You are on page 1of 9

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH ANGGUR UNGU (Vitis vinifera L.

) TERHADAP
GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI RHODAMIN
B
Mahir, Muhamad*, Yahya, Arif**, Dewi, Ariani Ratri**
*Mahasiswa Program Pendidikan Dokter
**Staf Pengajar Program Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang
ABSTRACT
Introduction: Rhodamine B dye textile industry is banned for food products. These dyes are toxic and
dangerous because they contain heavy metal residues. Rhodamine B is carcinogenic so that in the long-term
use can cause cancer. Rhodamine B toxicity tests have been performed on mice and rats by subcutaneous
injection and oral. Liver is one of the vital organs. All the nutrients will be absorbed through the liver before
it circulated throughout the body. In a food substance will undergo hepatic metabolism, as well as other
substances will undergo metabolism stage, even some substances will undergo neutralization and
detoxification in this organ Rhodamine B is one of the substances that are metabolized in the liver.
Methods: This study uses an experimental control group post-test only using male Wistar rats were divided
into control group 0.9% NaCl, control group Rhodamine B, and the three treatment groups (induction
Rhodamine B + purple grape juice) dose of 20%, 40 %, and 80%. Induction of Rhodamine B was given at a
dose of 45 mg / kg / ip, giving purple grape juice given personde thereafter, for 7 days. Data were analyzed
with SPSS version 14.0, for macroscopic examination of the liver, performed using a different test and the
Kruskal-Wallis test if the obtained value of p 0.05, followed by Mann-Whitney test. For a weight check and
liver volume, the normality test with the Shapiro-Wilk test. Obtained when the data distribution is normal,
then performed using a different test and One Way Anova test if the obtained value of p 0.05, followed by
Post Hoc analysis. Obtained when the data distribution is not normal, then performed using a different test
and the Kruskal-Wallis test if the obtained value of p 0.05, followed by Mann-Whitney test.
Results: Induction of Rhodamine B intraperitoneally significantly (p <0.05) can alter macroscopic
description, weight and volume of rat liver. Provision of purple grape juice (Vitis vinifera L.) at a dose of
20% were able to change the macroscopic description, weight and volume of the liver but not significant (p>
0.05) compared with control (+).
Conclusions: Provision of purple grape juice (Vitis vinifera L.) does not significantly influence the
macroscopic description, weight and volume of hepatic male Wistar rats induced Rhodamine B.
Keywords: Rhodamine B, purple grape, Vitis vinifera L., macroscopic liver, liver weight, liver volume
ABSTRAK
Pendahuluan: Zat pewarna merah Rhodamin B merupakan zat pewarna industri tekstil yang dilarang untuk
produk makanan. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya karena mengandung residu logam berat.
Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker.
Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara
oral. Hepar merupakan salah satu organ penting. Semua zat makanan yang diserap akan melalui hepar
sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Dalam hepar zat makanan akan mengalami metabolisme, demikian
pula dengan zat- zat lain akan mengalami tahap metabolisme, bahkan beberapa zat akan mengalami
netralisasi dan detoksifikasi dalam organ ini Rhodamin B merupakan salah satu zat yang dimetabolisme di
hepar.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental control group post test only menggunakan tikus
Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok kontrol NaCl 0,9%, kelompok kontrol Rhodamin B, dan tiga
kelompok perlakuan (induksi Rhodamin B + jus anggur ungu) dosis 20%, 40%, dan 80%. Induksi Rhodamin
B diberikan dengan dosis 45 mg/KgBB/ip, pemberian jus anggur ungu diberikan personde setelahnya,
selama 7 hari. Data dianalisis dengan SPSS versi 14.0, Untuk pemeriksaan makroskopis hepar, dilakukan uji
beda menggunakan uji Kruskal-Wallis dan jika didapatkan nilai p 0,05, maka dilanjutkan dengan uji

Mann-Whitney. Untuk pemeriksaan berat dan volume hepar, dilakukan uji normalitas dengan uji ShapiroWilk. Apabila didapatkan distribusi data yang normal, maka dilakukan uji beda menggunakan uji One Way
Anova dan jika didapatkan nilai p 0,05, dilanjutkan dengan analisis Post Hoc. Apabila didapatkan
distribusi data yang tidak normal, maka dilakukan uji beda menggunakan uji Kruskal-Wallis dan jika
didapatkan nilai p 0,05, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: Induksi Rhodamin B secara intraperitoneal secara signifikan (p < 0,05) dapat merubah gambaran
makroskopis,berat dan volume hepar tikus. Pemberian jus buah anggur ungu (Vitis vinifera L.) dengan dosis
20% mampu merubah gambaran makroskopis,berat dan volume hepar tetapi tidak signifikan (p > 0,05)
dibanding dengan kontrol (+).
Kesimpulan: Pemberian jus buah anggur ungu (Vitis vinifera L.) tidak berpengaruh signifikan terhadap
gambaran makroskopis,berat dan volume hepar tikus Wistar jantan yang diinduksi Rhodamin B.
Kata Kunci: Rhodamin B, anggur ungu, Vitis vinifera L., makroskopis hepar, berat hepar, volume hepar

