You are on page 1of 11

[Laporan Kasus]

G2P0A1 HAMIL 36 MINGGU BELUM INPARTU DENGAN PEB + PARTIAL HELLP


SYNDROME DAN SOLUTIO PLASENTA JANIN TUNGGAL MATI PRESENTASI
KEPALA

Rodiani, Stefhani Gista Luvika


Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Placental abruption is the partial or total detachment of the placenta from the normal implantation
(uterine corpus) after 20 weeks and before the fetus is born. Placental abruption is often repeated in
subsequent pregnancies . Incidence was recorded at 1 in 8 pregnancies .Ny .MS , G2P0A1 , 21 years old ,
gravid 36 weeks came to RSAM with a chief complaint of preterm pregnant with abdominal pain , and
high blood pressure , and the child does not move anymore .On physical examination found the convex
abdominal striae gravidarum , palpable hard and painful , and there is edema pretibial . On the status of
obstetrician obtained the impression that the uterine fundus ( TFU ) 29 cm , four fingers below the
processus xyphoideus , elongated layout, cephalic presentation , right back , DJJ ( - ) , intrauterine fetus
with TBJ 2480 gram , single, dead. On urinalysis examination obtained bilirubin 2 mg / dL and 500
protein on blood chemistry obtained LDH 938 .On hematologic examination obtained hemoglobin : 11.8
g / Dl , hematocrit : 34 % , leukocytes 20,300 / uL , platelets 226,000 / uL , CT : 8 ' , BT : 2 . On
ultrasound examination Looks single fetus died , cephalic presentation ; fetal biometry : BPD , HC , AC ,
FL ~ 36 weeks , the amniotic enough , seemed hematoma retroplasenta with 9x the size of 10 cm .
Diagnostic is G2P0A1 yet inpartu 36 weeks pregnant with PEB + partial hellp syndrome and solutio
placenta , jtm cephalic presentation . Patients are given 1 hour stabilization therapy , vaginal birth plan ,
observation TVI , signs of acute abdomen , a sign inpartu , IVFD RL GTT XX / m , catheter insertion
settled , inj . MgSO4 appropriate protocol , inj . 2x Dexamethasone 10 mg IV , ceftriaxone 2 x 1 g IV ,
plans cervical ripening with oxytocin drip , nifedipine 3 x 10 mg PO
Keyword : High Severe Preeclampsia, Solutio Placenta
Abstrak
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya
(korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.Solusio plasenta sering berulang
pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat sebesar 1 diantara 8 kehamilan. 2.Ny. MS, G2P0A1,
21tahun, gravid 36 minggudatang ke RSAM dengan keluhan utama hamil kurang bulan dengan nyeri
perut, dan darah tinggi dan anak tidak bergerak lagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan abdomen
cembung dengan striae gravidarum , teraba keras dan nyeri, dan terdapat edema pretibial. Pada status
obstetrikus didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, 4 jari di bawah processus xyphoideus
, letak memanjanag, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (-), janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram, tunggal,
mati. Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada pemeriksaan kimia
darah didapatkan LDH 938. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan hemoglobin : 11,8 gr/Dl,
hematokrit : 34 %, leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL, CT : 8’, BT : 2’. Pada pemeriksaan USG
Tampak janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri janin: BPD, HC, AC, FL ~ 36 minggu, ketuban
cukup, tampak hematoma retroplasenta dengan ukuran 9x 10 cm. Diagnosis G 2P0A1 hamil 36 minggu
belum inpartu dengan PEB + partial hellp syndromedan solutio plasenta, jtm presentasi kepala. Pasien
diberikan terapi stabilisasi 1 jam, rencana partus pervaginam, observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda
inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi kateter menetap, inj. MgSO4 sesuai protokol, inj. Dexamethasone 2x
10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, rencana pematangan serviks dengan drip oksitosin, nifedipine 3 x 10
mg PO.
