You are on page 1of 11

NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN FAKTOR RISIKO IBU YANG MELAHIRKAN ASFIKSIA


NEONATORUM DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN II
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011-2014

Naskah Publikasi ini disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Diajukan Oleh:
FENI CAHYA EKA NOVIANDARI
NIM : P07124112011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Naskah publikasi berjudul Gambaran Faktor Risiko Ibu yang Melahirkan


Asfiksia Neonatorum Di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul Tahun 20112014 ini telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal:

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Pendamping,

Sari Hastuti, S.SiT, MPH

Tri Maryani, SST, M.Kes

NIP. 197509162002122003

NIP. 198103292005012001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Asmar Yetti Zein, S.Pd, SKM, SST, M.Sc


NIP. 195802201986032001

DESCRIPTION OF RISK FACTORS OF MOTHERS WHO GIVE BIRTH


WITH NEONATAL ASPHYXIA AT THE HEALTH BANGUNTAPAN II
DISTRICT BANTUL 2011-2014
Feni Cahya Eka Noviandari 1, Sari Hastuti 2, Tri Maryani 3
) cahya_feni@yahoo.com, Jurusan Kebidanan Poltekkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi
No. 3 Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

1,2,3

ABSTRACT
The incidence of neonatal asphyxia in district Bantul ranks first as a cause of neonatal deaths in the
province, namely 87 54% of neonatal deaths are caused by neonatal asphyxia and increased from
2011-2014. This study aims to describe risk factors in newborns with neonatal asphyxia seen on
maternal factors in Puskesmas Banguntapan II Bantul District in 2011-2014 This study is a descriptive
study. The subjects were women who give birth to babies with neonatal asphyxia in Puskesmas
Banguntapan II Bantul period 2011-2014. The number of mothers who give birth to babies with
neonatal asphyxia in Puskesmas Banguntapan II in 2011-2014 as many as 46 people; 100% do not
have a history of eclampsia or preeclampsia; 100% did not experience antepartum haemorrhage; 69%
long history of normal delivery; 91% do not have a fever; 100% with a history of pregnancy term. All of
the study subjects did not develop preeclampsia or eclampsia. Throughout the research subjects did
not experience abnormal bleeding. Most of the research subjects have a long history of normal
deliveries. Most of the research subjects had no history of fever during labor. The whole subject of the
study had a history of gestational age at term.
Keywords

: risk factors, maternal, neonatal asphyxia.

GAMBARAN FAKTOR RISIKO IBU YANG MELAHIRKAN ASFIKSIA


NEONATORUM DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN II KABUPATEN
BANTULTAHUN 2011-2014
Feni Cahya Eka Noviandari 1, Sari Hastuti 2, Tri Maryani 3
) cahya_feni@yahoo.com, Jurusan Kebidanan Poltekkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi
No. 3 Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

