A woman attends a routine antenatal appointment at 31 weeks gestation. She is 38 years old and this is her sixth pregnancy. She has uncontrolled hypertension since six years ago. She has five children, all spontaneous vaginal deliveries at term. Her fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by a superimposed preeclampsia on chronic hypertension. She is reffered by midwife to doctor (public health center) because of this bad obstetrical history and breech presentation. The mother complains of tension headache, blury vision, malaise and dizzy. Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eats some food that she can afford to buy. She feels generally tired and attributes this to caring for her four young children. She reports good fetal movements (more than 10 per day).
In the examination findings : Height = 150cm, weight 80kg, blood pleasure = 176/113 mmHg, pulse=92x/m, RR=22x/m. Palpebral conjunctival was normal. Outer examination : hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen. Hemoglobin 10.8 g/dL Mean cell volume 78 fL Mean corpuscular hemoglobin concentration 32 g/dL White cell count 11.200/L Platelets 137.000/L LDH 800/L SGOT/PT 88/94 g/dL Urinalisys proteinuria 4+ Blood group : A negative No atypical antibodies detected.
II. Klarifikasi Istilah 1. Malaise :Perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu. 2. ANC : Program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. 3. Superimposed preeclampsia : Gejala dan tanda-tanda preeclampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis. 4. Breech presentation : Keadaan janin letaknya memanjang dengan bokong menempati bagian bawah rongga janin 5. Tension headache : Sejenis sakit kepala akibat kerja berlebihan dan berkepanjangan, ketegangan emosional, atau keduanya, terutama menyerang regio oksipital, 6. Uncontrol hypertension : Hipertensi yang mempunyai tekanan sistolik 140 mmHg atau diatolik 90 mmHg 7. Chronic Hypertension : Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dengan tekanan darah >140 sistol atau >90 mmHg diastol 8. LDH : enzim yang mengkatalisis konversi perubahan laktat menjadi piruvat. 9. Spontaneus vaginal delivery : Proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi umumnya berlangsung 24 jam melalui jalan lahir. Ns2c6e3z9y210593 III. Identifikasi Masalah: 1. Wanita, 38 tahun G6P5A0 dengan usia kehamilan 31 minggu, presentasi bokong, mengalami hipertensi yang tidak terkontrol sejak 6 tahun yang lalu. 2. Riwayat persalinan : a. Sebelumnya cukup bulan, dan spontan. b. Anak yang terakhir mengalami komplikasi superimposed eclampsia. 3. Ibu mengeluh sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering kelelahan mengurusi anak-anaknya. 4. Ibu hanya makan makanan seadanya sesuai kondisi ekonomi 5. Gerakan janin 10 kali per hari. 6. Pemeriksaan Fisik : Height = 150cm, weight 80kg, blood pleasure = 176/113 mmHg, pulse=92x/m, RR=22x/m. Palpebral conjunctival was normal. 7. Pemeriksaan Obstetri Outer examination : hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen. 8. Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin 10.8 g/dL Mean cell volume 78 fL Mean corpuscular hemoglobin concentration 32 g/dL White cell count 11.200/L Platelets 137.000/L LDH 800/L SGOT/PT 88/94 g/dL Urinalisys proteinuria 4+ Blood group : A negative No atypical antibodies detected.
IV. Analisis Masalah Wanita, 38 tahun G6P5A0 dengan usia kehamilan 31 minggu, presentasi bokong, mengalami hipertensi yang tidak terkontrol sejak 6 tahun yang lalu 1. Bagimana fisiologi normal usia kehamilan 31 minggu? 2 Kehamilan 31 Minggu Kehamilan minggu ke-31, Usia Janin 29 minggu
Perkembangan Bayi
Pertambahan berat badan bayi akan lebih cepat dari pertambahan panjangnya. Sekarang, paru-paru dan saluran pencernaan bayi hampir matang. Iris mata bayi dapat melebar sebagai respon terhadap cahaya. Karena simpanan lemak putih di bawah kulit, kulit bayi tidak lagi merah, tapi menjadi warna pink. Kuku-kuku juga dapat mencapai akhir tangan. Berat badan bayi sekitar 1.5 kg (3.3 pound) dan panjangnya sekitar 41.1 cm (16.18 inci).
