You are on page 1of 23

UPAYA PEMERINTAHAN VLADIMIR PUTIN DALAM MEMPERTAHANKAN

KEPENTINGAN EKONOMI DAN POLITIK PADA SEKTOR MINYAK DAN GAS


DI LAUT KASPIA

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Budi Winarno, M.A.

Risalah ini ditulis untuk memenuhi


tugas akhir mata kuliah Politik dan Pemerintahan Rusia

Oleh:
Meilinda Sari Yayusman
(11/312161/SP/24501)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

Abstract

Since the collapse of The Union of Soviet Socialist Republic (USSR) in the early
1990s, countires which were part of USSR began to liberate themselves. Azerbaijan,
Turkmenistan, and Kazakhstan which closed to Caspian Sea basin also asked for liberation.
Caspia Sea basin which formerly became a single autority of USSR turned to a dispute
between those three countries and Russia. In addition, the natural resources in the Caspian
Sea, in particular oil and gas, which were available at the bottom of the sea encouraged
countries around borders recognizing the importance of the sea and urged to clarify borders
between states. As a new freedom country, Russia thought that Caspian Sea basin were the
part of strategies to fulfill its interests. The circulation of export and import were the highest
revenue (GDP) of those countries who closed to Caspian Sea basin.
In Vladimir Putins era (2000-2004), he encouraged Russia to develop its economic
sectors by reforming the policy due to the failure of economic policy that Boris Yeltsin has
formed before. Several internal and external efforts have been initiated for preserve Russias
energy interests. Internally, Russia enforced to strengthen their oil production capabilities and
reform economic domestic to use the oil and gas productions efectively. Externally, Russia
proposed the oil and gas resources could be shared by the countries which had direct border
with the basin. Bilateral agreements were enforced by Russia, both with Kazakhstan and
Azerbaijan in 2002. Russia also cooperated with Kazakhstan in the exploitation of three
offshore oilfields and also in the transit of oil via the Caspian Pipeline Consortium, which has
been in operation since 2001, and via the Atyrau-Samara pipeline. Putins efforts in his
policies to preserve Russias oil and gas interests were for increasing domestic inhabitants
welfare and energy needs. The means of Putins managed democracy would be the core
characteristic that would explain how he run the government to keep the oil and gas interests
in his countries regarding to border dispute.

Keywords: USSR, Russia, Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaijan, Caspian Sea basin,


Vladimir Putin, Oil, Gas.

DAFTAR ISI

Halaman Depan
Abstraksi ......................................................................................................................

Daftar Isi ......................................................................................................................

Bab I Pendahuluan .......................................................................................................

1.1. Latar Belakang .....................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................

1.3. Landasan Konseptual ...........................................................................................

1.4. Hipotesis ...............................................................................................................

Bab II Pembahasan ....................................................................................................... 6


2.1. Permasalahan di Laut Kaspia ................................................................................

2.2. Kepentingan Rusia di Laut Kaspia ........................................................................

2.3. Upaya Vladimir Putin dalam Mempertahankan Kepentingan di Laut Kaspia .......

12

2.4. Analisis ..................................................................................................................

16

Bab III Penutup ............................................................................................................. 20


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................

20

Daftar Pustaka ...............................................................................................................

21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Runtuhnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an, negara-negara yang semula berada
dalam tubuh Soviet mulai satu per satu memerdekakan diri. Termasuk tiga negara yang
berbatasan langsung dengan Laut Kaspia, yakni Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan.
Semula Laut Kaspia ini hanya berbatasan dengan Uni Soviet dan Iran.1 Namun, dengan
meningkatnya jumlah negara merdeka di sekitar wilayah ini, pembagian sumber daya yang
tersimpan di dalamnya menjadi perdebatan bagi negara-negara yang berbatasan langsung.
Terlebih, kekayaan sumber daya energi terutama minyak dan gas yang tersimpan membuat
negara-negara di sekitar perbatasan merasa penting untuk memperjuangkan dan memperjelas
pembagian wilayah laut serta sumber daya di Laut Kaspia. Baik Rusia, Azerbaijan,
Turkmenistan, maupun Kazakhstan menganggap ekspor minyak dan gas yang berasal dari
Laut Kaspia merupakan penyumbang terbesar dalam GDP negara mereka.2 Bagi Rusia, Laut
Kaspia adalah bagian dari kepentingan Rusia dalam strategi pemenuhan kebutuhan energi
dalam negeri sekaligus dalam bidang ekonomi dan politik.
Upaya memperjuangkan batas-batas wilayah yang pantas dan pembagian sumber daya
antara ketiga negara dan Rusia terus dilakukan. Pada era Vladimir Putin, yakni periode
pertama 2000-2004, ia menjadikan permasalahan kepentingan minyak dan gas menjadi fokus
negaranya. Hal ini dikarenakan oleh buruknya kondisi perekonomian yang ditinggalkan dari
pemerintahan Boris Yeltsin dan peninggalan hutang Soviet sebelumnya. Kondisi
perekonomian ini tentu mempengaruhi kesejahteraan penduduk Rusia. Kemiskinan dan
pengangguran adalah permasalahan sosial yang dihadapi saat itu. Beragam upaya terus
dilakukan oleh Putin dan pemerintahannya untuk menggagasi pembagian wilayah dan sumber
daya secara jelas. Putin berusaha mengusulkan agar sumber daya minyak dan gas hanya dapat
dibagi oleh negara-negara yang berbatasan langsung dengan laut. Pada April 2000, dimasa
awal jabatan, Putin mengambil langkah tegas dengan memperjelas bahwa Rusia harus

B. Nygren, The Rebuilding of Greater Russia: Putins Foreign Policy Towards the CIS Countries, Routledge
Taylor and Francis Group, New York, 2010, p. 167.
2
F. Formentini & T. Milani, The Legal Status of Caspian Sea: History of the Treaties between the Riparian
States, Working Paper European Center for Energy Security Analysis, vol. 3, no. 4, Oktober 2012, p. 1.

memperkuat posisi dan pertahanan di wilayah Kaspia.3 Selain itu, perjanjian bilateral pun
turut dilakukan dengan Azerbaijan di tahun 2002 untuk menyepakati garis batas laut
kepemilikan masing-masing negara.4
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Putin semata-mata untuk mempertahankan
kepentingan ekonomi dan politik Rusia di Laut Kaspia. Sektor minyak dan gas merupakan
komoditi utama untuk memenuhi kebutuhan energi dan aktivitas ekspor Rusia.
Mempertahankan kepentingan minyak dan gas ini merupakan realisasi dari managed
democracy yang dilakukan oleh Putin pada masa pemerintahannya. Hal ini tercermin oleh
kebijakan-kebijakan yang ia bentuk guna mempertahankan posisi di Laut Kaspia, lembagalembaga di bawah dan masyarakat perlu untuk mendukung kebijakan Putin. Alasannya
adalah peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Rusia.

1.2. Rumusan Masalah


Risalah ini akan berfokus untuk menjawab sebuah rumusan masalah, yakni Bagaimana
upaya Vladimir Putin dalam mempertahankan kepentingan ekonomi dan politik pada sektor
minyak dan gas di Laut Kaspian untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
Rusia?

