You are on page 1of 27

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING

PBL Blok CLINIC


SKENARIO Nyerinya Itu di Sini...
Minggu ke-7
Tanggal 24 Oktober 2014 s.d 30 Oktober 2014

Grup E
DWI RATNAWATI

(125070301111008)

FIRDA AMALIA

(125070301111009)

DWIYANTI CAESARRIA

(125070301111010)

TIARA DIAN NOVITASARI

(125070301111011)

FEBY DINA ARDIYANTI

(125070301111012)

DIESMAHARANI ASTRIMAHIRSYA

(125070301111013)

YUNITA ENDAH KARTIKASARI

(125070301111014)

SOFIE AYU MISRINA

(125070301111001)

DESAK MADE TRISNA ULANDARI

(125070301111002)

YUNITA REZA ROHMAWATI

(125070301111003)

RANI ILMINAWATI

(125070301111004)

RACHMI FARICHA

(125070301111005)

HESTI RETNO BUDI ARINI

(125070301111006)

FARIKHA ALFI FAIRUZA

(125070301111007)

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... 2
ISI ..................................................................................................................................................................... 3
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI ......................................................................................................... 3
B. SKENARIO ................................................................................................................................................. 3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM ...........................................................................................................................3
D. DAFTAR CUES ............................................................................................................................................5
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE .................................................................................................................5
F. HASIL BRAINSTORMING ............................................................................................................................5
G. HIPOTESIS..................................................................................................................................................9
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ......................................................................................................10
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................................................................................23
REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................25
TIM PENYUSUN.27

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


COMPETENCIES
CADE 9. Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk melakukan suatu konseling,
pendidikan atau kegiatan health promotion

B. SKENARIO
Nyerinya Itu di Sini...
Ny. ILU berusia 51 tahun (TB: 142 cm, BB: 60 kg) datang ke Poli Gizi RS Medika bersama suami.
Berdasarkan rujukan dokter di Poli Penyakit Dalam dengan diagnosa medis Gout Arthritis dan
Dislipidemia. Berdasarkan rekam medis pasien, hasil laboratorium asam urat: 6,3 mg/dl; kolesterol
total: 233 mg/dl; HDL: 39 mg/dl; LDL: 140 mg/dl; trigliserida: 172 mg/dl. Ny. ILU mengeluh nyeridi
bagian kaki dan badan terasa pegal. Ny. ILU menunjukkan adanya tofus di persendian lututnya. Obat
yang diberikan dokter adalah: Meloxicam, Paracetamol, dan Ranitidine. Sehari-hari Ny. ILU bekerja
sebagai guru SD. Ahli gizi diharapkan mampu memberikan konseling gizi kepada pasien tersebut.

C.

DAFTAR UNCLEAR TERM


NO
1.

ISTILAH
Gout arthritis

PENGERTIAN
- Gangguan metabolisme purin ditandai dengan
peradangan sendi (Dorland 2009)
KESIMPULAN
Gangguan metabolisme purin ditandai dengan
peradangan sendi (Dorland 2009)

2.

Dislipidemia

-Kelainan/ jumlah yang abnormal dari lipid dan


lipoprotein dalam darah (Dorland 2008)
KESIMPULAN
Kelainan/ jumlah yang abnormal dari lipid dan
lipoprotein dalam darah (Dorland 2008)

3.

Tofus

-Penumpukan Na urat di dalam jaringan, sekitar


jaringan sendi pada pirai yang menghasilkan
respon peradangan kronik terhadap benda asing
(Dorland)
KESIMPULAN

Penumpukan Na urat di dalam jaringan, sekitar


jaringan sendi pada pirai yang menghasilkan
respon peradangan kronik terhadap benda asing
(Dorland)
4.

Ranitidine

- Suatu antagonis reseptor histamine H2


digunakan dalam bentuk hidroklorida untuk
menghambat sekresi asam lambung pada
pengobatan ulkus gaster dan duodenum,
penyakit reflux esofageal dan kondisi yang
menyebabkan hipersekresi lambung (Dorland)
KESIMPULAN
Suatu antagonis reseptor histamine H2
digunakan dalam bentuk hidroklorida untuk
menghambat sekresi asam lambung pada
pengobatan ulkus gaster dan duodenum,
penyakit reflux esofageal dan kondisi yang
menyebabkan hipersekresi lambung (Dorland)

5.

Konseling gizi

- Consultation: diskusi yang dilakukan sebelum


membuat keputusan seperti memberikan saran
atau terapi gizi (Oxford)
- Suatu proses komunikasi 2 arah antara
pasien/klien dan konselor untuk membantu
pasien mengatasai masalah gizi (Kamus Gizi,
2010)
KESIMPULAN
Suatu proses komunikasi 2 arah antara
pasien/klien dan konselor untuk membantu
pasien mengatasai masalah gizi (Kamus Gizi,
2010)

6.

Parasetamol

-Obat untuk mengurangi rasa sakit dan demam


(Oxford, 2010)
- Menurunkan demam, jadi penyerta inflamasi
-Obat untuk mengurangi rasa sakit pada sakit
kepala, gigi, dan rematik serta demam (concise
medical dictionary)
4

KESIMPULAN
Obat untuk mengurangi rasa sakit pada sakit
kepala, gigi, dan rematik serta demam (Oxford
2010, Concise medical dictionary)
7.