1,2,3

INTISARI
Kejadian asfiksia neonatorum di Kabupaten Bantul menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian neonatal di DIY yaitu 87 kematian neonatal 54% diantaranya disebabkan oleh asfiksia
neonatorum dan mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor risiko pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum dilihat dari faktor
ibu di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul tahun 2011-2014 Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum
di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul periode tahun 2011-2014. Jumlah ibu yang
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum di Puskesmas Banguntapan II tahun 2011-2014
sebanyak 46 orang; 100% tidak memiliki riwayat eklamsia atau preeklamsia; 100% tidak mengalami
perdarahan antepartum; 69% riwayat lama persalinan normal; 91% tidak mengalami demam; 100%
dengan riwayat kehamilan aterm. Seluruh subjek penelitian tidak mengalami preeklamsia maupun
eklamsia. Seluruh subjek penelitian tidak mengalami perdarahan abnormal. Sebagian besar subjek
penelitian memiliki riwayat lama persalinan normal. Sebagian besar subjek penelitian tidak memiliki
riwayat demam selama persalinan. Seluruh subjek penelitian memiliki riwayat usia kehamilan aterm.
Kata Kunci: Faktor risiko, ibu, asfiksia neonatorum.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus kematian bayi pada tahun 2013 sebesar 4,6 juta kematian (74%
dari semua kematian balita) yang terjadi dalam tahun pertama kehidupan.
Angka Kematian Bayi (AKB) secara global telah menurun dari tingkat estimasi
63 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 34 jiwa per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Kematian bayi tahunan telah menurun
dari 8,9 juta pada tahun 1990 menjadi 4,6 juta pada 2013 (1)
Angka kematian bayi dan anak hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012 mempunyai pola yang sama
yaitu, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode
neonates. (2)
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada
masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal
terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah asfiksia, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi (Primadi,
2014). Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (3)
SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB di DIY mempunyai angka
yang relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (target
MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015). Apabila melihat
angka hasil survei tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal yang
serius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDGs dapat dicapai.
Menurut laporan kematian anak dan penyebabnya oleh Dinas Kesehatan
Provinsi DIY tahun 2014, asfiksia neonatorum menjadi penyebab utama
kematian neonatus pada tahun 2013 sebesar 35,29%. (4)
Kejadian asfiksia neonatorum di Kabupaten Bantul menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian neonatal, dibandingkan dengan empat
kabupaten lain di DIY yaitu 87 kematian neonatal 54% diantaranya disebabkan
oleh asfiksia neonatorum. AKB tahun 2012 sebanyak 8,6 kematian per 1.000
kelahiran hidup sejumlah 116 kasus. AKB pada tahun 2013 sebanyak 9,38
kematian per 1.000 kelahiran hidup sejumlah 126 kasus, mengalami
peningkatan dibanding tahun 2012. Kasus kematian bayi di Kabupaten Bantul
terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan
dengan kasus kematian bayi terbanyak yaitu di wilayah Kecamatan
Banguntapan dan Kecamatan Kasihan dengan jumlah kasus sebanyak 17 pada
tahun 2013. (5)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor risiko pada ibu yang melahirkan asfiksia
neonatorum di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul tahun 20112014.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui faktor riwayat preeklamsia atau eklamsia yang dialami ibu
yang melahirkan bayi asfiksia di Puskesmas Banguntapan II Tahun
2011-2014.
b. Diketahui faktor plasenta previa atau solusio plasenta yang dialami ibu
yang melahirkan bayi asfiksia di Puskesmas Banguntapan II Tahun
2011-2014.
c. Diketahui faktor partus lama dan atau partus macet yang dialami ibu
yang melahirkan bayi asfiksia di Puskesmas Banguntapan II Tahun
2011-2014.
d. Diketahui faktor demam ketika persalinan yang dialami oleh ibu yang
melahirkan bayi asfiksia di Puskesmas Banguntapan II Tahun 20112014.
e. Diketahui faktor usia kehamilan ibu yang melahirkan bayi asfiksia di
Puskesmas Banguntapan II Tahun 2011-2014.
C. Manfaat
1. Teoritis
Bagi peneliti selanjutnya untuk acuan lebih lanjut dalam penelitian yang
berhubungan dengan faktor risiko pada bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum.
2. Praktis
f. Bagi bidan pelaksana di Puskesmas mendapatkan gambaran deskripsi
kejadian asfiksia pada bayi tahun 2011-2014.
g. Bagi Peneliti, mendapatkan pengalaman dalam penelitian serta
gambaran nyata tentang deskrispsi kejadian asfiksia pada bayi di
Puskesmas Banguntapan II.
METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross-sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia
neonatorum di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul periode tahun
2011-2014 berjumlah 46 responden. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Banguntapan II Kabupaten Bantul pada tanggal 11 April dan 25 April tahun
2015. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor risiko bayi dengan asfiksia
neonatorum dilihat dari faktor ibu (riwayat preeklamsia, eklamsia, plasenta
previa, solusio plasenta, partus lama, partus macet, demam selama persalinan,
usia kehamilan). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Formulir
pengumpulan data yang berisi kolom riwayat preeklamsia atau eklamsia,
plasenta previa atau solusio plasenta, partus lama atau partus macet, demam
selama persalinan persalinan, usia kehamilan (preterm, aterm, posterm) dan
master tabel berisi data secara keseluruhan yang akan diolah dalam penelitian

