You are on page 1of 4

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN LAMA HARI

RAWAT PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT


(SKA) DI RUANG RAWAT JANTUNG RSUP
DR. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2014
Ns. Revi Neini Ikbal, S.Kep, CBWT 1, dr. Husni, Sp. PK2, and Anggia Restu Azami 3
1

STIKes Alifah, 25000 Padang


Email: Topgirl.vie@gmail.com
2
STIKes Alifah, 25000 Padang
Email:husnisppk@gmail.com
3
STIKes Alifah, Padang
Email: anggia.restuazami@gmail.com
Abstract Objectives: Heart disease is the leading cause of all

deaths, heart disease is one of the Acute Coronary Syndrome.


Patients with Coronary Syndrome when experiencing anxiety
that does not immediately resolved will extend a long
hospitalization. Based on the data that can be in the basement
of a hospital heart patient SKA reached 537 people with as
many as 380 people STEMI patients and patients with
NSTEMI 157 people where long day treatments 2-8 days. The
purpose of this research is to know the relation of anxiety
level with long day care in patients of Acute Coronary
Syndrome (SKA).
Method:The research design used was analytic with Cross
Sectional Study approach, where the independent variable is
the dependent variable and the level of anxiety that long day
care in patients of Acute Coronary Syndrome (SKA). The
number of Acute Coronary Syndrome patients will be the
respondent is 30 people taken with total sampling. Data
retrieval is performed from June 18 to July 9 year 2014, to
know the relationship the dependent and independent
variables used chi-square test with significance P value = 0,05.
Based on the results of the research there were (16.7%), the
level of anxiety with heavy-weight categories, while once
obtained (30%) long day care is not normal. Results of
statistical tests there is a meaningful relationship which
relationship anxiety level with long day care in patients of
Acute Coronary Syndrome (SKA) to the P value = 0,019.
Conclusion:The results of this research are advised to research
further to be able to examine other variables that are able to
shorten the long day care in patients of Acute Coronary
Syndrome (SKA) and other methods, such as the factors that
affect the long day care in patients of Acute Coronary
Syndrome (SKA).
Keywords Acute Coronary Syndrome (SKA), the level of

anxiety, Long Day Care


I. PENDAHULUAN
Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan spektrum
manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan
kegawatdaruratan dari koroner akibat mmketidakseimbangan
antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah

(Kumar, 2007). Richard Johnson dan Jennifer Simpson (2009)


dalam Wartawan (2011), menyebutkan bahwa lama hari rawat
dapat bertambah karena adanya infeksi nosokomial menjadi
13,3 hari, lebih lama 2 kali lipat dibandingkan daripada
normalnya. Selain karena kondisi medis, lama hari rawat juga
dapat disebabkan oleh kondisi non-medis, seperti kelambatan
administrasi (administration delay) di rumah sakit, kurang
baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien (patient scheduling) atau kebijakan di bidang medis
(medical policy). Lama hari rawat akan berdampak kepada
pasien, keluarga dan Rumah Sakit, dimana jika pasien dengan
lama hari rawat yang memanjang akan mengalami kecemasan,
stres dan putus asa terhadap penyakitnya. Djohan (2003)
dalam Sarinti (2007) juga mengatakan bahwa dampak
kecemasan yang tidak segera diatasi akhirnya akan dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh, memperlambat proses
penyembuhan, menimbulkan komplikasi dan memperpanjang
hari rawat inap pasien di Rumah Sakit. Rata-rata lama hari
rawat di semua negara Eropa menurun dari 8,3 hari pada
tahun 2000 menjadi 7,2 hari pada tahun 2008. Di indonesia,
rata-rata lama hari rawat dari tahun 2003 sampai 2009 belum
juga ideal karena tergolong pendek yaitu berkisar 4 sampai 5
hari. Di Sumatera Barat pada tahun 2009 jumlah pasien yang
dirawat sebanyak 24.471 orang dengan rata-rata lama hari
rawat 7,05 hari, tahun 2011 jumlah pasien yang dirawat
sebanyak 23.613 orang dengan rata-rata lama hari rawat 7,15
hari. Rata-rata lama hari perawatan Average Lenght of Stay
(ALOS) nasional secara umum cenderung fluktuatif. Ratarata nilai ALOS nasional pada tahun 2004 adalah 4,4 hari,
rata-rata ALOS nasional tahun 2005 adalah 5,1 hari, dan pada
tahun 2006 rata-rata ALOS nasional adalah 4 hari (Depkes RI,
2008). Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti dari
bagian rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang periode
Januari 2012-desember 2013 diketahui bahwa jumlah pasien
Sindroma Koroner Akut (SKA) yang dirawat inap di RSUP
Dr. M. Djamil Padang mencapai 402 orang dengan lama
rawatan berkisar 1-29 hari. Dimana dengan lama hari rawat
yang normal yaitu <9 hari sebanyak 288 orang (71,64%) dan
lama hari rawat yang normal yaitu >9 hari sebanyak 114 orang
(28,36%). Sedangkan data dari bagian ruang rawat inap
jantung periode Januari-desember 2013 diketahui bahwa

