalah paru-paru. Pada bayi laki-laki, testisnya
pun mulai turun dari rongga tubuh ke skrotum. Pada anak perempuan, klitorisnya
kelihatan, tetapi labianya masih tumbuh untuk menutupinya.Maka dari itu, penting
bagi Ibu untuk mempertahankan pola makan yang sehat dan memastikan bahwa
Anda memenuhi persyaratan kalsium , protein , zat besi dan asam folat. Kalsium
sangat penting untuk pertumbuhan rangka tubuh pada masa ini.
Jika Anda melahirkan hari ini, maka bayi Anda akan dapat:
Bernafas
Melihat
Mendengarkan
Ingat dan belajar

Pada Tubuh Ibu

Perut Anda mungkin sakit karena pembengkakan karena bayi bertumbuh lebih
besar dan mengisi semua ruang yang tersedia. Ibu akan merasakan banyak sakit
dan nyeri dari tekanan dan penurunan jumlah ruang di perut. Rasa sakit yang
paling sering dialami adalah sakit punggung dan panggul. Selalu mempertahankan
postur yang baik, berolahraga dan melakukan peregangan ringan juga dapat
membantu meredakan nyeri.
Rahim berada sekitar 11 cm (4,33 inci) di atas pusar dan sekitar 31 cm (12,20 inci)
di atas simfisis pubis. Kenaikan berat badan Ibu normalnya harus berada di sekitar
9,4-12 kg (21-26 pound).

Pada tahap ini rahim akan mengisi sebagian besar perut dan Ibu mungkin mulai
merasakan tekanan dari rahim di bawah tulang rusuk.

2. Apa etilogi dan factor resiko presentasi bokong? 2
Menurut Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah:
1. Dari Faktor Ibu
Presentasi bokong disebabkan oleh multiparitas, plasenta previa dan panggul
sempit.
2. Dari faktor Janin
a. Hidrosefalus atau anensefalus
b. Gemelli
c. Hidramnion atau Oligohidramnion
d. Prematuritas
Menurut Manuaba (2008) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah:
1. Panggul sempit
2. Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek
3. Kelainan uterus (uterus arkuatus, uterus duktus, uterus dupleks)
4. Terdapat tumor di pelvis yang mengganggu masuknya kepala janin ke PAP,
5. Plasenta previa
6. Gemeli

Faktor Risiko
- Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
- Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
- Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
- Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
- Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan lain
lain.
- Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
- Gemeli (kehamilan ganda)
- Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
- Janin sudah lama mati.

Mekanisme
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang. Selanjutnya janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Kemudian bentuk panggul yang sempit juga berperan mendorong janin yang
mengakibatkan letaknya menjadi sungsang karena kepala susah menyesuaikan jalan
lahir. Ditambah dengan keadaan uterus grande multipara yang menyebabkan uterus
lebih kendur dan janin mudah bergerak sehingga beresiko menyebabkan letak janin
menjadi sungsang. Defisiensi nutrisi juga berpotensi menyebabkan bayi premature
sehingga memudahkan terjadinya lahir sungsang.

