You are on page 1of 17

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DENGAN PERILAKU IBU


HAMIL DALAM PENGGUNAAN OBAT SELAMA KEHAMILAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAMBANAN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Oleh:
ERNAWATI
99/129908/KU/09508

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2004

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL


DALAM PENGGUNAAN OBAT SELAMA KEHAMILAN
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAMBANAN
CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND
BEHAVIOUR OF PREGNANT WOMEN IN DRUG USE DURING
PREGNANCY IN WORK REGION OF PUSKESMAS PRAMBANAN
Ernawati1 , Rukmono Siswishanto2 , Widyawati3
Nursing Science of Medical Faculty of Gadjah Mada University
ABSTRACT
Background : Drug use in pregnancy can be harmful to pregnancy and fetus.
Many pregnant women feel save to use drugs especially over the counter drug.
This attitude and behavior due to lack of knowledge that using drug always
followed by its risk.
Objectives : The objective of the research was to know the correlation between
knowledge, attitude with behavior of pregnant women in drug use during
pregnancy.
Method : The desain of the research was non experimental with cross sectional
approach. The subject of was 56 pregnant women in work region of Puskesmas
Prambanan that fulfilled the criteria. The instrument was questioNnare.
Result : The result of the research were knowledge of respondent about drug use
during pregnancy in work region of Puskesmas Prambanan was good enough (the
average score 73,7%), attitude of respondent about drug use during pregnancy in
work region of Puskesmas Prambanan was good (the average score 76,8%),
behavior about drug use during pregnancy in work region of Puskesmas
Prambanan was good (the average score 79%), based on Spearman rank
correlation analysis the correlation between knowledge and behavior was weak,
based on product moment correlation analysis the correlation between attitude and
behavior was medium
Keywodrs : knowledge- attitude- behaviour- drug - pregnancy
1

The student of Nursing Science Program of Gadjah Mada University


Lecture staff of Medical Faculty of Gadjah Mada University
3
Lecture staff of Nursing Science Program of Gadjah Mada University
2

PENDAHULUAN
Seorang wanita suatu saat dalam masa kehamilannya akan memerlukan terapi
obat. Kemungkinan pemakaian obat pada wanita hamil lebih besar dibandingkan
dengan individu lain pada umumnya atau wanita yang tidak hamil. Hal ini
dikarenakan gangguan kesehatan yang dialami, baik yang berkaitan maupun yang
tidak berkaitan dengan proses kehamilan.
Dalam suatu tindakan pengobatan, dimana suatu obat diberikan kepada tubuh,
akan terjadi 2 macam interaksi, yaitu proses farmakokinetik, yakni bagaimana
reaksi tubuh terhadap obat yang diberikan dan bagaimanakah obat mencapai
tempat

aksinya;

mempengaruhi

dan

sistem

proses
tubuh

farmakodinamik,
atau

bagaimanakah

yakni

bagaimana

obat

yang

obat

diberikan

menimbulkan efek farmakologik. Dalam hal ini termasuk juga pengertian


bagaimanakah obat dapat menimbulkan efek samping maupun efek-efek yang
tidak diharapkan (efek toksik), baik terhadap tubuh ibu maupun janin1. Paling
sedikit 5% dari bayi yang lahir dengan cacat bawaan penyebabnya adalah obat
yang digunakan oleh ibunya selama kehamilan2. Kelainan ini bisa meningkat lebih
dari 7% dengan bertambahnya usia yang berupa kelainan fungsional3
Efek samping obat yang terjadi pada individu umumnya