pasien SKA mencapai 537 orang dengan pasien STEMI


sebanyak 380 orang (70,77%) dan pasien NSTEMI 157 orang
(29,23%), dimana lama hari rawatan 2-8 hari. Serta data dari
Ruangan CVCU periode Januari-desember 2013 mencapai
464 orang dengan pasien STEMI sebanyak 232 orang (50%)
dan pasien NSTEMI 232 orang (50%) dengan lama hari
rawatan 1-10 hari.
II. METODA PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan
desain cross sectional yaitu melihat hubungan tingkat
kecemasan dengan lama hari rawat pada pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penelitian telah dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada bulan Januari sampai Juli 2014, pengambilan data
dilakukan sejak tanggal 18 Juni sampai 9 Juli 2014. Populasi
adalah keseluruhan pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di
Ruang Rawat Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak
30 orang. Sampel merupakan bagian dari populasi
(Notoatmojo, 2005). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.Teknik
pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder,
sedangkan jenis pengumpulan data adalah editing, coding,
entry, cleaning. Analisa data meliputi analisa univariat,
bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian dan analisa bivariat.
Analisis ini untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu
variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat
adanya hubungan kedua variabel ini digunakan uji statistik
dengan uji chi-square, dengan derajat kemaknaan 95%
(=0,05). Ada hubungan bermakna apabila P 0,05 dan tidak
bermakna P> 0,05 (Budiarto, 2002).
III. HASIL
Karakteristik responden Karakteristik responden yang
dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin,
umur, pendidikan, dan pekerjaan. Respondennya adalah
semua pasien dengan Sindroma Koroner Akut (SKA) yaitu
sebanyak 30 orang, dari hasil penelitian dapat dilihat yang
menjadi responden yaitu 5 orang (16,7%) perempuan dan 25
orang (83,3%) laki-laki, umur 36-37 (6,7%), umur 41-49
(13,3%), umur 51-58 ( (30%), umur 61-67 (43,3) dan 70-71
(6,7%), pendidikan SD (23,3%), SMP (33,3%), SMA (30%),
dan Perguruan Tinggi (13,3%), pekerjaan yaitu tidak bekerja
(16,7%), petani (13,3%), swasta (40%), PNS (23,3%) dan RT
(6,7%).
Analisa univariat tingkat kecemasan, berdasarkan tabel 1,
terdapat (16,7%) pasien Sindroma Koroner Akut (SKA)
mengalami tingkat kecemasan yang berat sampai berat sekali.
Berdasarkan tabel 2 terdapat (30%), pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) mengalami lama hari rawat yang tidak
normal.
Analisa bivariat tingkat kecemasan dengan lama hari
rawat berdasarkan tabel 3 dari 30 responden terdapat (13,3%)
mengalami tingkat kecemasan berat sampai berat sekali,
angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat
kecemasan ringan sampai sedang sebanyak (16,7%) dengan