Pertumbuhan panjang dan berat badan bayi mulai agak sedikit melambat sekarang, namun organ dalam akan terus berkembang. Otak akan melalui periode perkembangan yang sangat cepat. Dan satu-satunya organ utama yang tersisa untuk sepenuhnya dikembangkan adalah paru-paru. Pada bayi laki-laki, testisnya pun mulai turun dari rongga tubuh ke skrotum. Pada anak perempuan, klitorisnya kelihatan, tetapi labianya masih tumbuh untuk menutupinya.Maka dari itu, penting bagi Ibu untuk mempertahankan pola makan yang sehat dan memastikan bahwa Anda memenuhi persyaratan kalsium , protein , zat besi dan asam folat. Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan rangka tubuh pada masa ini. Jika Anda melahirkan hari ini, maka bayi Anda akan dapat: Bernafas Melihat Mendengarkan Ingat dan belajar
Pada Tubuh Ibu
Perut Anda mungkin sakit karena pembengkakan karena bayi bertumbuh lebih besar dan mengisi semua ruang yang tersedia. Ibu akan merasakan banyak sakit dan nyeri dari tekanan dan penurunan jumlah ruang di perut. Rasa sakit yang paling sering dialami adalah sakit punggung dan panggul. Selalu mempertahankan postur yang baik, berolahraga dan melakukan peregangan ringan juga dapat membantu meredakan nyeri. Rahim berada sekitar 11 cm (4,33 inci) di atas pusar dan sekitar 31 cm (12,20 inci) di atas simfisis pubis. Kenaikan berat badan Ibu normalnya harus berada di sekitar 9,4-12 kg (21-26 pound).
Pada tahap ini rahim akan mengisi sebagian besar perut dan Ibu mungkin mulai merasakan tekanan dari rahim di bawah tulang rusuk.
2. Apa etilogi dan factor resiko presentasi bokong? 2 Menurut Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah: 1. Dari Faktor Ibu Presentasi bokong disebabkan oleh multiparitas, plasenta previa dan panggul sempit. 2. Dari faktor Janin a. Hidrosefalus atau anensefalus b. Gemelli c. Hidramnion atau Oligohidramnion d. Prematuritas Menurut Manuaba (2008) penyebab terjadinya presentasi bokong adalah: 1. Panggul sempit 2. Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek 3. Kelainan uterus (uterus arkuatus, uterus duktus, uterus dupleks) 4. Terdapat tumor di pelvis yang mengganggu masuknya kepala janin ke PAP, 5. Plasenta previa 6. Gemeli
Faktor Risiko - Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, - Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar - Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul. - Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul. - Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan lain lain. - Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara - Gemeli (kehamilan ganda) - Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri. - Janin sudah lama mati.
Mekanisme Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Selanjutnya janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Kemudian bentuk panggul yang sempit juga berperan mendorong janin yang mengakibatkan letaknya menjadi sungsang karena kepala susah menyesuaikan jalan lahir. Ditambah dengan keadaan uterus grande multipara yang menyebabkan uterus lebih kendur dan janin mudah bergerak sehingga beresiko menyebabkan letak janin menjadi sungsang. Defisiensi nutrisi juga berpotensi menyebabkan bayi premature sehingga memudahkan terjadinya lahir sungsang.
3. Indikasi rujukan dari puskesmas/dokter umum ke dokter kandungan! 2 - Riwayat obstetri buruk: yang di maksud riwayat obstetri buruk adalah mereka yang pernah mengalami keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan dini, atau pernah melahirkan janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah melahirkan dan atau mengalami emergensi dalam kehamilan lainnya seperti hipertensi dalam kehamilan. Riiwayat obstetri yang buruk termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. - Presentasi bokong: sebenarnya, sebelum kehamilan 34 minggu, jika bokong janin berada paling bawah, tidak terjadi masalah sebab janin masih bisa berubah posisi. 25% bayi berada dalam keadaan demikian sebelum 28 minggu. Pada 32 minggu, dari 7% janin presentasi bokong, 3-4% diantaranya tetap berada dalam presentasi bokong ketika bersalin. Sebenarnya pada usia kehamilan 32-34 minggu merupakan waktu yang baik bagi janin untuk berputar dan berubah posisi. Sedangkan setelah 36 minggu, tampaknya sudah sulit bagi janin untuk mengubah posisi karena semakin sempitnya rongga perut. Oleh karena itu, adanya presentasi bokong harus tetap diobservasi pada karena bisa jadi kondisi itu menetap pada saat usia wanita tersebut di atas 31 minggu.presentasi bokong termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Risiko tersebut antara lain: Prolaps tali pusat : Ketika selaput ketuban pecah, ada kemungkinan tali pusat keluar (prolaps) melalui mulut rahim. Jika ini terjadi, tali pusat akan kolaps (mengecil), sehingga aliran darah ke janin berkurang. Prolaps tali pusat sangat kecil kemungkinannya terjadi pada presentasi kepala, sebab posisi kepala yang terletak pas diruang panggul tidak memungkinkan adanya celah/ ruang yang cukup untuk keluarnya tali pusat. Keadaan ini termasuk keadaan darurat, karena tali pusat yang terjepit dimulut rahim dapat terhenti aliran darahnya, sehingga suplai nutrisi dan oksigen terganggu dan dapat menyebabkan kematian janin dalam hitungan menit. Jika keadaan ini terjadi dan janin masih hidup, harus dilakukan tindakan operasi caesar segera. Kepala bayi tersangkut : Setelah bokong lahir, lahirlah badan, diikuti leher dan kepala. Setelah bokong lahir, tali pusat sebagian telah keluar, namun kepala belum lahir. Setelah tali pusat lahir sebagian, proses persalinan untuk melahirkan kepala harus berlangsung cepat dalam hitungan empat menit, karena keterlambatan lahirnya kepala dan terjepitnya tali pusat dijalan lahir akan menyebabkan terhambatnya suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Karena kepala keluar paling akhir, dan merupakan bagian terbesar, maka terkadang terdapat kesulitan untuk melalui jalan akhir.