Meloxicam

-Obat antiinflamasi non steroid yang digunakan


dalam pengobatan osteoarthritis (Dorland)
Kesimpulan
Obat antiinflamasi non steroid yang digunakan
dalam pengobatan osteoarthritis (Dorland)

D. DAFTAR CUES
-

Ahli gizi diharapkan mampu mengawasi, mengoordinir, dan memimpin tim untuk melakukan
konseling gizi pada pasien

Ahli gizi diharapkan mampu mengawasi, mengkoordinir, memimpin tim untuk melakukan
konseling gizi pada pasien dengan penyakit gout arthritis dan dislipidemia

Ahli gizi mampu memberikan suatu konseling gizi sesuai dengan kondisi pasien

Kesimpulan:
Ahli gizi mampu memberikan konseling gizi sesuai dengan keadaan pasien gout arthritis dan
dislipidemia dengan tepat

E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE


1. Apa tujuan dilakukan konseling gizi? Bagaimana tahapan dalam melakukan konseling gizi?
2. Apa diagnosa gizi yang ditegakkan untuk pasien?
3. Materi konseling apa saja yang perlu diberikan pada pasien gout arthritis dan dislipidemia?
4. Apa hambatan yang ditemukan saat melakukan konseling gizi dan bagaimana solusinya?
5. Apa indikator monitoring keberhasilan konseling (secara umum) dan bagaimana cara memonitoring
konseling gizi yang telah diberikan?

F. HASIL BRAINSTORMING
1. Apa tujuan dilakukan konseling gizi? Bagaimana tahapan dalam melakukan konseling gizi?
-

Tujuan: memberi edukasi terkait masalah gizi untuk membantu pasien mengenali masalah
yang terjadi dan memperbaiki masalah gizi tersebut, memberi edukasi dan informasi tentang
diet yang benar

Tahapan:

Identifikasi masalah gizi pasien menganalisis masalah pasiennya memberikan


edukasi

Pengkajian rekam medis ditegakkan diagnosa gizi intervensi (diet dan konseling)
monev

Pengkajian rekam medis dan data assessment diagnosa tujuan spesifik untuk
implementasi intervensi kerjasama dengan pasien dan keluarga pasien

pasien masuk ruangan perkenalan menggali data dan kesepakatan ahli gizi
dengan pasien feedback dari pasien konsultan memberi materi terkait penyakit
pasien feedback pasien penutupan sesuai rencana monev, jangan lupa diet dari
ahli gizi dilakukan

Kesimpulan: pasien masuk ruangan perkenalan menggali data dan kesepakatan


ahli gizi dengan pasien feedback dari pasien konsultan memberi materi terkait
penyakit pasien feedback pasien penutupan sesuai rencana monev, jangan lupa
diet dari ahli gizi dilakukan

2. Apa metode dan instrumen untuk menggali data dari pasien dalam konseling gizi?
-

Metode: wawancara, diskusi, dan tanya jawab

Instrumen: 24h recall dan formnya, semi quantitative ffq dan kuisionernya

3. Diagnosa gizi yang ditegakkan untuk pasien?


-

Pola makan yang salah karena pasien kurang mendapat edukasi ditandai pasien makan kurang
dari 3x sehari, pengolahan makanan yang sering digoreng dan bersantan, jajanan tradisional
setiap hari seperti kripik, bluder

Ketidakcukupan intake oral disebabkan karena penurunan nafsu makan ditandai dengan recall
yang kurang dari kebutuhan

Kelebihan intake lemak karena kurangnya pengetahuan ditandai dengan konsumsi gorengan
setiap hari dan konsumsi santan kental

Kelebihan intake zat gizi (purin dan lemak) karena kurangnya pengetahuan ditandai dengan
nilai data lab yang tidak normal

Obesitas karena tidak pernah berolahraga ditandai dengan IMT 29

4. Alat bantu (media) apa yang dipakai dalam konseling gizi?


-

Media cetak: food model, poster, buku pedoman diet, leaflet tentang gout arthritis,
dislipidemia, dan bahan penukar, tumpeng gizi seimbang

Media visual: video tentang diet terkait penyakit, bagaimana agar termotivasi terkait aktivitas
fisik

5. Materi konseling apa saja yang perlu diberikan pada pasien gout arthritis dan dislipidemia?
a. Bagaimana patofis, etiologi, sign symptom dari gout arthritis dan dislipidemia dalam
hubungannya dengan gizi?
6

b. Berdasarkan hasil assessment (ABCDE) kesimpulan status gizi, perhitungan kebutuhan


zat gizi, porsi, kebiasaan makan (dan pola makan yang disarankan), aktivitas fisik (sesuai
penyakit pasien):
-

Hubungan penyakit dengan gizi, IOM, aktivitas fisik dan frekuensinya, cara menyiapkan
makanan

c. Diet apa yang cocok diberikan pada pasien gout dan dislipidemia? (membuat preskripsi
berisi tujuan, prinsip, syarat diet dan BM yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi kemudian
diterjemahkan dalam bahasa konseling, misal BM apa dan ukurannya seperti apa)
-

Tujuan: memberikan makanan rendah purin untuk mengurangi rasa nyeri akibat gout
arthritis, menurunkan BB

Prinsip diet rendah lemak, rendah purin

Syarat: makanan yang tidak boleh yang tinggi purin seperti jeroan, sarden, daun
singkong, bayam, udang; makanan yang dibatasi seperti tahu, tempe, ayam, kacang;
mengurangi gorengan; menambah protein hewani; pilih protein rendah purin; energi
25 kkal/kgBB, protein 20%, KH 65%, lemak 15% utamakan jenis MCT; serat lebih dr =
30gr; kebutuhan cairan 35ml/kgbb = 2,1 l/hari; makanan tidak bergoreng dan tidak
bersantan, bentuk makanan biasa

d. Apa penekanan dari konseling untuk Ny.ILU?


