Professional Documents
Culture Documents
149
atau
Menurut Handojo (2003) hasil tes ELISA ini panjang.
ISSN
2302 - 3635
lebih
Berdasarkan
latar
belakang
dan
permasalahan yang ada, maka tujuan
penelitiannya adalah menganalisis sensitivitas
dan spesifisitas anti-HIV metode Immuno
chromatography terhadap hasil pemeriksaan
anti-HIV metode ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) pada
IDU (Injecting Drug User).
hubungan seksual
adalah cara yang
paling
dominan
dari semua cara
penularan.
Penetrasi
atau
sengaja
berarti
kontak
seksual
dengan penetrasi
vaginal, anal dan
oral seksual antara
dua
individu.
Risiko
tertinggi
adalah
penetrasi
vaginal atau anal
yang
tak
terlindungi
dari
individu
yang
terinfeksi HIV.
1.
TINJAUAN PUSTAKA
HIV (Human Immuno deficiency Virus)
HIV merupakan suatu subgroup retroviruses
yang dikenal sebagai slow viruses. Perjalanan
infeksi virus ini ditandai oleh rentang waktu
yang panjang sejak awal infeksi hingga
muncul gejala yang berat. Jenis retrovirus ini
memiliki kemampuan untuk menggunakan
RNA dan DNA sel induk untuk membuat DNA
virus baru.
2.
Sumber : Yuni, 2011
Pajanan oleh
darah
terinfeksi,
produk darah
atau
transplantasi
organ
dan
jaringan.
Penularan
dari
darah
dapat terjadi
jika
darah
donor tidak
dilakukan uji
saring untuk
antibodi HIV.
Pajanan HIV
pada
organ
dapat terjadi
dalam proses
transplantasi
jaringan atau
organ
di
pelayanan
kesehatan.
Penularan
dari ibu ke
anak.
Kebanyakan
infeksi
HIV
pada
anak
didapat dari
ibunya saat
ia dikandung,
dilahirkan
dan sesudah
lahir.
Pemeriksaan HIV
Diagnosis HIV
Faktor Risiko Tinggi Tertular HIV
( Pemeriksaan
antibodi atau
1.
Faktor risiko perilaku, yaitu perilaku antigen )
seksual
yang
berisiko
terhadap 1. Tes
Saring
penularan HIV atau AIDS, yang meliputi
(screening)
partner hubungan seks lebih dari satu,
seks anal, pemakaian kondom. Seperti 2
contoh
Pekerja
Seks
Komersial, .
T
Homoseksual dan Waria.
e
2.
Faktor risiko parenteral, yaitu faktor risiko s
penularan HIV atau AIDS yang berkaitan
dengan pemberian cairan ke dalam tubuhK
melalui pembuluh darah vena. Faktor ini o
n
meliputi
riwayat
transfusi
darah,f
pemakaian narkotika dan obat-obatani
terlarang secara suntik yang disebut IDU r
m
atau Injecting Drug User.
a
3.
Faktor risiko infeksi menular seksual, s
yaitu riwayat penyakit infeksi bakterii
atau virus yang ditularkan melalui
hubungan seksual yang pernah diderita D
responden, seperti sifilis, condiloma i
a
acuminata, dan gonorrhoea.
g
n
o
s
i
s
a
w
a
l
u
n
t
u
k
b
a
y
i
1.
2.
Antigen p24
PCR DNA atau
RNA
Menginisiasi dan
memantau
pengobatan
150
1.
2.
CD4
Viral load
Terapi HIV
Terapi ARV atau Anti Retroviral adalah
pengobatan untuk HIV dengan obat anti
retroviral yang lebih dikenal dengan obat ARV.
ARV sudah terbukti dapat menghambat
replikasi HIV sehingga kadar virus dalam darah
yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau
CD4 menurun dan akibatnya kekebalan tubuh
mulai pulih atau meningkat.
Keputusan penggunaan terapi ARV ditentukan
oleh dokter yang terlatih dengan mem
pertimbangkan kondisi sebagai berikut :
1.
Penilaian sejarah gejala klinis dari hasil
kunjungan rutin ke dokter seperti
munculnya infeksi oportunistik tertentu
seperti TB, jamur di dalam mulut atau
vagina, dll.
2.
3.
4.
METODE
Rancangan yang digunakan adalah deskriptif
dengan menggambarkan uji sensitivitas dan
spesifisitas anti-HIV metode immunochromato
graphy pada IDU (Injecting Drug User)
Populasi dalam penelitian ini adalah 190
pasien dari komunitas IDU (Injecting Drug
User) yang melakukan pemeriksaan anti-HIV
(Human Immunodeficiency Virus) pada bulan
April Juni 2013 di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Surabaya. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 100 pasien dari
komunitas IDU (Injecting Drug User) yang
melakukan pemeriksaan anti-HIV (Human
Immuno
deficiency
Virus)
dengan
menggunakan
metode
simple
random
sampling .