Kata Kunci: Preeklampsia Berat, Solusio Plasenta
PENDAHULUAN namun tidak terdapat riwayat perdarahan
sebelumnya. Pasien ini tidak memiliki riwayat
Cunningham dalam bukunya mendefinisikan datrah tinggi sebelum hamil. Pada keluarga, ibu
solusio plasenta sebagai separasi prematur pasien memiliki darah tinggi. Riwayat darah
plasenta dengan implantasi normalnya korpus tinggi pada hamil ini dialami sejak usia
uteri sebelum janin lahir. 1Solusio plasenta kehamilan 7 bulan, namun tidak terdapat riwayat
adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan pandangan kabur, nyeri ulu hati, mual, dan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus muntah. Os lalu ke RS Immanuel,lalu os dirujuk
uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan ke RSAM dengan diagnose G2P0A1 hamil 36
sebelum janin lahir. 2Kejadian solusio plasenta minggu belum inpartu dengan PEB + solutio
sangat bervariasi dari 1 diantara 75 sampai 830 plasenta, JTM presentasi kepala.
persalinan dan merupakan penyebab dari 20-35 Pasien melakukan antenatal care (ANC)
% dari kematian perinatal. Walaupun angka di bidan2x selama kehamilan,tidak teratur tiap
kejadiannya cenderung menurun akhir-akhir ini, bulannya , terakhir pada 1 Januari 2016 dan
namun morbiditas perinatal masih cukup tinggi, denyut jantung janin (+), selama ANC dikatakan
termasuk gangguan neurologis pada tahun tidak ada kelainan. Pasien tidak pernah
pertama kehidupan.Solusio plasenta sering dilakukan USG. Pasien juga tidak pernah
berulang pada kehamilan berikutnya. mendapatkan suntikan imunisasi selama
Kejadiannya tercatat sebesar 1 diantara 8 kehamilan.
kehamilan.2 Riwayat minum alkohol dan merokok
juga disangkal pasien, riwayat memelihara
KASUS binatang peliharaan disangkal, riwayat makan
Pada tanggal 6 Juni 2016, Ny. MS, makanan setengah matang / panggang disangkal,
G2P0A1, 21 tahun, gravid 36 minggudatang ke riwayat keputihan disangkal, riwayat minum
RSAM dengan keluhan utama hamil kurang obat-obatan lama juga disangkal.
bulan dengan nyeri perut, dan darah tinggi dan Pasien mengalami haid pertama haid
anak tidak bergerak lagi. Os sudah tidak lagi terakhir (HPHT) pada tanggal 25 September
merasakan gerakan janin sejak 1 hari SMRS, ± 9 2015 dengan taksiran persalinan pada tanggal 2
jam SMRS os mengeluh nyeri perut. Pasien Juli 2016. Pasien menikah satu kali dengan usia
tidak mengalami riwayat perut mules menjalar perkawinan 20 tahun. Kehamilan sekarang
ke pinggang yang makin lama makin sering dan merupakan kehamilan ke 2, dimana kehamilan
kuat, riwayat keluar darah lendir dan keluar air- pertama megalami abortus pada usia kehamilan
air . Pasien mengaku bahwa terdapat riwayat 12 minggu dan dikuret.
pijit perut 1 hari SMRS. Perut terasa keras
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ukuran 9x 10 cm. Kesan didapatkan hamil 36
kesadaran compos mentis, keadaan umum minggu janin tunggal mati presentasi kepala
tampak sakit sedang, tekanan darah 180/130 dengan solusio plasenta.
mmHg, nadi 96x/m. pernapasan 20x/m, suhu Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
37oC. Kepala tampak normocephali, kedua fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pada
konjungtiva mata tidak anemis dan tidak ikterik, pasien ini dapat ditegakkan diagnosa G2P0A1
KGB pada leher tidak membesar, mammae hamil 36 minggu belum inpartu dengan PEB +
tampak simetris, membesar dan areola partial HELLP syndromedan solutio plasenta,
hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung dalam JTM presentasi kepala
batas normal, abdomen cembung dengan striae Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu
gravidarum , teraba keras dan nyeri, dan terdapat stabilisasi 1 jam, rencana partus pervaginam,
edema pretibial. Pada status obstetrikus observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda
didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi kateter
29 cm, 4 jari di bawah processus xyphoideus , menetap, inj. MgSO4 sesuai protokol, inj.
letak memanjanag, presentasi kepala, pu-ka, DJJ Dexamethasone 2x 10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1
(-), janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram, gr IV, rencana pematangan serviks dengan drip
tunggal, mati.Pada pemeriksaan vaginal oksitosin, nifedipine 3 x 10 mg PO.
toucherdidapatkan portio lunak, posterior, Prognosis quo ad vitam dan functionam
pendataran 0%, Ø kuncup, ketuban belum dapat ibu adalah dubia ad bonam. Sedangkan
dinilai, terbawah kepala, penunjuk belum dapat prognosis quo ad vitam dan functionam anak
dinilai. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan adalah ad malam.
vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio
livide, OUE tertutup, dan tidak ditemukan fluor,
PEMBAHASAN
fluksus darah, erosi, polip dan laserasi.