-

Edukasi makanan pengganti sekaligus di preskripsi diet

e. Apa iom pada meloxicam, parasetamol, dan ranitidine?


6. Kapan saja waktu yang tepat untuk memberikan konseling gizi dan berapa lama periodenya?
-

Ketika pasien dirujuk adanya gangguan mengenai masalah gizi diberi jangka waktu sebulan
untuk kembali

7. Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan konseling gizi?


-

Bahasa yang digunakan mudah dipahami, sopan santun, kesesuian alat bantu

Kemauan pasien untuk menanggapi pertanyaan

Motivasi

Kepatuhan

profesionalitas dalam mengonselor, kompetensi yang dimiliki konselor terkait pengetahuan,


pemilihan kata, penggunaan bahasa

8. Apa hambatan yang ditemukan saat melakukan konseling gizi dan bagaimana solusinya?
-

Kurangnya motivasi dari pasien solusinya diberi motivasi, cerita keberhasilan pasien yang lain

Pasien lupa saat mengingat riwayat makan solusinya diberikan pertanyaan yang lebih
mendalam terkait riwayat makanan dan porsi

Konselor kurang mampu menjelaskan isi konseling solusinya ditraining, dibuat draf agar lebih
terurut
7

9. Apa indikator monitoring keberhasilan konseling (secara umum) dan bagaimana cara
memonitoring konseling gizi yang telah diberikan?
-

Indikator: kesepakatan di awal, misal target penurunan BB, konsumsi lemak; terkait tujuan
diet dan data biokim; pasien datang kembali atau tidak. Bila tidak datang kembali diminta
nomor telepon dan dimonitoring via telepon/sms, memberi motivasi; perubahan pola makan
menjadi pola makan yang sehat; kemampuan pasien menerapkan diet yang dibnerikan untuk
mengukur pengetahuan

Cara melihat perubahan BB, melihat pola makan dari keluarga; melihat frekuensi aktivitas fisik
dan kepatuhan dari yang sebelumnya; cara monitoring dengan recall

10. Bagaimana peran keluarga dalam keberhasilan konseling gizi menurut skenario?
-

Sangat penting karena dekat, memantau pasien agar tetap disiplin dalam mematuhi anjuran
diet yang diberikan agar terjadi perubahan pola makan

Memberikan motivasi

Memantau termasuk memantau aktivitas fisiknya, memotivasi dan memberi dukungan

Penyediaan makanan penjelasan untuk memasak/mengolah dan menyiapkan karena pasien


dalam kondisi sulit menyiapkan makanan

G. HIPOTESIS
Belum pernah mendapat konseling gizi

Intake lemak, purin

Data biokimia :
1.
2.
3.
4.
5.

Kadar asam urat = 6,3 mg/dL


Kadar kolesterol = 233 mg/dL
Kadar TG = 172 mg/dL
Kadar LDL = 140 mg/dL
Kadar HDL = 39 mg/dL

Tophus
Gout Arthritis + Dislipidemia
Nyeri di kaki
Konseling Gizi

Nafsu makan

Hambatan

Assessment

Materi konseling :
Diagnosa

Diperoleh Komitmen

Pencatatan
hasil konseling

Intervensi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penyakit yang diderita


Preskripsi diet
Perubahan pola makan
Porsi makan
Meal replacement
IOM
Aktifitas fisik

Anjuran kembali untuk


dilakukan Monev

Monev
9

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVES


1. Tujuan Dilakukannya Konseling Gizi dan Tahapan dalam Konseling Gizi
Tujuan:
-

Mengidentifikasi masalah gizi pasien

Membantu menganalisis masalah gizi pasien dan memberikan intervensi yang tepat

Membantu memberi pemahaman kondisi keseatan pasien

Membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga
meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan klien

Pasien mampu mengatur konsumsi makanannya saat pasien telah meninggalkan rumah sakit

Memecahkan masalah yang dihadapi pasien sesuai keputusan yang telah diambil selama
melewati konseling tersebut

Membantu pasien meningkatkan aktivitas fisik

Membantu mengubah perilaku pasien sehingga dapat mengubah pemilihan makanan yang
tepat

Memotivasi dan meningkatkan kepatuhan diet pasien dan kemampuan dalam menyiapkan
makanan

Meningkatkan awareness klien mengenai perilaku makan yang salah


(USAID, 2009; Cornelia, 2013; Rahmawati 2014; IDNT 2011; Stang 2005)

Tahapan:
a. Pasien datang ke poli gizi dengan membawa surat rujukan dokter
b. Ahli gizi mencatat nama pasien di buku registrasi
c. Membangun dasar konseling dengan mengucapkan salam, membangun hubungan yang
baik dengan pasien, memahami tujuan dari pasien datang ke ahli gizi, dan menjelaskan
proses konseling
d. Ahli gizi melakukan assessment dengan menanyakan riwayat makan dan riwayat personal
serta melihat rekam medis
e. Ahli gizi menentukan diagnosis gizi untuk pasien berdasarkan data antropometri, biokimia,
fisik klinis, dietary dan data personal lainnya
f.