1.3. Landasan Konseptual


Untuk menganalisis lebih dalam terkait upaya Vladimir Putin dalam mempertahankan
kepentingan minyak dan gas di Laut Kaspia, penulis menggunakan konsep managed
democracy guna merepresentasikan kebijakan-kebijakan yang diambil Putin dalam
memperbaiki perekonomian dan kesejahteraan Rusia.
Managed Democracy
Rusia merupakan negara federasi dengan kombinasi karakteristik yang unik, banyak
kelemahan, kerentanan, namun memiliki ketegasan dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini
dicerminkan dalam managed democracy. Sebuah sistem pemerintahan demokratis, namun
masih terdapat dominasi salah satu pihak dalam menjalankan pemerintahan. Managed
democracy ini merupakan campuran antara demokrasi dan otoriterisme kepemimpinan.5
Disini, negara memiliki kontrol terhadap masyarakatnya. Kehadiran pemimpin yang kuat

B. Nygren, p. 168.
B. Nygren, p. 168.
5
Center for Strategic and International Studies, On Russia as a Forever Hot Subject, CSIS Files (daring), May
2007, <www.infopolitic.ro/wp-content/uploads/.../CSIS.ro_Russia_Report.pdf>, diakses pada 5 Januari 2014.
4

memiliki kontrol atas lembaga di bawahnya (otoriter). Berikut adalah beberapa karakteristik
dari managed democracy:
-

Pemimpin memiliki peran yang kuat dan lembaga di bawah kontrol pemimpin

Adanya pergeseran fungsi pemilihan umum dari sarana bagi masyarakat untuk
mengontrol pemerintah menjadi sarana melegitimasi keputusan yang dibentuk oleh
elite politik.6

Managed democracy ini berimplikasi pada hubungan secara vertical yang semakin
terintegrasi, namun tidak adanya hubungan horizontal dengan pemimpin. Sistem ini juga
berimplikasi pada menyusutnya kebebasan bertindak (freedom of action) dan kebebasan
berpendapat rakyat. Putin memang cenderung merepresi kebebasan-kebebasan ini, namun hal
ini dipercaya dapat membawa kebaikan bagi Rusia dikemudian hari. Kunci dari managed
democracy adalah kepatuhan yang menjadi alat untuk mengontrol pemerintahan sesuai
dengan kebijakan yang telah diterapkan oleh pemimpin.

1.4. Hipotesis
Runtuhnya Uni Soviet memicu kesulitan bagi negara-negara yang berbatasan langsung
dengan Laut Kaspia untuk mendeterminasi bagian wilayah dan sumber daya laut. Pada masa
pemerintahan Putin, ia mulai memusatkan perhatian untuk memperjelas batas-batas wilayah
di Laut Kaspia ini. Putin banyak berkontribusi dalam permasalahan di Laut Kaspia. Putin
melakukan beragam upaya untuk mempertahankan kepentingan negara, terutama komoditi
minyak dan gas di Laut Kaspia. Upaya-upaya yang dilakukan Putin, antara lain: mereformasi
kebijakan-kebijakan dalam negeri, menegaskan pentingnya memperjelas pembagian wilayah
dan sektor sumber daya, melakukan perjanjian bilateral bahkan multilateral, dan kerja sama
dengan negara-negara sekitar Laut Kaspia. Kebijakan-kebijakan Putin mendapat dukungan
domestik dengan mengimplementasikan managed democracy di dalam negaranya. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan Rusia.

N. Petrov & M. McFaul, The Essence of Putins Managed Democracy, Carnegie Endowment For
International Peace (daring), 18 Oktober 2005, <http://carnegieendowment.org/2005/10/18/essence-of-putin-smanaged-democracy/2a3>, diakses pada 4 Januari 2014.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Permasalahan di Laut Kaspia


Sebelum Uni Soviet runtuh, Laut Kaspia merupakan lautan yang berbatasan oleh dua
negara, yakni Uni Soviet dan Iran. Sejak tahun 1921, upaya pembangunan kerja sama antara
Uni Soviet dan Iran sudah dilakukan.7 Perjanjian-perjanjian internasional antara kedua negara
mulai banyak disepakati untuk menegaskan tata peraturan di Laut Kaspia. Ditahun 1927, Uni
Soviet dan Iran membentuk hak-hak nelayan di bagian selatan Laut Kaspia, sekaligus
membentuk

perusahaan

perikanan

bersama

bagi

kedua

negara

yang

berhasil

diimplementasikan hingga tahun 1953. Tidak berhenti pada perjanjian tersebut, di tahun
1940, Uni Soviet dan Iran kembali membentuk perjanjian dengan menyatakan bahwa kapalkapal yang berlayar dengan bendera selain kedua negara tersebut dikatakan ilegal.8 Akan
tetapi, perjanjian antara kedua negara ini tidak diakui oleh komunitas internasional secara
keseluruhan termasuk PBB. Perjanjian yang telah dibuat kedua negara ini dianggap tidak
menjelaskan batas-batas pembagian wilayah yang tegas. Selama ini, perjanjian yang dibentuk
adalah peraturan-peraturan untuk kapal layar dan para nelayan yang berlayar di laut itu.
Tentang pembagian wilayah Laut Kaspia belum pernah disepakati baik oleh Uni Soviet
maupun Iran. Hubungan antara Uni Soviet dan Iran dalam mengelola sumber daya di Laut
Kaspia terus dilakukan sampai tahun 1996. Kedua negara bahkan pernah menyepakati kerja
sama dalam the Agreement on Cooperation in the Field of Fisheries.9 Disini, kedua negara
kembali tidak membicarakan pembagian batas wilayah Laut Kaspia, akan tetapi lebih kepada
cara-cara kerja sama untuk mengembangkan perikanan di Laut Kaspia. Dari perjanjian ini
pula, Rusia dan Iran membangun Joint Russian-Iranian Fisheries Commission.10
Deliberasi terkait pembagian wilayah Laut Kaspia dan sektor-sektor sumber daya di
dalamnya muncul ketika Uni Soviet runtuh di awal tahun 1990-an. Kini, Laut Kaspia
dikeliling oleh beberapa negara, yakni Iran dibagian utara, Azerbaijan, Turkmenistan, dan
Kazakhstan disekelilingnya, dan Rusia di bagian barat daya.11 Meningkatnya jumlah negara
7

B. Nygren, p. 167.
W. Ascher & N. Mirovitskaya (ed.), The Caspian Sea: A Quest for Environmental Security, Kluwer Academic
Publisher, Dordrecht, 2000, p. 165.
9
W. Ascher & N. Mirovitskaya (ed.), p. 166.
10
W. Ascher & N. Mirovitskaya (ed.), p. 166.
11
T. L. Thomas, Russian National Interests and the Caspian Sea, Perceptions, vol. 4, no. 4, February 2000, pp.
75-96.
8