3. Indikasi rujukan dari puskesmas/dokter umum ke dokter kandungan! 2
- Riwayat obstetri buruk: yang di maksud riwayat obstetri buruk adalah mereka
yang pernah mengalami keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan dini,
atau pernah melahirkan janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan
setelah melahirkan dan atau mengalami emergensi dalam kehamilan lainnya
seperti hipertensi dalam kehamilan. Riiwayat obstetri yang buruk termasuk dalam
kehamilan berisiko tinggi.
- Presentasi bokong: sebenarnya, sebelum kehamilan 34 minggu, jika bokong janin
berada paling bawah, tidak terjadi masalah sebab janin masih bisa berubah posisi.
25% bayi berada dalam keadaan demikian sebelum 28 minggu. Pada 32 minggu,
dari 7% janin presentasi bokong, 3-4% diantaranya tetap berada dalam presentasi
bokong ketika bersalin. Sebenarnya pada usia kehamilan 32-34 minggu merupakan
waktu yang baik bagi janin untuk berputar dan berubah posisi. Sedangkan setelah
36 minggu, tampaknya sudah sulit bagi janin untuk mengubah posisi karena
semakin sempitnya rongga perut. Oleh karena itu, adanya presentasi bokong harus
tetap diobservasi pada karena bisa jadi kondisi itu menetap pada saat usia wanita
tersebut di atas 31 minggu.presentasi bokong termasuk dalam kehamilan berisiko
tinggi. Risiko tersebut antara lain:
Prolaps tali pusat : Ketika selaput ketuban pecah, ada kemungkinan tali pusat
keluar (prolaps) melalui mulut rahim. Jika ini terjadi, tali pusat akan kolaps
(mengecil), sehingga aliran darah ke janin berkurang. Prolaps tali pusat sangat
kecil kemungkinannya terjadi pada presentasi kepala, sebab posisi kepala yang
terletak pas diruang panggul tidak memungkinkan adanya celah/ ruang yang cukup
untuk keluarnya tali pusat. Keadaan ini termasuk keadaan darurat, karena tali
pusat yang terjepit dimulut rahim dapat terhenti aliran darahnya, sehingga suplai
nutrisi dan oksigen terganggu dan dapat menyebabkan kematian janin dalam
hitungan menit. Jika keadaan ini terjadi dan janin masih hidup, harus dilakukan
tindakan operasi caesar segera.
Kepala bayi tersangkut : Setelah bokong lahir, lahirlah badan, diikuti leher dan
kepala. Setelah bokong lahir, tali pusat sebagian telah keluar, namun kepala belum
lahir. Setelah tali pusat lahir sebagian, proses persalinan untuk melahirkan kepala
harus berlangsung cepat dalam hitungan empat menit, karena keterlambatan
lahirnya kepala dan terjepitnya tali pusat dijalan lahir akan menyebabkan
terhambatnya suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Karena kepala keluar
paling akhir, dan merupakan bagian terbesar, maka terkadang terdapat kesulitan
untuk melalui jalan akhir.

Ibu mengeluh sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering
kelelahan mengurusi anak-anaknya
4. Bagaimana tatalaksana sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering
kelelahan mengurusi anak-anaknya? 2
Gejala di atas termasuk dalam sindrom HELLP.
Tatalaksana sindrom HELLP:
Evaluasi awal terhadap wanita yang didiagnosa dengan sindrom HELLP harus
dilakukan seperti pada preeklampsia berat. Pasien harus dirawat di pusat perawatan
tersier. Penatalaksanaan awal harus mencakup penilaian maternal dan fetal,
pengendalian hipertensi berat, jika ada, inisiasi infus MgSO
4
, koreksi koagulopati,
jika ada, dan stabilisasi maternal.
[1]

Terapi dari sindrom HELLP bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kondisi umum penderita minimal stabil.
2. Menghindari lebih jauh gangguan koagulasi darah.
3. Meningkatkan kesejahteraan janin dalam uterus.
4. Persalinan sebaiknya segera dilaksanakan:
a. Bergantung pada umur kehamilan.
b. Lakukan induksi persalinan.
c. Bila serviks tidak matang atau terdapat pertimbangan lainnya
dapat dilakukan seksio sesarea.

Persalinan dengan segera harus dilakukan jika usia kehamilan pasien > 34
minggu. Pada pasien kurang dari 34 minggu dan tanpa adanya bukti maturitas paru-
paru janin, maka sebaiknya diberikan glukokortikoid untuk kepentingan janin dan
persalinan direncanakan dalam waktu 48 jam, jika tidak ada perburukan dalam status
maternal dan fetal. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap penggunaan steroid,
volume expander, plasmaferesis, dan agen antitrombotik terhadap pasien dengan
HELLP untuk mencoba memperpanjang usia gestasi. Penelitian-penelitian tersebut
hanya menunjukkan hasil yang marjinal. Terdapat beberapa bukti manfaat terapi
steroid untuk perbaikan kondisi maternal. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh OBrien dkk., penggunaan glukokortikoid antepartum menunjukkan adanya
perpanjangan latensi yang tergantung-dosis, reduksi abnormalitas enzim hati, dan
perbaikan dalam hitung platelet pada pasien dengan sindromn HELLP.
Penatalaksanaan konservatif sindrom HELLP memiliki resiko yang signifikan,
termasuk abruptio plasenta, edema pulmoner, adult respiratory distress syndrome
(ARDS), ruptur hematoma hepar, gagal ginjal akut, disseminated intravascular
coagulation (DIC), eklampsia, hemoragia intraserebral, dan kematian ibu. Maka tidak
diperlukan penatalaksanaan lebih dari 48 jam setelah pemberian glukokortikoid untuk
kemungkinan manfaat bagi janin yang minimal ketika dibandingkan dengan resiko
maternal yang berat.
[1]