PENDAHULUAN

Zat pewarna merah Rhodamin B merupakan zat


pewarna industri tekstil yang dilarang untuk produk
makanan. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya
karena mengandung residu logam berat. Logam berat
yang terkandung dalam pewarna tekstil dapat dilihat
dari jenis limbah yang dihasilkan industri tekstil
tersebut, terutama arsenic (Ar), cadmium (Cd), chrome
(Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan zinc/seng (Zn) 1.
Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan, paparan
akutnya dapat menyebabkan iritasi hingga kerusakan
mata, gangguan saluran pernapasan, iritasi kulit, nyeri
dada, nyeri tenggorok, sakit kepala, dan mual-mual 2.
Paparan jangka panjang mengakibatkan peningkatan
kejadian tumor pada berbagai organ 3. Rhodamin B
bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Uji
toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit
dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral.
Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada
tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma
lokal 4.
Hepar merupakan salah satu organ penting.
Semua zat makanan yang diserap akan melalui hepar
sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Dalam hepar zat
makanan akan mengalami metabolisme, demikian pula
dengan zat- zat lain akan mengalami tahap
metabolisme, bahkan beberapa zat akan mengalami
netralisasi dan detoksifikasi dalam organ ini 5.
Rhodamin B merupakan salah satu zat yang
dimetabolisme di hepar 6.
Anggur ungu (Vitis vinifera L.) adalah jenis
buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Anggur ungu
memiliki kandungan kimia tanin, melatonin, riboflavin,
flavonoid, resveratrol, quersetin, proantosianin, kalium,
magnesium, kalsium, asam sitrat, asam linoleat,
vitamin A, B1, B6, C, E, dan K 7. Anggur mengandung
beberapa antioksidan yang
mampu memberikan
proteksi pada tubuh terhadap radikal bebas termasuk
kandungan di dalam buahnya 8, kandungan fenol buah
anggur dapat mengurangi resiko penyakit jantung
melalui penurunan oksidasi lipid dan efek anti
inflamasinya 9, dan kandungan polifenolnya seperti
resveratrol dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker
10
.
Berdasarkan berbagai kandungan dan manfaat zat aktif
yang dimiliki salah satunya sebagai antioksidan yang
diharapkan mampu mengurangi efek oksidan dari

Rhodamin B, peneliti bermaksud melakukan penelitian


mengenai bagaimana pengaruh pemberian ekstrak buah
anggur ungu (Vitis vinifera L.) dengan berbagai dosis
terhadap hepar secara makroskopis melalui percobaan
pada tikus yang diinduksi Rhodamin B.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
secara
eksperimental
laboratorium menggunakan desain penelitian control
group post test only dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh jus buah anggur ungu (Vitis vinifera L.)
terhadap gambaran makroskopis hepar tikus strain
wistar yang diberi induksi Rhodamin B selama 1
minggu.
Pengelompokan Hewan Coba
Pembagian kelompok perlakuan ini dilakukan
dengan cara randomisasi melalui pemilihan hewan
coba dengan mata tertutup.Hewan coba dikelompokkan
secara acak menjadi 5 kelompok yaitu, kontrol negatif
(tanpa perlakuan), kontrol positif (induksi rhodamin
B), kelompok 1 (induksi rhodamin B + jus anggur
20%), kelompok 2 (induksi rhodamin B + jus anggur
40%), kelompok 3 (induksi rhodamin 80%), masingmasing kelompok berisi 4 ekor tikus.
Prosedur induksi Rhodamin B
Rhodamin Bditimbang pada timbangan digital
sesuai dengan dosis yang dipakai,kemudian dilarutkan
dalam aquades dan diaduk sampai larutan homogen.
Setiap induksi Rhodamin B dilakukan dengan bantuan
spuit dan jarum dengan dosis Rhodamin Bsetiap tikus
45 mg/KgBB/hari/ip selama 1 minggu. Sebelum
dilakukan penyuntikan dilakukan disinfeksi pada tikus
dengan disemprot alkohol pada bagian perut yang akan
disuntik.Jarum suntik diganti setiap harinya untuk
masing-masing tikus selama 1 minggu.
Pembuatan Jus Anggur Ungu
Sebanyak 1 kg buah anggur (tanpa biji) diblender
tanpa penambahan air, dihasilkan 800 ml jus anggur.
Kemudian dimasukkan ke dalam beker glass dan
disimpan dalam lemari pendingin dengan kertas
aluminium foil. Sediaan jus anggur kemudian
diencerkan dengan aquades menjadi 3 dosis
konsentrasi, yaitu 20%, 40%, 80%.
Pembedahan Hewan Coba
Tikus diambil berdasarkan urutan kelompok.
Tikus dibius dengan cara dimasukkan ke dalam toples
yang telah diberikan kapas yang mengandung eter.
Tikus kemudian dibedah secara vertikal mengikuti
garis tengah atau linea mediana dari abdomen menuju
ke thorak dengan gunting, sampai seluruh abdomen
dan thorak terbuka. Kemudian organ hepar diambil dan
disimpan dalam tabung wadah penyimpan untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan makroskopis hepar
yang terdiri dari pengamatan permukaan hepar, serta
pengukuran berat dan volume hepar.
Metode Analisa Data