negara merdeka disekitar Laut Kaspia menimbulkan kesulitan untuk membagi sektor sumber
daya alam di laut. Terlebih, negara-negara baru itu merasa memiliki hak atas wilayah Laut
Kaspia karena mereka tidak lagi menjadi bagian dari Uni Soviet. Ketiga negara tersebut
adalah Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan. Kelima negara, termasuk Iran, telah
melakukan banyak pertemuan untuk membicarakan pembagian wilayah Laut Kaspia dan
bagaimana cara membagi sumber daya. Namun, belum juga menemukan jalan keluar yang
disepakati oleh negara-negara disekitar Laut Kaspia.
Menyadari bahwa bukan hanya biota laut, seperti perikanan yang dapat diandalkan di
Laut Kaspia, tetapi juga terdapat sumber minyak dan gas yang begitu berharga di laut
tersebut, membuat negara-negara bersengketa semakin sulit menemukan jalan terbaik. Rusia
memiliki kepentingan yang sangat besar untuk pasokan energi dalam negerinya di Laut
Kaspia. Sementara, negara-negara pecahan Uni Soviet, seperti Azerbaijan, Turkmenistan, dan
Kazakhstan bergantung pada komoditi ekspor yang bersumber dari Laut Kaspia pula.
Perbedaan pendapat antar negara ini terus terjadi. Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan
yang tepi pantainya cenderung dekat dengan sumber minyak menginginkan untuk membagi
dasar laut ke dalam zona nasional masing-masing negara.12 Sementara, Rusia dan Iran
menginginkan laut ini dapat dipakai untuk kepentingan umum negara-negara disekitarnya.
Terkait pembagian sumber daya laut, dapat dilaksanakan ketika perjanjian telah disepakati
oleh Rusia, Iran, Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan.13
Permasalahan lainnya muncul ketika negara-negara ternyata saling bergantung satu sama
lain, terutama dalam hal pipa gas. Minyak dan gas merupakan komoditi utama bagi negaranegara, seperti Rusia, Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan. Turkmenistan, contohnya,
negara ini memiliki minyak dan gas yang cukup banyak di tepi laut. Namun, negara ini
termasuk wilayah yang terkunci, sehingga sulit melakukan akses penyaluran minyak dan gas
keluar dan memiliki permasalahan dalam sistem ekspor.14 Sementara, Rusia terus
mengembangkan saluran pipa minyak dan gas untuk mempermudah akses ke dalam maupun
luar negeri. Ditahun 1990-2000, perekonomian merupakan permasalahan paling utama bagi
Rusia, sehingga Rusia terus berusaha mengembangkan komoditi minyak dan gas dengan
membangun infrastruktur pipa gas. Dengan pipa-pipa yang dimiliki oleh Rusia, Turkmenistan
yang memiliki kesulitan dalam ekspor ke pasar asing, membutuhkan bantuan pipa milik

12

B. Nygren, p. 167.
B. Nygren, p. 167.
14
B. Nygren, p. 167.

13

Rusia untuk menyalurkan gas yang negara ini miliki.15 Ditambah lagi, Gazprom milik Rusia,
perusahaan minyak dan gas terbesar di Rusia, juga menjadi transportasi gas utama untuk
negara-negara Asia Tengah. Untuk itu, peran Rusia dibutuhkan bagi negara-negara Asia
Tengah termasuk yang berada di sekitar Laut Kaspia.
Keinginan negara-negara untuk membagi wilayah dasar Laut Kaspia ke dalam zona
nasional dan menentukan cara pembagian sumber daya di lautan tersebut berbenturan dengan
kebutuhan satu sama lain dari masing-masing negara. Singkatnya, masing-masing negara
memiliki kepentingan ekonomi dan politik di wilayah tersebut.16 Terlebih untuk Azerbaijan,
Turkmenistan, dan Kazakhstan yang tergolong negara baru dan masih perlu banyak
melakukan pembangunan serta membutuhkan bantuan dari negara lain untuk mendukung
perkembangan ekonomi negaranya, terutama bantuan dari Rusia. Maka dari itu, kesepakatan
tidak kunjung diperoleh antar negara yang berbatasan langsung dengan Laut Kaspia.
Sebenarnya, kesepakatan bilateral dan trilateral sudah cukup banyak dilakukan oleh negaranegara terlibat. Contohnya adalah kesepakatan antara Azerbaijan, Kazakhstan, dan Rusia
yang membagi laut berdasarkan garis median. Namun, kesepakatan ini tidak disetujui oleh
Iran mengingat pembagian berdasarkan garis median ini akan memberikan Iran bagian
terkecil, yakni 14% dari Laut Kaspia.17 Selain itu, Turkmenistan juga tidak menyetujui
dengan kriteria-kriteria berdasarkan garis median yang dibentuk oleh ketiga negara itu.
Perjanjian yang tidak kunjung disepakati ini dikarenakan oleh kepentingan masingmasing negara berbenturan dengan ketergantungan antar negara-negara di sekitar lautan.
Kekhawatiran akan terjadi konflik dan permusuhan dipertimbangkan oleh masing-masing
negara, sehingga akhirnya yang dapat dilakukan oleh negara-negara sekitar Laut Kaspia
adalah melakukan kerja sama satu sama lain. Akan tetapi, permasalahan tentang pembagian
wilayah dasar laut dan cara pembagian sumber daya masih terus diperdebatkan.

2.2. Kepentingan Rusia di Laut Kaspia


Bagi Rusia, Laut Kaspia merupakan salah satu fokus dari berbagai aspek yang dianggap
vital. Hal ini dikarenakan oleh Laut Kaspia tidak hanya mempengaruhi stabilitas regional,
tetapi juga stabilitas dunia.18 Mengingat kekayaan sumber daya alam terdapat di dalamnya

15

B. A. Gelb & T. R. Twyman, The Caspian Sea Region and Energy Resources, Nova Science Publishers, New
York, 2004, p. 32.
16
T. L. Thomas, p. 75.
17
B. Nygren, p. 168.
18
T. L. Thomas, p. 75.

dan sudah diketahui oleh warga dunia. Terdapat beberapa kepentingan utama domestik Rusia
di Laut Kaspia ini. Jika melihat pada kondisi domestik Rusia pada era Vladimir Putin,
kepentingan yang begitu signifikan adalah meningkatkan perekonomian. Hal ini dikarenakan
kondisi Rusia pasca pemerintahan Boris Yeltsin yang semakin terpuruk. Hutang-hutang
peninggalan Uni Soviet yang ditanggung oleh Rusia tidak berhasil diselesaikan pada era
Yeltsin. Hutang Uni Soviet sebesar $ 47 milyar pada Paris Club masih tersimpan sampai
Putin menjabat sebagai presiden di tahun 2000 menggantikan Yeltsin.19 Pada saat itu,
pemerintah menunda bahkan tidak mampu membayar upah para pegawai negerinya tepat
waktu dan jutaan pegawai pemerintah, termasuk para guru, militer, dan pensiunan.20 Keadaan
seperti ini membawa rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Berbagai cara telah dilakukan
Yeltsin untuk menyelamatkan perkonomian Rusia peninggalan Mikhail Gorbachev yang
mengalami keterpurukan. Kebijakan Perstroika dan Glasnot yang dibentuk oleh Gorbachev
sebelumnya justru membawa gerakan separatis dan berujung pada keterpurukan ekonomi.21
Saat Yeltsin memerintah, ia berusaha meniru metode shock therapy yang berhasil dilakukan
di Polandia. Namun, hal ini justru menjadi ancaman bagi masyarakat Rusia karena
ketidaksiapan untuk beralih ke sistem ekonomi pasar bebas dari sistem ekonomi yang
sebelumnya terpusat dan diatur oleh pemerintahan Uni Soviet.
Selain itu, kebijakan Presiden Boris Yeltsin lainnya yang semakin memperburuk
perekonomian Rusia adalah program privatisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik
negara. Program ini melahirkan kaum oligarki yang kaya raya dari hasil privatisasi aset
negara. Kaum oligarki, seperti Boris Berezhovsky, Vladimir Gusinsky, dan Mikhail
Khodorkovsky merupakan segelintir nama yang begitu terkenal di era Yeltsin sebagai kaum
elit penguasa ekonomi Rusia.22 Privatisasi besar-besaran dilakukan sepanjang tahun 19931994, akibatnya kendali ekonomi dari pemerintah berangsur menghilang. Sampai
pertengahan tahun 1994, 70% dari kepemilikan ekonomi Rusia berada ditangan swasta.
Terakhir, kebijakan loans for shares yang dianggap dapat membantu pemasukan pemerintah
tidak juga berhasil. Kebijakan ini menawarkan sumber daya alam yang strategis kepada
kelompok pengusaha besar atau pihak swasta (privatisasi), lalu dipertukarkan dengan