Dalam upaya meningkatkan kematangan paru janin, glukokortikoid diberikan
kepada wanita hamil yang jauh dari aterm dengan hipertensi berat. Terapi ini
tampaknya tidak memperparah hipertensi ibu, dan diklaim dapat menurunkan insiden
gawat napas dan memperbaiki kelangsungan hidup janin. Baru-baru ini dilaporkan
bahwa glukokortikoid menimbulkan perbaikan yang signifikan namun transien pada
kelainan hematologis pada sindrom HELLP yang didiagnosis pada 52 wanita dengan
usia kehamilan antara 24 dan 34 minggu. Walaupun hitung trombosit meningkat
dengan rata-rata 23.000/ul, efek ini berlangsung singkat dan hitung trombosit
menurun dengan rata-rata sebesar 46.000/ul dalam 48 jam setelah selesainya
pemberian regimen glukokortikoid. Yang utama, hanya sebagian kecil wanita yang
diteliti ini yang memperlihatkan hitung trombosit kurang dari 100.000/ul sebelum
terapi glukokortikoid sehingga efektivitas terapi ini belum diuji secara luas pada
wanita dengan kelainan hematologis yang lebih parah.
[1,2]

Salah satu interpretasi laporan-laporan ini adalah bahwa pemberian
glukokortikoid secara spesifik untuk kelainan hematologis akibat preeklampsia berat
tidak akan secara bermakna menunda keharusan untuk melahirkan janin. Hampir
dapat dipastikan bahwa dari laporan-laporan ini tidak dapat disimpulkan bahwa
pemberian glukokortikoid dapat secara bermakna menunda persalinan pada wanita
dengan kelainan laboratorium yang berat.
[2]

Pasien dengan serviks yang baik dan memiliki diagnosis sindrom HELLP
sebaiknya menjalani persalinan percobaan (trial of labor), terutama jika mereka tiba
dalam keadaan inpartu. Sindrom HELLP tidak secara otomatis mengharuskan
dilakukannya seksio sesarea. Sebuah persalinan operatif dalam beberapa keadaan
bahkan dapat berbahaya. Semua pasien dengan serviks yang baik, tanpa memandang
usia gestasi, sebaiknya menjalani induksi persalinan baik dengan oksitosin atau
prostaglandin. Seksio sesarea elektif harus dipertimbangkan pada pasien dengan usia
gestasi sangat rendah dan memiliki serviks yang tidak baik. Paradigma
penatalaksanaan akan disajikan pada tabel dibawah untuk pasien yang menjalani
seksio sesarea.
[2]

Jika pasien dengan sindrom HELLP memerlukan persalinan per abdominam,
harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalisir efek samping yang mungkin
terjadi. Transfusi platelet setidaknya 5 hingga 10 unit harus dilakukan dalam
perjalanan menuju ruang operasi pada pasien dnegan trombositopenia. Konsumsi
platelet adalah cepat pada transfusi platelet, dan efeknya sementara atau temporer.
Pertimbangan intraoperatif harus mencakup penempatan drain, baik subfasial,
subkutaneus, atau keduanya, karena kemungkinan terjadinya oozing. Pemilihan insisi
kulit harus dilakukan sepenuhnya berdasarkan penilaian klinis terbaik dokter yang
melakukan pembedahan.
[2,3]

Dalam melakukan persiapan tindakan operasi persalinan pada sindrom HELLP
harus memperhatikan bahwa tendensi perdarahan selalu mengancam sehingga
pemeriksaan tentang profil darah khususnya trombosit:
[4]

1. Persiapan sebelum operasi.
a. Lakukan transfusi trombosit sebelum dan sesudah operasi bila
trombosit kurang dari 10.000/mm.
b. Transfusi 6-10 unit trombosit bila jumlah trombosit kurang dari
50.000/mm.
2. Untuk menghindari hematoma-rembesan perdarahan.
a. Pemasangan drainase sehingga darah dapat keluar melalui drain.
b. Perawatan luka terbuka, untuk menghindari hematoma.
3. Pengawasan pasca operasi.
a. Intensif unit care, untuk melakukan evaluasi organ dan gejala vital.
b. Sekitar 30 % sindrom HELLP terjadi post partum operasi.
c. Umumnya gejala akan berkurang setelah 72 jam sehingga pengobatan
masih perlu dalam waktu 24 jam pascapartum.
4. Komplikasi yang sering terjadi:
a. Edema pulmonum.
b. Dekompensasio kordis.
c. Kegagalan ginjal.