Pada kasus ini wanita, 21 tahun dengan
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan
diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu belum inpartu
bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada
dengan PEB + partial HELLP syndromedan
pemeriksaan kimia darah didapatkan LDH 938.
solutio plasenta, JTM presentasi kepala. Dalam
Pada pemeriksaan hematologi didapatkan
kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan
hemoglobin : 11,8 gr/Dl, hematokrit : 34 %,
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL, CT :
penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
8’, BT : 2’. Pada pemeriksaan USG Tampak
Diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu
janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri
belum inpartu didapatkan dari hasil anamnesis
janin: BPD, HC, AC, FL ~ 36 minggu, ketuban
bahwa kehamilan ini merupakan kehamilan
cukup, tampak hematoma retroplasenta dengan
kedua dan sebelumnya pernah mengalami
abortus saat usia kehamilan 12 minggu (dikuret), pertama masuk adalah 180/130 mmHg dan
sehinga menjadi G2P0A1. HPHT adalah 25 protein 500.Diagnosis partial HELLP syndrome
September 2015, sehingga usia kehamilan ditegakkan berdasarkan nilai LDH 938.
adalah 36 minggu . Selain itu, pada pemeriksaan Dikatakan parsial karena hanya nilai LDH yang
USG didapatkan biometri janin 36 minggu. Pada ≥ 600; nilai trombosit pasien ini sebesar
pasien ini, belum ditemukan tanda-tanda inpartu. 226.000, biliirubin 2 mg/dL; SGOT dan SGPT
Tanda tanda inpartu adalah terdapat his yang tidak dilakukan pemeriksaan.
teratur dengan frekuensi yang makin sering Keluhan dan gejala pada solusio
makin kuat, bloody shows, dan pembukaan serta plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai
pendataran serviks. contoh, perdarahan eksternal dapat banyak
Diagnosis preeklampsia ditegakkan dari sekali meskipun pelepasan plasenta belum
adanya hipertensi , dimana tekanan darah begitu luas sehingga menimbulkan efek
sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. langsung pada janin, atau dapat juga terjadi
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Hipertensi ini sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal
terjadi pada usia kehamilan ˃ 20 minggu pada sebagai akibat langsung dari keadaan
wanita yang tidak memiliki riwayat hipertensi ini.Solusio plasenta dengan perdarahan
sebelumnya. Tanda kedua adalah adanya tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang
proteinuria, yakni 300 mg protein dalam urin jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja
selama 24 jam atau sama dengan ≥1 + dipstick3 terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang
Diagnosis preeklampsia berat lebih tinggi, namun juga akibat intensitas
ditegakkan bila ditemukan keadaan hipertensi perdarahan yang tidak diketahui sehingga
berat/hipertensi urgensi (TD≥160/110) dengan pemberian transfusi sering tidak memadai atau
proteinuria berat (≥ 5 g/hr atau tes urin dipstik ≥ terlambat.2,5
positif 2), atau disertai dengan keterlibatan Berdasarkan gejala dan tanda yang
organ lain.Kriteria lain preeklampsia berat yaitu terdapat pada solusio plasenta klasik umumnya
bila ditemukan gejala dan tanda disfungsi organ, tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi
seperti kejang, edema paru, oliguria, tidak demikian halnya pada bentuk solusio
trombositopeni, peningkatan enzim hati, nyeri plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta
perut epigastrik atau kuadran kanan atas dengan klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat
mual dan muntah, serta gejala serebral menetap pada perut yang datangnya cepat disertai uterus
(sakit kepala, pandangan kabur, penurunan visus yang tegang terus menerus seperti papan,
atau kebutaan kortikal dan penurunan penderita menjadi anemia dan syok, denyut
4
kesadaran). Pada pasien ini, tekanan darah saat jantung janin tidak terdengar dan pada
pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan
dalam meraba bagian-bagian janin.6,7 Pada
pemeriksaan dalam dapat ditemukan serviks
dapat telah terbuka atau masih tertutup; kalau
sudah terbuka maka plasenta dapat teraba
menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun
di luar his. Apabila plasenta sudah pecah dan
Gambar . Hasil USG 6 April 2016
sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
Untuk mendiagnosis IUFD pada
disebut prolapsus placenta, ini sering
anamnesis biasanya didapatkan berupa pasien
meragukan dengan plasenta previa. Pada
mengaku tidak lagi merasakan gerakan
pemeriksaan laboratorium urin didapatkan
janinnya, perut tidak bertambah besar, bahkan
albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
mungkin mengecil (kehamilan tidak seperti
ditemukan silinder dan leukosit dan Hb menurun
biasanya), perut sering menjadi keras dan
pada pemeriksaan hematologi.Hasil pemeriksaan
merasakan sakit seperti ingin melahirkan,
Ultrasonografi (USG) menunjukkan terlihat
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik
daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung
pada pasien IUFD biasanya didapatkanpada
kemih ibu, darah, dan tepian plasenta. Plasenta
inspeksi: tinggi fundus uteri berkurang atau
dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya
lebih rendah dari usiakehamilannya dan tidak
tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya
terlepas dan terdapat koagulum atau darah beku
dapat terlihat pada ibu yang kurus, pada palpasi:
yang biasanya menempel di belakang plasenta,
tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.