tidak menetap

(reversibel), tetapi efek samping obat yang terjadi pada janin dalam kandungan
lebih sering bersifat menetap (ireversibel). Pengaruh buruk obat terhadap janin
dalam kandungan dapat berupa pengaruh letal, teratogenik dan toksik, tergantung
pada sifat masing-masing senyawa asing dan umur kehamilan4.
Wanita umumnya menggunakan obat selama kehamilan. Dalam survei yang
dilakukan The International for Disease Control (1987), didapatkan 90 % wanita
hamil menggunakan obat, baik obat dengan resep maupun obat bebas yang
termasuk ke dalam 48 kelompok obat yang berbeda. Rata-rata ibu hamil
menggunakan 3,8 obat selama kehamilannya5. Sementara itu penelitian di Queen
Victorial Medical School Centre (Melbourne), menunjukkan bahwa 62,5% wanita
hamil menggunakan obat selama kehamilan dengan jumlah obat yang
digunakannya rata-rata 3 jenis (termasuk vitamin dan mineral). Sedangkan World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 60% ibu hamil

menggunakan 1 macam obat2. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi obat oleh
ibu hamil cukup tinggi.
Obat-obat yang dipakai selama kehamilan sangat beragam, tetapi umumnya
berkisar

sekitar

analgetik,

antihistamin,

diuretika,

antasida,

antiinfektif,

bronkhodilator, kafein dan lain-lain4. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan


bahwa tidak semua jenis obat-obatan tersebut aman untuk dikonsumsi pada
kehamilan.
Banyak wanita hamil tidak memperhatikan tentang berbagai obatobatan yang mereka gunakan selama kehamilan. Sikap dan perilaku ini
disebabkan kurangnya pengetahuan bahwa dalam penggunaan obat selalu disertai
resiko. Mereka merasa aman menggunakan obat-obatan bebas karena mereka
dapat mengkonsumsinya tanpa resep. Pemakaian obat oleh ibu hamil justru lebih
banyak pada trimester pertama dimana organogenesis sedang terjadi sehingga
resiko terjadinya cacat anatomik juga lebih besar. Wanita hamil ini tidak
menyadari kalau obat yang mereka konsumsi dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya2
Seringkali seorang wanita sulit mendapatkan informasi yang baik tentang
obat-obatan yang dapat ia gunakan dan mana yang harus dihindari. Ini merupakan
masalah di seluruh dunia tetapi khususnya di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dimana informasi tentang obat-obatan sedikit dan dimana masyarakat
dapat membeli obat-obatan tanpa resep6
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2004 jumlah ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Prambanan sekitar 324 orang yang terdistribusi di 6
kelurahan yaitu Kelurahan Sumberharjo, Wukirharjo, Gayamharjo, Sambirejo,
Madurejo dan Bokoharjo. Dari wawancara singkat terhadap 10 ibu hamil
umumnya mereka tidak mengetahui bahwa pada saat hamil penggunaan obat perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi janin. Berdasarkan keadaan inilah
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan rancangan
penelitian yang digunakan adalah non eksperimental analitik. Subyek penelitian
adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Prambanan. Jumlah sampel
ditentukan dengan normogram Harry King sebanyak 56 responden.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan dan
sikap, dan variabel terikat yaitu perilaku. Pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Data dianalisis menggunakan korelasi Spearman rank untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat.
Sedangkan hubungan sikap dengan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat
dianalisis dengan korelasi Product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Prambanan, yang terdistribusi di 6 kelurahan yaitu Kelurahan Bokoharjo,
Gayamharjo, Wukirharjo, Madurejo Sambirejo dan Sumberharjo. Pada penelitian
ini dibutuhkan sampel sebanyak 56 orang dari 324 orang ibu hamil yang diperoleh
dari studi pendahuluan.
Analisis hasil penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat selama kehamilan
menggunakan uji korelasi Spearman rank dengan = 0,05. Sedangkan untuk
mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku menggunakan uji korelasi
Product-moment dengan = 0,01. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut :

A. Karakteristik Responden
Tabel 2. Karakteristik responden
Karakteristik Responden

Frekuensi (f) Persentase (%)