Dengan demikian observasi yang ketat perlu dilakukan sehingga gejala utama
yang makin memburuk segera dapat diketahui, untuk persiapan tindakan lebih lanjut.
Penatalaksanaan perioperatif pasien dengan sindrom HELLP yang memerlukan
seksio sesarea
1. Pengendalian hipertensi berat
2. Inisiasi infus magnesium sulfat intravena
3. Glukokortikoid untuk 24 48 jam untuk manfaat janin jika usia kehamilan
<34 minggu
4. Anestesia umum untuk hitung platelet < 75.000/mm
3

5. Platelet 5 10 unit sebelum pembedahan jika hitung platelet < 50.000/mm
3

6. Membiarkan peritoneum vesikouterina terbuka
7. Drainase subfasia
8. Penutupan sekunder terhadap insisi kulit atau drainase subkutaneus
9. Transfusi postoperatif sesuai keperluan
10. Pengawasan intensif selama setidaknya 48 jam postpartum

Penatalaksanaan postpartum terhadap pasien dengan HELLP sebaiknya mencakup
pengawasan hemodinamik yang ketat selama setidaknya 48 jam. Evaluasi laboratoris
serial harus dilakukan untuk memonitor perburukan abnormalitas. Kebanyakan pasien
akan menunjukkan pembalikan yang lebih cepat dalam abnormalitas laboratoris
dengan melakukan pertukaran plasma dan steroid postpartum.

Penunjukkan tatalaksana sindrom HELLP antepartum.

TENTUKAN DAN STABILKAN KONDISI ANTEPARTUM
Bila terjadi DIC koreksi kelainan koagulasinya
Berikan serangan mendadak dengan memberikan MgSO
4

obati hipertensinya yang berat
Lakukan referral ketempat yang dapat mengatasinya
Lakukan USG atau CT scan bila dicurigai hematoma liver
EVALUASI KESEJAHTERAAN JANINNYA
Lakukan NST (Nonstress Test)
Lakukan profil biofisiknya
USG biometri
EVALUASI KEMATANGAN PARU BILA UMUR HAMIL< 35 MINGGU
Bila mature terminasi hamilnya
Bila belum berikan steroid diikuti persalinan
MgSO
4
= magnesium sulfat




Gerakan janin 10 kali per hari.
5. Interpretasi gerakan janin normal usia 31 minggu ! 2
Sepanjang trimester 3 normalnya ibu akan merasakan minimal 10x gerakan
janin sepanjang 24 jam di luar tidur. Jika gerakan janin kurang dari 10x atau
malah kurang dari 6x dalam 24 jam di luar tidur, janin dalam keadaan tidak
nyaman berada dalam rahim ibu. Gerakan janin yang bisa dipantau dapat
berupa tendangan, liukan, putaran, dan pukulan. Yang dimaksud dengan 10x
gerakan dalam 24 jam di luar tidur bukanlah jumlah gerakan secara berturut
turut sampai 10 kali. Jadi, bukan akumulasi satu gerakan yang dihitung, tetapi
gerakan setelah jeda dengan gerakan sebelumnya.

6. DD WD 2

WD : Wanita 38 tahun, G6P5A0 31 minggu gestasi dengan presentasi bokong
mengalami komplikasi superimposed eclampsia pada hipertensi kronik dengan
sindroma HELLP, riwayat kehamilan buruk sebelumnya dan status nutrisi yang
kurang.
7. Prognosis 2
Vitam dan fungsionam : Dubia ad Bonam
Hipotesis
Wanita 38 tahun, G6P5A0 31 minggu gestasi dengan presentasi bokong mengalami
komplikasi superimposed eclampsia pada hipertensi kronik dengan riwayat
kehamilan buruk sebelumnya dan status nutrisi yang kurang.

Learning Issue
Pre eclampsia 2
Pengertian Preeklampsia
Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :
1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (
Manuaba, 1998 ).
2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (
Rustam Muctar, 1998 ).
3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000)
4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).

Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada
beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion, dan mola
hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Faktor Predisposisi Preeklamsia
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidropfetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun

Klasifikasi Preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Preeklampsia Ringan :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.

Patofisiologi Preeklamsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Manifestasi Klinik Preeklampsia
Pertambahan berat badan yang berlebihan
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah

Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% )
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% )
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.

Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan
timbul proteinuria
Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan visus;
penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium

Pencegahan Preeklampsia
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein,
juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Komplikasi Preeklampsia
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain:
Pada Ibu
Eklampsia
Solusio plasenta
Pendarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah ( DIC )
Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan. Jakarta. EGC

You might also like