Agus Widodo, 2006


Dire dan Wilkinson, 1987
3
Kremer, 2004
4
Utami, 2009
5
Guyton dan Hall, 1997
6
Webb, 1961
7
Johnny, 1994 dan Fremont, 2000
8
Fremont, 2000
9
Vitseva, 2005
10
Kundu, 2008
2

Perlakuan II: kelompok induksi Rhodamin B + Jus anggur ungu


konsentrasi 40%
Perlakuan III: kelompok induksi Rhodamin B + Jus anggur ungu
dengan konsentrasi 80%

Data dari semua kelompok sampel dianalisis


dengan cara :
Untuk data dengan skala kategorikal, dilakukan uji
beda menggunakan uji Kruskal-Wallis dan jika
didapatkan nilai p 0,05, maka dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney.
Untuk data dengan skala numerik, dilakukan
uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. Apabila
didapatkan distribusi data yang normal, maka
dilakukan uji beda menggunakan uji One Way Anova
dan jika didapatkan nilai p 0,05, dilanjutkan dengan
analisis Post Hoc. Apabila didapatkan distribusi data
yang tidak normal, maka dilakukan uji beda
menggunakan uji Kruskal-Wallis dan jika didapatkan
nilai p 0,05, maka dilanjutkan dengan uji MannWhitney.

Hasil Penelitian Eksplorasi Dosis Induksi Rhodamin


B
Pada penelitian eksplorasi yang dilakukan,
peneliti bertujuan untuk mendapatkan dosis efektif
yang mampu menyebabkan kerusakan organ hepar,
khususnya pada proses inflamasi tetapi tidak sampai
menyebabkan kematian. Induksi Rhodamin B dosis
22,5 mg/KgBB, 45 mg/KgBB, 90 mg/KgBB dan 180
mg/KgBB secara intraperitoneal dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makroskopis hepar tikus secara
signifikan (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok
yang hanya diinduksi dengan NaCl 0,9% secara
intraperitoneal (Tabel 5.2).

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Populasi
Hewan coba yang dipergunakan adalah tikus Rattus
novergicus galur Wistar berjenis kelamin jantan,
berusia 2-3 bulan, dan berat badan 150 gram dengan
kondisi sehat yang ditandai dengan gerakan aktif.
Alasan menggunakan tikus putih galur Wistar sebagai
sampel populasi dalam penelitian ini adalah karena
mudah diperoleh, mudah dibiakkan, tahan terhadap
kondisi laboratorium dan berbagai perlakuan serta
anestesi, mempunyai sensitifitas terhadap obat yang
sangat tinggi dan cepat beradaptasi dengan kondisi
laboratorium dan struktur DNA mirip manusia. Adapun
karakteristik populasi penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil Eksplorasi Dosis Rhodamin B

Dosis
Jumlah
Rhodamin
Tikus
B
Awal
(mg/kgBB)
22,5
4
45
4
90
4
180
4

Keterangan:
Kelompok I: kelompok induksi NaCl 0,9% secara intraperitoneal
Kelompok II: kelompok induksi Rhodamin B dosis 45 Kg/BB secara
intraperitoneal
Kontrol
Negatif

Kontrol
positif

Kelompok
1

Kelompok
2

Kelompok
3

BB-awal (gram)

100-150

100-150

100-150

100-150

100-150

Jantan

Jantan

Jantan

Jantan

Jantan

Usia awal (minggu)

12

12

12

12

12

Lama adaptasi
(minggu)

Usia akhir
(minggu)

14

14

14

14

14

Pemberian
Induksi
Rhodamin B

ip

Ip

ip

ip

Pemberian Jus
Anggur Ungu

Sonde

Sonde

Sonde

Dosis Jus Anggur


Ungu / tikus / hari

20%

40%

80%

Jumlah tikus per


kelompok

Jenis kelamin

Jumlah
Tikus
Akhir
4
4
3
1

Pada akhir percobaan, tikus yang diinduksi


Rhodamin B dosis 90 mg/KgBB mengalami kematian
sehingga jumlahnya berkurang dari jumlah awal yaitu
dari 4 menjadi 3 ekor. Pada dosis 180 mg/KgBB tikus
juga mengalami kematian, sehingga pada akhir
percobaan hanya 1 tikus yang mampu bertahan hidup.
Peneliti menetapkan Rhodamin B dosis 45
mg/KgBB sebagai dosis induksi untuk penelitian
selanjutnya karena dosis ini dianggap mampu
menyebabkan perubahan gambaran makroskopis hepar
tikus secara signifikan (p < 0,05) dibanding dengan
kontrol NaCl 0,9 % ataupun Rhodamin B dosis 22,5 mg
dan tidak sampai menyebabkan kematian seperti yang
terjadi pada Rhodamin B dosis 90 mg/KgBB dan 180
mg/KgBB