Umur ibu
a. < 20 tahun

5,4%

b. 20-35 tahun

40

87,5%

7,1%

a. Trimester I

7,1%

b. Trimester II

23

41,1%

c. Trimester III

29

51,8%

a. Primipara

28

50%

b. Multipara

28

50%

a. SD

11

19,6%

b. SMP

12

21,4%

c. SMA/SMK

28

50%

c. >35 tahun
Umur kehamilan

Paritas

Pendidikan

d. Akademi/ Perguruan tinggi

8,9%

Tingkat sosial ekonomi


a. bawah

15

26,8%

b. menengah

31

55,3%

c. atas

10

17,8%

7,1%

b. dokter umum

17

30,4%

c. perawat

12

21,4%

d. bidan

23

41,1%

Pemeriksa ante natal care


a. dokter spesialis kandungan

Sumber : data primer

Berdasarkan data pada tabel 2. maka karakteristik responden dalam


penelitian ini adalah
a. Umur Ibu
Diperoleh hasil ibu hamil yang berusia 20 sampai 35 tahun merupakan
kelompok terbesar yaitu 49 orang (87,5%). Berikutnya adalah kelompok yang
berusia di atas 35 tahun sebanyak 4 orang (7,1%) dan ibu hamil yang berusia di
bawah 20 tahun sebanyak 3 orang (5,4%).
Menurut kriteria BKKBN usia terbaik bagi seorang perempuan untuk hamil
adalah pada usia 20 sampai 35 tahun. Ibu hamil dianggap beresiko apabila ibu
berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Perempuan yang berusia
kurang dari 20 tahun mempunyai resiko karena secara fisik dan psikologis belum
matang, potensial untuk mengalami komplikasi kehamilan, kurangnya perawatan
prenatal dan kurangnya support system baik secara sosial maupun ekonomi.
Sedangkan perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun mempunyai resiko
masalah kesehatan baik sebelum maupun dalam masa kehamilan dan insidensi
untuk terjadi komplikasi kehamilan lebih tinggi7
b. Umur kehamilan
Umur kehamilan ibu hamil berdasarkan tabel 2 yang paling banyak adalah
trimester III sebanyak 29 orang (51,8%). Sedangkan responden dengan umur
kehamilan trimester II sebanyak 23 orang (24,1%) dan responden dengan umur
kehamilan trimester I sebanyak 4 orang (7,1%). Penggunaan obat pada kehamilan
yang paling beresiko pada kehamilan trimester I khususnya pada 8 minggu
pertama karena pada periode ini terjadi organogenesis8
c. Paritas
Dalam penelitian ini didapatkan ibu hamil primipara dan multipara masingmasing sebanyak 28 orang (50%). Paritas 2 dan 3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi9

d. Pendidikan
Menurut tabel 2 terlihat bahwa 28 orang responden (50%) berpendidikan
SMA/SMK, sedsangkan responden yang berpendidikan SMP sebanyak 12 orang
(21,4%), responden yang berpendidikan SD sebanyak 11 orang (19,6%) dan yang
berpendidikan Perguruan Tinggi / akademi sebanyak 5 orang (8,9%).
e. Tingkat sosial ekonomi
Sebanyak 31 responden (55,3%) termasuk sosial ekonomi menengah,
sedangkan responden yang termasuk sosial ekonomi bawah sebanyak 15 orang
(26,8%) dan responden yang termasuk sosial ekonomi atas sebanyak 10 orang (17,
8%).
f. Pemeriksa ante natal care
Pemeriksa kehamilan berdasarkan Tabel 2. yang paling banyak adalah
bidan sebanyak 23 orang (41,1%). Sedangkan dokter sebanyak 17 orang (30,4%),
berikutnya perawat sebanyak 12 orang (21,4%) dan dokter spesialis kandungan
sebanyak 4 orang (7,1%).

