You are on page 1of 35

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

(ZEE)
By :
Denny Hartati & Nanda Saraswati

MATERI :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian ZEE
Perkembangan Konsep ZEE
Status Hukum ZEE
Ketentuan ZEE dalam UNCLOS 1982
ZEE Indonesia
Kasus-kasus ZEE

PENGERTIAN ZEE
Definisi ZEE menurut UNCLOS 1982 yaitu ;

The exclusive economic zone is an area beyond and


adjacent to the territorial sea, subject to the specific
legal regime established in this Part, under which the
rights and jurisdiction of the coastal State and the rights
and freedoms of other States are governed by the
relevant provisions of this Convention.
RR Churchill
Zone extending up to 200 miles from the baseline,
whithin the coastal state enjoys extensiveright inrelation
to natral resources and related jurisdictional rights and
third states enjoys the freedoms of navigation,
overflight, and the laying of cables and pipelines

PERKEMBANGAN KONSEP ZEE


Proklamasi Presiden Truman 1945 oleh
Amerika (conservation zones)
In veiw of prossseing need for conservation and protection of
fishery resources, the Goverment of US regard it as proper to
establish conservation zons in those areas of the high seas
contiguos to the coast of the US wherein fishing activities have been
or in future may be developed and maintained on substansial scale.
Where such activities have been or shall hereafter be developed and
maintain by its nationals alone, the US regard it as proper to
establish explicitly bounded conservation zones in which fishing
activities shall be subject to the regulation and control of the US

Dampak Kegiatan Unilateal US


Meksiko melalui statemen Presiden tanggal 29 Oktober

1945 membentuk zona Perikanan tertutup (closing fishing


zone)
Chili (23 Juni 1947) melakukan klaim terhadap zona
maritim sejauh 200 mill
Peru (1 Agustus 1947) membentuk zona penangkaan ikan
dan perburuhan (hunting protection Zone) sejauh 200 mill
dari pantai Peru
teori Bioma
Klaim zona mariti sejauh 200 mill tersebut kemjudian
diikuti oleh Costa Rica, El Savador dan Honduras

PERKEMBANGAN ZEE
Meksiko melalui statemen Presiden tanggal 29

Oktober 1945 membentuk zona Perikanan tertutup


(closing fishing zone)
Chili (23 Juni 1947) melakukan klaim terhadap zona
maritim sejauh 200 mill
Peru (1 Agustus 1947) membentuk zona
penangkapan ikan dan perburuhan (hunting
protection Zone) sejauh 200 mill dari pantai Peru
teori Bioma
Klaim zona mariti sejauh 200 mill tersebut
kemjudian diikuti oleh Costa Rica, El Savador dan
Honduras

Perkembangan konsep ZEE


Deklarasi Santiago (Konferensi Eksploitasi

dan Konservasi Sumber Daya Alam


Maritim Pasifik Selatan)
1952, Chili,
Ekuador dan Peru
Konferensi Jenewa tahun 1958
Konferensi Hukum Laut 1 dan 2 gagal
menetapkan batas lebar laut teritorial dan
zona perikanan;

Lanjutan
Deklarasi Montevideo tanggal 8 Mei 1970
Deklarasi Lima tahun 1970
Deklarasi Santo Domingo 9 Juni 1972
dalam Konferensi Subregional Negara
Karibia tentang Masalah Kelautan
Patrimonial Sea
Rekomendasi dari Seminar Younde,
Kamerun tanggal 20 -30 Juni 1972

Lanjutan
Deklarasi tentang Masalah Hukum Laut 24 Mei
1973
Sidang UNCLOS III

Kenya mengajukan Draft Resolution on Exclusive


Economic Concept, yang merupakan kunci
pemecahan secara kompromi dari yurisdiksi atas laut
pantai oleh peserta konferensi.
Konsep ZEE pada ISNT
RSNT
ICNT
Pada tanggal 30 April 1982 Konferensi menyetujui
Draft ZEE
Penandatangan UNCLOS dilakukan pada tanggal 12
Desember 1982, di Montego Bay, Jamaica

STATUS HUKUM ZEE


ZEE memiliki status sui generis : bukan
bagian dari laut lepas dan bukan bagian dari
laut teritorial. Pengaturan dalam UNCLOS :
1. Pasal 55 : ZEE adalah kawasan laut diluar dan
bersambung dengan laut teritorial yang berada
dibawah rezim khusus yang diatur oleh Part V
KHL 1982.
2. Pasal 59 : Setiap konflik harus diselesaikan
atas dasar keadilan, dengan memperhatikan
keadaan penting dan kepentingan pihak-pihak
yang bersangkutan.