Ahli gizi melakukan konseling sesuai diagnosis yang ditetapkan

g. Ahli gizi menganjurkan pasien untuk datang kembali ke poli gizi dalam kurun waktu yang
ditentukan
(PGRS, 2013)
2. Diagnosa Gizi untuk Pasien
-

NB 1.2 Kebiasaan yang salah disebabkan kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi
ditandai dengan pasien tidak pernah mendapat konseling gizi dan dari data dietary ada
beberapa data kebiasaan makan pasien yang kurang tepat
10

NI 2.1 Kurangnya intake oral disebabkan penurunan nafsu makan ditandai dengan hasil recall
yang kurang dari kebutuhan(Energi 82%, Protein 40,8%, Karbohidrat 65%)

NI 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi spesifik (lemak) disebabkan dislipidemia ditandai dengan
pengolahan makanan yang sering digoreng dan bersantan, data lab profil lipid yang buruk, dan
data recall lemak 217,8%

NI 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi spesifik (purin) disebabkan penyakit gout arthritis
ditandai dengan data lab asam urat yang tinggi

NC 3.3 Obesitas disebabkan kurangnya aktivitas fisik ditandai dengan IMT 29,8 dan seringnya
mengonsumsi makanan yang digoreng atau bersantan
(IDNT, 2011)

3. Materi Konseling untuk Pasien Gout Arthritis dan Dislipidemia


a. Patofisiologi gout arthritis
Diet tinggi purin berpengaruh pada peningkatan produksi asam urat dan kemampuan ginjal dalam
mengeluarkan asam urat melalui urin. Hal ini menyebabkan penumpukan monosodium urat di
jaringan sendi sehingga terbentuk tofus. Adanya tofus meningkatkan respon inflamasi berupa gout
yang dapat disertai dengan pembesaran dan penonjolan pada sendi.
(Maimun, 2007)
b. Patofisiologi dislipidemia
Di dalam tubuh, ada kendaraan pengangkut lemak yang disebut lipoprotein. Dislipidemia ini
merupakan jumlah yang abnormal dari lipoprotein tersebut. Bila asupan lemak berlebih, maka
jumlah lemak dan lipoprotein di dalam tubuh akan meningkat. Lemak yang banyak di dalam tubuh
tersebut dapat menempel ke berbagai organ dan menimbulkan penyakit seperti stroke, penyakit
jantung koroner, perlemakan hati, dan sebagainya sehingga untuk mengatasi dislipidemia
diperlukan penurunan asupan lemak.
(Cipla, 2005)
c. Interaksi obat dan makanan (IOM) dari meloxicam
-

Obat lebih baik diminum bersamaan dengan makan atau minum susu karena bila dikonsumsi
setelah makan memberikan efek terapeutik lebih besar dan dalam jangka waktu lama akan
berbahaya

Obat jangan dikonsumsi dengan bawang putih karena memperpanjang perdarahan atau darah
susah beku

Obat jangan dikonsumsi dengan alkohol


(Pharmaceutical Care for Gout Arthritis, 2006)
d. IOM dari paracetamol

Obat diminum sebelum atau bersamaan dengan makan atau minum susu
11

Obat bila dikonsumsi dengan grapefruit juice dan lycorice akan menyebabkan perbedaan
farmakokinetik

Obat jangan dibarengi dengan minum kopi karena kafein menginduksi enzim pemetabolisme
paracetamol di hati sehingga meningkatkan metabolic toxic dan merusak hati
(Boullata et al, 2010)
e. IOM dari ranitidine

Mengganggu absorbsi vitamin B12, B1, Fe

Bila dikonsumsi bersama warfarin akan meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin
(makanan seperti bawang sedikit)

Bisa dikonsumsi sblm atau setelah makan

Obat dapat turun absorbsinya bila dikonsumsi dengan antasida


(bukusakudokter.org/ranitidine.html)
f.

Preskripsi Diet

Perhitungan kebutuhan:
BBI

= (TB (cm) 100)


= 142 100
= 42 kg

TEE

= (655 + 9,6 x BB + 1,8 x TB 4,7 x U) PA x faktor stres


= (655 + 9,6 x 42 + 1,8 x 142 4,7 x 51) 1,4 x 0,85
= 1278,18 kkal

Protein = 20% x 1278,18 : 4


= 255,64 : 4
= 63,91 gr
Lemak = 15% x 1278,18 : 9
= 191,73 : 9
= 21,30 gr
KH

= 65% x 1278,18 : 4
= 830,82 : 4
= 207,70 gr

Tujuan diberikan diet:


1. Menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin
2. Menurunkan berat badan hingga mencapai status gizi normal
3. Menurunkan asupan lemak

Prinsip diet:
1. Rendah lemak dan kolesterol
2. Rendah purin
12

Syarat diet:
1. Energi sesuai perhitungan kebutuhan yaitu 1230 kkal
2. Protein 20% dari total kebutuhan energi
3. Lemak 15% dari total kebutuhan energi, utamakan jenis omega 3 untuk menurunkan
trigliserida. Lemak jenuh 7% total kebutuhan energi
4. Karbohidrat 65%, utamakan KH kompleks karena dapat meningkatkan pengeluaran asam
urat. Hindari fruktosa karena dapat meningkatkan asam urat
5. Serat cukup, 25 gr
6. Cairan 2 liter
7. Vitamin mineral cukup. Untuk vitamin C diberikan tinggi yaitu 500 mg/hari selama dua
bulan
8. Hindari bahan makanan tinggi purin
9. Kolesterol 100-150 mg/hari
10. Hindari pengolahan dengan cara digoreng dan diolah dengan santan, utamakan
pengolahan dengan direbus, dikukus, atau dipanggang
g. Pemilihan makanan