Tabel 1. Karakteristik Populasi

Karakteristik

Perubahan
Makroskopi
s Hepar
(skoring)
0
1
1
1

Pengaruh Rhodamin B terhadap Hepar Tikus


Wistar
Penelitian ini mengevaluasi
pengaruh
pemberian Rhodamin B terhadap gambaran
makroskopis, berat dan volume hepar. Sesuai dengan
hasil eksplorasi dosis, maka dosis Rhodamin B yang
digunakan adalah 45 mg/kgBB. Sebagai kontrol negatif
diberikan NaCl 0,9%.
Tabel 5.3. Pengaruh Rhodamin B terhadap
Hepar Tikus Wistar

Perlakuan I: kelompok induksi Rhodamin B + Jus anggur ungu


konsentrasi 20%

Kelompok
Kontrol
(-)
Kontrol
(+)
Nilai P

Makros
(skoring)
0

Berat

Volume

4,75

5,5

7,75

0,077

0,716

0,128

Perlakuan 2 : induksi Rhodamin B 45 mg/kgBB


+ jus anggur ungu 40%
Perlakuan 3 : induksi Rhodamin B 45 mg/kgBB
+ jus anggur ungu 80%
Penelitian ini mendapatkan bahwa pemberian
jus anggur ungu pada tikus wistar yang diinduksi
Rhodamin B dapat mengakibatkan perubahan
gambaran makroskopis hepar yang ditandai dengan
terdapatnya
makronodular
dan
perlemakan
dibandingkan kontrol positif. Perhitungan analisis
statistik mendapatkan perubahan makroskopis tersebut
tidak signifikan dibandingkan kontrol positif.

Penelitian ini mendapatkan bahwa Rhodamin B


dapat
mengakibatkan
perubahan
gambaran
makroskopis hepar seperti adanya makronodular dan
juga perlemakan. Perhitungan analisis statistik
mendapatkan perubahan makroskopis tersebut tidak
signifikan dibandingkan kontrol negatif.

Penelitian ini mendapatkan bahwa pemberian


jus anggur ungu pada tikus Wistar yang telah diinduksi
Rhodamin B dapat mengakibatkan perubahan berat
hepar menjadi makin ringan. Perhitungan analisis
statistik mendapatkan perubahan berat tersebut tidak
signifikan dibandingkan kontrol positif. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada Grafik 5.1 dibawah ini.

Penelitian ini mendapatkan bahwa Rhodamin B


dapat mengakibatkan perubahan berat hepar menjadi
makin berat. Perhitungan analisis statistik mendapatkan
perubahan berat tersebut tidak signifikan dibandingkan
kontrol negatif.
Penelitian ini juga mendapatkan bahwa
Rhodamin B dapat mengakibatkan perubahan volume
hepar menjadi makin besar. Perhitungan analisis
statistik mendapatkan perubahan volume tersebut tidak
signifikan dibandingkan kontrol negatif.
Pengaruh Pemberian Jus Anggur Ungu
terhadap Hepar Tikus Wistar yang telah diinduksi
Rhodamin B
Penelitian
ini
mengevaluasi
pengaruh
pemberian jus anggur ungu Vittis vinifera L terhadap
hepar yang telah diinduksi Rhodamin B. Pengaruh
yang dievaluasi adalah gambaran makroskopis, berat
dan volume hepar.

Grafik 5.1. Efek Pemberian Jus Anggur Ungu terhadap


Berat Tikus Wistar yang telah Diinduksi Rhodamin B
Penelitian ini juga mendapatkan bahwa
pemberian jus anggur ungu pada tikus Wistar yang
telah diinduksi Rhodamin B dapat mengakibatkan
perubahan volume hepar menjadi menurun.
Perhitungan analisis statistik mendapatkan perubahan
volume tersebut tidak signifikan dibandingkan kontrol
positif. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Grafik
5.2 dibawah ini.

Sesuai dengan hasil eksplorasi dosis, maka


dosis Rhodamin B yang digunakan adalah 45
mg/kgBB. Dosis jus anggur ungu yang diberikan
adalah 20%, 40% dan 80%. Sebagai kontrol negatif
diberikan NaCl 0,9%.
Tabel 5.4. Pengaruh Pemberian Jus Anggur Ungu
terhadap
Hepar Tikus Wistar yang telah diinduksi Rhodamin B