PENENTUAN GARIS ZEE


Lebar maksimal ZEE tidak boleh melebihi 200 mill diukur dari garis pangkal

dimana lebar laut teritorial diukur (pasal 57)


Apabila penetapan ZEE antara negara pantai berhadapan atau berdampingan
dengan negara pantai maka cara pengukurannya dan penyelesaian sengketanya
diatur dalam pasal 74 UNCLOS.
1. The delimitation of the exclusive economic zone between States with
opposite or adjacent coasts shall be effected by agreement on the basis of
international law, as referred to in Article 38 of the Statute of the
International Court of Justice, in order to achieve an equitable solution.
2. If no agreement can be reached within a reasonable period of time, the
States concerned shall resort to the procedures provided for in Part XV.
3. Pending agreement as provided for in paragraph 1, the States concerned,
in a spirit of understanding and cooperation, shall make every effort to
enter into provisional arrangements of a practical nature and, during this
transitional period, not to jeopardize or hamper the reaching of the final
agreement. Such arrangements shall be without prejudice to the final
delimitation.
4. Where there is an agreement in force between the States concerned,
questions relating to the delimitation of the exclusive economic zone shall
be determined in accordance with the provisions of that agreement

HAK, YURISDIKSI DAN KEWAJIBAN


NEGARA PANTAI DI ZEE
(pasal 56 UNCLOS 1982)
Hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

dan eksploitasi, konservasi dan


pengelolaan sumber kekayaan alam, baik
hayati maupun non hayati, dari perairan di
atas dasar laut dan tanah dibawahnya dan
berkenaan dengan kegiatan lain untuk
keperluan eksplorasi dan eksploitasi
ekonomi zona tersebut, seperti produksi
energi dari air, arus dan angin;

HAK, YURISDIKSI DAN KEWAJIBAN


NEGARA PANTAI DI ZEE

Yurisdiksi negara pantai :


(i) Pembuatan dan pemakaian pulau buatan,
instalasi dan bangunan;
(i) Riset ilmiah kelautan;
(ii) Perlindungan dan pelestarian lingkungan
laut.
Kewajiban negara pantai : Memperhatikan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara lain
dan bertindak sesuai dengan Konvensi /
UNCLOS

HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA


LAIN DI ZEE (pasal 58)
Semua negara, baik berpantai maupun

tidak berpantai menikmati kebebasankebebasan pelayaran dan penerbangan,


serta kebebasan meletakkan kabel dan
pipa bawah laut.
Kewajian memperhatikan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban negara pantai dan
menaati peraturan perundanganundangan negara pantai.

Konservasi dan Pemanfaatan Sumber


Perikanan dari ketentuan
Pasal 61 KHL 1892
a. Menetapkan JTB (Jumlah tangkapan
yang diperbolehkan);
b. Pemeliharaan SDA hayati di ZEE;
c. Populasi dari species yang ditangkap,
diperlihara / dikembalikan pada
tingkat yang dapat menghasilkan MSY
(Maximum Sustainable Yield)

PEMELIHARAAN DAN
PEMANFAATAN SDA HAYATI
PADA ZEE
Elemen utama dari pengaturan pemanfaatan
SDA hayati pada ZEE terdiri dari :
1. Tujuan pemanfaatan sumber perikanan
optimum (pasal 61 (1));
2. Penetapan dari adanya surplus bagi
pihak asing (pasal 61 (2));
3. Penetapan alokasi surplus bagi pihak
asing,

Hak untuk menentukan pemberian alokasi


surplus perikanan pada ZEE adalah
sepenuhnya hak negara pantai;
Negara pantai dapat melakukan seluruh
tangkapan yang ditetapkan oleh JTB,
sepanjang memiliki kemampuan, bila
tidak maka diizinkan kerjasama dengan
pihak asing.
Negara pantai dapat memberikan hak
penangkapan ikan kepada pihak asing
terhadap Sumber daya perikanan yang
penangkapannya belum dilakukan
penuh/optimal (surplus sumber daya
perikanan).