19

S. Pirani, Change in Putins Russia : Power ,Money, People, Pluto Press, New York, 2010, p. 47.
Committee on International Relations U.S. House of Representatives, U.S. Policy towards Russia, Part II:
Corruption in the Russian Government, U.S. Government Printing Office (daring),
http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG-106hhrg62963/html/CHRG-106hhrg62963.htm>, diakses pada 5 Januari
2014.
21
A. Farurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 2005, p.173.
22
A. Farurodji, p. 204.
20

pinjaman kepada pemerintah.23 Akibatnya, justru mendorong munculnya konsolidasi


kelompok oligarki yang sangat berpengaruh dalam bidang ekonomi dan politik.24
Saat Vladimir Putin terpilih menjadi presiden pada 26 Maret 2000,25 perekonomian
merupakan konsentrasi utama bagi Rusia mengingat hutang-hutang yang menumpuk pada
Paris Club dan kreditor swasta yang harus ditanggung oleh Rusia. Salah satu caranya adalah
dengan mempertahankan kepentingan Rusia di Laut Kaspia. Tidak jauh setelah Putin resmi
menjadi presiden menggantikan Boris Yeltsin, pada April 2000, ia mempertegas bahwa Rusia
harus memperkuat posisi dan pertahanannya di Laut Kaspia.26 Berbagai upaya untuk
mempertemukan pihak-pihak yang terlibat diinisiasikan oleh Putin guna membahas batasbatas dan pembagian wilayah laut ini. Putin melihat bahwa bargaining position Rusia di Laut
Kaspia memiliki potensi yang lebih tinggi daripada negara-negara bekas pecahan Uni Soviet
yang tergolong baru. Sumber daya minyak dan gas yang ada di Laut Kaspia dianggap mampu
untuk mendorong perbaikan ekonomi di Rusia. Untuk itu, penting bagi Rusia untuk
memperjelas dan mempertahankan posisinya di Laut Kaspia serta mengembangkan fungsi
dari pipa-pipa minyak dan gas yang sudah dimiliki oleh Rusia sejak lama di wilayah tersebut.
Keberuntunganpun sedang berpihak pada Putin saat ia menjabat. Pada saat itu, harga
minyak sedang mengalami kenaikan dan kebutuhan minyak dunia sedang tinggi. Negaranegara di Eropa Barat, China, dan India, memiliki permintaan yang tinggi akan minyak dan
gas. China dan India merupakan new emerging yang mencuat dengan teknologinya, sehingga
mereka membutuhkan bahan minyak dan gas untuk mengoperasikan alat-alat teknologi. Di
tahun 1998, harga minyak semula $ 15 per barel menjadi $ 33 per barel.27 Putin disini
berusaha untuk memanfaatkan keadaan pasar yang begitu bergantung pada minyak dan gas.
Rusneft dan Gazprom kembali dinasionalisasikan untuk dimanfaatkan bagi kebutuhan
pendapatan dalam negeri, meskipun beberapa persen saham masih dimiliki oleh pihak swasta.
Saluran pipa-pipa milik perusahaan ini dimanfaatkan oleh Putin untuk membantu negaranegara lain yang ingin menyalurkan minyak dan gas ke negara-negara di luar Asia Tengah,
namun harus melewati Rusia guna kelancaran pasar asing mereka. Rusia bisa memanfaatkan

23

P. Desai, Conversation on Russia: Reform fromYeltsin to Putin, Oxford University Press, New York, 2006, p.
140.
24
B. Whitemore, Russia: The End Of Loans-For-Shares, Radio Free Europe-Radio Liberty (daring), 29
September 2005, <http://www.rferl.org/content/article/1061761.html>, diakses pada 3 Januari 2014.
25
V. Volkov, Putins Election as President Signals Authoritarian Turn in Russia, The International Committee
of the Fourth International (daring), 30 March 2000, <http://www.wsws.org/en/articles/2000/03/russm30.html>, diakses pada 3 Januari 2014.
26
B. Nygren, p. 168.
27
M. Goldman, Petrostate: Putin, Power and the New Russia, Oxford University Press, Oxford, 2008, p.100.

10

pajak yang harus dibayarkan negara-negara tersebut, seperti Turkmenistan, agar dapat
menyalurkan minyak dan gasnya ke pasar asing. Selain membantu akses saluran untuk
negara-negara Asia Tengah, Rusia juga menyalurkan minyak dan gas ke negara-negara di
Eropa Barat. Mereka mulai menggantukan energinya pada Rusia. Hal ini terbukti dengan
terjadinya peningkatan permintaan minyak dan gas Rusia sebesar 2,2% setiap tahun.28
Meningkatnya permintaan minyak dan gas asing terhadap Rusia membuat Putin
menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat ia manfaatkan guna meningkatkan ekonomi
dalam negeri. Aktivitas perusahaan-perusahaan yang semakin giat akibat permintaan asing
membuat Putin perlu menerapkan kebijakan pajak yang tegas pada perusahaan-perusahaan
minyak dan gas di Rusia, terutama Rusneft dan Gazprom. Bermula dari kebijakan pajak ini,
Rusia dapat memperoleh pendapatan yang cukup tinggi. Terbukti sektor minyak dan gas
merupakan pendorong perekonomian yang sangat signifikan. Rusia mengalami peningkatan
GDP secara drastis. Peningkatan ini didapat dari meningkatnya pendapat pajak sumber daya
Rusia dari 1,1% di 2000 menjadi 1,4% di 2001, pajak perdagangan meningkat dari 3,1%
menjadi 3,7%. Terlebih sektor minyak dan gas, sebelum Putin memerintah di tahun 1998,
pendapatan negara dari pajak minyak dan gas hanya sebesar $ 17 milyar. Di tahun 2004,
meningkat tiga kali lipat menjadi $ 56,5 milyar.29
Menyadari pentingnya kebutuhan minyak dan gas guna memajukan sektor perekonomian
negara. Laut Kaspia menjadi sumber utama bagi Rusia agar proses perdagangan minyak dan
gas ini dapat berjalan dengan baik. Kebutuhan untuk mempertahankan posisi Rusia di Laut
Kaspia ini dibuktikan dengan banyaknya minyak dan gas yang dapat diperoleh di wilayah ini.
Menurut the Energy Information Administration, Rusia memperoleh 11.000 barel minyak
mentah per hari dan 0,030 triliun kubik gas alam per tahun dari Laut Kaspia.30 Jumlah ini
tergolong cukup besar untuk memenuhi segala kebutuhan perusahaan-perusahaan minyak dan
gas. Laut Kaspia ini terbukti sebagai wilayah yang menyumbangkan sumber daya alam cukup
besar pada negara-negara sekitarnya dibandingkan beberapa wilayah lain di dunia, sehingga
penting bagi Rusia untuk mempertahankan bahkan memperjelas pembagian sumber daya
alam di dalamnya.
Di samping kepentingan ekonomi yang menjadi prioritas bagi Rusia akan pentingnya
Laut Kaspia. Kepentingan politik pun menjadi alasan mengapa Rusia begitu mengupayakan

