You are on page 1of 10

PROFIL GAMBARAN EEG PENDERITA SEFALGIA

DI RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG


PERIODE JANUARI DESEMBER 2007

OLEH :
ALFINDRA TAMIN

PEMBIMBING :
Dr. ARIS CATUR BINTORO, Sp.S.

BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI
SEMARANG
2008

EEG PROFILE OF CEPHALGIA PATIENTS AT DR. KARIADI HOSPITAL


SEMARANG FROM PERIOD JANUARY 2007- DECEMBER 2007
Alifindra Tamin*, Aris Catur Bintoro**

Resident of Neurology Departement Medical Faculty of Diponegoro University/


dr. Kariadi Hospital Semarang

**

Staff of Neurology Departement Medical Faculty of Diponegoro University/ dr.


Kariadi Hospital Semarang

Abstract
Backgrounds: History of patients, clinical evaluations are needed in establishing
diagnosis of cephalgia in addition to other confirmatory examinations.
Objectives: To acquire profile and gender characteristics of cephalgia patients at
dr. Kariadi hospital Semarang which consists of age, gender, presence or absence
epileptic form wave during EEG record and also type of EEG wave.
Materials and Methods: This study used descriptive analytical method. Subjects
involved in this study were 146 patients being examined at Neurophysiological
Unit of Dr. Kariadi Hospital Semarang. Patients included in this study were both
outpatients and those who were referred to neurological ward from period January
December 2007.
Results: There were 146 cephalgia patients, of those, 36.9% were male and 63.1%
were female. Majority of patients were between 21-30 year (28.1%) and the
lowest percentages of patients were > 61 year. EEG examinations revealed that
74% of cepahalgia cases showed absence of epileptic form waves ; 8.9%
demonstrated deceleration waves (involving generalized area, right posterior
parietooccipital lobe, right frontocentral lobe, and bilateral parasagital lobe); and
8.2% showed (involving bilateral frontocentral, bifrontal area with domination in
right lobe, right frontotemporal, biparietooccipital); and 8.9 % revealed epileptic
form

waves found in concert with deceleration waves ( involving bilateral

frontocentrotemporal lobe with domination of left and bitemporal lobe)


Conclusions: EEG can be used as confirmatory evaluations for cephalgia cases.
Keywords: Cephalgia, EEG.

PROFIL GAMBARAN EEG PENDERITA SEFALGIA DI RUMAH SAKIT Dr


KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007
Alfindra Tamin*, Aris Catur Bintoro**
Abstrak

Latar belakang : Di dalam menegakkan kasus diagnosis nyeri kepala, selain


anamnesis, pemeriksaan fisik, diperlukan juga pemeriksaan penunjang lainnya.
Tujuan : Untuk melihat profil penderita sefalgia di RS Dr Kariadi Semarang, meliputi :
umur, jenis kelamin, serta gelombang EEG yang timbul pada waktu dilakukan.
Bahan dan cara : Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan subyek
sebanyak 146 orang yang diperiksa unit Neurofisiologi RS Dr Kariadi Semarang,
berasal dari Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap selama periode Januari Desember
2007.
Hasil penelitian : Terdapat 146 orang penderita sefalgia yang terdiri dari laki-laki 37%
dan perempuan sebanyak 63%. Terbanyak pada golongan umur 21 30 tahun (28,1%)
dan terendah pada golongan umur > 61 tahun (4,8%).
Dari hasil pemeriksaan EEG didapatkan hasil normal sebanyak 74%, adanya
perlambatan 8,9% (meliputi area general, posterior, parietoocipital dextra, frontosentral
dextra, parasagital bilateral), gelombang epileptiform 8,2% (area frontosentral bilateral,
bifrontal dengan sisi dextra lebih dominan, frontotemporal dextra, biparietooccipital),
dan gelombang epileptiform bersamaan dengan perlambatan 8,9% (meliputi area
frontosentrotemporal bilateral degan area sinistra lebih dominan dan bitemporal).
Simpulan : Penderita Sefalgia tanpa riwayat klinik epilepsi pada EEG bisa
menimbulkan gelombang epileptiform.

Kata kunci : Sefalgia EEG.


