A Father's Eyes: "Dedikasi Untuk: Seorang Ayah Yg Luar Biasa!"

You might also like

You are on page 1of 9

A Father's Eyes

Jonathan's mother died when he was very young and his father brought him up. Both of them shared a very special
relationship. Jonathan loved to play football and his father made sure that he was always there to cheer his son at
every match, even if Jonathan wasn't a part of the playing team. Jonathan being small sized, wasn't allowed to play in
the main team. Nevertheless, he continued with his practice with full determination. Everyone thought that Jonathan
would never be able to make it into the team, though somehow, his determination carried him through. The coach
seeing his diligence and dedication decided to keep him on the roster.
One day during practice, the coach met him with a telegram. Jonathan was shocked to read the message contained
in it. Swallowing hard, he mumbled to the coach, "My father died this morning. Will it be all right if I miss practice
today?" The coach gently put his arm around his shoulder and said, "Take the rest of the week off, son, and don't
even plan to come to the game on Saturday." On the day of the game, Jonathan's college team was losing badly to
the rival team. The coach and the players had all lost hope when they saw Jonathan coming towards them. Jonathan
ran up to the coach and pleaded him to allow him to play this match. At first, the coach wouldn't allow him to play.
However after a lot of persuasion, the coach gave in.No sooner Jonathan joined the team in the field, their scores
started to improve before both the teams were on a tie.
However, the real cheer came during the crucial closing seconds when he intercepted a pass and ran all the way for
the winning touchdown. His team members were ecstatic. The crowd came running towards him to celebrate the win.
After the match, the coach went up to Jonathan, who was seated alone in the corner of the locker room and asked,
"Kid, I can't believe it. You were fantastic! Tell me what got into you? How did you do it?" He looked at the coach, with
tears in his eyes, and said, "Well, you knew my dad died, but did you know that my dad was blind?" The young man
swallowed hard and forced a smile, "Dad came to all my games, but today was the first time he could see me play,
and I wanted to show him I could do it!"

"Dedikasi untuk : Seorang Ayah yg Luar biasa!"

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja
diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang
sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.. akan sering merasa
kangen sekali dengan Ibunya.

Lalu bagaimana dengan AYAH?

Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap
hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata AYAH-lah yang mengingatkan Ibu untuk
menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita
atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang AYAH bekerja dan dengan

wajah lelah AYAH selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau
lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.. AYAH biasanya mengajari
putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah AYAH mengganggapmu bisa, AYAH akan
melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Ibu bilang : "Jangan dulu AYAH, jangan dilepas dulu roda bantunya"

Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa AYAH dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu


mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu
menatapmu iba. Tetapi AYAH akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli
nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, AYAH melakukan itu karena AYAH tidak ingin kamu menjadi anak
yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, AYAH yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit
membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.


Ketahuilah, saat itu AYAH benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada AYAH untuk
dapat izin keluar malam, dan AYAH bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa AYAH melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi AYAH,
kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada AYAH, dan masuk ke kamar sambil membanting
pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah
adalah Ibu....

Tahukah kamu, bahwa saat itu AYAH memejamkan matanya dan menahan gejolak
dalam batinnya, bahwa AYAH sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia
HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke
rumah untuk menemuimu, AYAH akan memasang wajah paling cool sedunia.... :

AYAH sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di
ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati AYAH merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan AYAH melonggarkan sedikit peraturan untuk
keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan AYAH adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang
dengan hati yang sangat khawatir...dan setelah perasaan khawatir itu berlarutlarut... ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati AYAH akan mengeras
dan AYAH memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti AYAH akan segera
datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan AYAH"

Setelah lulus SMA, AYAH akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter
atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan AYAH itu semata - mata hanya
karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh AYAH tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai
dengan keinginan AYAH

Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
AYAH harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan AYAH terasa kaku untuk memelukmu?

AYAH hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk
berhati-hati. .

Padahal AYAH ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.