HAK NEGARA-NEGARA TAK BERPANTAI DAN NEGARANEGARA YANG LETAK GEOGRAFIS TIDAK
MENGUNTUNGKAN

Hak negara tak berpantai atau daratan (pasal 69)


Hak negara yang letak geografisnya tidak
menguntungkan (pasal 70)
Pemberian akses atas surplus kepada negara
daratan dan NGT hanya mungkin dilakukan
sepanjang negara pantai menetapkan
terdapatnya surplus perikanan pada ZEE mereka.
Pengaturan dari partisipasi in menurut pasal 69
dan 70 KHL 1982 hanya dilakukan melalui
perjanjian bilateral, subregional atau regional.

HAK NEGARA-NEGARA TAK BERPANTAI DAN NEGARANEGARA YANG LETAK GEOGRAFIS TIDAK
MENGUNTUNGKAN

Apabila negara pantai mendekati suatu

titik yang memungkinkan negara tersebut


melaksanakan seluruh JTB, negara pantai
dapat bekerja sama dengan negara lain
melalui equitable arrangement (Pasal 70);
Negara daratan/NGT yang maju hanya
mempunyai hak partisipasi eksploitasi SDA
hayati negara pantai maju yang berada
pada subregional atau regional yang sama
(Pasal 70(5)).

HOT PERSUIT
Hot persuit dapat dimulai pada perairan

pedalaman, perairan kepulauan, laut


teritorial dan zona tambahan (Pasal 111(1))
Hot persuit dapat diterapkan atas
pelanggaran pada ZEE (Pasal 111(2))
Negara pantai memiliki dasar kuat dan
pelanggarannya harus bertentangan dengan
UU ZEE negara pantai sesuai KHL 1982.

HOT PERSUIT
Didahului permberian tanda-tanda visual

dan bunyi (visual dan sound signals);


Bila belum efektif baru digunakan
tembakan meriam, tetapi masih memakai
peluru kosong;
Bila belum efektif lagi, baru kapal yang
dikejar ditembak dengan peluru kaliber
kecil.

PENEGAKAN HUKUM DI ZEE


Negara lain harus mematuhi peraturan

konservasi dan persyaratan ZEE negara


pantai (Pasal 62(4) KHL 82);
Negara pantai untuk penegakan hukum
dapat menaiki, menagadakan inspeksi,
menahan dan mengadili (Pasal 73);
Negara pantai tidak dibenarkan
melaksanakan hukuman penjara/hukuman
badan (Pasal 73(3)), kecuali diperjanjikan.
Penyelesaian Perselisihan Perikanan :
Section 2 dari Part XV KHL 1982

PENGATURAN ZEE INDONESIA

Pengumuman ZEEI : 21 Maret 1980


UU No.5 Tahun 1983 (L.N. Tahun 1985 No.44) tentang ZEE Indonesia
UU Nomor 31 tahun 2004 jo UU no 545 Tahun 2009 tentang Perikanan
UU No.5 Tahun 1990 (L.N. 1990 No.49) tentang Konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
PP Nomor 52 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan
PP nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008 yang
diperbarui dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 9
Tahun 2009 tentang Usaha Perikanan Tangkap
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor ; PER.01/MEN 2009
tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
KEP.60/MEN/2001 Penataan Penggunaan Kapal Perikanan Di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia
KEP.06/MEN/2010 Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia

Batas ZEEI dengan negara


tetangga
Batas Zona Eksklusif

Status

Ekonomi (ZEE)