*

Residen Ilmu Penyakit Saraf FK Undip/ RS Dr Kariadi Semarang.

** Staf Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip/ RS Dr Kariadi Semarang

I.

PENDAHULUAN
Nyeri kepala adalah suatu istilah sinonim yang paling tepat bagi istilah

kedokteran selafgia. Dimana timbulnya rasa nyeri atau rasa tidak mengenakan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke daerah belakang kepala [1). Dan
sampai saat ini masih menduduki komposisi jumlah pasien terbanyak yang berobat ke
dokter saraf.
Peter dkk, di New York mendapatkan bahwa nyeri kepala pada pria sebanyak
22%, sedang pada wanita 78% (dikutip dari buku-1 Nyeri Kepala tulisan Hasan Sjahrir)
dengan masing-masing etnik: Kaukasian (44%), Hispanik (31%), Afrikan-Amerika
(12%), Asian (6%), dan lain-lain (7%). Sedangkan Ho dkk, pada penelitian di
Singapore mendapatkan hasil penderita nyeri kepala pada pria 47%, wanita 53%
(dikutip dari buku 1 Nyeri Kepala tulisan Ibsan Sjahrir) dengan perbedaan suku : China
(79%), Melayu (14%) , India (6%) dan lain-lain (1%). Di USA terdapat lebih dari 23
juta penderita migren, dimana wanita 17,6% dan pria 6,0%[2]. Ditemukan juga angka
prevalensi migren pada anak sebesar 5% dan pada remaja 17% dimana sekitar 60%
migren pada anak adalah pria[3].
Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan keluhan neurologik dengan berbagai
macam penyebabnya baik yang bersifat intrakanial maupun ekstrakanial. Sebagian besar
minum obat analgesik yang dapat diperoleh di toko obat maupun warung. Sebagian
kecil kasus merupakan nyeri kepala dengan penyebab yang serius yang memerlukan
pemeriksaan dan tindakan yang cepat dan cermat. Untuk itu harus dikenali bangunan
peka nyeri di kepala yang apabila terangsang akan menimbulkan perasaan nyeri.
Bangunan ini dapat dibedakan menjadi bangunan peka nyeri intrakanial yang meliputi
pembuluh darah besar, durameter dasar tengkorak, nervi kraniales (V, IX dan X), serta
saraf spinal servikal bagian atas, dan bangunan peka nyeri ekstrakanial yang meliputi
mata dan orbita, telinga, sinus paranasales, hidung, mastoid, orofaring, gigi, kulit
kepala, kuduk dan vertebra servikal

[4,5,6,7]

. Inilah yang mendasar dari sakit kepala tipe

organik-organik yang harus dibedakan dari tipe psiko-organik.


Dalam menegakkan diagnosis nyeri kepala, seorang dokter diibaratkan bermainmain dengan 20 pertanyaan : Seberapa sering mengalami nyeri kepala? Dimana lokasi
nyerinya? Kapan pertama kali merasa nyeri kepala? Berapa lama nyeri kepala
berlangsung dari nyeri terakhir? Bagaimana kebiasaan tidur? Bagaimana suasana

kerja sehari-hari? Apakah memiliki riwayat trauma pada kepala? Apakah pernah
menjalani bedah kepala? Apakah memakai obat-obatan tertentu? Para ahli setuju
bahwa dengan tanya-jawab secara mendetail antara dokter dengan pasien dapat
menghasilkan cukup informasi untuk menegakkan diagnosis

[8]

. Banyak juga dokter

yang melakukan pemeriksaan medis secara langkap seperti pemeriksaan darah untuk
skrining penyakit tiroid, anemi, atau penyakit infeksi yang menyebabkan nyeri kepala,
pemeriksaan Compted Tomographic (CT) Scan untuk melihat kemungkinan adanya
tumor otak atau masa perdarahan (blood clot), pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan biokimia otak, dan
pemeriksaan Electro Encephalogram (EEG) untuk mengetahui aktivitas listrik otak.
Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan adanya malfungsi dalam otak, namun tidak dapat
menunjukkan dengan pasti penyebab timbulnya nyeri kepala.
The Quality standards Suhcommitte (QSS) dari American Academy of
Neurology (AAN), mencoba untukmengembangkan parameter praktis bagi para ahli
neurologi dalam penggunaan EEG didalam mengevaluasi pasien dengan nyeri kepala,
dan setelah melalui beberapa uji coba didapatkan hasil bahwa nyeri kepala adalah murni
sindrom klinis yang ditegakkan melalui historical criteria. Pemeriksaan EEG tidak
termasuk diagnostic criteria dari International Headache Society untuk migren atau
kelompok besar nyeri kepala lainnya