28

M. Goldman, p. 79.
S. Pirani, p. 77.
30
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 3.

29

11

agar kompleksitas di Laut Kaspia segera diselesaikan.31 Peran aktif Rusia dalam
menyelesaikan permasalahan ini menjadi strategi politik Rusia agar tetap menjadi negara
paling berpengaruh di sekitar Laut Kaspia, terutama di negara-negara bekas bagian dari Uni
Soviet, yakni Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan. Hal ini dikarenakan oleh negaranegara ini juga menggantukan perekonomian dalam negeri dari sektor minyak dan gas.
Terbukti dengan Azerbaijan yang berusaha memperoleh minyak mentah dari Laut Kaspia
sebesar 317.000 barel per hari, Kazakhstan sebesar 804.000 barel per hari, dan Turkmenistan
sebesar 148.000 per hari.32 Ini menunjukan bahwa negara-negara pecahan Uni Soviet juga
memiliki kepentingan yang sama dalam memperoleh sumber daya minyak dan gas yang ada
di Laut Kaspia. Dengan peran aktif Rusia untuk menginisiasikan berbagai macam
penyelesaian dan pembagian wilayah laut ini, Rusia dapat mempertahankan posisi sebagai
yang paling berpengaruh di wilayah tersebut. Secara geo-politik, hal ini dapat membuat posisi
Rusia dapat lebih berpengaruh pada kompleksitas wilayah tersebut, sehingga saat
mengupayakan sebuah keputusan, pertimbangan Rusia dapat mempengaruhi keputusankeputusan negara lain. Terlebih negara-negara pecahan Uni Soviet ini tergolong baru dan
membutuhkan bantuan negara lain, terutama Rusia dalam proses ekspor yang ingin mereka
lakukan. Oleh karena itu, minyak dan gas dianggap sebagai instrumen untuk mencapai ambisi
politik global Rusia.33

2.3. Upaya Vladimir Putin dalam Mempertahankan Kepentingan Rusia di Laut Kaspia
Selang beberapa minggu setelah terpilih menjadi presiden Rusia menggantikan Boris
Yeltsin pada 26 Maret 2006, Vladimir Putin mendeklarasikan gagasan tentang pentingnya
untuk memperkuat posisi dan pertahanan di Laut Kaspia. Di saat yang bersamaan, Putin juga
menekankan bahwa wilayah Laut Kaspia tidak seharusnya menjadi zona konfrontasi diantara
negara-negara sekitarnya.34 Gagasan Putin ini menunjukan komitmen dirinya untuk terus
menyelesaikan kompleksitas yang terjadi di Laut Kaspia guna mempertahankan kepentingan
ekonomi dan politik negaranya. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan Putin selama masa
pemerintahannya di periode pertama 2000-2004. Upaya ini dapat dikategorikan menjadi dua,
yakni secara internal yang membuat sumber daya alam di Laut Kaspia menjadi penting bagi

31

B. Nygren, p. 172.
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 3.
33
R. G. Gidadhubli, Oil and Politics in Russia, Tightening Grip on Pipelines, Economic and Political Weekly,
vol. 41, no. 31, 11 August 2006, p. 3358.
34
B. Nygren, p. 168.

32

12

kemajuan perekonomian dalam negeri Rusia dan secara eksternal dengan melibatkan negaranegara lain guna kepentingan politik Rusia.
Secara internal, Putin berusaha melanjutkan reformasi perekonomian dan ekonomi pasar
bebas yang telah digulirkan sejak Yeltsin, bahkan Gorbachev. Meskipun saat era Gorbachev
dan Yeltsin, kebijakan-kebijakan yang mereka terapkan cenderung mengarah pada
keterpurukan ekonomi Rusia. Putin sebagai seorang pemimpin baru memiliki pandangan
sendiri dalam mengusung ide-ide reformasi itu dalam kerangka penyelamatan bangsa Rusia
dari krisis ekonomi dan krisis politik.35 Beberapa langkah internal negara yang digunakan
Putin guna mempertahankan kepentingan ekonomi Rusia di Laut Kaspia adalah dengan
memanfaatkan seluruh sumber daya alam yang didapatkan dari laut tersebut, sehingga dapat
digunakan secara efisien guna kemajuan perekonomian Rusia. Langkah pertama yang
dilakukan oleh Putin adala dengan menasionalisasi kembali perusahaan-perusahaan yang
semula diprivatisasi oleh kaum oligarki atau swasta. Agenda utama adalah menasionalisasi
Rusneft dan Gazprom sebagai perusahaan minyak dan gas terpenting di Rusia. Saat itu, Putin
berusaha menasionalisasi dengan membeli saham perusahaan sebesar 50%+1. Jika
perusahaan ini tidak mau melepaskan sahamnya untuk negara, maka Putin tak segan
membongkar kejahatan pemiliknya. Hal ini sudah Putin lakukan pada Yukos Oil milik
Khodorkovsky. Ia adalah orang terkaya di era Yeltsin dengan mempunyai Bank Menatep.36
Bank ini adalah bank swasta yang meminjamkan uang pada Pemerintah Rusia di era Yeltsin
dan mengenai bunga tinggi pada pemerintah, hingga akhirnya hutang pemerintahan semakin
menimbun.
Langkah kedua adalah menerapkan kebijakan tax reform di tahun 2001.37 Diketahui
bahwa Rusia memperoleh keuntungan yang cukup banyak dengan akses sumber daya alam
melimpah dari Laut Kaspia, sehingga sangat perlu agar sumber daya ini dapat dipergunakan
seefisien mungkin sebagai komoditi ekspor ke negara-negara yang membutuhkan. Pajak
perdagangan yang tegas dan ketat dianggap dapat meningkatkan perekonomian negara.
Namun agar semua ini dapat bertahan dengan baik, negara harus tetap mempertahankan
posisinya di Laut Kaspia agar kebutuhan minyak dan gas Rusia dapat terus terpenuhi dan
memperlancar kebijakan yang telah dibuat oleh pemimpin negara. Pada kebijakan tax reformnya, Putin membentuk sebuah badan yang bertanggungjawab atas pajak bernama Tax Police.

35

A. Farurodji, p. 204.
M. Goldman, p. 105.
37
A. Aslund, S. Guriev, and A. Kuchins (ed.), Russia after the Global Economic Crisis, Peter. G. Peterson
Institute for International Economics, Washington D.C., 2010, p. 15.
36