yang disebuthematoma retroplacenter.8
Tidak teraba gerakan-gerakan janin, pada
Diagnosis Solusio plasenta ditegakkan
auskultasi:tidak terdengarnya denyut jantung
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu
dialami oleh pasien, yakni nyeri perut terus
pada pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan
menerus diluar his, rahim keras seperti papan
bukti kematian janin yang kuat.1,5,9
dan nyeri. Selain itu, didapatkan riwayat trauma
Pada pasien ini, berdasarkan anamnesis
(pijit perut) dan hipertensi. Dari pemeriksaan
ibu didapatkan bahwa gerakan anak tidak lagi
USG yang telah dilakukan didapatkan gambaran
dirasakan sejak 1 hari SMRS, tidak diperoleh
hematoma retroplasenta berukuran 9 x 10 cm.
nilai denyut jantung janin pada pemeriksaan
Doppler. Pemeriksaan USG memperlihatkan
jantung janin sudah tidak bergerak.
Oleh karena itu, berdasarkan data-data ini dapat pembuluh arteria spiralis yang terputus.
disimpulkan diagnosis G2P0A1 hamil 36 minggu Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal
belum inpartu dengan PEB + partial HELLP terperangkap di dalam uterus (concealed
syndromedan solutio plasenta, JTM presentasi hemorrhage). (sarwono)
kepala. Pada kasus ini, terjadi concealed hemorrhage
Berdasarkan anamnesis yang telah yang menyebabkan tidak terjadi perdarahan
dilakukan, faktor resiko terjadinya solusio keluar.
plasenta pada kasus ini adalah terdapat riwayat Keadaan hematoma retroplasenta ini
pijit perut yang dilakukan 1 hari SMRS. Satu menyebabkan darah dari arteriola spiralis tidak
hari kemudian, perut pasien terasa kencang dan lagi bisa mengalir ke dalam ruang intervillus.
nyeri perut yang hebat. Saat itu, pasien sudah Kedua keadaan tersebut menyebabkan
tidak merasakan gerakan anaknya lagi. Dalam penerimaan oksigen oleh darah janin yang
hal ini, terjadi robekan pembuluh darah di berada dalam kapiler vili berkurang yang pada
desidua plasenta sehingga terjadi pemisahan akhirnya menyebabkan hipoksia janin. Sirkulasi
vili-vili korialis plasenta dari tempat darah ke plasenta juga menurun disertai
implantasinya pada desidua basalis dan terjadi penurunan tekanan perfusi pada penderita
perdarahan.(sarwono) Selain itu, hipertensi yang hipertensi kronik atau pre-eklampsia. Semua
dialami oleh pasien ini juga dapat menimbulkan perubahan tersebut sangat menurunkan
1,2,5
solusio plasenta. Pada kasus ini, perdarahan permeabilitas plasenta yang punya kontribusi
tidak keluar tetapi berkumpul di belakang besar dalam proses terjadinya sindroma
plasenta membentuk hematoma retroplacentair. insufisiensi plasenta yang mengakibatkan
Hematoma retroplasenta disebabkan oleh kematian janin pada kasus ini. ( sarwono)
putusnya arterispiralis dalam desidua. Penatalaksanaan awal yang diberikan
Hematoma ini mempengaruhi penyampaian pada pasien ini adalah :
nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/ - Stabilisasi 1 jam
plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang - Observasi DJJ, TVI, dan
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan tanda akut abdomen
plasenta lebih banyak /luas sampai ke - IVFD RL gtt XX/m
pinggirnya sehingga darah yang keluar - Cek laboratorium urinalisis,
merembes antara selaput ketuban dan kimia darah dan darah
miometrium untuk selanjutnya keluar melalui lengkap
serviks ke vagina (revealed hemorrhage). - Insersi kateter menetap
Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus - Inj. MgSO4 sesuai protokol
yang lagi mengandung tidak mampu menjepit
- Inj. dexamethasone 2x10mg Selain itu, diberikan inj Dexamethasone 2x 10
IV mg IV untuk mengatasi partial HELLP
- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV syndrome pada pasien tersebut. Insersi kateter
- Oksitosin 1 amp drip IV menetap dilakukan untuk memantau diuresis