Kelompok
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3

Makros
(skoring)
0
1
1
1
1

Berat
(mg)
4,75
5,5
6,25
5,5
5

Volume
(ml)
6
7,75
9,25
7,5
7,25

Grafik 5.2. Efek Pemberian Jus Anggur Ungu terhadap


Volume Tikus Wistar yang telah Diinduksi Rhodamin

Keterangan :
Perlakuan 1 : induksi Rhodamin B 45 mg/kgBB
+ jus anggur ungu 20%

PEMBAHASAN

juga yang seakan-akan saling berlawanan atau


kontradiksi.
Pemberian dosis jus buah anggur ungu
berdasarkan
konsentrasi
yaitu
masing-masing
kelompok perlakuan diberikan ekstrak sebanyak 2 cc
dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%. Pemberian
berbagai konsentrasi jus buah anggur ungu bertujuan
untuk mengetahui dosis efektif jus buah anggur ungu
sebagai antioksidan yang dapat diamati dengan
perbaikan fungsi organ hati setelah terpapar Rhodamin
B.
Penelitian Eksplorasi Dosis Induksi
Rhodamin B
Penelitian ini mendapatkan bahwa induksi
Rhodamin B dosis 45 mg/KgBB, 90 mg/KgBB dan 180
mg/KgBB secara intraperitoneal dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makroskopis hepar tikus secara
signifikan dibandingkan dengan kelompok yang hanya
diinduksi dengan NaCl 0,9% dam induksi Rhodamin B
dosis 22,4 mg/KgBB secara intraperitoneal. Pada akhir
percobaan, tikus yang diinduksi Rhodamin B dosis 90
mg/KgBB mengalami kematian sehingga jumlahnya
berkurang dari jumlah awal yaitu dari 4 menjadi 3 ekor.
Pada dosis 180 mg/KgBB tikus juga mengalami
kematian, sehingga pada akhir percobaan hanya 1 tikus
yang mampu bertahan hidup.
Kerusakan hati akibat Rhodamin B berbanding
lurus dengan dosis dan paparan yang diberikan17, hal
tersebut yang diduga terjadi pada penelitian eksplorasi
dosis ini. Rhodamin B yang masuk dalam sirkulasi
darah akan dibawa ke organ hati untuk dimetabolisme
sebagai suatu xenobiotik18.Proses metabolisme
Rhodamin B tidaklah sempurna, pada proses deetilasi
terjadi pelepasan monoetil dari Rhodamin B dan
menyisakan 3,6-diaminofluoran. Senyawa 3,6diaminofluoran merupakan senyawa yang tidak dapat
diuraikan dan akan terakumulasi dalam hati19.Senyawa
tersebut akan menyebabkan perubahan aktivitas
metabolisme sel-sel hati, antara lain perubahan
metabolisme glikosaminoglikan20 dan ATP 21. Senyawa
3,6-diaminofluoran
menghambat
produksi
glikosaminoglikan dengan menghambat proses
pemanjangan (elongasi) gugus rantainya 22, sedangkan
pelepasan
glikosaminoglikan
tidak
mengalami
perubahan23. Selain itu, senyawa tersebut juga
meningkatkan aktivitas ATP-ase sedemikian hingga
meningkatkan pemecahan ATP menjadi ADP dan
monofosfat. Pada kondisi yang berlebihan akibat
akumulasi senyawa tersebut, pemecahan ATP lebih

Peran Karakteristik Populasi pada Hasil Penelitian


Pada penelitian efek Jus Buah Anggur anggur
ungu terhadap gambaran makroskopis hepar
dipergunakan tikus Rattus novergicus strain Wistar
jantan yang diinduksi Rhodamin B selama 1 minggu.
Pemilihan tikus putih wistar sebagai hewan coba
karena mudah diperoleh, mudah beradaptasi dan
dibiakkan, tahan terhadap kondisi stres dan perlakuan
seperti anestesi, serta mempunyai sensitifitas yang
tinggi terhadap obat. Tikus putih wistar memiliki
ukuran tubuh yang relatif kecil sehingga hanya
dibutuhkan dosis obat yang relatif sedikit. Pemilihan
tikus jantan karena tidak dipengaruhi oleh faktor
hormonal yang bisa mempengaruhi penelitian selain itu
tikus putih strain wistar cepat beradaptasi dengan
kondisi laboratorium dan struktur DNA mirip dengan
manusia11.Penelitian ini menggunakan tikus wistar
jantan yang diberikan induksi Rhodamin B yang
merupakan hepatotoksin12
Jus buah anggur ungu diberikan secara
personde lambung selama 1 minggu. Tujuan pemberian
ekstrak secara personde lambung agar absorbsi jus
buah anggur dapat seoptimal mungkin tanpa
terabsorbsi di saluran pencernaan bagian atas seperti
mulut dan kerongkongan, selain itu agar dosis antar
tikus dalam satu kelompok seragam dan dapat
ditentukan dengan tepat13. Pemberian jus secara
personde mempunyai kekurangan yaitu dapat
menyebabkan
stress
pada
tikus
sehingga
mempengaruhi kimia darah14.
Jus anggur yang diberikan dalam penelitian ini
adalah hasil penghancuran buah anggur dengan
menggunakan blender dimana daging beserta kulit
buahnnya diikut sertakan sedangkan biji anggurnya
dibuang. Tujuan dari pemberian jus anggur adalah
dimana buah anggur sendiri mengandung beberapa
antioksidan seperti resveratrol, quercetin, catechin,
epicatechin, dan proanthocyanidins 15,yang diharapkan
mampu memperbaiki keadaan hepar yang rusak setelah
dipapar rhodamin B. Kelemahan dari pemberian Jus
adalah dimana hampir seluruh zat aktif yang terdapat
dalam buah anggur juga ikut dalm jus tersebut (tidak
selektif), 16mengatakan bahwa zat aktif pada tanaman
obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa
metabolit sekunder, sehingga memungkinkan tanaman
tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
Efek tersebut adakalanya saling mendukung,tetapi ada