Ibu mengeluh sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering kelelahan mengurusi anak-anaknya 4. Bagaimana tatalaksana sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, lemas, sering kelelahan mengurusi anak-anaknya? 2 Gejala di atas termasuk dalam sindrom HELLP. Tatalaksana sindrom HELLP: Evaluasi awal terhadap wanita yang didiagnosa dengan sindrom HELLP harus dilakukan seperti pada preeklampsia berat. Pasien harus dirawat di pusat perawatan tersier. Penatalaksanaan awal harus mencakup penilaian maternal dan fetal, pengendalian hipertensi berat, jika ada, inisiasi infus MgSO 4 , koreksi koagulopati, jika ada, dan stabilisasi maternal. [1]
Terapi dari sindrom HELLP bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kondisi umum penderita minimal stabil. 2. Menghindari lebih jauh gangguan koagulasi darah. 3. Meningkatkan kesejahteraan janin dalam uterus. 4. Persalinan sebaiknya segera dilaksanakan: a. Bergantung pada umur kehamilan. b. Lakukan induksi persalinan. c. Bila serviks tidak matang atau terdapat pertimbangan lainnya dapat dilakukan seksio sesarea.
Persalinan dengan segera harus dilakukan jika usia kehamilan pasien > 34 minggu. Pada pasien kurang dari 34 minggu dan tanpa adanya bukti maturitas paru- paru janin, maka sebaiknya diberikan glukokortikoid untuk kepentingan janin dan persalinan direncanakan dalam waktu 48 jam, jika tidak ada perburukan dalam status maternal dan fetal. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap penggunaan steroid, volume expander, plasmaferesis, dan agen antitrombotik terhadap pasien dengan HELLP untuk mencoba memperpanjang usia gestasi. Penelitian-penelitian tersebut hanya menunjukkan hasil yang marjinal. Terdapat beberapa bukti manfaat terapi steroid untuk perbaikan kondisi maternal. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh OBrien dkk., penggunaan glukokortikoid antepartum menunjukkan adanya perpanjangan latensi yang tergantung-dosis, reduksi abnormalitas enzim hati, dan perbaikan dalam hitung platelet pada pasien dengan sindromn HELLP. Penatalaksanaan konservatif sindrom HELLP memiliki resiko yang signifikan, termasuk abruptio plasenta, edema pulmoner, adult respiratory distress syndrome (ARDS), ruptur hematoma hepar, gagal ginjal akut, disseminated intravascular coagulation (DIC), eklampsia, hemoragia intraserebral, dan kematian ibu. Maka tidak diperlukan penatalaksanaan lebih dari 48 jam setelah pemberian glukokortikoid untuk kemungkinan manfaat bagi janin yang minimal ketika dibandingkan dengan resiko maternal yang berat. [1]
Dalam upaya meningkatkan kematangan paru janin, glukokortikoid diberikan kepada wanita hamil yang jauh dari aterm dengan hipertensi berat. Terapi ini tampaknya tidak memperparah hipertensi ibu, dan diklaim dapat menurunkan insiden gawat napas dan memperbaiki kelangsungan hidup janin. Baru-baru ini dilaporkan bahwa glukokortikoid menimbulkan perbaikan yang signifikan namun transien pada kelainan hematologis pada sindrom HELLP yang didiagnosis pada 52 wanita dengan usia kehamilan antara 24 dan 34 minggu. Walaupun hitung trombosit meningkat dengan rata-rata 23.000/ul, efek ini berlangsung singkat dan hitung trombosit menurun dengan rata-rata sebesar 46.000/ul dalam 48 jam setelah selesainya pemberian regimen glukokortikoid. Yang utama, hanya sebagian kecil wanita yang diteliti ini yang memperlihatkan hitung trombosit kurang dari 100.000/ul sebelum terapi glukokortikoid sehingga efektivitas terapi ini belum diuji secara luas pada wanita dengan kelainan hematologis yang lebih parah. [1,2]