RIMalaysia

Belum disepakati

Keterangan

Belum ada perjanjian batas


Kesepakatan di tingkat teknis, menunggu

RIVietnam

Telah disepakati

RIFillipina

Belum disepakati

Belum ada perjanjian batas

RIPalau

Belum disepakati

Belum ada perjanjian batas

RIPNG

Telah disepakati

Keppres 81/ tahun 1982

RITimor Leste

Belum disepakati

Belum ada perjanjian batas

RIIndia

Belum disepakati

proses ratifikasi

Belum ada perjanjian batas

RISingapura

Tidak ada

Belum ada perjanjian batas

RI-Thailand

Belum disepakati

Belum ada perjanjian batas

RIAustralia

Telah disepakati

ZEE di Samudera Hindia, Lauta Arafura, dan


Laut Timor

ZEE INDONESIA
ZEEI adalah wilayah perikanan Indonesia;
ZEEI meliputi dasar laut, tanah dibawahnya dan air

diatanya dengan batas terluar 200 mil laut dari garis


pangkal;
Di ZEEI, Indonesia mempunyai hak berdaulat atas
pengelolaan dan konservasi SDA hayati;
Orang atau badan hukum asing dapat melakukan
penangkapan ikan di ZEEI dengan perjanjian dengan
Pemerintah Indonesia.
Penegakan hukum dilakukan dengan pidana denda
dan atau pidana penjara bila diperjanjikan.

UPAYA PENGAMANAN PERIKANAN


DENGAN MCS
Monitoring : pengisian formulir data

produksi, alat tangkap, daerah operasi dan


kapal memberi tanda pada kapal dengan
warna/kode, wajib lapor ekspor.
Tujuannya untuk mengetahui setiap
perubahan di dalam kepadatan
pemanfaatan sumber perikanan dan untuk
mencegah penagkapan ikan yang
berlebihan.

UPAYA PENGAMANAN PERIKANAN


DENGAN MCS

Control : untuk mengenali dan mendeteksi

kegiatan penangkapan ikan yang sah dan


yang tidak sah, yang ditandai dengan lisensi.
Surveillance : pengumpulan data informasi,
yang efektif bila dilakukan dengan pesawat
terbang dan inspeksi ke kapal-kapal untuk
menentukan kepatuhan. Tentu diperlukan
personil terlatih, dana untuk pembelian dan
operasi kapal2 patroli, pesawat terbang
pengintai, radar pantai dan peralatan lainnya.

PEMANFAATAN ZEEI
Dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan

ZEEI maka pemerintah Indonesia membuka


akses kepada negara lain untuk turut
memanfaatkan surplus hasil perikanan di
dalamnya
Negara Fhilipina, Thailand, China, Vietnam,
Korea Selatan, dan Malaysia
Namun sejak tahun 2007 pola pemanfaatan
tersebut berubah menjadi joinnt venture

Peta Penangkapan Ikan di Wilayah


Pengelolaan Perikanan Indonesia

Negara Indonesia

Negara Asing yang menfaatkan


surplus ikan di ZEEI

Persetujuan

Perjanjian Internasional
(Arragement)
P
e
n
g
a
w
a
s
a
n

Hak akses terhadap surplus SDI

Kewajiban yang harus


dipenuhi berdasarkan KHL
1982 dan peraturan
perundangan nasional lainnya
misalnya membuat joint
venture dengan perushaan
ikan nasional, Izin (IUP, SIPI,
dll), Pungutan perikanan
asing

Pelaksanaan hak

P
e
n
g
a
w
a
s
a
n

KASUS-KASUS ZEE
Jumlah Kapal yang ditangkap karena pelanggaran IUU

fishing di WPP pada tahun 2010 berjumlah 183 kapal


yang terdiri dari (Kapal Ikan Indonesia (KII) = 24 Kapal
Ikan Asing (KIA)= 159 (Thailand
7 kapal, Vietnam
= 115 kapal, China=7 kapal, Malaysia 22 kapal, Kapal
Philipina= 8 kapal
Kasus-kasus yang berkaitan dengan IUU fishing diproses
pada pengadilan perikanan sesuai dengan daerah
pelanggarannya.
Jumlah pengadilan perikanan sampai saat ini ada 7
yaitu di Tanjung Pinang, Ranai, Bitung, Ambon,
Semarang, Jakarta, Makasar

THANK YOU!

You might also like