- Nifedipine 3 x 10 mg cairan. Pada penderita preeklampsia,
- R/ partus pervaginam pengelolaan cairan menjadi hal yang penting
karena terdapat resiko tinggi untuk terjadinya
Penatalaksanaan pasien dengan diagnosa edema paru dan oliguria.( sarwono)
PEB + partial HELLP syndrome pada pasien ini Penatalaksanaan pasien pada pasien
adalah: dengan diagnosa solusio plasenta pada pasien ini
a. Injeksi MgSO4 sesuai protokol adalah :Induksi persalinan pervaginam dengan
b. Nifedipine 3 x 10 mg drip Oksitosin yang kemudian diakhiri dengan
c. Inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV SSTP. Pada pasien ini, kasus termasuk dalam
solusio plasenta berat melihat gejala klinis yang
Pada pasien PEB, MgSO4 diberikan sebagai
terjadi yakni nyeri perut hebat dan kematian
obat antikejang dan Nifedipine sebagai obat
janin. Pasien belum mengalami syok
antihipertensi. Magnesium sulfat diberikan
hipovolemik dalam kasus ini sehingga keadaan
dalam loading dose dan maintenance dose.
umum ibu masih cukup baik.
Loading dose diberikan 4 gram IV ( 40% dalam
Terapi solusio plasenta akan berbeda-beda
10 cc) selama 15 menit. Maintenance dose
tergantung pada usia kehamilan serta status ibu
diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer
dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan
Laktat per 6 jam dan selanjutnya diberikan 4
apabila persalinan pervaginam tidak terjadi
gram i.m tiap 6 jam. Magnesium sulfat
dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih
menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin
seksio saesaria darurat.
pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular. Transmisi
a. Solusio Plasenta Ringan
neuromuskular membutuhkan kalsium pada
Kurang lebih 30% penderita solusio
sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
plasenta ringan tidak atau sedikit sekali
magnesium akan menggeser kalsium sehingga
melahirkan gejala. Pada keadaan yang
aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi
sangat ringan tidak ada gejala kecuali
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion
hematom yang berukuran beberapa
magnesium)10 Nifedipine diberikan 10 mg setiap
sentimeter terdapat pada permukaan
8 jam (3 x 10 mg), dapat diulangi setelah 30
maternal plasenta. Tanda-tanda vital dan
menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.(15)
keadaan umum ibu ataupun janin masih
baik. Walaupun belum memerlukan ringan atau janin telah mati, atau
intervensi segera, keadaan yang ringan langsung dengan bedah sesar pada
ini perlu dimonitor terus sebagai upaya kasus yang berat atau telah terjadi
10
mendeteksi keadaan bertambah berat. gawat janin. Apabila janin telah
Bila ada perburukan (perdarahan mati dilakukan persalinan
berlangsung terus, gejala solusio pervaginam kecuali ada perdarahan
plasenta makin jelas, pada pemantauan berat yang tidak teratasi dengan
dengan USG daerah solusio plasenta transfusi darah yang banyak atau
bertambah luas), maka kehamilan harus terdapat indikasi obstetrik lain yang
segera diakhiri. Bila janin hidup, menghendaki persalinan dilakukan
lakukan seksio sesaria, bila janin mati perabdominan.10
lakukan amniotomi disusul infus Pada kasus ini, telah terjadi solusio
oksitosin untuk mempercepat plasenta berat dimana janin telah mati sehingga
persalinan.8 diputuskan untuk dilakukan persalinan
pervaginam.Iinduksi persalinan dilakukan
b. Solusio Plasenta Sedang dan Berat dengan memberikan 1 amp oxytosin drip dalam
Gejala-gejala dan tanda-tanda 500 cc RL xx gtt/m. Selain itu, dilakukan
solusio plasenta sudah jelas dan amniotomi dan pemasangan bandul 80 cc
mungkin kelainan pembekuan dengan traksi 1 L. Amniotomi akan merangsang
darah dan gangguan fungsi ginjal persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