Bahan makanan yang dihindari: jerohan, kaldu, bebek, ikan sarden, makarel, remis, kerang,
minuman alkohol, soft drink, kuning telur, susu full cream, keju, produk makanan jadi

Bahan makanan yang dibatasi:


Karbohidrat (maksimal 50 gr per hari): kue, cake, biskuit, pastry, gula
Protein hewani (maksimal 50 gr per hari): daging, ayam, ikan tongkol, ikan tenggiri, ikan bawal,
ikan bandeng, udang
Protein nabati: tempe dan tahu (maksimal 50 gr/hari), kacang-kacangan (maksimal 25gr/hari)
Sayur: asparagus, jamur, bayam, singkong, kangkung, daun dan biji melinjo
Buah: nanas, durian, alpukat, air kelapa tua

Bahan makanan yang dianjurkan: gandum, beras tumbuk, makaroni, roti tinggi serat, sayuran
segar dan buah seperti apel, jeruk, pir, stroberi; ayam atau unggas tanpa kulit yang diolah
dengan cara grilling, boiling atau steaming; susu skim, putih telur, yoghurt rendah lemak, keju
rendah lemak
(Almatsier 2008; Cornelia 2013; Gandy, 2014)
h. Pola Makan

Sehari 3 kali makan utama dengan 2 kali snack, porsi kecil tapi sering untuk mencegah lapar
yang terus menerus

Pengolahan makanan yang biasanya digoreng dan bersantan dapat menghambat ekskresi
asam urat melalui urin jadi diganti dengan ditumis atau direbus
13

Kebiasaan jarang makan lauk hewani diubah dengan setiap makan ditambahkan satu porsi
lauk hewani yang rendah lemak

Konsumsi kopi dihindari agar asam urat tidak tinggi. Selain itu kopi dapat berinteraksi dengan
obat ranitidine

Konsumsi sayuran 2-3 kali seminggu diubah menjadi 3 kali dalam sehari (300 gr) karena pasien
perlu serat dan antioksidan yang cukup

Camilan yang berupa jajanan tradisional dan bluder, untuk bluder dapat dihilangkan,
sedangkan jajanan dapat dipilih yang pengolahannya dengan dikukus atau direbus. Selain itu
hindari camilan yang diolah dengan cara digoreng karena tinggi lemak dan karbohidrat.
Konsumsi camilan dapat diganti dengan buah, contohnya buah semangka karena memiliki efek
diuretik agar asam urat keluar lewat urin

Asupan cairannya 2 liter per hari


i.

Waktu
Pagi

Porsi
Jenis Bahan Makanan
Makanan Pokok

Contoh (gr dan URT)


Nasi 100 gr = 1 centong

Penukar (gr dan URT)

Mi basah 200 gr =
1 gelas belimbing

Nasi tim 200 gr =


1 gelas belimbing

Biskuit 40 gr = 4
keping

Roti 70 gr = 4
lembar

Singkong 120 gr =
1 potong sedang

Kentang 210 gr =
4 biji sedang

Ubi 135 gr = 1 biji


sedang

Lauk Hewani

Telur 55 gr = 1 butir

Ayam tanpa kulit

Bila putih telurnya saja,

40 gr = 1 potong

membutuhkan 2 butir

sedang (6 x 5 x 2
cm)

Ikan 40 gr = 1
potong sedang (6
x 5 x 2 cm)
14

Daging sapi 35 gr
= 1 potong kecil

Lauk Nabati

Tahu 25 gr = 1 potong sedang

(4 x 6 x 1 cm)

Tempe 12,5 gr = 1
potong kecil

Kacang tanah 5 gr
= sdm

Minyak

Minyak kelapa 5 gr = sdm

Minyak kelapa
sawit 5 gr =
sdm

Minyak ikan 5 gr
= sdm

Santan 40 gr =
1/5 gelas
belimbing

Minyak zaitun 5
gr = sdm

Minyak jagung 5
gr = sdm

Sayur

Wortel, kol, sawi, bunga kol,

jagung muda sebanyak 100 gr

Brokoli, sawi,
taoge kacang
hijau, terong,
selada, selada air,
oyong, timun,
tomat sebanyak
100 gr = 1 gelas
sayur tanpa
air/kuah

Snack Pagi

Buah dan Gula

Pepaya 110 gr = 1 potong

sedang (5 x 15 cm)