dalam bentuk yang lebih mudah dalam pembacaan. Ujian proposal penelitian
dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015. Ujian Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan
pada 5 Agustus 2015. Dalam penelitian ini, seluruh data diambil dari data rekam
medik pasien (data sekunder). Metode pengolahan data memiliki tiga tahapan,
yaitu penyuntingan, entri data, dan tabulasi. Etika penelitian yang digunakan
ada tiga, yaitu menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan
dan inklusivitas/ keterbukaan, memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan.
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Ibu yang Melahirkan Asfiksia
Neonatorum di Puskesmas Banguntapan II Bantul Tahun 20112014
Riwayat preeklamsia/eklamsia
Tidak preeklamsia/eklamsia
Preeklamsia/eklamsia
Jumlah
Riwayat perdarahan abnormal
Tidak perdarahan
Plasenta Previa/Solusio Plasenta
Jumlah
Riwayat partus Lama / Macet
Normal
Partus Lama/Partus macet
Jumlah
Riwayat demam Ibu
Tidak demam
demam
Jumlah
Riwayat usia Kehamilan
Aterm
Preterm/Posterm
Jumlah

Frekuensi (f)

Presentase (%)

46
0
46

100
0
100

46
0
46

100
0
100

32
14
46

69
31
100

42
4
46

91
9
100

46
0
46

100
0
100

Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa riwayat preeklamsia atau


eklamsia seluruh subjek (100%)
tidak mengalami preeklamsia maupun
eklamsia. Riwayat perdarahan
abnormal seluruh subjek (100%)
tidak
mengalami perdarahan abnormal. Riwayat partus lama atau macet sebagian
besar subjek (69%) mengalami partus yang normal. Riwayat demam sebagian
besar subjek (91%) tidak demam. Riwayat usia kehamilan seluruh subjek
(100%) aterm.

PEMBAHASAN
1. Faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia neonatorum berdasarkan riwayat
preeklamsia dan eklamsia
Seluruh subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum tidak memiliki
riwayat preeklamsia maupun eklamsia. Riwayat preeklamsia dan eklamsia
bukan menjadi faktor penyebab kelahiran asfiksia neonatorum dikarenakan
ada faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kelahiran asfiksia neonatorum
seperti faktor tali pusat dan faktor dari bayi. Faktor tali pusat meliputi lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, dan prolapsus tali pusat. Faktor
bayi meliputi Persalinan dengan tindakan khusus, bayi kembar (gemeli),
kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan).
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tentang faktor risiko bayi
lahir dengan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
bahwa preeklamsia ibu dapat meningkatkan risiko asfiksia 2,3 kali dengan p
value 0,000, dan OR 2,372 (1,688-3,333). Pada ibu preeklampsia terjadi
invasi topoblastik abnormal baik ibu yang arteri desidua, hal ini diyakini
menyebabkan penurunan perfusi plasenta dan iskemia plasenta relatif. (6)
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori bahwa penyakit hipertensi
yang diderita akan mempengaruhi janin karena meningkatnya hambatan
pembuluh darah perifer mengakibatkan sirkulasi utero-plasenta kurang baik,
keadaan ini menimbulkan gangguan lebih berat terhadap insufiensi plasenta
dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin, gangguan pernafasan.
Vasokonstriksi pembuluh darah mengakibatkan kurangnya suplai darah ke
plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat lanjut dari hipoksia janin
adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida
sehingga terjadi asfiksia neonatorum. Bila mengalami hipoksia akibat suplai
oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak
intrauterine, maka saat persalinan maupun pasca persalinan beresiko
asfiksia. (7)
2. Faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia neonatorum berdasarkan riwayat
perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Seluruh subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum tidak memiliki
riwayat perdarahan abnormal. Riwayat perdarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta) bukan menjadi faktor penyebab kelahiran asfiksia
neonatorum dikarenakan ada faktor risiko lain yang dapat menyebabkan
kelahiran asfiksia neonatorum seperti faktor tali pusat dan faktor dari bayi.
Faktor tali pusat meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat,
dan prolapsus tali pusat. Faktor bayi meliputi Persalinan dengan tindakan
khusus, bayi kembar (gemeli), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan).
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tentang faktor risiko bayi
lahir dengan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
bahwa perdarahan ibu selama masa antepartum meningkatkan risiko asfiksia
neonatorum 2,6 kali dengan p value 0,009 dan OR 2,607 (1,242-5,473).(6)

