You are on page 1of 5

DEWI EKA SATRIANI

Gawat Janin
- afiksia yang terjadi pada bayi kelanjutan dari anoksia / hipoksia
- diagnosa anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
adanya tanda gawat janin

Tiga hal yang perlu diperhatikan


1. DJJ ( Denyut Jantung Janin )
- DJJ bradikardi < 100 permenit
- DJJ Takikardi > 180 permenit
- DJJ normal melambat sewaktu HIS dan segera kembali normal setelah
relaksasi
- DJJ Lembut ( <100 permenit ) saat tidak ada HIS menunjukkan adanya
gawat janin
- DJJ cepat ( > 180 permenit ) disertai takikardi ibu ( demam , efek obat , HT /
Amnionitis )
- Jika denyut jantung ibu normal, DJJ cepat  gawat Janin
2. Air ketuban hijau dan kental ( mekonium )
- mekonium sering terlihat saat janin mencapai maturasi / maturitas
- mekonium kental tanda pengeluaran mekonium yang berkurang  perlu
persalinan lebih cepat
- Presentasi sungsang mendalam dikeliarkan pada saat kehamilan
3. pemeriksaan PH darah Janin
- bila pH < 7,2  tanda bahaya
- diambil contoh darah janin

Gawat janin terjadi dalam persalinan


- partus lama
- infuse oksitosin
- perdarahan
- infeksi
- insufisiensi plasenta
- ibu diabetes
- kehamilan pre / post term
- prolapsus tali pusat

Diagnosa
- sangat penting menyelamatkan janin  menurunkan morbiditus dan
mortalitas perinatas
- perlu diadakan persiapan untuk menghadapi persalinan
- tingkat afiksianya perlu dikenal untuk melalukan resusitasi yang sempurna
dengan skor APGAR

Penanganan
- pasien miring ke kiri
- beri oksigen
- hentikan infuse oksitosin, jika sedang diberikan infuse oksitoksin
DEWI EKA SATRIANI

Penanganan khusus
Jika DJJ tidak normal dengan atau tanpa kontaminasi mekonium
1. sebab dari ibu diketahui ( demam, obat-obatan) mulaila penanganan yang
serius
2. sebab dari ibu tidak diketahui  lakukan PDU untuk mencari penyebab gawat
janin
- perdarahan dengan nyeri  selusio plasenta
- tanda – tanda infeksi  antibiotic
- tali pusat terletak di bawah bagian janin  penanganan prolapsus tali pusat
3. DJJ tetap abnormal atau jika tidak ada tanda – tanda lain gawat jain 
rencanakan persalinan
a. serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada > 1/5 diatas
simfibis pubis / bagian teratas tulang kepala janin berada diatas station
O  sersio segera
b. serviks telah berdilatasi dengan kepala janin tidak > 1/5 diatas simfibis
pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di station O 
forsep ( ekstrasi vacuum )

Kematian Janin dalam Rahim


( KJDR )
DEWI EKA SATRIANI

- matinya janin diatas usia 20 minggu


- WHO  kematian janin pada usia kehamilan > 22 minggu atau berat janin >
500 gram
- Usia kehamilan < 20 minggu  abortus

Faktor Resiko
- usia ibu diatas 35 tahun
- malnutrisi
- pemeriksaan antenatal care tidak teratur
- merokok, alkoholisme, penyalahgunaan obat

Faktor ibu meliputi penyakit sistemik


- DM
- Hipertensi  HT sebelum dan sesudah kehamilan
- Ganguan yang menyebabkan sepsis dihubungkan dengan hipopertus

Faktor Janin
- malformasi, kelainan struktur dan kromosom
- kelainan metabolic
- kelainan pada tali pusat
- difusi plasenta
- infeksi bakteri dan virus

Faktor Plasenta
- plasenta previa  perdarahan yang banyak > 2 mgg
- twin to twin transfuse
- infark plasenta
- solusio plasenta
- post maturitas
- disfungsi plasenta  yang menyebabkan hipoksemia termasuk berhubungan
dengan PJT

