Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
ERNAWATI
99/129908/KU/09508
PENDAHULUAN
Seorang wanita suatu saat dalam masa kehamilannya akan memerlukan terapi
obat. Kemungkinan pemakaian obat pada wanita hamil lebih besar dibandingkan
dengan individu lain pada umumnya atau wanita yang tidak hamil. Hal ini
dikarenakan gangguan kesehatan yang dialami, baik yang berkaitan maupun yang
tidak berkaitan dengan proses kehamilan.
Dalam suatu tindakan pengobatan, dimana suatu obat diberikan kepada tubuh,
akan terjadi 2 macam interaksi, yaitu proses farmakokinetik, yakni bagaimana
reaksi tubuh terhadap obat yang diberikan dan bagaimanakah obat mencapai
tempat
aksinya;
mempengaruhi
dan
sistem
proses
tubuh
farmakodinamik,
atau
bagaimanakah
yakni
bagaimana
obat
yang
obat
diberikan
tidak menetap
(reversibel), tetapi efek samping obat yang terjadi pada janin dalam kandungan
lebih sering bersifat menetap (ireversibel). Pengaruh buruk obat terhadap janin
dalam kandungan dapat berupa pengaruh letal, teratogenik dan toksik, tergantung
pada sifat masing-masing senyawa asing dan umur kehamilan4.
Wanita umumnya menggunakan obat selama kehamilan. Dalam survei yang
dilakukan The International for Disease Control (1987), didapatkan 90 % wanita
hamil menggunakan obat, baik obat dengan resep maupun obat bebas yang
termasuk ke dalam 48 kelompok obat yang berbeda. Rata-rata ibu hamil
menggunakan 3,8 obat selama kehamilannya5. Sementara itu penelitian di Queen
Victorial Medical School Centre (Melbourne), menunjukkan bahwa 62,5% wanita
hamil menggunakan obat selama kehamilan dengan jumlah obat yang
digunakannya rata-rata 3 jenis (termasuk vitamin dan mineral). Sedangkan World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 60% ibu hamil
menggunakan 1 macam obat2. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi obat oleh
ibu hamil cukup tinggi.
Obat-obat yang dipakai selama kehamilan sangat beragam, tetapi umumnya
berkisar
sekitar
analgetik,
antihistamin,
diuretika,
antasida,
antiinfektif,
A. Karakteristik Responden
Tabel 2. Karakteristik responden
Karakteristik Responden
Umur ibu
a. < 20 tahun
5,4%
b. 20-35 tahun
40
87,5%
7,1%
a. Trimester I
7,1%
b. Trimester II
23
41,1%
c. Trimester III
29
51,8%
a. Primipara
28
50%
b. Multipara
28
50%
a. SD
11
19,6%
b. SMP
12
21,4%
c. SMA/SMK
28
50%
c. >35 tahun
Umur kehamilan
Paritas
Pendidikan
8,9%
15
26,8%
b. menengah
31
55,3%
c. atas
10
17,8%
7,1%
b. dokter umum
17
30,4%
c. perawat
12
21,4%
d. bidan
23
41,1%
d. Pendidikan
Menurut tabel 2 terlihat bahwa 28 orang responden (50%) berpendidikan
SMA/SMK, sedsangkan responden yang berpendidikan SMP sebanyak 12 orang
(21,4%), responden yang berpendidikan SD sebanyak 11 orang (19,6%) dan yang
berpendidikan Perguruan Tinggi / akademi sebanyak 5 orang (8,9%).
e. Tingkat sosial ekonomi
Sebanyak 31 responden (55,3%) termasuk sosial ekonomi menengah,
sedangkan responden yang termasuk sosial ekonomi bawah sebanyak 15 orang
(26,8%) dan responden yang termasuk sosial ekonomi atas sebanyak 10 orang (17,
8%).
f. Pemeriksa ante natal care
Pemeriksa kehamilan berdasarkan Tabel 2. yang paling banyak adalah
bidan sebanyak 23 orang (41,1%). Sedangkan dokter sebanyak 17 orang (30,4%),
berikutnya perawat sebanyak 12 orang (21,4%) dan dokter spesialis kandungan
sebanyak 4 orang (7,1%).