sudah ada.10Apabila tanda dan Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi
gejala klinis solusio plasenta jelas perdarahan dari tempat implantasi dan
ditemukan, penanganan di rumah mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam
sakit meliputi transfusi darah, sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan
amniotomi, infus oksitosin dan jika faktor-faktor pembekuan dari hematom
9
perlu seksio sesaria . subkhorionik dan terjadinya pembekuan
Persalinan mungkin pervaginam intravaskuler dimana-mana.Persalinan juga dapat
atau perabdominam bergantung dipercepat dengan memberikan infus oksitosin
pada banyaknya perdarahan, telah yang bertujuan untuk memperbaiki kontraksi
ada tanda-tanda persalinan spontan uterus yang mungkin saja telah mengalami
atau belum, dan tanda-tanda gawat gangguan.8
janin. Umumnya kehamilan Induksi persalinan telah dilakukan
diakhiri dengan induksi atau selama 3 hari namun tidak ada respon sehingga
stimulasi partus pada kasus yang diputuskan untuk dilakukan SSTP.Induksi yang
tidak respon ini dapat disebabkan karena telah Fakultas Kedokteran Universitas
terjadi uterus couvelaire, dimana uterus berubah Padjadjaran. 2005. 91-98.
menjadi biru atau ungu karena terjadi 3. Hypertension in Pregnancy, American
perdarahan dalam otot-otot rahim, di bawah College of Obstetricians
perineum , dan kadang pada ligamentum latum. andGynecologist, Obstet Gynecol
Perdarahan ini menyebabkan gangguan 2013;122:1122-31.
kontraktilitas uterus dan perubahan warna
4. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ:
11
uterus tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat
Perinatal outcome in patiets with
bahwa penatalaksanaan padakasus ini sudah
abruption plcenta with and without
tepat berdasarkan literatur.
antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol
Obstet75;193,2001
SIMPULAN
5. Prawiroharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan.
Berdasarkan pembahasan kasus
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2009:
tersebut dapat disimpulkan bahwa anamnesis,
677-681: 448-458.
pemeriksaan fisik, dan penunjang yang telah
6. Furushashi M, Kuraochi O, Suganuma N:
dilakukan pada pasien ini sudah tepat sehingga
Pregnancy following placental abruption.
mengarahkan diagnosis dengan penatalaksanaan
Arch Gynecol Obstet 267:11, 2002
yang telah sesuai berdasarkan kasus yang terjadi.
7. Oyelese Y, Ananth CV. Placental
Faktor resiko penyebab terjadinya solusio
abruption. Obstet Gynecol. Oct
plasenta pada kasus ini adalah trauma pijit perut
2006;108(4):1005-16
dan preeklampsia yang diderita oleh pasien.
8. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ:
Penatalaksaan yang telah dilakukan telah sesuai
Perinatal outcome in patiets with
berdasarkan diagnosis solusio plasenta, PEB dan
abruption plcenta with and without
partial HELLP syndrome tersebut.
antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol
Obstet75;193,2001
Daftar Pustaka
9. Clark SL. Placentae previa and abruptio
placentae. In: Creasy RK, Resnik R, eds.
1. Cunningham FG et al : Obstetrical
Maternal Fetal Medicine. 5th ed.
Hemorrhage in “ Williams Obstetrics” ,
Philadelphia, Pa: WB Saunders;
22nd ed, McGraw-Hill, 2005
2004:715.
2. Sastrawinata.S, Martaadisoebrata.D,
10. Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi HW
Wirakusumah.F, Pendarahan
[Editor]. Ilmu Kebidanan Sarwono
Antepartum. Obstetri Patologi Ilmu
Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta :
Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta.
PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.

11. DeCherney AH. Nathan L : Third


Trimester Bleeding in Current Obstetrics
and Gynecologic Diagnosis and
Treatment , McGraw Hill Companies,
2003

You might also like