[9]

. Pemeriksaan EEG dianggap berguna dalam

evaluasi nyeri kepala bila terdapat lesi struktural yang sudah ditegakkan sebagai
penyebab nyeri kepala tersebut. Sebagai tambahan bahwa EEG memiliki abnormalitas
yang berbeda untuk setiap subtipe nyeri kepala, namun tidak membantu dalam
membedakan satu sama lainnya, sehingga disini peneliti gagal untuk menunjukkan
hubungan antara pemeriksaan EEG dengan penyebab nyeri kepala, atau dengan respons
terhadap pengobatan, dan juga terhadap prognosis.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti hanya ingin memperlihatkan Profil
EEG Penderita Sefalgia di Unit Neurofisiologi Bagian Ilmu Penyakit Saraf RS Dr.
Kariadi Semarang, periode Januari 2007-Desember 2007.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan subyek penelitian adalah
146 penderita yang diperiksa di Unit Neurofisiologi Bagian Ilmu Penyakit Saraf RS Dr.

Kariadi Semarang. Subyek penelitian berasal dari Unit Rawat Jalan atau Rawat Inap
periode Januari 2007 Desember 2007 yang direkam dengan metode standar
internasional 10-20 [10]. Data hasil EEG meliputi perekaman unilateral dan bilateral baik
tanpa perangsangan atau dengan perangsangan fotik dan hiperventilasi (HV). Data hasil
penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan grafik.

III. HASIL PENELITIAN


Jumlah total penderita sebanyak 146 orang dari Unit Rawat Jalan dan Rawat
Inap dengan perincian 54 penderita pria dan 92 penderita wanita. Pada tabel 1
diperlihatkan jumlah penderita berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 1 : Frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Valid PRIA
WANITA
Total

Frequency

Percent

54
92
146

37,0
63,0
100,0

Valid
Percent
37,0
63,0
100,0

Cumulative
Percent
37,0
100,0

Grafik 1. Proporsi Penderita Sefalgia berdasarkan jenis kelamin

37.0%

63.0%

Pria

Wanita

Tabel 2 : Frekuensi berdasarkan umur

Valid < 20
21-30
31-40
41-50
51-60
> 61
Total

Frequency

Percent

35
41
27
24
12
7
146

24,0
28,1
18,5
16,4
8,2
4,8
100,0

Valid
Percent
24,0
28,1
18,5
16,4
8,2
4,8
100,0

Cumulative
Percent
24,0
52,1
70,6
87,0
95,2
100,0

Grafik 2. Proporsi Penderita Sefalgia berdasarkan umur


4.8%

8.2%

24.0%

16.4%

28.1%

18.5%
< 20 tahun
41-50 tahun

21-30 tahun
51-60 tahun

31-40 tahun
> 61 tahun

Pada tabel 2, dari 146 penderita Sefalgia didapatkan frekuensi tertinggi 41 orang
(28,1%) pada kelompok umur 21-30 tahun. Dengan frekuensi terendah pada golongan
umur > 61 tahun yaitu 7 orang (4,8%).

Tabel 3 : Frekuensi berdasarkan keadaan pasien saat dilakukan perekaman


Frequency

Percent

70
12
64
146

48,0
8,2
43,8
100,0

Valid Bangun
Tidur
Bangun - tidur
Total

Valid
Percent
48,0
8,2
43,8
100,0

Cumulative
Percent
48,0
56,2
100,0

Grafik 3. Frekuensi berdasarkan keadaan pasien saat dilakukan perekaman

43.8%

48%

8.2%
Bangun

Tidur

Bangun - Tidur

Pada tabel 3, berdasarkan gelombang yang didapatkan dari hasil pembacaan EEG
didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada waktu pemeriksaan kondisi bangun
mendominasi selama berlangsungnya pemeriksaan EEG yaitu 70 orang (48%).