lama hari rawat tidak normal. Hasil uji statistik yang telah
dilakukan didapatkan nilai p= 0,019 (p<0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna
Tingkat
Kecemasan dengan Lama Hari Rawat pada Pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) di Ruang Rawat Jantung RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014.
IV. PEMBAHASAN
Hasil penelitian terdapat sebanyak (16,7%) pasien yang
mengalami tingkat kecemasan berat sampai berat sekali, hasil
penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sarinti (2007) di RSU Tunerjo Semarang,
dimana didapatkan data kecemasan sedang (14,3%).
Kecemasan ini diukur dengan Hamilton Rate Scale for
Anxiety (HRSA). Kompleks permasalahannya dapat
disebabkan oleh faktor usia pasien dengan tingkat kecemasan
dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa
dan lebih banyak pada wanita, Sebagian besar kecemasan
terjadi pada umur 21-45 tahun, dan juga disebabkan oleh
tingkat pendidikan dimana pendidikan bagi setiap orang
memiliki arti masing-masing, pendidikan pada umumnya
berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan
pola pengambilan keputusan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Peneliti mendapatkan bahwa pasien yang mengalami tingkat
kecemasan berat sampai berat sekali sebanyak (16,7%), pasien
yang mengalami tingkat kecemasan berat maka akan susah
untuk istirahat dan tidur, karena pasien akan berfikiran tentang
penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan kecemasan pasien
meningkat dan bahkan pasien bisa dalam tahap panik. Untuk
mengatasi tingkat kecemasan berat sampai berat sekali yang
dialami pasien, sebaiknya pasien mampu dalam pengendalian
diri untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakannya serta
motivasi dari keluarga ataupun orang terdekat pasien. Menurut
peneliti, pada kuesioner menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan ringan sampai sedang sebanyak (83,3%) yang
dialami pasien dikarenakan: perasaan cemas, ketegangan, dan
ketakutan. Perasaan cemas yang dirasakan pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) akan mempengaruhi tingkat kecemasan
yang dialami, semakin cemas pasien dengan kondisi atau
keadaan penyakit yang dialaminya maka akan semakin tinggi
tingkat kecemasannya, pasien dengan SKA juga akan
merasakan ketegangan yang berakibatkan kurangnya istirahat
serta merasakan gelisah, serta ketakutan tidak ada dirasakan
oleh pasien seperti takut gelap, takut pada orang banyak dan
takut ditinggal sendiri. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien
yang mengalami tingkat kecemasan ringan sampai sedang
lebih baiknya cepat diatasi agar tidak berlanjut untuk tingkat
kecemasan berat sampai berat sekali. Pasien yang mengalami
tingkat kecemasan akan mengalami gangguan respon
psikologis, kecemasan dapat membuat individu menarik diri
dan menurunkan katerlibatan dengan orang lain. Jadi perlu
diberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang
dialaminya pada pasien dengan Sindroma Koroner Akut
(SKA) agar pasien mengetahui tentang gejala-gejala penyakit
yang di alaminya, sehingga mampu untuk mengatasi
kecemasan atau perasaan cemas yang dirasakannya.

Hasil penelitian terdapat (30%) yang mengalami lama hari


rawat tidak normal pada pasien Sindroma Koroner Akut
(SKA). Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Sarinti (2007) di RSU Tunerjo Semarang,
dimana lama rawat pasien lebih dari 5 hari (38,1%) yang
menggunakan metode berdasarkan nilai rata-rata (mean).
Hasil penelitian ini juga tidak sama dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Rosi Oktarina, 2011 di RSUP Dr. M.
Djamil Padang, bahwa ditemukan pasien SKA dirawat inap
selama 7 hari lebih (52%), rata-rata lama hari rawat pasien
SKA yang menjadi penelitian ini adalah selama 7,43 3,688
hari. Lama hari rawat yang memanjang dapat disebabkan oleh
kondisi medis pasien atau adanya infeksi nosokomial yang
memperpanjang lama hari rawatnya bisa mencapai 5-20 hari
(Depkes, 2005). Richard Johnson dan Jennifer Simpson
(2009) menyebutkan bahwa lama hari rawat dapat bertambah
karena adanya infeksi nosokomial menjadi 13,3 hari, lebih
lama 2 kali lipat dibandingkan daripada normalnya. Selain
karena kondisi medis, lama hari rawat juga dapat disebabkan
oleh kondisi non-medis, seperti kelambatan administrasi
(administration delay) di rumah sakit, kurang baiknya
perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
(patient scheduling). Lama hari rawat juga di sebabkan oleh
faktor eksternal yaitu, jenis penyakit dan tingkat keparahan
tertentu dan tingkat keparahan memerlukan modifikasi yang
tepat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
tercapai pelayanan yang optimal. Mekanisme koping
merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi baik
fisiologis maupun psikologis terhadap perubahan yang dialami
dan anxiety (kecemasan) yaitu, respon perilaku yang
menunjukan kecemasan bervariasi dari perilaku tenang hingga
panik. Pengendalian terhadap kecemasan ini membutuhkan
energi yang cukup tinggi, sehingga akan mengganggu
keseimbangan fisiologik & emosional individu. Hal ini akan
menghambat pola istirahat dan proses penyembuhan penyakit
(Huddak & Gallo, 1997). Menurut analisa peneliti dari hasil
observasi di ruangan rawat jantung di dapat lama hari rawat
sebanyak (30%) yang mengalami lama hari rawat tidak
normal pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). Dilihat
dari lama hari rawat pasien dapat disebabkan oleh salah satu
faktor yaitu tingkat kecemasan yang dialami, karena
kecemasan yang tidak bisa dikendalikan akan mengganggu
keseimbangan fisiologik dan emosional individu, ini akan
menghambat
pola
istirahat,
memperlambat
proses
penyembuhan dan memperpanjang lama hari rawatan. Selama
pasien dirawat dirumah sakit hendaknya mendapatkan
motivasi ataupun dukungan dari keluarga serta perencanaan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa ada
hubungan tingkat kecemasan dengan lama hari rawat pada
Pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di Ruang Rawat
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Rosi Oktarina, 2011 bahwa hasil analisa uji statistik
menggunakan uji korelasi Spearman pada penelitian ini
mendapatkan nilai koefisien korelasi Spearman (r)
sebesar+0,492, yang menunjukkan korelasi positif dengan