13

Fungsi dari Tax Police ini adalah menagih pajak para pengusaha dan mengawasi kecurangan
yang mungkin dilakukan.38 Dalam Dekrit Putin di tahun 2000, para pengusaha terutama para
pemilik perusahaan minyak dan gas diancam akan dicabut aksesnya ke pipa gas jika pajak
tidak dibayarkan. Selain itu, ditentukan hari pajak setiap tanggal 19 Maret guna mengecek
pembayan pajak setiap individu. Untuk membentuk sistem perpajakan yang disiplin dan
dipenuhi oleh para perusahaan, Putin pun menurunkan pajak perusahaan yang semula 50%
menjadi 13% dari penghasilan.39 Akan tetapi, pajak-pajak lainnya seperti perdagangan tetap
diberlakukan karena hal ini menjadi potensi keuntungan bagi perekonomian Rusia,
mengingat banyak negara bergantung pada Rusia terkait akses minyak dan gas. Baik negaranegara yang juga berbatasan dengan Laut Kaspia maupun negara-negara di luar wilayah
tersebut, seperti negara-negara Eropa Barat, China, dan India.
Langkah ketiga, mengembangkan proyek-proyek pembangunan pipa gas dengan negaranegara lain. Proyek Blue Stream, yang sebenarnya telah diinisiasikan sejak tahun 1998, baru
ditindaklanjuti lebih dalam saat pemerintahan Putin ini. Blue Stream merupakan proyek
prioritas pembangunan pipa gas yang dilakukan oleh Rusia bersama Gazprom dan bekerja
sama dengan Turki.40 Disini, Gazprom akan membangun pipa-pipa bawah laut yang dapat
menyalurkan gas sampai ke Turki dan negara-negara Eropa Barat. Mendengar proyek ini,
ENI, salah satu perusahaan minyak dan gas di Italia menunjukan ketertarikannya untuk ikut
turut serta dalam proyek. Ia menandatangani pemberian pinjaman sebesar $ 1,33 milyar untuk
proyek pembangunan pipa ini.41 Selain Blue Stream, Rusia juga turut serta dalam
pembangunan dan pengembangan Trans-Caspian Gas Pipeline (TCGP).42 Proyek ini
dianggap dapat menjadi alternatif dalam sistem penyaluran minyak dan gas melalui pipa-pipa
yang telah dimiliki oleh Rusia. Akan tetapi, pembangunan pipa ini cenderung kontradiktif
karena dianggap berpotensi terjadinya kerusakan lingkungan dan biota laut di Laut Kaspia.43
Kedua contoh proyek pembangunan pipa yang dilakukan oleh Rusia ini semata-mata guna
melindungi kepentingan ekonomi Rusia dalam sektor minyak dan gas. Hal ini dilakukan oleh
Putin agar Rusia dapat seefisien mungkin menggunakan minyak dan gas dari Laut Kaspia

38

H. Appel, Is it Putin? Or Is It Oil? Explaining Russias Fiscal Recovery, Post-Soviet Affairs, vol. 24, no. 4,
2008, p. 311.
39
A. Aslund, S. Guriev, and A. Kuchins (ed.), p. 15.
40
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 31.
41
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 31.
42
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 32.
43
B. A. Gelb & T. R. Twyman, p. 34.

14

agar dapat diekspor kembali kepada negara-negara yang banyak melakukan demand terhadap
komoditi ini.
Di samping upaya secara internal guna mempertahankan kepentingan ekonomi, terdapat
beberapa upaya eksternal yang dilakukan oleh Rusia guna mempertahankan posisi Rusia
sebagai wujud kepentingan geo-politik di Laut Kaspia. Putin berusaha melakukan kerja sama
dan menginisiasikan dialog dengan negara-negara sekitar Laut Kaspia. Pada bulan Mei 2000,
Putin menunjuk Viktor Kalyuzhnyi sebagai utusan istimewa ke wilayah Laut Kaspia.44 Di
bulan Juli, Kalyunzhnyi mengusulkan Rusia dan Kazakhstan akan melakukan kerja sama
dalam membangun empat kilang minyak di bagian utara Laut Kaspia. Lalu, ia juga
mengundang dialog dengan Presiden Turkmenistan, Niyazov, tentang bagaimana cara
mengatasi kebuntuan dari pembagian wilayah Laut Kaspia ini. Namun, Niyazov menolak
undangan Rusia apabila Iran tidak diikutsertakan dalam dialog. Akan tetapi, kedua upaya
Kalyuzhnyi mengalami kegagalan. Disini, peran Putin begitu signifikan. Dalam beberapa
kesempatan, ia berusaha untuk melakukan negosiasi melalui telepon dengan Niyazov tentang
bagaimana cara rekonsiliasi yang tepat atas pandangan berlawanan kedua negara agar upaya
yang sudah dilaksanakan sebelumnya tidak sia-sia.45 Akhirnya, di tahun 2001,
diselenggarakan pertemuan antara negara-negara sekitar Laut Kaspia untuk membicarakan
permasalahan pembagian wilayah dan sumber daya. Akan tetapi, pertemuan tidak
menghasilkan kesepakatan dan memutuskan untuk ditunda. Di bulan Agustus 2001, Putin
beranggapan bahwa Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan sangat berdekatan dengan
Rusia, sehingga perlu diadakan pertemuan antar presiden untuk membicarakan isu pembagian
wilayah ini. Kembali lagi, Turkmenistan menyarankan bahwa Iran harus turut diikutsertakan
dalam pertemuan atau pertemuan ditunda sampai dengan pertemuan seluruh negara sekitar
Laut Kaspia berikutnya pada Oktober 2001. Pada pertemuan ini, Putin menginginkan agar
segala bentuk persengketaan segera diselesaikan, terlebih selang sebulan sebelum pertemuan
terjadi serangan bom di Amerika Serikat pada 11 September 2001, yang mengkhawatirkan
dunia internasional termasuk Rusia. Putin menginisiasikan untuk membagi wilayah
berdasarkan garis median dengan mempertimbangkan jumlah sumber daya alam yang
dimiliki masing-masing negara. Berdasarkan prinsip ini, sektor yang didapatkan oleh Rusia
sekitar 16% dari Laut Kaspia, Iran mendapatkan 14%, Azerbaijan mendapatkan 20%,

44

B. Nygren, p. 168.
B. Nygren, p. 168.

45

15

Turkmenistan mendapatkan 21%, dan Kazakhstan mendapatkan 29%.46 Akan tetapi,


kesepakatan ini tidak dapat berlangsung dengan baik karena ada beberapa negara, seperti
Turkmenistan yang tidak menyetujui pembagian ini.
Langkah eksternal lain yang dilakukan oleh Rusia adalah berusaha melakukan kerja
sama dengan negara-negara sekitar Laut Kaspia dan membentuk perjanjian-perjanjian
bilateral atau trilateral dengan mereka. Disini, Rusia bekerja sama dengan Kazakhstan dalam
eksploitasi tiga kilang minyak di wilayah Laut Kaspia dan kerja sama transit minyak melalui
the Caspian Pipeline Consortium (CPC) dan melalui pipa Atyrau-Samara.47 Rusia juga
mengandalkan perusahaan Gazprom sebagai transportasi penyaluran gas utama dari negaranegara Asia Tengah, termasuk Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan. Selain itu, di
tahun 2002, Rusia melakukan kesepakatan bilateral dengan Azerbaijan dengan tujuan saling
menghormati batas-batas wilayah Laut Kaspia yang telah disepakati oleh kedua negara.48
Selanjutnya, perjanjian ini berkembang menjadi perjanjian trilateral antara Rusia, Azerbaijan,
dan Kazakhstan dengan membagi dasar laut ke dalam sektor nasional, namun tetap
memperbolehkan kelima negara sekitar Laut Kaspia menggunakan lautan mereka. Dalam
perjanjian trilateral ini, ketiga negara membagi wilayah dengan 19% dasar Laut Kaspia
diberikan pada Rusia, 29% diberikan pada Kazakhstan, dan 18%-19% diberikan kepada
Azerbaijan.49 Namun, kesepakatan ini harus disepakati pula dengan Turkmenistan dan Iran,
sehingga

pertemuan-pertemuan

selanjutnya

terus

diselenggarakan

guna

mencapai

kesepakatan bersama.