Yang AYAH lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan
menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

AYAH melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang
pertama yang mengerutkan kening adalah AYAH.

AYAH pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan
teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan AYAH tahu ia
tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut AYAH adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin AYAH, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti AYAH
belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu AYAH merasa gagal membuat anaknya
tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

AYAH adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

AYAH akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak
manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada
AYAH untuk mengambilmu darinya.

AYAH akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena AYAH tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya.... Saat AYAH melihatmu duduk di Panggung Pelaminan


bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, AYAH
pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu AYAH pergi kebelakang
panggung sebentar, dan menangis?

AYAH menangis karena AYAH sangat berbahagia, kemudian AYAH berdoa.... Dalam
lirih doanya kepada Tuhan, AYAH berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan
baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu AYAH hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang
sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang
tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

AYAH telah menyelesaikan tugasnya....

AYAH, Bapak, Papa atau Abah kita... Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas bahkan
saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin
bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal.

Satu malam satu lembar saja!!


Diam & mulailah belajar!!
Bukankah janjimu ingin jadi SARJANA?

Janganlah membuat mereka meneteskan air mata!


Baju toga itu, mengeringkan semua keringat mereka!
Menghapus air mata mereka!
Membayar semua pengorbanan mereka!
Ingat..! Bukan emas & permata sebagai bentuk balas jasa!
Hanya kata - kata sederhana!

SARJANA Saja!!

Lupakah kau waktu mereka mengantarmu ke kota?


Mereka pulang lalu bercerita kepada siapa saja bahwa anak mereka sekarang kuliah
dan menjadi calon SARJANA!
Mereka lalu menjual apa pun yang ada!
Mereka Mulai menghemat uang belanja!
Tetap bekerja walaupun HUJAN DAN PANAS! yang mereka rasakan!mencoba tetap
tersenyum walaupun hidup dalam kekurangan, kita tak pernah tau, mereka berlari
kesana kemari mencari pinjaman saat kita tiba tiba telepon atau sms meminta
untuk dikirim. Semua itu demi ANAKNYA yang tercinta.
(DEDIKASI UNTUK AYAH DAN IBU TERCINTA)

jalan yang saya tempuh selama ini memang terjal dan berliku, tapi saya bukan satusatunya orang yang merasakan hal pahit itu. bermodalkan nekat dan tekad yang
kuat saya mencoba menggapai impian saya di salah satu Universitas terbaik di
negeri ini. impian saya sederhana, melanjutkan mimpi Ibu saya yang tertunda untuk
menjadi seorang Sarjana. ya satu kata sederhana itu, Sarjana.

saya meninggalkan kampung halaman dan keluarga saya demi satu kata tersebut.
saat saya berangkat tidak ada keraguan dalam benak saya. bahkan saya berangkat

seorang diri tanpa ditemani oleh siapapun. yang saya tahu, sesampainya di
Bandara Soeta saya di jemput oleh kakak Ibu saya yang sudah merantau lama di
Ibu Kota Negara ini.

Sarjana, ya seperti tulisan diatas, banyak pengorbanan yang dilakukan untuk


mencapai satu kata itu. tapi bukankah hidup tentang pengorbanan. untuk
mendapatkan satu hal, hal yang lain harus dikorbankan, karena jika nantinya impian
itu tercapai, pengorbanan itu akan terasa sangat indah.

Sarjana, ya demi gelar itu, saya memberanikan diri untuk hidup sendiri tanpa ada
orang tua disamping saya. saya sangat tidak terbiasa untuk bepergian kemanapun
tanpa diantar oleh ayah saya. kemana saja saya pergi, ayah rela mengantarkan
saya. semua itu beliau lakukan semata-mata untuk menjaga saya. begitu juga
untuk membiayai kuliah saya selama di UI, ayah yang berprofesi sebagai tukang
Ojeg semakin giat mencari nafkah, mulai dari pagi hingga malam hari ayah dengan
sepeda motornya bolak balik mengantarkan siapa saja yang membutuhkan jasanya
untuk bisa membiayai saya, kakak laki-laki saya, dan 3 orang adik saya yang masih
bersekolah. jika difikir dengan logika, mana mungkin sorang tukang Ojeg bisa
membiayai 2 anaknya dibangku kiliah dan 3 anak lainnya di bangku sekolah dasar
dan menengah pertama. tapi itulah rejeki, setiap orang punya rejekinya masingmasing. saya sangat bangga dengan ayah saya, dia tidak pernah menunjukkan rasa
lelahnya dihadapan kami anak-anaknya. dia selalu mencoba tersenyum dan
meyakinkan kami jika kami pasti bisa menyelesaikan studi kami bagaimanapun
caranya.