Penilaian klinik
- pertumnbuhan janin kurang, bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus
uterus menurun
- bunyi jantung janin tidak terdengar oleh teroskop dan dipastikan…
- keluhan ibu, menhilangnya gerak janin
- BB ibu menurun
- USG janin tanpa tanda kehidupan
- Tulang kepala kolaps
- Radiology  bila 5 hari setelah kematian akan tampak :
 tulang kepala tumpah tindih
 tulang kepala mengalami hiperfleksi
 gambaran gas pada hati dan pembuluh darah
 edema sekitar tulang kepala
- pemeriksaan HCG urine menjadi negative. Hasil ini terjadi beberapa hari
setelah kematoan janin

Penatalaksanaan
DEWI EKA SATRIANI

1. dukungan mental dan emosional


2. pilihlah cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspo
3. bila penanganan ekspetatif yaitu :
 tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
 yakinlah bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
4. jika trombosit dalam 2 minggu turun lakukan penanganan aktif
5. jika penanganan aktif akan dilakukan nilai serviks :
 jika serviks matanng, lakukan induksi oksitosin dan prostaglandin
 jika serviks belum matang, lakukan pematangan prostaglandin atau
kateter folley
 persalinan seksio sesario alternative terakhir
6. jika persalinan spontan terjadi dalam 2 minggu  trombosit menurun, serviks
belum matang
matangkan serviks dengan MS ( misopostal )
 tempatkan MS 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang 6 jam
 jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 mcg MD|S, naikkan dosis menjadi
50 mcg setiap 6 jam
7. jika ada infeksi  antibiotic untuk endometritis
8. jika tes pembekuan sederhana lebih dari 2 menit / bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
9. berikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk melihat dan melaksanakan
berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal

Tingkat Maserasi
Tingkat Gambaran Waktu Kematian IntraUtering
0 kulit kemerahan < 8 jam
1 kulit licin dan mengelupas > 8 jam
2 kulit terkelupas lebih banyak 2 - 7 hari
serusi serous kemerahan dirongga
dada dan abdomen
3 hati kuning kecoklatan > 7 hari
efusi keruh mungkin sudah
mumifikasi

Pencegahan :
1. pemeriksaan antenatal yang teratur
2. ibu menghindari dari setiap penyakit – penyakit infeksi
3. hindari merokok, alcohol, dan penyalahgunaan obat
4. pemeriksaan : USG, X fetoprotein darah
5. NST  menilai kesehatan janin sebelum terjadinya KJDR

Prognosis
Selain ibu menderita DM, dan wanita yang pernah kena KJDR mempunyai
harapan yang baru untuk kehamilan selanjutnya ( anak kedua belum tentu KJDR ).

Prolaps Tali Pusat


DEWI EKA SATRIANI

- tali pusat menumbung  tali pusat teraba di samping lebih rendah dari bagian
depan sedangkan ketuban pecah
- tali pusat terkemuka  terjadi pada ketuban yang masih utuh ( ketuban belum
pecah tetapi sudah teraba rali pusatnya )
- tidak dibedakan antara tali pusat menumbung dan tali pusat terkemuka 
menentukan sikap dan terapi

keadaan dimana pintu atas panggul kurang tertutup oleh bagian depan dapat
menimbulkan prolaps tali pusat :
 hidraamnion
 kehamilan ganda
 letak majemuk
 letak lintang
 letak kaki
 disproporsia kepala

- ibu sering terjadi pada multipara daripada nulipara


- secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu  tapi sangat
membahayakan anak

Diagnosis
- setiap saat ketuban pecah dalam persalinan  periksa kemungkinan prolapsus
tali pusat
- teraba tali pusat di bagian terendah janin
- tali pusat keluar dari vagina segera setelah ketuban pecah

Penanganan
Terpenting diagnosa dibuat dengan epat dan hendaknya dilakukan PDV kalau
ketubannya pecah.
- segera selesaikan persalinan kalau DJJ masih ada
- anak mati persalinan dapat ditunggu berlangsung spontan

Penanganan Khusus
- tali pusat berdenyut
 oksigen 4 – 6 liter
 posisikan ibu trendelenberg
 diagnosa melalui PDV
@ persalinan kala I, sarung tangan DJJ
@ persalinan kala II, ekstrasi vakum/ cunam / Forsep +
Epistotomi
Sunsang  forsep piper
Lintang  seksio sesario
- tali pusat tidak berdenyut
tidak merupakan tindakan darurat lagi, dan dilahirkan bayi  mungkin tanpa
menciderai ibu

You might also like