Dalam perdarahan antepartum, ada penurunan aliran darah dari ibu ke


plasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia pada janin. Kondisi ini dapat
menyebabkan asfiksia perinatal jika transfusi dari ibu tertunda. Penelitian ini
tidak sesuai dengan teori bahwa kegagalan pertukaran gas menembus
plasenta sehingga dapat menyebabkan suplai oksigen ke janin terganggu.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum.(8) Demikian juga
dengan teori bahwa perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta
previa dan solutio plasenta, yang dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah secara otomatis menyebabkan penurunan tekanan O2 dan terjadi
perubahan metabolisme sehingga pembakaran glukosa tidak sempurna dan
meninggalkan hasil asam laktat dan asam piruvat. Timbunan asam laktat dan
asam piruvat ini tidak dapat dikeluarkan melalui plasenta menyebabkan
turunnya pH darah janin sampai 7,20 - 7,15. Perdarahan yang menggangu
sirkulasi retroplasenta yang menimbulkan asfiksia neonatorum.(9)
3. Faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia neonatorum berdasarkan lama
persalinan (partus lama atau macet)
Sebagian besar subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum memiliki
riwayat lama persalinan normal sebanyak 69%, 22% persalinan dengan
riwayat partus lama, dan 9% dengan riwayat partus macet yang kemudian
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum. Riwayat lama persalinan
(partus lama atau macet) bukan menjadi faktor penyebab kelahiran asfiksia
neonatorum dikarenakan ada faktor risiko lain yang dapat menyebabkan
kelahiran asfiksia neonatorum seperti faktor tali pusat dan faktor dari bayi.
Faktor tali pusat meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat,
dan prolapsus tali pusat. Faktor bayi meliputi Persalinan dengan tindakan
khusus, bayi kembar (gemeli), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tentang faktor risiko
bayi lahir dengan asfiksia di Rumah Sakit Karachi bahwa partus lama yang
dialami ibu selama persalinan berhubungan dengan kejadian asfiksia
neonatorum dengan OR 16.16 CI 95% 3.74-69.75, p value <0.01(10).
Demikian juga dengan teori yang dikemukakan oleh Woodward (2012),
partus lama maupun partus macet dapat menimbulkan asfiksia neonatorum
yang disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala, menekan pusat-pusat
vital pada medulla oblongata, aspirasi air ketuban, mekonium, cairan
lambung, dan perdarahan atau oedema jaringan pusat pada saraf pusat.
4. Faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia neonatorum berdasarkan riwayat
demam pada ibu selama persalinan
Sebagian besar subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum tidak
memiliki riwayat demam selama persalinan yaitu sebanyak 91%. Ditemukan
riwayat demam selama persalinan sebanyak 9% yang kemudian melahirkan
bayi dengan asfiksia neonatorum. Riwayat demam pada ibu selama
persalinan bukan menjadi faktor penyebab kelahiran asfiksia neonatorum
dikarenakan ada faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kelahiran asfiksia
neonatorum seperti faktor tali pusat dan faktor dari bayi. Faktor tali pusat
meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, dan prolapsus