Pisang ambon 5075 gr = 1 buah


sedang

Apel 85 gr =
buah sedang

Belimbing 140 gr
= 1 buah besar

Jeruk manis 110


15

gr = 2 buah
sedang

Jambu biji 100 gr


= 1 buah besar

Mangga 90 gr = 1
buah sedang

Semangka 180 gr
= 1 potong besar

Gula 13 gr = 1
sdm munjung

Siang

Makanan Pokok

Nasi 100 gr = 1 centong

Mi basah 200 gr =
1 gelas belimbing

Nasi tim 200 gr =


1 gelas belimbing

Biskuit 40 gr = 4
keping

Roti 70 gr = 4
lembar

Singkong 120 gr =
1 potong sedang

Kentang 210 gr =
4 biji sedang

Ubi 135 gr = 1 biji


sedang

Lauk Hewani

Telur 55 gr = 1 butir

Ayam tanpa kulit

Bila putih telurnya saja,

40 gr = 1 potong

membutuhkan 2 butir

sedang (6 x 5 x 2
cm)

Ikan 40 gr = 1
potong sedang (6
x 5 x 2 cm)

Daging sapi 35 gr
= 1 potong kecil

Lauk Nabati

Tempe 25 gr = 1 potong
sedang (4 x 6 x 1 cm)

Tahu 55 gr = 2
potong sedang (4
16

x 6 x 1 cm)

Kacang tanah 10
gr = 1 sdm

Minyak

Minyak kelapa 5 gr = sdm

Minyak kelapa
sawit 5 gr =
sdm

Minyak ikan 5 gr
= sdm

Santan 40 gr =
1/5 gelas
belimbing

Minyak zaitun 5
gr = sdm

Minyak jagung 5
gr = sdm

Sayur

Wortel, kol, sawi, bunga kol,

jagung muda sebanyak 100 gr

Brokoli, sawi,
taoge kacang
hijau, terong,
selada, selada air,
oyong, timun,
tomat sebanyak
100 gr = 1 gelas
sayur tanpa
air/kuah

Snack sore

Buah dan Gula

Semangka 180 gr = 1 potong

besar

Pisang ambon 5075 gr = 1 buah


sedang

Apel 85 gr =
buah sedang

Belimbing 140 gr
= 1 buah besar

Jeruk manis 110


gr = 2 buah
sedang

Jambu biji 100 gr


17

= 1 buah besar

Mangga 90 gr = 1
buah sedang

Pepaya 110 gr = 1
potong sedang (5
x 15 cm)

Gula 13 gr = 1
sdm munjung

Malam

Makanan Pokok

Nasi 100 gr = 1 centong

Mi basah 200 gr =
1 gelas belimbing

Nasi tim 200 gr =


1 gelas belimbing

Biskuit 40 gr = 4
keping

Roti 70 gr = 4
lembar

Singkong 120 gr =
1 potong sedang

Kentang 210 gr =
4 biji sedang

Ubi 135 gr = 1 biji


sedang

Lauk Hewani

Daging sapi 35 gr = 1 potong

kecil

Ayam tanpa kulit


40 gr = 1 potong
sedang (6 x 5 x 2
cm)

Ikan 40 gr = 1
potong sedang (6
x 5 x 2 cm)

Telur 55 gr = 1
butir. Bila putih
telurnya saja,
membutuhkan 2
butir

Lauk Nabati

Tahu 25 gr = 1 potong sedang

Tempe 12,5 gr = 1
18

(4 x 6 x 1 cm)

potong kecil

Kacang tanah 5 gr
= sdm

Minyak

Minyak kelapa 5 gr = sdm

Minyak kelapa
sawit 5 gr =
sdm

Minyak ikan 5 gr
= sdm

Santan 40 gr =
1/5 gelas
belimbing

Minyak zaitun 5
gr = sdm

Minyak jagung 5
gr = sdm

Sayur

Wortel, kol, sawi, bunga kol,

jagung muda sebanyak 100 gr

Brokoli, sawi,
taoge kacang
hijau, terong,
selada, selada air,
oyong, timun,
tomat sebanyak
100 gr = 1 gelas
sayur tanpa
air/kuah

Buah dan Gula

Apel 85 gr = buah sedang

Pisang ambon 5075 gr = 1 buah


sedang

Pepaya 110 gr = 1
potong sedang (5
x 15 cm)

Belimbing 140 gr
= 1 buah besar

Jeruk manis 110


gr = 2 buah
sedang
19

Jambu biji 100 gr


= 1 buah besar

Mangga 90 gr = 1
buah sedang

Semangka 180 gr
= 1 potong besar

Gula 13 gr = 1
sdm munjung

Susu

Susu skim cair 200 ml = 1 gelas

belimbing

Tepung susu skim


20 gr = 4 sdm

Yoghurt rendah
lemak 120 ml =
gelas belimbing

(Almatsier, 2010; Isnaeni, 2014)


j.
-

Aktivitas fisik

Aktivitas fisik setidaknya 30 menit, jenis sedang (moderate) 5 hari dalam seminggu. Terdiri dari
satu atau beberapa sesi dengan rentang 10 menit. Berenang aerobik berjalan minimalisir
aktivitas dengan duduk jalan sepeda, disambi bekerja misal aktivitas naik tangga, istirahat
makan siang lebih memilih yang berjalan daripada yang dekat

Aktivitas fisik untuk penderita gout arthritis terdiri dari:

Flexibility, bertujuan untuk melatih sendi agar tidak kaku dan mengurangi rasa
sakitnya. Terdiri dari range of motion dan peregangan. Range of motion dilakukan 5-10
kali, ditahan paling lama 3 detik bila tidak sakit. Peregangan dilakukan 2-3 kali
pengulangan ditahan 10 detik)

Strength, bertujuan melatih kemampuan otot untuk mendukung stabilitas sendi.