B. Gambaran tingkat pengetahuan responden


Tabel 3 Tingkat Pengetahuan ibu hamil dalam penggunaan obat selama kehamilan
di Wilayah kerja Puskesmas Prambanan
Pengetahuan

Skor

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Baik

76-100%

31

55,4%

Cukup

56-75,9%

12

21,4%

Kurang

40-55,9%

12,5%

<39,9%

10,7 %

Tidak baik
Rata-rata
Jumlah

73,7%
56

100%

Sumber: data primer

Pengetahuan responden tentang penggunaan obat selama kehamilan secara


keseluruhan cukup baik (73,7%). Dari 31 responden yang tergolong mempunyai
pengetahuan baik 21 responden berlatar belakang pendidikan SMA/SMK dan 3

responden berlatar pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan


formal merupakan dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki seseorang. Hal ini
erat kaitannya dengan pengetahuan, semakin tinggi kemampuan untuk menyerap
dan menerima informasi, sehingga pengetahuan dan wawasannya lebih luas,
selain itu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi
pengetahuan yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang.10
Ditinjau dari tingkat sosial ekonomi Dari 31 responden yang tergolong
mempunyai pengetahuan baik 6 responden termasuk tingkat sosial ekonomi
bawah dan 8 responden termasuk tingkat sosial ekonomi atas. Hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan Ismail (1991) bahwa keadaan sosial ekonomi keluarga turut
berperan dalam pembentukkan perilaku manusia, pengetahuan dapat lebih banyak
diperoleh pada golongan status sosial ekonomi yang lebih tinggi.
Pengetahuan responden yang paling rendah adalah tentang pengaruh buruk
pemakaian obat yang sembarangan pada janin (butir pertanyaan nomor 6).
Pemakaian obat yang sembarangan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
pengaruh buruk obat pada janin4
Selanjutnya

adalah

pengetahuan

bahwa

pemakaian

obat

dapat

mempengaruhi kehamilan dan janin (butir pertanyaan nomor 4,9). Pemakaian obat
pada kehamilan selalu disertai resiko terjadinya pengaruh buruk terhadap janin
dan kehamilan termasuk obat-obatan medis, baik obat yang diresepkan maupun
obat yang dijual bebas/OTC
Pada pertanyaan tentang penggunaan obat bebas atau OTC (nomor 2,5)
pengetahuan responden tergolong baik. Dari wawancara diketahui bahwa mereka
pernah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan bahwa pada saat hamil ibu
tidak boleh menggunakan obat yang dijual bebas dan dianjurkan untuk periksa ke
petugas kesehatan, namun responden mengaku bahwa mereka tidak dijelaskan
alasan tidak boleh menggunakan obat bebas dan obat tradisional selama hamil dan
umumnya mereka tidak mengetahui jenis obat-obatan bebas yang aman dan yang
berbahaya digunakan pada saat hamil.

10

Pada pertanyaan tentang penggunaan obat tradisional atau jamu (nomor 3)


sebanyak 30,4% (17 orang) responden tidak mengetahui bahwa ibu hamil tidak
boleh minum jamu.

C. Gambaran sikap responden


Tabel 4. Sikap ibu hamil dalam penggunaan obat selama kehamilan di wilayah
kerja Puskesmas Prambanan
Sikap

Skor

Baik

76-100%

32

57,1%

Cukup

56-75,9%

17

30,4%

Kurang

40-55,9%

12,5%

0%

56

100%

Tidak
Rata-rata
Jumlah

<40%

Frekuensi (f)

Persentase (%)

76,8%

Sumber : data primer

Sikap responden dalam penggunaan obat secara keseluruhan baik (skor ratarata 76,8%). Sikap responden yang paling mendukung adalah tentang boleh
tidaknya ibu hamil minum jamu (pertanyaan nomor 1). Dari 56 responden hanya 6
orang yang berpendapat bahwa ibu hamil boleh minum jamu.
Sedangkan sikap responden yang tidak mendukung

adalah tentang

kepatuhan minum obat (pertanyaan nomor 4 dan 7) yaitu obat yang dijual bebas
tanpa resep harus digunakan sesuai petunjuknnya dan pemakaian obat yang
sembarangan dapat menyebabkan kelainan pada janin.
Sikap responden yang baik ini karena pengetahuan responden juga cukup
baik (skor rata-rata 73,7%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ismail (1991) bahwa
pengetahuan memang berkolerasi dengan sikap, disamping juga dengan
tindakan/perilaku. Sedangkan menurut Fishbein & Ajzen (cit Ancok, 1985) sikap
yang positif timbul dari suatu pengetahuan akan membuat individu memiliki niat
untuk melakukan suatu perilaku. Terwujudnya niat menjadi suatu perilaku

11

tergantung pada banyak faktor seperti lingkungan sekitar, norma, aturan-aturan


dan sebagainya.