17
11
12
13
14
15
16

18

Farris dan Griffith, 1971


ibid Utami, 2009
Triliana, 2005
Steyn ,1975
Fremont, 2000
Kartono dan S.Pramono ,2007

19
20
21
22
23

Merck, 2006
Rahardi, 2010
Webb dan Hansen, 1961
Kaji et al., 1991; Robert et al., 2006
Loo dan Clarke, 2002
Robert et al., 2006
Kaji et al., 1991

cepat dibandingkan penyusunannya 24. Selain itu


Rhodamin B mengandung senyawa klorin dan
kandungan logam berat yang merupakan radikal bebas
sehingga akan menginduksi terjadinya stress oksidatif
sel hati. Peningkatan radikal bebas akan menyebabkan
peroksidasi lipid, fragmentasi DNA dan fragmentasi
Protein sel25.Seluruh kejadian
tersebut
akan
menyebabkan
gangguan
sedemikian
hingga
menyebabkan cedera dan bahkan kematian sel hati.
Berkurangnya jumlah sel hati akan mempengaruhi
gambaran makroskopis hepar dan juga terjadinya
perubahan berat dan juga volume hepar. Perubahan
tersebut terkait dengan jumlah dosis Rhodamin B yang
diberikan
Pada dosis 45 mg/KgBB penurunan yang terjadi
lebih banyak dan signifikan (p < 0,05) dibandingkan
dengan kontrol NaCl 0,9 % dan Rhodamin B dosis 22,5
mg/KgBB, begitupun yang terjadi pada induksi
Rhodamin B dosis 90 mg/KgBB, penurunan yang
terjadi lebih banyak dan berbeda signifikan (p < 0,05)
dibandingkan dengan kontrol NaCl 0,9 % tetapi tidak
berbeda signifikan dengan Rhodamin B dosis 45
mg/KgBB. Pada Rhodamin B dosis 90 mg/KgBB dapat
menyebabkan kematian pada tikus diduga karena
kadarnya didalam tubuh terakumulasi lebih banyak
sehingga toksisitas yang ditimbulkan juga lebih parah,
dan kematian yang terjadi semakin banyak pada
induksi Rhodamin B dosis 180 mg/KgBB (kerusakan
atau kematiannya berbanding lurus dengan dosis
induksi yang diberikan).
Pengaruh Rhodamin B terhadap Perubahan
Gambaran Makroskopis, Berat, dan Volume Hepar
Penelitian ini mendapatkan bahwa induksi
Rhodamin B secara akut mempengaruhi gambaran
makroskopis hepar, yaitu morfologi makroskopis, berat
dan volume hepar. Hepar tikus Wistar yang diinduksi
Rhodamin B menjadi lebih ringan dan terdapat
gambaran makronodular dan perlemakan.
Perubahan makroskopis akibat induksi
Rhodamin B, karena Rhodamin B merupakan senyawa
toksik yang mana akan menyisakan suatu senyawa 3,6
diaminofluoran yang senyawa tersebut tidak dapat
diuraikan dan akan terakumulasi dalam hepar26.
Senyawa tersebut akan menyebabkan perubahan
aktivitas
metabolisme
sel-sel
hepar
yang
mengakibatkan
kerusakan
hepar
dan
dapat
menyebabkan pembengkakan hepatosit. Hepatosit yang
membengkak dengan organel sitoplasmik terkumpul
dan terbentuk ruang yang terbebas dari organel. Ruang
ini dapat terisi oleh material empedu (feathery
degeneration) atau droplet lemak trigliserida
(steatosis).
sehingga
menyebabkan
kejadian
perlemakan hati setelah berbagai gangguan hati 27.
24
25
26
27