2.4. Analisis
Kompleksitas di Laut Kaspia yang tidak berujung memicu masing-masing negara
terlibat, yakni Rusia, Iran, Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan berupaya untuk
mempertahankan kepentingannya di wilayah tersebut. Bermula dari kepentingan biota laut,
seperti perikanan antara Rusia dan Iran. Namun, pasca runtuhnya Uni Soviet terdapat
kepentingan lain yang cukup krusial sebagai pendukung ekonomi dan politik suatu negara,
yakni sektor minyak dan gas. Untuk itu, masing-masing negara perlu mempertahankan sektor

46

B. Nygren, p. 169.
B. Nygren, p. 167.
48
B. Nygren, p. 168.
49
B. Nygren, p. 170.

47

16

penting ini terutama Rusia yang dikenal sebagai eksportir terbesar minyak dan gas di seluruh
dunia hingga mencapai 5 juta barel per hari.50
Penulis akan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan Vladimir Putin untuk
mempertahankan kepentingan ekonomi dan politik Rusia dalam sektor minyak dan gas
dengan menggunakan konsep managed democracy yang identik dengan kepemimpinannya.
Dalam sistem demokrasi dengan model managed democracy ini, negara memiliki sistem
pemerintahan yang demokratis, namun masih terdapat dominasi salah satu pihak dalam
menjalankan pemerintahan. Maka, managed democracy dapat dikatakan sebagai campuran
antara demokrasi dan otoriterisme kepemimpinan. Hal ini tercermin pada pemerintahan
Vladimir Putin ketika ia menjabat sebagai presiden. Terdapat dua poin penting dalam
managed democracy yang dapat menjelaskan karakteristik Putin dalam upayanya
mempertahankan kepentingan minyak dan gas di Laut Kaspia.
Pertama, pemimpin memiliki peran yang kuat dan lembaga berada di bawah kontrol
pemimpin. Hal ini tercermin pada upaya internal dan eksternal Putin dalam mempertahankan
kepentingannya di Laut Kaspia. Secara internal, memang lebih bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian Rusia guna kesejahteraan rakyat Rusia yang kala itu sedang dalam masa
keterpurukan ekonomi akibat kegagalan kebijakan privatisasi yang dilakukan oleh Boris
Yeltsin. Banyaknya pengangguran dan pegawai-pegawai yang gajinya tidak dibayarkan
memicu kemiskinan yang merajalela di Rusia, sehingga Putin berusaha seefisien mungkin
untuk memanfaatkan sektor minyak dan gas yang berasal dari Laut Kaspia guna
merevitalisasi perekonomian negara. Kebijakan tax reform yang dilakukan Putin pada tahun
2001 adalah salah satunya. Putin berusaha menurunkan pajak dari 50% menjadi 13% beserta
kedisiplinan yang diterapkan agar perusahaan tidak lagi menghindari pajak. Kebijakan ini
berkaca pada masa pemerintahan Boris Yeltsin dimana perusahaan-perusahaan banyak
mengingkari bahkan tidak membayar pajak akibat legitimasi pemerintahan yang begitu lemah
dan banyak kaum oligarki pemilik perusahaan turut campur tangan dalam urusan ekonomi
dan politik Rusia. Di era Putin, ia juga membentuk badan bernama Tax Police guna
mengontrol kedisiplinan perpajakan bagi perusahaan-perusahaan dan arus perdagangan
minyak dan gas di Rusia. Bagi perusahaan yang tidak membayar pajak, para pengusaha
terutama para pemilik perusahaan minyak dan gas terancam akan dicabut aksesnya ke pipa
gas jika pajak tidak dibayarkan. Kebijakan tax reform dan Tax Police ini menjadi contoh dari
model managed democracy Putin dengan kemampuannya mengontrol lembaga-lembaga di

50

R. G. Gidadhubli, p. 3358.

17

bawahnya, termasuk perusahaan-perusahaan serta rakyat Rusia untuk mematuhi peraturanperaturan perpajakan yang baru. Hal ini terbukti menyelamatkan kepentingan Rusia dengan
meningkatkan pendapatan ekonomi dari pajak perusahaan-perusahaan minyak dan gas
sebesar $ 56,5 milyar di tahun 2004.
Secara eksternal, peran kuat Putin sebagai pemimpin untuk mengontrol lembaga di
bawahnya dan mengambil keputusan tercermin dari kerja sama yang diupayakan dengan
negara-negara sekitar Laut Kaspia. Hal ini lebih bertujuan untuk mempertahankan
kepentingan politik Rusia di Laut Kaspia. Saat Putin menjabat, ia langsung mengutus Viktor
Kalyuzhnyi sebagai utusan istimewa dalam permasalahan di wilayah Laut Kaspia.
Kalyuzhnyi berusaha mengajukan proposal dan mengadakan dialog dengan Kazakhstan dan
Turkmenistan mengenai pembagian wilayah di Laut Kaspia. Namun sayangnya, upaya yang
dilakukan oleh Kalyuzhnyi tidak mencapai kesepakatan. Disini, Putin segera bergegas untuk
turun tangan dan mengambil keputusan melakukan negosiasi melalui telepon dengan
Niyanov, Presiden Turkmenistan, untuk membicarakan upaya rekonsiliasi permasalahan yang
mungkin dicapai. Alhasil, dengan upaya Putin ini, disepakati untuk diadakan pertemuan
dengan kelima negara di sekitar Laut Kaspia di tahun 2001. Berdasarkan contoh kasus ini,
peran Putin sebagai seorang pemimpin mampu mengontrol segala komponen di bawahnya
termasuk memerintahkan Kalyuzhnyi untuk merealisasikan keputusan Putin untuk membuka
dialog dengan Kazakhstan dan Turkmenistan saat itu. Di tambah lagi, upayanya untuk turun
tangan langsung dalam pembicaraan antar presiden melalui telepon. Ini menunjukan peran
kuatnya dalam pemerintahan untuk bertindak.
Kedua, adanya pergeseran fungsi pemilihan umum dari sarana bagi masyarakat untuk
mengontrol pemerintahan menjadi sarana melegitimasi keputusan yang dibentuk oleh elit
politik. Secara eksternal, pada era Yeltsin, kerja sama dan kesepakatan yang diupayakan di
Laut Kaspia bukan mempertahankan sektor minyak dan gas. Namun, lebih kepada kerja sama
bagaimana mengelola biota laut, terutama dalam sektor perikanan. Ini tercermin dalam kerja
sama dan kesepakatan yang dilakukan oleh Rusia dan Iran pada tahun 1996 dalam the
Agreement on Cooperation in the Field of Fisheries. Kedua negara berusaha melakukan kerja
sama untuk memelihara biota laut terutama ikan guna memenuhi kebutuhan rakyat masingmasing negara. Pada saat itu, kesepakatan-kesepakatan yang dibentuk oleh Yeltsin berbasis
kebutuhan rakyat yang masih cukup bergantug pada sektor perikanan, sehingga dianggap
sebagai salah satu komoditas terpenting bagi Rusia. Kasus ini mencerminkan bagaimana
Yeltsin menjalankan fungsi dari pemilihan umum sebagai sarana bagi masyarakat untuk
18

mengontrol pemerintahan. Segala bentuk keputusan dan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintahan berlandaskan kebutuhan-kebutuhan rakyat atau kaum tertentu seperti para
pengusaha, sehingga rakyat memiliki keleluasaan untuk mengatur kebijakan pemerintah.
Akan tetapi, fungsi pemilihan umum ini mengalami pergesaran di era Putin. Meskipun ia
terpilih berlandasan kemenangan suara mengalahkan Gennady Zyuganov, Gregory
Yavlinsky, dan Aman Tuleyev dengan presenatase 52,94%,51 ia tetap memposisikan dirinya
sebagai pemimpin yang mampu mengontrol negara. Rakyat seharusnya melegitimasi segala
keputusan yang dibentuk oleh elit politik. Dalam ruang lingkup internal, hal ini tercermin
pada kebijakan Putin untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang semula diprivatisasi
oleh para pengusaha. Putin berusaha membeli perusahaan-perusahaan itu kembali, terutama
Rusneft dan Gazprom, dari penghasilan kedisiplinan pajak yang didapatkan. Selanjutnya, ia
berupaya menerapkan kebijakan bahwa pihak swasta atau aktor non-negara dapat mengontrol
perusahaan jika mereka memiliki saham lebih dari 50%. Kebijakan ini mau tidak mau harus
dilegitimasi oleh para pengusaha-pengusaha yang ingin menguasai sektor minyak dan gas di
Rusia. Ini merupakan contoh kasus dimana Putin mampu menggeser fungsi pemilihan umum
agar rakyat melegitimasi segala keputusan yang dibentuk oleh pemimpin.
Berdasarkan dua poin analisis di atas, Putin telah merepresentasikan managed
democracy

dalam

kepemimpinannya.