derajat hubungan yang sedang dengan tarif signifikansi (p)


0,000 (p<0,05). Dari hasil analisa uji statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan
antara kadar glukosa darah saat masuk rumah sakit dengan
lama hari rawat pasien SKA. Penelitian ini sejalan dengan
salah satu penelitian yang mengemukakan bahwa status
diabetes melitus pasien SKA merupakan faktor yang
signifikan mempengaruhi lama hari rawat pasien (p< 0,01).
Tingkat kecemasan berhubungan secara signifikan dengan
lama rawat. Semakin cemas pasien, semakin panjang hari
rawat yang diperlukan, bahwa kondisi cemas mengakibatkan
pasien tidak kooperatif dengan tindakan keperawatan yang
direncanakan, bahkan dapat mengakibatkan kondisi penyakit
yang lebih buruk. Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan
bahwa bila kondisi cemas berlangsung terus-menerus dan
tidak terkendali dapat memperburuk keadaan dan mendorong
respon defensif sehingga menghambat mekanisme kooping
yang adaptif. Respon fisiologis dari kecemasan akan
meningkatkan frekuensi nadi, tekanan darah, pernafasan, dan
aritmia (Huddak & Gallo,1997). Sebaliknya dengan
kecemasan yang terkendali, pasien dapat mengembangkan
konsep diri dengan baik, sehingga pasien kooperatif dengan
tindakan keperawatan (Brunner dan Suddarth, 2002). Selain
itu perilaku koping pasien yang adaptif akan dapat langsung
mengurangi kecemasan, stres penyakit dan memudahkan
tubuh mencapai keseimbangan homeostasis (Huddak & Gallo,
1997). Sehingga dampaknya akan membantu memperpendek
waktu perawatan. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti,
pasien SKA yang mengalami tingkat kecemasan ringan
sampai sedang sebanyak (16,7%) dengan usia 41-56 tahun, ini
menunjukan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang
akan menentukan tingkat kecemasan yang dirasakan terhadap
penyakit yang di alaminya sedangkan tingkat pendidikan
SMP, SMA dan PT, juga menentukan tingkat kecemasan pada
pasien karena di sebabkan seberapa besar pengetahuan pasien
dan penyakit penyerta lain dan semuanya akan mempengaruhi
proses penyembuhan serta memperpanjang lama hari rawat.
Menurut analisa peneliti, bahwa tingkat kecemasan sangat
mempengaruhi lama hari rawat pasien, ini bisa disebabkan
dari pengalaman pasien dalam menjalani pengobatan,
pengalaman yang dialami pasien akan menimbulkan
kecemasan dalam diri dan berpikiran tentang penyakit yang
dialaminya, sehingga akan memperlambat
proses
penyembuhan terhadap pasien.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 30
responden pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di Ruang
Rawat Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang mengenai
hubungan tingkat kecemasan dengan lama hari rawat pada
pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di ruang rawat jantung
RSUP Dr. M. Djamli Padang tahun 2014 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : (1) Terdapat (16,7%) pasien
Sindroma Koroner Akut (SKA) mengalami tingkat kecemasan
berat sampai berat sekali di ruang rawat jantung RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014, (2) Terdapat (30%), pasien
Sindroma Koroner Akut (SKA) mengalami lama hari rawat