Tabel 4 : Frekuensi berdasarkan fotik

Valid no driving
Driving
Not done
Total

Frequency

Percent

53
81
12
146

36,3
55,5
8,2
100,0

Valid
Percent
36,3
55,5
8,2
100,0

Cumulative
Percent
36,3
91,8
100,0

Grafik 4. Proporsi Penderita Sefalgia berdasarkan fotik


8.2%
36.3%

55.5%

No driving

Driving

Not done

Pada tabel 4, dari 146 orang yang diperiksa ternyata dari pemeriksaan fotik didapatkan
hasil tidak driving sebanyak 53 orang (36,3%) dan yang muncul gelombang driving 81
orang (55,5 %).
Tabel 5 : Frekuensi berdasarkan hasil interpretasi EEG

Valid Normal
Gelombang
epileptikform
Perlambatan
Gelombang
epileptikform
perlambatan
Total

74,0
8,2

Valid
Percent
74,0
8,2

Cumulative
Percent
74,0
82,2

13

8,9

8,9

91,1

13

8,9

8,9

100,0

146

100,0

100,0

Frequency

Percent

108
12

Grafik 5. Proporsi Penderita Sefalgia berdasarkan hasil interpretasi EEG


8.9%
8.9%
8.2%

74.0%
Normal
Perlambatan gelombang

Gel.epileptikform
Gel.epileptikform - perlambatan

Pada tabel 5, dari 146 penderita Sefalgia yang diperiksa terdapat 12 orang (8,2%)
didapatkan gelombang epileptiform dengan lokasi bervariatif antara lain; frontocentral
bilateral, bifrontal, frontotemporal dextra, biparietoocipital. Sedangkan perlambatan
terdapat pada 13 orang (8,9%) pada lokasi parietoocipital dextra, posterior, general,
parasagital bilateral. Dan perlambatan disertai gelombang epileptiform yang tak berbeda
jauh 13 orang (8,9%) dengan lokasi frontocentrotemporal bilateral, bitemporal. Hanya
saja pada penelitian ini klinis sefalgia berdasarkan anamnesis memang tak didukung
dengan pemeriksaan penunjang seperti CT Scan, MRI ataupun penunjang lainnya.

IV. SIMPULAN
1. Jenis kelamin wanita menduduki frekuensi terbanyak
2. Frekuensi usia paling banyak pada usia produktif 21-30 tahun.
3. Didapatkan gelombang epileptiform pada penderita sefalgia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir, H., Nyeri Kepala Buku 1, Cetakan Pertama, Medan: USU Press, 2004: 1:15.
2. Malapira A, MD. Migraine Headache, 2004, November 16. Available from: URL :
HYPERLINK http://www.emedicine.com/NEURO/topic218.htm
3. Bechtel K, MD. Pediatrics, Headache, 2004 September 13. Available from: URL:
HYPERLINK http://www.emedicine.com/emerg/topic328.htm
4. Victor M, MD, Ropper A.H, MD. Pronciple og Neurology, 7th ed. New York,
McGraw-Hill comp, 2001, chap 10, pp 175-180.
5. Sidharta P, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999: IV:
30-40.
6. Harsono, Neuorologi Klinis, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University
press, 1999: VIII: 271-283.
7. Sidharta P, Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, Dian Rakyat. Jakrta, 1999: IV: 3240.
8. Quality Standards Subcommitte of The American Academy of Neurologys report.
Practice Parameter: The Electroencephalogram in The Evaluation of Headache,
1994.
9. Gronseth GS, Greenberg MK. TheUtility of The electroencephalogram in The
Evaluation of Patients Preeenting Eith Headache: a review of the literature,
Neurology, 1995: 45: 1263-1267.
10. Ebersole JS, MD Pedley TA, MD. Currebt Practice f Clinical
Electroencephalography. 3rd ed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
chap 23, pp 748-750.

10

You might also like