Pengaruh Pemberian Jus Anggur Ungu


terhadap Perubahan Gambaran Makroskopis,
Berat, dan Volume Hepar Tikus Wistar yang
diinduksi Rhodamin B
Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan
bahwa pemberian jus anggur ungu secara akut tidak
berpengaruh terhadap gambaran makroskopis hepar
(morfologi makroskopis, berat dan volume hepar).
Kerusakan hepar karena zat toksik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti jenis zat kimia yang terlibat,
dosis yang diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut
seperti akut, subkronik atau kronik. Umumnya
perubahan makroskopis terjadi pada keadaan kronis.
Dalam hepar, degenerasi ringan dapat tidak
berpengaruh pada penampakan makroskopisnya. Selain
itu, hepar mempunyai kemampuan regenerasi yang
tinggi. Kehilangan jaringan akibat zat-zat toksik
memacu mekanisme dimana sel-sel hepar mulai
membelah dan terus berlangsung sampai perbaikan
massa jaringan tercapai.
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini
adalah tidak dilakukan second observer oleh ahli
patologi anatomi sehingga memungkinkan terjadi bias
pada pengamatan. Selain itu, sebelum pengambilan
sampel tidak dilakukan pemeriksaan terhadap hepar
tikus, sehingga terdapat kemungkinan ketika tikus
diambil sebagai sampel telah mengalami kerusakan
sebelumnya.
Hal ini bisa terjadi juga karena faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian seperti
pemberian pakan dan minum yang kurang sesuai
standar dan kurang bervariasi, kondisi kandang yang
kurang ideal, faktor stress tikus, pengaruh zat atau
penyakit lain, serta faktor internal lain seperti daya
tahan dan kerentanan tikus.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian jus buah anggur ungu (Vitis vinifera
L.) tidak berpengaruh signifikan terhadap
gambaran makroskopis hepar tikus Wistar
jantan yang diinduksi Rhodamin B.
2. Pemberian jus buah anggur ungu (Vitis vinifera
L.) dapat menurunkan volume hepar tikus
Wistar jantan yang diinduksi Rhodamin B,
namun tidak signifikan.
3. Pemberian jus buah anggur ungu (Vitis vinifera
L.) dapat menurunkan berat hepar tikus Wistar
jantan yang diinduksi Rhodamin B, namun
tidak signifikan.

Loo dan Clarke, 2002


Szkudelski, 2001; Lenzen, 2007
Webb dan Hansen, 1961
Robbins dan Kumar, 1995

SARAN
Untuk meningkatkan dan mengembangkan

penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan :


1.
Penelitian yang sama perlu dilakukan
dengan second observer oleh ahli
patologi anatomi menggunakan skor
penilaian
derajat kerusakan
hepar
menurut standart internasional untuk
mengurangi bias pada pengamatan.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan variasi dosis yang berbeda untuk
meneliti potensi toksisitas Rhodamin B.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang kandungan dan jumlah kadar
bahan aktif yang terkandung dalam biji
anggur ungu (Vitis vinifera L.).
4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap bahan-bahan aktif buah anggur
beserta efek farmakologinya, terutama
dalam mekanisme anti inflamasi dan
mekanisme
antioksidan
dalam
penghambatan radikan bebas ditubuh.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan memfasilitasi
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agus

Widodo. 2005. Skripsi: Daya Adsorpsi


Monmorilonit Teraktivasi Terhadap Rhodamin
B. Jurusan Pendidikan
Kimia, FMIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Anak SD. Bandung: Departemen Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung.
Baliwati Yayuk F. 2004. Sistem Pangan dan Gizi. Pengantar
Pangan dan Gizi. Jakarta\
Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I. 2004. Sistem
Keamanan Pangan Terpadu. Jakarta.
Bagchi D, Sen CK, Ray SD, et al. (Feb-Mar 2003).
"Molecular mechanisms of cardioprotection by a novel
grape seed proanthocyanidin extract". Mutat Res. 523524: 8797.
Braakman, I., Groothuis, G.M.M., Meijer, D.K.F., 1989.
Zonal Compartementation of Perfused Rat Liver.
Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics 249:869-73.
Crawford, JM. Liver and biliary tract. In: Kumar V, Abbas
AK, Fausto N. Robbins and Cotran pathologic basis of
disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.
880-1,903.
Damge, C., Aprahamian, M., Marchais, H., Benoit, J. P.,
Pinget, M., 1996. Intestinal absorption of PLAGA
Microspheres in the Rat . Journal of Anatomy 189:491501.
Darmawan, S., 1998. Hepar dan Saluran Empedu. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 22635.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Bahaya
Penggunaan Rhodamine B Sebagai Pewarna Makanan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dire, D.J. dan Wilkinson, J.A., 1987. Acute Exposure to
Rhodamine B.Clinical Toxicology 24:603-7.
Djalil, A.D., Hartanti, D., Rahayu, W.S., Priheparn, R.,
Hidayah, N. 2005. Identifikasi Zat Warna Kuning
Metanil
(Metanil
Yellow)
dengan
Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada Berbagai
Komposisi Larutan Pengembang, Jurnal Farmasi, Vol.
03, (2), 28-29. Fakultas Farmasi UMP. Purwokerto.
Donatus I. A dan Makfoeld. D. 1992. Toksin Pangan. PAU
UGM. Yogyakarta
EMD Chemicals Inc., 2007. Material Safety Data
Sheet: Rhodamine B, HARLECO . New
Jersey.
Fremont, L. (2000) Biological effects of resveratrol. Life
Sciences 66, 663673.
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC, hal. 1105-7.
Hariyanto, Agus 2010. Anatomi Fisiologi Hepar.
Surabaya
Huang, L. M., Chen, J. K., Huang, S. S. et al. (2000)
Cardioprotective effect of resveratrol, a
natural antioxidant derived from grapes.
Cardiovascular Research 47, 549555.
Johnny Ria Hutapea, 1994. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatah
Republik Indonesia Badan Penelitian dan
Pengembangan kesehatan. Jakarta.
Julan, T., 2008. Awas, Makanan Mengandung
Rhodamine B Beredar Luas. Okezone.com 15
Juni 2008.
Junqueira, L.C. dan Carneiro, J., 1995. Histologi
Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, hal. 226-30.
Kaji, T., Kawashima, T., Sakamoto, M., 1991,
Rhodamine
B
Inhibition
of
Glycosaminoglycan Production by Cultured
Human Lip Fibroblasts. Toxicology and
Applied Pharmacology 111:8289
Kremer Pigmente, 2004. Material Safety Data Sheet:
94900Rhodamine B. Aichstetten.
Kundu JK, Surh YJ (October 2008). "Cancer
chemopreventive and therapeutic potential of
resveratrol:
mechanistic
perspectives".
Cancer Lett. 269 (2): 24361.
Leeson, C.R., Leeson, T.S., Paparo, A.A., 1996. Buku
Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal. 383-95.
Loo, T.W. dan Clarke, D.M., 2002. Location of the
Rhodamine-binding Site in the Human
Multidrug Resistance P-glycoprotein. Journal
of Biological Chemistry 277:443332-8.
Merck Index. 2006. Chemistry Constant Companion,