Salah satu interpretasi laporan-laporan ini adalah bahwa pemberian glukokortikoid secara spesifik untuk kelainan hematologis akibat preeklampsia berat tidak akan secara bermakna menunda keharusan untuk melahirkan janin. Hampir dapat dipastikan bahwa dari laporan-laporan ini tidak dapat disimpulkan bahwa pemberian glukokortikoid dapat secara bermakna menunda persalinan pada wanita dengan kelainan laboratorium yang berat. [2]
Pasien dengan serviks yang baik dan memiliki diagnosis sindrom HELLP sebaiknya menjalani persalinan percobaan (trial of labor), terutama jika mereka tiba dalam keadaan inpartu. Sindrom HELLP tidak secara otomatis mengharuskan dilakukannya seksio sesarea. Sebuah persalinan operatif dalam beberapa keadaan bahkan dapat berbahaya. Semua pasien dengan serviks yang baik, tanpa memandang usia gestasi, sebaiknya menjalani induksi persalinan baik dengan oksitosin atau prostaglandin. Seksio sesarea elektif harus dipertimbangkan pada pasien dengan usia gestasi sangat rendah dan memiliki serviks yang tidak baik. Paradigma penatalaksanaan akan disajikan pada tabel dibawah untuk pasien yang menjalani seksio sesarea. [2]
Jika pasien dengan sindrom HELLP memerlukan persalinan per abdominam, harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi. Transfusi platelet setidaknya 5 hingga 10 unit harus dilakukan dalam perjalanan menuju ruang operasi pada pasien dnegan trombositopenia. Konsumsi platelet adalah cepat pada transfusi platelet, dan efeknya sementara atau temporer. Pertimbangan intraoperatif harus mencakup penempatan drain, baik subfasial, subkutaneus, atau keduanya, karena kemungkinan terjadinya oozing. Pemilihan insisi kulit harus dilakukan sepenuhnya berdasarkan penilaian klinis terbaik dokter yang melakukan pembedahan. [2,3]
Dalam melakukan persiapan tindakan operasi persalinan pada sindrom HELLP harus memperhatikan bahwa tendensi perdarahan selalu mengancam sehingga pemeriksaan tentang profil darah khususnya trombosit: [4]
1. Persiapan sebelum operasi. a. Lakukan transfusi trombosit sebelum dan sesudah operasi bila trombosit kurang dari 10.000/mm. b. Transfusi 6-10 unit trombosit bila jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm. 2. Untuk menghindari hematoma-rembesan perdarahan. a. Pemasangan drainase sehingga darah dapat keluar melalui drain. b. Perawatan luka terbuka, untuk menghindari hematoma. 3. Pengawasan pasca operasi. a. Intensif unit care, untuk melakukan evaluasi organ dan gejala vital. b. Sekitar 30 % sindrom HELLP terjadi post partum operasi. c. Umumnya gejala akan berkurang setelah 72 jam sehingga pengobatan masih perlu dalam waktu 24 jam pascapartum. 4. Komplikasi yang sering terjadi: a. Edema pulmonum. b. Dekompensasio kordis. c. Kegagalan ginjal.