D. Gambaran Perilaku Responden


Tabel 5. Perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat pada kehamilan di wilayah
kerja Puskesmas Prambanan
Perilaku

Skor

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Baik

76-100%

35

62,5 %

Cukup baik

56-75,9%

13

23,2 %

Kurang baik

40-55,9%

1,8 %

12,5 %

Tidak baik
Rata-rata

<40%
79%

Jumlah

56

100%

Sumber :data primer

Secara keseluruhan perilaku penggunaan obat ibu hamil di wilayah kerja


Puskesmas Prambanan tergolong baik (79%). Pada pertanyaan apakah responden
pernah menggunakan obat OTC dalam waktu yang lama (pertanyaan nomor 4)
sebanyak 22 responden menjawab ya. Menurut Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan, obat bebas tidak boleh digunakan dalam waktu yang lama atau
terus-menerus. Hampir semua kasus pemaparan obat yang menimbulkan
kecacatan pada janin, terjadi akibat pemberian tunggal melainkan akibat
pemberian berulang atau kurun waktu lama2
Dari kuesioner didapatkan sebanyak 6 orang responden (10,7%)
menyatakan pernah minum jamu atau obat tradisional dan dari hasil wawancara
terhadap responden mengatakan alasan mereka minum jamu adalah untuk
menjaga kondisi kesehatan. Jamu yang mereka minum adalah jamu gendong yang
dijual di pasar dan responden tidak mengetahui ramuan atau bahan yang
terkandung didalamnya.
Sedangkan menurut penelitian Agoes (1993) wanita hamil menggunakan
jamu agar pertumbuhan bayi dalam kandungan lebih baik dan persalinan lebih

12

lancar. Namun dari penelitiannya dilaporkan tidak dapat dibuktikan adanya


perbedaan berat badan lahir pada ibu yang minum jamu dengan yang tidak minum
jamu dan dilaporkan tidak ditemukan efek samping yang berbahaya, sebagian
kecil ibu hamil merasakan mual, pedih perut, dan pusing. Birth Defects Varieties
in Palembang (1977) melaporkan dari 5.268 ibu melahirkan terdapat 1 bayi lahir
mati kemungkinan disebabkan jamu hamil dan 1 lahir cacat kemungkinan
disebabkan jamu peluntur
Dari kuesioner juga diketahui bahwa 7 orang responden pernah minum obat
tanpa resep atau OTC. Dari wawancara terhadap responden didapatkan obat yang
diminum umumnya obat flu dan obat batuk yang umumnya mengandung
parasetamol. Pemakaian parasetamol pada kehamilan relatif aman, bila dipakai
pada dosis terapeutik yang dianjurkan. Pada pemakaian yang berlebihan atau
overdosis

dapat

menyebabkan

gangguan

hepar

pada

individu

yang

menggunakannya, yang secara teoritis janin juga terpapar sehingga janin juga
mengalaminya apalagi hepar janin belum matang4
Obat tanpa resep yang harus dihindari oleh wanita hamil terutama pada
trimester III adalah yang mengandung aspirin dan OAINS. Aspirin menghambat
sintesis prostaglandin sehingga beresiko mengalami perdarahan dan menurunkan
kontraksi uterus sehingga menunda onset kelahiran atau memperlama kehamilan
dan kelahiran. Sedangkan OAINS seperti ibuprofen dan naproxen menyebabkan
penutupan prematur duktus arteriosus dan menurunkan cairan amniotik bila
digunakan dalam waktu lama8

E. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku responden


Guna membuktikan hipotesis penelitian, maka dilakukan analisis data
terhadap data hasil penelitian. Analisis data menggunakan program SPSS, setelah
dilakukan uji normalitas terhadap data pengetahuan dan perilaku diketahui bahwa
data pengetahuan dan perilaku tidak membentuk distribusi normal sehingga untuk
menganalisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku menggunakan rumus
spearman correlation. Uji korelasi dengan analisis statistik spearman correlation
dengan = 0,05 didapatkan r= 0,287 signifikansinya adalah 0,032 sehingga