Now with a New Additon, Ed 14Th, 1410,


1411. Merck & Co., Inc, Whitehouse Station,
NJ, USA.
Muhlisah. 2003. Empon-empon Budidaya Manfaat. Kanisius,
Yoyakarta.
Nassiri., Hosseintadeh. 2009. Review of the
Pharmacological Effects of Vitis vinifera
(Grape) and Its Bioactive Compounds. Iran.
Pubmed. 19140172.
Occupation Safety and Health Administration (OSHA),
1989, Rhodamine B. Washington, D.C.: U.S.
Department of Labor.
Pipih, S, dan Juli, S.S, 2000, Uji Toksisitas Zat Warna
Makanan Rhodamin Terhadap Jaringan
Hepar Mencit (Mus musculus) Galur
Australia, Jurnal Toksikologi Indonesia,
Volume 1 Nomor 3 halaman 18 27,
Desember 2000.
Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1997. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal.
25-427.
Ray PS, Maulik G, Cordis GA, et al. The red wine
antioxidant resveratrol protects isolated rat
hearts from ischemia reperfusion injury. Free
Radic Biol Med. 1999;27:160169.
Roberts, A.L.K., Thomas, B.J., Wilkinson, A.S.,
Fletcher, J.M., Byers, S., 2006. Inhibition of
Glycosaminoglycan
Synthesis
Using
Rhodamine B. Pediatric Research 60:309-14.
Samsudin. 2004. Puskesmas Diminta Memantau Terasi
Bercampur
Zat
Pewarna.
http://www.suaramerdeka.com [12 Maret
2007].
Setiadi. 2008. Bertanam Anggur. 25th ed. Jakarta : Penebar
Swadaya, pp: 1-15.
Subarnas, A. 1997. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Aktif Analgesik dari Akar Pakis Tangkur.
(Polypodium feei METT). Laporan Penelitian
Hibah Bersaing IV/I, IV/2 Perguruan Tinggi.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sunil K. Manna, Asok Mukhopadhyay and Bharat B.
Aggarwa. 2000. Resveratrol Suppresses TNFInduced Activation of Nuclear Transcription
Factors NF-B, Activator Protein-1, and
Apoptosis: Potential Role of Reactive Oxygen
Intermediates and Lipid Peroxidation.The
Journal of Immunology, 2000, 164: 65096519. The American Association of
Immunologists .
Sutari Ilik. 2008. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol
70% Daun dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss
Terinduksi Parasetamol. Fakultas Farmasi,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta.
Trestiati, M., 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan
Minuman Jajanan

Underwood, JCE. Patologi umum dan sistemik vol 2. 2nd ed.


Jakarta: EGC; 1999. 470-1, 483.
Utami Wahyu. 2009. Analisis Rhodamin B Dalam
Jajanan Pasar Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Vitseva O, Varghese S, Chakrabarti S, Folts JD,
Freedman JE (October 2005). "Grape seed
and skin extracts inhibit platelet function and
release of reactive oxygen intermediates". J
Cardiovasc Pharmacol. 46 (4): 44551.
Webb, J.M. dan Hansen, W.H., 1961. Studies of the
Metabolism of Rhodamine B. Toxicology and
Applied Pharmacology 3:86-95.
Webb, J.M., Hansen, W.H., Desmond, A., Fitzhugh,
O.G., 1961. Biochemical and Toxicologic
Studies of Rhodamine B and 3,6Diaminofluoran. Toxicology and Applied
Pharmacology 3:696-706.
Wiryanta B.T.W. 2007. Membuahkan Anggur di
Dalam Pot dan Pekarangan. 5th ed. Jakarta:
Agromedia Pustaka, pp: 1-20.
Yamakoshi.J.,
Kataoka
S.,
Ariga.
1999.
Proanthocyanidin-rich Extract from Grape
Seeds Attenuates the Development of Aortic
Atherosclerosis in Cholesterol-fed Rabbits.
Japan Science and Technology Agency. 43:8189.

You might also like