yang tidak normal di ruang rawat inap RSUP Dr. M. Djamil


Padang Tahun 2014, (3) Ada hubungan bermakna tingkat
kecemasan dengan lama hari rawat pada pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) di ruang rawat jantung RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014. Setelah dilakukan penelitian
tentang hubungan tingkat kecemasan dengan lama hari rawat
pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di ruang rawat
jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014 dan melihat
hasil penelitian yang didapat maka pada kesempatan ini
peneliti mengajukan beberapa saran : (1) Bagi Peneliti
selanjutnya untuk bisa meneliti variabel lain yang mampu
memperpendek lama hari rawat pada pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA) dengan metode lain, seperti faktor-faktor
yang mempengaruhi lama hari rawat pada pasien Sindroma
Koroner Akut (SKA). (2) Bagi Institusi Pendidikan untuk
institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai literatur diperpustakaan sehingga akan menimbulkan
niat pembaca untuk meningkatkan penelitian ini dengan
variabel yang lebih banyak. (3) Bagi Institusi Pelayanan
Kesehatan sebagai bahan masukkan serta penambah bagi
institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi,
dan support serta dampingan terhadap pasien Sindroma
Koroner Akut dalam pengaplikasian Asuhan Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alwinol. (2006). Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV. Jakarta: FKUI
[2] Djamil, M. DR. RSUP. 2012. Data Rekam Medik. Padang
[3] Hawari, D. (2008). Manajemen stres,Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
[4] Ismail,. Dasnan. (2003). Anticoagulant Treatment for Coronary Heart
Disease. Acta Medica Indonesia
[5] Ihdaniyati, I, A., Arifah, S. (2009). Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Mekanisme Koping Pasien Gagal Jantung Kongestif. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN
[6] Kaplan, J,B., & Sadock, T,C. (1997). Sinopsis Psikiatrik, Ilmu
Pengetahuan Perilaku Klinis. Edisi ke Tujuh. Jakarta : Binarupa Aksara
[7] Krisnayanti, K,D. 2007.Depresi dan Cemas Pada Pasien Dengan
Sindroma Koroner Akut (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
[8] Kumar, V., Contran, R,S. Robbins, S,I., (2007). Robbins Basic
Phatology. New York : Elsevier Saunders
[9] Lutfa, U., Maliya, A. 2008.Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan Pasien Dalam Tindakan Kemoterapi (Skripsi). Surakarta
[10] Moe, K,T., and Wong, T. (2010). Current Trends In Diagnostic
Biomakers of Acute Coronary Sindrome. Singapore
[11] Oktarina, R., Karani, Y., Edward, Z. 2011.Hubungan Kadar Glukosa
Darah Saat Masuk Rumah Sakit Dengan Lama Hari Rawat Pasien
Sindroma Koroner Akut (SKA) (Skripsi). Fakultas Kedokteran Unand
Padang
[12] Safaria, T,. Saputra N, E. (2012). Manajemen Emosi. Bumi Aksara
[13] Santoso, M., setiawa, T. (2005). Penyakit Jantung Koroner. Cermin
Dunia Kedokteran
[14] Sjaharuddin., Idrus, A. (2007). Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST.
Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. FKUI
[15] Stuart & Sudden. (1998). Prinsip dan Praktik Psikiatrik (Terjemahan).
EGC : Jakarta
[16] Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
[17] Sugiyono,Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
[18] Tedja, R,V. 2011. Hubungan Antara Faktor Individu, Sosio Demografi,
dan Administrasi dengan Lama Hari Rawat (Skripsi). Universitas
Indonesia

[19] Trisnoldi, Hanafi, B. (2006). Angina Pektoris Tak Stabil. Dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi 1. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. FKUI
[20] Wartawan, I. 2011. Analisis lama Hari Rawat Pasien yang Menjalani
Pembedahan Di Ruang rawat Inap Bedah (Tesis). Universitas Indonesia

You might also like