Terdiri dari isotonic strength dan isometric strength. Isotonic menguatkan otot tanpa
menggerakan sendi yang sakit dengan menekan dada menggunakan pita fitness yang
elastis. Dilakukan selang seling tiap 1 hari sekali selama 2-4 kali seminggu. Isometric
menekan bahu dan punggung ke tembok sambil mengangkat kaki.

Endurance, bertujuan meningkatkan kesehatan jantung, paru, dan sistem sirkulasi.


Contoh berjalan, aktivitas air, bersepeda
(NIHCE, 2014; The Arthritis Society, 2009)

4. Hambatan Saat Konseling Gizi dan Solusinya


20

Hambatan

Solusi

Konselor masih kaku atau tidak terbiasa

Training, mengikuti konseling sebelumnya agar

konseling

terbiasa dengan suasananya

Kurangnya waktu konseling

Konselor menggunakan alat bantu software


nutriclin untuk membantu mengefisiensikan
waktu saat konseling gizi

Klien tidak mau berbicara terbuka dan

Menciptakan keakraban, membuat

mengabaikan konselor

kesepakatan dan klaim agar tidak merugikan


kedua pihak, menggunakan bahasa yang mudah
dipahami

Tata letak ruangan kurang kondusif sehingga

Penataan ulang dibuat senyaman mungkin

klien tidak nyaman


Klien banyak bicara melebar

Diarahkan kembali ke topik

Konselor kurang profesional

Melanjutkan studi lebih tinggi, melatih


menentukan tujuan dari konseling

Klien belum siap untuk berubah

Memberi motivasi dan negosiasi

Terlalu banyak informasi dari konselor sehingga

Konselor memberi informasi perlahan dan poin-

klien merasa kebingungan

poin penting dari tiap materinya


(Helman, 1997; depkes.go.id, 2014; Snetselaar 2006; Citerawati, 2012)

5. Indikator Keberhasilan dan Cara Memonitoring Konseling Gizi


a. Indikator keberhasilan:
-

Monitoring total energi, protein, lemak, karbohidrat dan zat gizi terkait diagnosa misal
vitamin C dan serat

Monitoring riwayat diet, perubahan berat badan atau status gizinya

Monitoring kadar asam urat dan profil lipid

Melihat kepatuhan pasien terhadap anjuran gizi

b. Cara memonitoring:
-

Melakukan kunjungan ulang

Terjadi perubahan data ABCD menjadi normal

Mengerti dan menjalani anjuran dietnya

Memonitor perkembangan (energi, protein, dan sebagainya) dilanjutkan dengan


mengukur hasil (perubahan berdasarkan intervensi yang dianjurkan), kemudian dievaluasi
(PGRS, 2013)

21

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
1. Tujuan dilakukannya konseling gizi adalah:
-

Mengidentifikasi masalah gizi pasien

Membantu menganalisis masalah gizi pasien dan memberikan intervensi yang tepat

Membantu memberi pemahaman kondisi keseatan pasien

Membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga
meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan klien

Pasien mampu mengatur konsumsi makanannya saat pasien telah meninggalkan rumah sakit

Memecahkan masalah yang dihadapi pasien sesuai keputusan yang telah diambil selama
melewati konseling tersebut

Membantu pasien meningkatkan aktivitas fisik

Membantu mengubah perilaku pasien sehingga dapat mengubah pemilihan makanan yang
tepat

Memotivasi dan meningkatkan kepatuhan diet pasien dan kemampuan dalam menyiapkan
makanan

Meningkatkan awareness klien mengenai perilaku makan yang salah

2. Tahapan dalam melakukan konseling gizi adalah:


a. Pasien datang ke poli gizi dengan membawa surat rujukan dokter
b. Ahli gizi mencatat nama pasien di buku registrasi
c. Membangun dasar konseling dengan mengucapkan salam, membangun hubungan yang baik
dengan pasien, memahami tujuan dari pasien datang ke ahli gizi, dan menjelaskan proses
konseling
d. Ahli gizi melakukan assessment dengan menanyakan riwayat makan dan riwayat personal serta
melihat rekam medis
e. Ahli gizi menentukan diagnosis gizi untuk pasien berdasarkan data antropometri, biokimia, fisik
klinis, dietary dan data personal lainnya
f. Ahli gizi melakukan konseling sesuai diagnosis yang ditetapkan
g. Ahli gizi menganjurkan pasien untuk datang kembali ke poli gizi dalam kurun waktu yang
ditentukan
3. Materi yang perlu disampaikan dalam konseling gizi untuk pasien gout arthritis dan dislipidemia
terdiri dari patofisiologi gout arthritis, patofisiologi dislipidemia, interaksi obat dan makanan
dari meloxicam, paracetamol, dan ranitidine, preskripsi diet, pemilihan makanan, pengaturan
pola makan, penentuan porsi, dan aktivitas fisik.