Ia

menerapkan

sistem

demokrasi

dengan

memberlakukan sistem pemungutan suara dalam setiap pemilihan pemimpin di Rusia.


Namun, semua kebijakan tetap berada dalam kontrol dirinya. Hal ini didukung oleh variabel
lain dalam penerapan managed democracy Putin, yakni menyusutnya kebebasan bertindak
dan berpendapat rakyat (freedom of action). Putin banyak melakukan represi-represi tindakan
yang dilakukan oleh rakyat Rusia dan cenderung otoriter dalam mengambil serta menerapkan
kebijakan. Hal ini dilakukan Putin untuk mempertahankan kepentingan ekonomi dan politik
Rusia di Laut Kaspia serta mensejahteraan rakyat Rusia dengan memperbaiki perekonomian
yang terpuruk sebelumnya.

51

A. Farurodji, p. 198.

19

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sejak runtuhnya Uni Soviet dan lahirnya negara-negara baru, kompleksitas di wilayah
Laut Kaspia semakin meningkat. Semula, permasalahan pembagian wilayah dan sektor
sumber daya di dalamnya hanya menjadi perdebatan antara Uni Soviet dan Iran. Namun,
setelah Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan memerdekakan diri, Laut Kaspia juga
menjadi permasalahan bagi negara-negara baru ini. Mengingat keterpurukan ekonomi akibat
peninggalan hutang Uni Soviet dan kegagalan kebijakan reformasi ekonomi yang dilakukan
pada era Boris Yeltsin, Vladimir Putin pada masa pemerintahaannya berusaha untuk
memperbaiki perekonomian negara dan posisi politik Rusia di mata internasional. Ia
memfokuskan perbaikan ekonomi dengan mempertahankan kepentingan minyak dan gas di
Laut Kaspia.
Beragam upaya secara internal maupun eksternal telah dilakukan Putin untuk
mempertahankan kepentingan ekonomi dan politik dalam sektor minyak dan gas di Laut
Kaspia ini. Reformasi kebijakan-kebijakan domestik, seperti tax reform, Tax Police,
melakukan proyek-proyek pembangunan pipa gas, menasionalisasi perusahaan Rusneft dan
Gazprom, telah dilakukan oleh Putin. Dalam ruang lingkup eksternal, Putin juga berupaya
untuk mengupayakan penyelesaian masalah pembagian wilayah dan membuka dialog dengan
negara-negara sekitar Laut Kaspia. Ia juga berupaya untuk membentuk kerja sama dan
kesepakatan bilateral serta multilateral dengan negara-negara, seperti Kazakhstan dan
Turkmenistan.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Putin ini turut serta dilegitimasi oleh lembagalembaga di bawah Putin, termasuk perusahaan-perusahaan dan rakyat Rusia dengan model
managed democracy yang ia terapkan. Percampuran antara sistem demokrasi dan
otoriterisme direpresentasikan dalam usaha Putin untuk mempertahankan kepentingan
ekonomi dan politik di Laut Kaspia. Hal ini dilakukan untuk kembali membangun
perekonomian Rusia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Rusia yang berada dalam garis
kemiskinan akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya. Terbukti, upaya Putin berhasil
mempertahankan sektor minyak dan gas di Laut Kaspia guna menjalankan roda
perekonomian Rusia.

20

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Ascher, W. & N. Mirovitskaya (ed.), The Caspian Sea: A Quest for Environmental Security,
Kluwer Academic Publisher, Dordrecht, 2000.
Aslund, A., S. Guriev, and A. Kuchins (ed.), Russia after the Global Economic Crisis, Peter.
G. Peterson Institute for International Economics, Washington D.C., 2010.
Desai, P., Conversation on Russia: Reform fromYeltsin to Putin, Oxford University Press,
New York, 2006.
Farurodji, A., Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang
Budayanya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005.
Gelb, B. A., & T. R. Twyman, The Caspian Sea Region and Energy Resources, Nova Science
Publishers, New York, 2004.
Goldman, M., Petrostate: Putin, Power and the New Russia, Oxford University Press,
Oxford, 2008.
Nygren. B., The Rebuilding of Greater Russia: Putins Foreign Policy Towards the CIS
Countries, Routledge Taylor and Francis Group, New York, 2010.
Pirani, S., Change in Putins Russia : Power ,Money, People, Pluto Press, New York, 2010.

Sumber Jurnal
Appel, H., Is it Putin? Or Is It Oil? Explaining Russias Fiscal Recovery, Post-Soviet
Affairs, vol. 24, no. 4, 2008, p. 311.
Formentini, F. & T. Milani, The Legal Status of Caspian Sea: History of the Treaties
between the Riparian States, Working Paper European Center for Energy Security
Analysis, vol. 3, no. 4, Oktober 2012, p. 1.
Gidadhubli, R.G., Oil and Politics in Russia, Tightening Grip on Pipelines, Economic and
Political Weekly, vol. 41, no. 31, 11 August 2006, p. 3358.
Thomas. T.L., Russian National Interests and the Caspian Sea, Perceptions, vol. 4, no. 4,
February 2000, pp. 75-96.

21

Sumber Online
Center for Strategic and International Studies, On Russia as a Forever Hot Subject, CSIS
Files (daring), May 2007, <www.infopolitic.ro/wpcontent/uploads/.../CSIS.ro_Russia_Report.pdf>, diakses pada 5 Januari 2014.
Committee on International Relations U.S. House of Representatives, U.S. Policy towards
Russia, Part II: Corruption in the Russian Government, U.S. Government Printing
Office

(daring),

http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG-106hhrg62963/html/CHRG-

106hhrg62963.htm>, diakses pada 5 Januari 2014.


Petrov, N., & M. McFaul, The Essence of Putins Managed Democracy, Carnegie
Endowment

For

International

Peace

(daring),

18

Oktober

2005,

<http://carnegieendowment.org/2005/10/18/essence-of-putin-s-manageddemocracy/2a3>, diakses pada 4 Januari 2014.


Volkov, V., Putins Election as President Signals Authoritarian Turn in Russia, The
International Committee of the Fourth International (daring),

30 March 2000,

<http://www.wsws.org/en/articles/2000/03/russ-m30.html>, diakses pada 3 Januari


2014.
Whitemore, B., Russia: The End Of Loans-For-Shares, Radio Free Europe-Radio Liberty
(daring),

29 September 2005, <http://www.rferl.org/content/article/1061761.html>,

diakses pada 3 Januari 2014.

22

You might also like