13

secara statistik nilai hubungan antara pengetahuan dan perilaku terbukti


bermakna. Tingkat hubungannya lemah berdasarkan interpretasi nilai r menurut
Sugiyono (2002). Pada karakteristik ini dapat dikatakan bahwa semakin baik
pengetahuan responden maka semakin baik pula perilakunya.
Tabel 6. Gambaran pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat di
wilayah kerja Puskesmas Prambanan
perilaku
Pengetahuan

Jumlah

Baik

cukup

kurang

Tidak baik

Baik

39,2 %

7,1 %

1,8%

7,1%

5,4%

Cukup

14,3%

5,4%

0%

1,8%

21,4%

Kurang

5,4%

3,6%

0%

3,6%

12,5%

Tidak baik

3,6%

7,1%

0%

0%

10,7%

62,5%

23,2%

1,8%

12,5%

100%

Jumlah
Sumber : data primer

Antara pengetahuan dan perilaku sangat berkaitan erat. Pengetahuan akan


segi manfaat dan akibat buruk sesuatu hal akan membentuk sikap, kemudian dari
sikap itu akan muncul niat. Niat yang selanjutnya akan menentukan apakah
kegiatan akan dilakukan atau tidak. Dalam hal ini pengetahuan responden
mengenai penggunaan obat pada kehamilan14
Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa di mulai
pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau objek di luarnya. Lebih jelasnya lagi dikatakan pula
bahwa stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya akan menimbulkan
pengetahuan baru pada subyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui
dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus atau objek. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah pengetahuan10
Green menyatakan perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor
predisposisi. Jika pengetahuannya baik diharapkan pula pada akhirnya
perilakunya juga baik.10

14

F. Hubungan antara sikap dengan perilaku responden


Analisis data menggunakan program SPSS, setelah dilakukan uji normalitas
terhadap data sikap dan perilaku diketahui bahwa data sikap dan perilaku
membentuk distribusi normal sehingga untuk menganalisis hubungan antara sikap
dan perilaku menggunakan rumus product-moment correlation. Uji korelasi
dengan analisis statistik product-moment correlation dengan = 0,01 didapatkan
r= 0,421 signifikansinya adalah 0,001 sehingga secara statistik nilai hubungan
antara sikap dan perilaku terbukti bermakna. Tingkat hubungannya sedang
berdasarkan interpretasi nilai r menurut Sugiyono (2002) Pada karakteristik ini
dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap responden maka semakin baik pula
perilakunya.
Tabel 7. Gambaran sikap dan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat pada
kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Prambanan
perilaku
Sikap

Baik

cukup

Total

kurang

Tidak baik

0%

3,6%

57,1%

Baik

42,8%

10,7%

Cukup

17,8%

5,4%

1,8%

5,4%

30,4%

Kurang

1,8%

7,1%

0%

3,6%

12,5%

Tidak

0%

0%

0%

0%

0%

Jumlah

62,4%

23,2%

1,8%

12,6%

100%

Sumber : data primer

Sikap yang telah ada pada seorang individu akan menimbulkan respon lebih
jauh lagi berupa tindakan10. Namun demikian, dijelaskan lagi bahwa ternyata
tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap. Sikap
seseorang sangat menentukan tindakan yang akan dilakukan. Meski demikian,
sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu tewujud dalam
suatu tindakan nyata.
Temuan-temuan penelitian mengenai hubungan antara sikap dan perilaku
memang belum konklusif. Banyak penelitian yang menyimpulkan adanya

15

hubungan yang sangat lemah bahkan negatif, sedangkan sebagian penelitian lain
menemukan adanya hubungan yang meyakinkan.
Dalam kaitannya dengan hasil penelitian yang kontradiktif ini Warner & De
Fleur (Azwar, 1998) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasi 3
pandangan umum mengenai hubungan sikap dan perilaku yaitu : postulat
konsistensi, postulat variasi independen, postulat konsistensi tergantung.
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk
yang cukup akurat untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila ia
dihadapkan pada suatu objek sikap. Postulat variasi independen mengatakan
bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku
berhubungan secara konstan. Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam
individu

yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.