Sarjana, ya demi gelar itu, Ibu saya rela untuk mengorbankan biaya medical checkupnya untuk keperluan makan saya selama menuntut ilmu di UI. seringkali Ibu
memberikan biaya berobatnya kepada saya dan beralasan, tenang Nak, Ibu sehatsehat saja, kamu lebih perlu, tidak mungkin kamu tidak makan, ya sudah jangan
protes. bayak orang yang menyayangkan keputusannya untuk berhenti kuliah. ya
beliau berhenti kuliah saat menginjak semester tujuh karena sudah menikah dan
melahirkan abang saya. tapi yang saya tahu, semua itu sudah suratan takdir Allah
SWT, tidak ada yang perlu disesali dan Ibu saya sama sekali tidak menyesali itu.
pesan beliau saat saya memutuskan untuk kuliah jauh dari pandangan beliau cuma
satu Nak, jangan kecewakan Ayah dan Ibu, lakukan yang terbaik. dan saat Ibu
tahu saya punya pacar untuk pertama kalinya, beliau cuma berpesan, hati-hati ya,

inget cita-cita kamu untuk kuliah jauh-jauh apa, Ibu ga mau kamu seperti Ibu. Ya,
begitulah Ibu saya, tidak banyak mengeluh dan dalam sakitnya tetap meminta saya
untuk selalu tersenyum dalam menghadapi ujian hidup yang saya alami.

Sarjana, ya demi gelar itu saya sudah berjuang hampir empat tahun untuk
meraihnya. entah sudah berapa banyak duit yang orang tua saya habiskan untuk
gelar tersebut. entah sudah berapa banyak keringat dan air mata yang sudah orang
tua saya keluarkan demi gelar itu. entah sudah berapa banyak doa yang orang tua
saya kirimkan untuk saya sebagai pengganti mata mereka untuk tetap bisa
menjaga saya.

dan saya, tidak mau semua pengorbanan yang sudah orang tua saya lakukan untuk
satu kata tersebut menjadi sia-sia. perjalanan saya untuk mencapai gelar tersebut
memang sudah hampir selesai, dan tidak ada kata mundur untuk itu walau jalan
yang saya hadapi semakin terjal dan hampir tak tergapai. saya yakin, kenekatan
dan tekad saya yang kuat dan ditambah dengan doa yang tak pernah putus dari
orang tua saya, gelar tersebut akan ada di genggaman saya tidak lama lagi.

Ayah dan Ibu, tanggal 7 September 2012, Ayah dan Ibu untuk pertama kalinya akan
menginjakkan kaki di Pulau Jawa untuk menghadiri Wisuda anak perempuan kecil
Ayah dan Ibu. saya berjanji, saya akan mengenakan pakaian Toga itu pada tanggal
itu dan Ayah dan Ibu ada disamping saya untuk berfoto bersama di depan Balairung
Universitas Indonesia. dan saat itu, Ayah dan Ibu akan tahu bahwa semua
pengorbanan dan doa Ayah dan Ibu selama ini membuahkan hasil yang manis.

Sarjana, dedikasi kecil saya untuk ayah Syamsir dan Ibu Rabiatul Ada Wiyah :D

selesai ditulis di khairunnisa no 06, 13.59 pm sambil menghapus air mata yang
jatuh karena rasa rindu yang mendalam terhadap orang tua tercinta.

You might also like