22

4. Hambatan saat konseling mungkin timbul dari tiga aspek yaitu aspek klien, aspek lingkungan
konseling, dan aspek konselor itu sendiri.
5. Keberhasilan konseling gizi dapat dilihat dari beberapa hal di antaranya kepatuhan klien
terhadap anjuran diet dan perubahan data assessment. Sedangkan cara memonitornya adalah
dengan melihat perubahan data dan perkembangan dari klien.
B. REKOMENDASI
Skenario klinik week 4 klinik kali ini memperkuat dasar-dasar dalam mempersiapkan diri untuk melakukan
konseling gizi. Dalam melakukan konseling gizi sangat diperlukan pemahaman yang komprehensif
terhadap kasus yang dihadapi dengan memandang dari segala sisi, termasuk patofisiologi penyakit hingga
pengaturan diet bagi pasien. Skenario yang diberikan cukup jelas dan dimengerti oleh mahasiswa. Namun
hidden data yang diberikan kurang membantu mahasiswa dalam menegakkan diagnosa karena data yang
diberikan adalah hasil pemeriksaan lab lengkap yang tidak semuanya diperlukan dalam penegakan
diagnosa gizi. Dalam skenario selanjutnya sebaiknya diberikan hidden data, terutama data lab, yang sesuai
dengan kasus yang diberikan. Terkait kejelasan maksud dari skenario diharapkan tetap dipertahankan
pada skenario week berikutnya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2008. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
American Dietetic Association. 2011. International Dietetics and Nutrition Terminology.
Boullata, Joseph dan Armenti, Vincent. 2010. Handbook of Drug-Nutrient Interactions. New Jersey: Humana
Press.
-. bukusakudokter.org/ranitidine.html. (Online) Diakses 26 Oktober 2014.
Cipla. 2005. Essence Series: Dyslipidemia.
Citerawati, Yetti. 2012. Penyuluhan dan Konsultasi. (Online) https://adingpintarfiles.wordpress.com/2012/.../.
Diakses 25 Oktober 2014.
Cornelia, et al. 2013. Konseling Gizi: Proses Komunikasi, Tata Laksana serta Aplikasi Konseling Gizi pada
Berbagai Diet. Penebar Pluit: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
-. depkes.go.id. 2014. Diakses 26 Oktober 2014.
Gandy, Joan Webster, et al. 2014. Gizi dan Dietetika. Jakarta: EGC.
Helman, Anthony. 1997. Nutrition and General Practice: An Australian Perspective. The American Journal of
Clinical Nutrition 65 (6) 19395 19425.
Isnaeni, Yuli. 2014. Bahan Makan Penukar; Solusi bagi Balita Sulit Makan. Jakarta: Universitas Indonesia.
National Institute of Health and Care Excellence. 2014. Obesity: Guidance on the Prevention, Identification,
Assessment and Management of Overweight and Obesity in Adults and Children.
Rahmawati, Fitria, dkk. 2014. Makalah Konsultasi di Pelayanan Kesehatan: Konsultasi Gizi di Rumah Sakit Tipe
A, B, dan C Jakarta. Poltekes Kemenkes Jakarta II hal 9 13.
Snetselaar. 2006. Nutritional Counseling for Lifestyle Change. Taylor.
Stang, J dan Mary Story. 2005. Nutrition Education and Counseling Guidelines fot Adolescent Nutrition Services.
Syukri, Maimun. 2007. Asam Urat dan Hiperurisemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Unsyiah / BPK. Journal of the American Dietetic Association.
The Arthritis Society. 2006. Pharmaceutical Care for Gout Arthritis.
24

The Arthritis Society. 2009. Physical Activity and Arthritis. Kanada: hal 12 20.
USAID. 2009. Introduction to Basic Conseling and Communication Skills: IOM Training Manual Migrant
Community Leaders and Community Workers.

25

TIM PENYUSUN

A. KETUA
YUNITA REZA R.

(125070301111003)

B. SEKRETARIS
1. FARIKHA ALFI FAIRUZA

(125070301111007)

2. HESTI RETNO BUDI ARINI

(125070301111006)

C. ANGGOTA
1. DWI RATNAWATI

(125070301111008)

2. FIRDA AMALIA

(125070301111009)

3. DWIYANTI CAESARRIA HARTIWI

(125070301111010)

4. TIARA DIAN N.

(125070301111011)

5. FEBY DINA ARDIYANTI

(125070301111012)

6. DIESMAHARANI ASTRIMAHIRSYA

(125070301111013)

7. YUNITA ENDAH KARTIKASARI

(125070301111014)

8. SOFIE AYU MISRINA

(125070301111001)

9. DESAK MADE TRISNA ULANDARI

(125070301111002)

10. RANI ILMINAWATI

(125070301111004)

11. RACHMI FARICHA

(125070301111005)

D. FASILITATOR
Mbak Mitha
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
a. Mampu mengarahkan berjalannya diskusi mahasiswa agar fokus pada tujuan skenario
b. Mampu membantu mahasiswa dalam menggali masalah yang terdapat dalam skenario
c. Mampu membantu mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dalam menghadapi pokok masalah yang
ada di skenario
d. Mampu mendampingi mahasiswa dalam melaksanakan diskusi dengan lancar

26

2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI


a. Mahasiswa mampu memahami tentang tujuan dari konseling gizi.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan tahapan dari konseling gizi.
c. Mahasiswa mampu mengambil diagnosa gizi untuk pasien sebagai acuan dalam melakukan
intervensi berupa konseling gizi.
d. Mahasiswa mampu membuat rancangan konseling gizi dari segi materinya ditunjang dengan
pemilihan media dan alat bantu yang tepat.
e. Mahasiswa mampu mengidentifikasi hambatan yang ditemui dalam konseling gizi dan
menentukan solusinya.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi indikator keberhasilan konseling gizi.
g. Mahasiswa mampu memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan konseling gizi.

27

You might also like