Dengan demikian observasi yang ketat perlu dilakukan sehingga gejala utama yang makin memburuk segera dapat diketahui, untuk persiapan tindakan lebih lanjut. Penatalaksanaan perioperatif pasien dengan sindrom HELLP yang memerlukan seksio sesarea 1. Pengendalian hipertensi berat 2. Inisiasi infus magnesium sulfat intravena 3. Glukokortikoid untuk 24 48 jam untuk manfaat janin jika usia kehamilan <34 minggu 4. Anestesia umum untuk hitung platelet < 75.000/mm 3
5. Platelet 5 10 unit sebelum pembedahan jika hitung platelet < 50.000/mm 3
6. Membiarkan peritoneum vesikouterina terbuka 7. Drainase subfasia 8. Penutupan sekunder terhadap insisi kulit atau drainase subkutaneus 9. Transfusi postoperatif sesuai keperluan 10. Pengawasan intensif selama setidaknya 48 jam postpartum
Penatalaksanaan postpartum terhadap pasien dengan HELLP sebaiknya mencakup pengawasan hemodinamik yang ketat selama setidaknya 48 jam. Evaluasi laboratoris serial harus dilakukan untuk memonitor perburukan abnormalitas. Kebanyakan pasien akan menunjukkan pembalikan yang lebih cepat dalam abnormalitas laboratoris dengan melakukan pertukaran plasma dan steroid postpartum.
Penunjukkan tatalaksana sindrom HELLP antepartum.
TENTUKAN DAN STABILKAN KONDISI ANTEPARTUM Bila terjadi DIC koreksi kelainan koagulasinya Berikan serangan mendadak dengan memberikan MgSO 4
obati hipertensinya yang berat Lakukan referral ketempat yang dapat mengatasinya Lakukan USG atau CT scan bila dicurigai hematoma liver EVALUASI KESEJAHTERAAN JANINNYA Lakukan NST (Nonstress Test) Lakukan profil biofisiknya USG biometri EVALUASI KEMATANGAN PARU BILA UMUR HAMIL< 35 MINGGU Bila mature terminasi hamilnya Bila belum berikan steroid diikuti persalinan MgSO 4 = magnesium sulfat
Gerakan janin 10 kali per hari. 5. Interpretasi gerakan janin normal usia 31 minggu ! 2 Sepanjang trimester 3 normalnya ibu akan merasakan minimal 10x gerakan janin sepanjang 24 jam di luar tidur. Jika gerakan janin kurang dari 10x atau malah kurang dari 6x dalam 24 jam di luar tidur, janin dalam keadaan tidak nyaman berada dalam rahim ibu. Gerakan janin yang bisa dipantau dapat berupa tendangan, liukan, putaran, dan pukulan. Yang dimaksud dengan 10x gerakan dalam 24 jam di luar tidur bukanlah jumlah gerakan secara berturut turut sampai 10 kali. Jadi, bukan akumulasi satu gerakan yang dihitung, tetapi gerakan setelah jeda dengan gerakan sebelumnya.
6. DD WD 2
WD : Wanita 38 tahun, G6P5A0 31 minggu gestasi dengan presentasi bokong mengalami komplikasi superimposed eclampsia pada hipertensi kronik dengan sindroma HELLP, riwayat kehamilan buruk sebelumnya dan status nutrisi yang kurang. 7. Prognosis 2 Vitam dan fungsionam : Dubia ad Bonam Hipotesis Wanita 38 tahun, G6P5A0 31 minggu gestasi dengan presentasi bokong mengalami komplikasi superimposed eclampsia pada hipertensi kronik dengan riwayat kehamilan buruk sebelumnya dan status nutrisi yang kurang.
Learning Issue Pre eclampsia 2 Pengertian Preeklampsia Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli : 1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ). 2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). 3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000) 4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).
Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu : Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion, dan mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Faktor Predisposisi Preeklamsia Molahidatidosa Diabetes melitus Kehamilan ganda Hidropfetalis Obesitas Umur yang lebih dari 35 tahun
Klasifikasi Preeklampsia Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : Preeklampsia Ringan : Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. Preeklampsia Berat Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis.
Patofisiologi Preeklamsia Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation. Manifestasi Klinik Preeklampsia Pertambahan berat badan yang berlebihan Edema Hipertensi Proteinuria Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah
Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% ) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 ) b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine. c. Pemeriksaan Fungsi hati Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml ) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l ) o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ) d. Tes kimia darah Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ) Radiologi a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah.
Diagnosis Preeklampsia Diagnosis ditegakkan berdasarkan : Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium
Pencegahan Preeklampsia Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. Komplikasi Preeklampsia Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain: Pada Ibu Eklampsia Solusio plasenta Pendarahan subkapsula hepar Kelainan pembekuan darah ( DIC ) Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count ) Ablasio retina Gagal jantung hingga syok dan kematian. Pada Janin Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus Prematur Asfiksia neonatorum Kematian dalam uterus Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta. EGC
How To Have an Easy and Safe Pregnancy and Bring Forth a Healthy Baby: A Pregnancy Book for First Time Moms for a Successful and Healthy Journey through Pregnancy, Childbirth and Newborn