ISSN
2302 - 3635
Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium
Imunologi
Balai
Besar
Laboratorium
Kesehatan
Surabaya,
pada
bulan April - Juni
2013
Reagensia
yang
digunakan adalah
reagensia
rapid
immunochromato
graphy
yang
belum
pernah
diteliti
sebelumnya
dengan
inisial
IT,
sedangkan
reagensia metode
ELISA
(Enzyme
Linked
Immunosorbent
Assay)
yang
digunakan adalah
Microelisa system
Vironostika
HIV
Ag/Ab Biomerieux
yang
telah
dievaluasi
oleh
RSCM pada tahun
2010
memiliki
sensitivitas 100%
dan
spesifisitas
100%
HASIL
PENELITIAN
Hasil
pemeriksaan antiHIV
metode
immuno
chromatography
terhadap sampel
reaktif
dan
sampel
non
reaktif
metode
ELISA
(Enzyme
Linked
Immunosorbent
Asssay)
pada
pasien
IDU
(Injecting
Drug
User).
terhadap HIV.
Nilai Prediktif
Positif (NPP) atau
Nilai
Ramal
Positif
merupakan
persentase
kepercayaan
hasil
pemeriksaan
reaktif, spesimen
yang
diperiksa
memang
mengandung
antibodi
Nilai
Prediktif
Negatif (NPN) atau
Nilai Ramal Negatif
merupakan
persentase
kepercayaan hasil
pemeriksaan
non
reaktif,
spesimen
yang
diperiksa
memang
tidak
mengandung
antibodi terhadap
HIV.
151
beberapa
hal
penting. Ternyata
tidak
semua
reagensia
untuk
pemeriksaan
Efisiensi Diagnostik (Kebenaran Diagnostik)antibodi terhadap
merupakan persentase tepat guna atau ukuran
keberhasilan suatu tes untuk mendeteksi
antibodi terhadap HIV.
PEMBAHASAN
Menurut Kementerian Kesehatan RI, reagensia
yang dipilih untuk pemeriksaan didasarkan
pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis
reagensia. Reagensia dengan sensitivitas
minimal 99%, spesifisitas minimal sebesar
98%,dan nilai ramal positif di atas 99%
direkomendasikan dipakai untuk pemeriksaan
anti-HIV, sedangkan penelitian ini didapatkan
nilai sensitivitas sebesar 88 %, nilai spesifisitas
sebesar 98% dan nilai ramal positif sebesar
98%. Sehingga hasil penelitian menunjukkan
bahwa reagensia IT tidak sesuai dengan
kriteria yang di rekomendasikan dan tidak
sesuai dengan hasil evaluasi yang tertera pada
package
insert
yang
mencantumkan
sensitivitas 100 % dan spesifisitas 100%.
Faktor faktor seperti kelembaban, kontak
langsung dengan sinar matahari, jenis antigen
yang dilekatkan dan kadar anti-HIV pada ELISA
merupakan faktor faktor yang yang ada
kaitannya dengan keterbatasan sensitivitas
rapid immunocromato graphy. Sebab rapid
test merupakan salah satu metode yang
sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan
dan mudah rusak. Sehingga salah satu
penyebab timbulnya false negative pada
metode immunochromato graphy karena pada
kadar absorbance rendah metode ELISA, maka
rapid immunochromato graphy tidak bisa
mendeteksi
dan
salah
satu
penyebab
timbulnya false positive bisa diantaranya
karena faktor perbedaan antigen yang
dilekatkan pada conjugate masing masing
dan hanya metode ELISA yang dapat
mendeteksi antigen dan antibodi, sedangkan
metode immuno chromatography hanya dapat
mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Dari
hasil
penelitian
ini
dapat
diperoleh
ISSN
2302 - 3635
88%
dan
nilai
Penatalaks
anaan IMS.
Jakarta
Saran
Dalam melakukan pemeriksaan hitung jumlah Departemen
sel darah menggunakan metode manual
Kesehatan
diharapkan memperhatikan mengenai alat-alat RI. 2004.
yang digunakan dan prosedur pemeriksaan Pedoman
agar
faktor-faktor
kesalahan
yang
Surveilans
mempengaruhi hasil pemeriksaan dapat
Sentinel
diminimalkan
HIV. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman
RI.
2005.
Pemeriksaan HIV. Jakarta
Buku
Panduan
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman
Prosedur
Operasiona
l
Baku
Diagnosis
Laboratoriu
m
Infeksi
HIV & Opor
tunistik.
Jakarta
Departemen
Kesehatan RI.
2006. Hasil
Evaluasi
Reagensia
HIV di
Indonesia.
Jakarta
152
HIV
ISSN
2302 - 3635
153