tali pusat. Faktor bayi meliputi Persalinan dengan tindakan khusus, bayi
kembar (gemeli), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tentang faktor risiko
bayi lahir dengan asfiksia di Rumah Sakit Karachi bahwa demam yang
dialami ibu selama persalinan berhubungan dengan kejadian asfiksia
neonatorum dengan OR 10.01 CI 95% 3.78-26.52(10). Demikian juga dengan
teori bahwa demam selama persalinan dapat terjadi akibat adanya infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) pada ibu hamil menyebabkan sepsis
neonatus. Selain itu tingginya demam selama persalinan berhubungan
dengan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus yang menyebabkan ketuban
pecah dini, sehingga dapat menyebabkan gawat janin dan meningkatkan
kejadian kesakitan dan kematian bayi baru lahir(11).
5. Faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia neonatorum berdasarkan riwayat
usia kehamilan
Seluruh subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum memiliki riwayat
usia kehamilan aterm. Riwayat usia kehamilan bukan menjadi faktor
penyebab kelahiran asfiksia neonatorum dikarenakan ada faktor risiko lain
yang dapat menyebabkan kelahiran asfiksia neonatorum seperti faktor tali
pusat dan faktor dari bayi. Faktor tali pusat meliputi lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat, dan prolapsus tali pusat. Faktor bayi meliputi
Persalinan dengan tindakan khusus, bayi kembar (gemeli), kelainan bawaan
(kongenital), air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tentang faktor risiko bayi
lahir dengan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya
bahwa prematuritas dan postmaturitas masing-masing meningkatkan risiko
sebesar 4 dan 3,8 kali lebih besar menjadi asfiksia neonatorum(6). Demikian
juga dengan penelitian tentang faktor risiko bayi lahir dengan asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Phramongkutklao Thailand bahwa kelahiran
prematur mempengaruhi terjadinya kelahiran dengan asfiksia neonatorum
dengan OR 2.08, 95% CI 1,24-3,51.
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori bahwa bayi preterm memiliki
organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik untuk bertahan
hidup diluar rahim. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada
pernapasan dan defisiensi surfaktan paru dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia neonatorum(11). Demikian juga dengan teori yang dikemukakan
bahwa pada kehamilan posterm dapat menyebabkan asfiksia neonatorum
akibat insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta(8).
KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang faktor risiko ibu yang melahirkan asfiksia
neonatorum di Puskesmas Banguntapan II Bantul tahun 2011-2014 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum seluruhnya tidak memiliki
riwayat preeklamsia maupun eklamsia.

2. Subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum seluruhnya tidak memiliki


riwayat perdarahan abnormal.
3. Subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum sebagian besar memiliki
riwayat lama persalinan normal.
4. Subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum sebagian besar tidak memiliki
riwayat demam selama persalinan.
5. Subjek yang melahirkan asfiksia neonatorum seluruhnya memiliki riwayat
usia kehamilan aterm.
SARAN
1. Bagi Puskesmas Banguntapan II Bantul
Dapat lebih mengoptimalkan pelayan ANC dan INC, sehingga proses
kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan normal untuk mencegah
kelahiran asfiksia neonatorum.
2. Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan terhadap faktor risiko
selain dari faktor ibu. Dan memilih lokasi penelitian di tempat pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi atau rujukan sehingga jumlah kasus yang
ditemukan lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
1
GHO. Global Health Observatory (GHO) data Infant mortality. Diunduh dari
30 Januari 2015 dari http://www.who.int/gho/child_health/mortality/ neonatal_
infant _ text/ en/; 2014
2
Suryamin.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012
3
Wiknjosastro, Gulardi. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI; 2008
4
Sarminto. Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2014. Yogyakarta
Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta; 2014
5
Pandji, Maya Sintowati. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2013.
Yogyakarta: Dinkes Kabupaten Bantul; 2013
6
Utomo, Martono Tri. Risk Factors For Birth Asphyxia. Departement of Child
Health Faculty of Medicine, Airlangga University Dr Soetomo Hospital
Surabaya; 2011
7
Wiknjosastro H., Abdul B.S., Trijatmo R. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002
8
Sastrawinata,S., Martadisoebrata, D., Wirakusumah, F.F.. Obstetri Patologi
Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC. 2005
9
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2007
10
Aslam, H.M., Saleem, Shafaq., Afzal, Rafia., Iqbal, Umair., Saleem, S.M.,
Shaikh, M.W.A.S., Shahid, Nazish. Risk Factors of Birth Asphyxia. Italian
Journal of Pediatrics, DOI 10.1186/s13052-014-0094-2. 2014
11
Saifudin, A.B, dkk. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009

You might also like