Postulat konsistensi

tergantung menyatakan bahwa sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor
situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok, kebudayaan
dan sebagainya merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah sikap
dan perilaku.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan :
1. Pengetahuan responden dalam penggunaan obat pada kehamilan di Wilayah
Kerja Puskesmas Prambanan adalah cukup baik (skor rata-rata 73,7%).
2. Sikap responden dalam penggunaan obat pada kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Prambanan adalah baik (skor rata-rata 76,8%).
3. Perilaku responden dalam penggunaan obat pada kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Prambanan adalah baik (skor rata-rata 79%).
4. Berdasarkan analisis korelasi Spearman rank didapatkan hasil ada hubungan
yang rendah antara pengetahuan dengan perilaku ibu hamil dalam penggunaan
obat selama kehamilan.
5. Berdasarkan analisis korelasi Product moment didapatkan hasil ada hubungan
yang rendah antara sikap dengan perilaku ibu hamil dalam penggunaan obat
selama kehamilan

16

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Bagi puskesmas
Puskesmas hendaknya memasukkan informasi tentang keamanan penggunaan
obat pada kehamilan dalam program kesehatan ibu dan anak (KIA) sehingga
akan mendukung
2. Bagi masyarakat
Masyarakat terutama ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan obat-obatan
(baik obat OTC maupun obat tradisional) yang digunakan dengan membaca
secara teliti seluruh petunjuk yang ada pada kemasan obat OTC khususnya
indikasi,

kontraindikasi

dan

kotak

peringatan

(warning

box)

yang

berhubungan dengan penggunaannya pada wanita hamil


3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut dengan
melakukan observasi secara langsung sehingga dapat diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dalam
menggunakan obat pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Prambanan

DAFTAR PUSTAKA
1. Suryawati, S. Farmakokinetika Obat pada Kehamilan. Kumpulan makalah
seminar Pemakaian obat pada Kehamilan Yogyakarta, 27 Januari 1990.
Yayasan Melati Nusantara
2. Suparti, S., 1998 Penggunaan Obat selama Kehamilan dan kemungkinan
Bahayanya pada Janin. Majalah Kedokteran Bandung. Vol 30 (2)
3. Reeder, Martin, Griffin, k. 1997. Maternity Nursing : Family, Newborn
and Womens Health Care.Eighteenth edition. Lippincott Philadelphia
4. Santoso, B., Masalah Pemakaian Obat pada Kehamilan. Kumpulan
makalah seminar Pemakaian obat pada Kehamilan Yogyakarta, 27 Januari
1990. Yayasan Melati Nusantara.
5. Cunningham, F.G., MacDonald, G., 1995. Obstetri Williams, Alih Bahasa
: Suwono Joko, Hartono Andri, Edisi 18, EGC, Jakarta.
6. Berg, L.J., 1995. Drugs during Pregnancy and Lactation : A Womans
Dilemma. WomenS Health Action Foundation.
7. Branden, P.S., 1998. Maternity Care. Second edition. Springhouse
corporation. Springhouse Pennsylvania.

17

8. Auvenshine, M. A. dan Enriquez, M. G., 1990. Comprehensive Maternity


Nursing : Perinatal and Womens Health, Second edition, Jones and
Bartlett Publisher, Boston
9. Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan, cetakan kelima , Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
10. Notoatmodjo, S.1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.
11. Ismail, D., 1991. Perilaku Organisasi. Sinar Harapan. Jakarta.
12. Agoes, S., 1993. Kapita Selekta Farmakologi dan Obat Tradisional.
Angkasa, Bandung.
13. Sugiyono, 2002. Statistika untuk Penelitian. Alvabeta, Bandung.
14. Azwar, S., 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

You might also like