Skor
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Baik
76-100%
31
55,4%
Cukup
56-75,9%
12
21,4%
Kurang
40-55,9%
12,5%
<39,9%
10,7 %
Tidak baik
Rata-rata
Jumlah
73,7%
56
100%
adalah
pengetahuan
bahwa
pemakaian
obat
dapat
mempengaruhi kehamilan dan janin (butir pertanyaan nomor 4,9). Pemakaian obat
pada kehamilan selalu disertai resiko terjadinya pengaruh buruk terhadap janin
dan kehamilan termasuk obat-obatan medis, baik obat yang diresepkan maupun
obat yang dijual bebas/OTC
Pada pertanyaan tentang penggunaan obat bebas atau OTC (nomor 2,5)
pengetahuan responden tergolong baik. Dari wawancara diketahui bahwa mereka
pernah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan bahwa pada saat hamil ibu
tidak boleh menggunakan obat yang dijual bebas dan dianjurkan untuk periksa ke
petugas kesehatan, namun responden mengaku bahwa mereka tidak dijelaskan
alasan tidak boleh menggunakan obat bebas dan obat tradisional selama hamil dan
umumnya mereka tidak mengetahui jenis obat-obatan bebas yang aman dan yang
berbahaya digunakan pada saat hamil.
10
Skor
Baik
76-100%
32
57,1%
Cukup
56-75,9%
17
30,4%
Kurang
40-55,9%
12,5%
0%
56
100%
Tidak
Rata-rata
Jumlah
<40%
Frekuensi (f)
Persentase (%)
76,8%
Sikap responden dalam penggunaan obat secara keseluruhan baik (skor ratarata 76,8%). Sikap responden yang paling mendukung adalah tentang boleh
tidaknya ibu hamil minum jamu (pertanyaan nomor 1). Dari 56 responden hanya 6
orang yang berpendapat bahwa ibu hamil boleh minum jamu.
Sedangkan sikap responden yang tidak mendukung
adalah tentang
kepatuhan minum obat (pertanyaan nomor 4 dan 7) yaitu obat yang dijual bebas
tanpa resep harus digunakan sesuai petunjuknnya dan pemakaian obat yang
sembarangan dapat menyebabkan kelainan pada janin.
Sikap responden yang baik ini karena pengetahuan responden juga cukup
baik (skor rata-rata 73,7%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ismail (1991) bahwa
pengetahuan memang berkolerasi dengan sikap, disamping juga dengan
tindakan/perilaku. Sedangkan menurut Fishbein & Ajzen (cit Ancok, 1985) sikap
yang positif timbul dari suatu pengetahuan akan membuat individu memiliki niat
untuk melakukan suatu perilaku. Terwujudnya niat menjadi suatu perilaku
11
Skor
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Baik
76-100%
35
62,5 %
Cukup baik
56-75,9%
13
23,2 %
Kurang baik
40-55,9%
1,8 %
12,5 %
Tidak baik
Rata-rata
<40%
79%
Jumlah
56
100%
12
dapat
menyebabkan
gangguan
hepar
pada
individu
yang
menggunakannya, yang secara teoritis janin juga terpapar sehingga janin juga
mengalaminya apalagi hepar janin belum matang4
Obat tanpa resep yang harus dihindari oleh wanita hamil terutama pada
trimester III adalah yang mengandung aspirin dan OAINS. Aspirin menghambat
sintesis prostaglandin sehingga beresiko mengalami perdarahan dan menurunkan
kontraksi uterus sehingga menunda onset kelahiran atau memperlama kehamilan
dan kelahiran. Sedangkan OAINS seperti ibuprofen dan naproxen menyebabkan
penutupan prematur duktus arteriosus dan menurunkan cairan amniotik bila
digunakan dalam waktu lama8
13
Jumlah
Baik
cukup
kurang
Tidak baik
Baik
39,2 %
7,1 %
1,8%
7,1%
5,4%
Cukup
14,3%
5,4%
0%
1,8%
21,4%
Kurang
5,4%
3,6%
0%
3,6%
12,5%
Tidak baik
3,6%
7,1%
0%
0%
10,7%
62,5%
23,2%
1,8%
12,5%
100%
Jumlah
Sumber : data primer
14
Baik
cukup
Total
kurang
Tidak baik
0%
3,6%
57,1%
Baik
42,8%
10,7%
Cukup
17,8%
5,4%
1,8%
5,4%
30,4%
Kurang
1,8%
7,1%
0%
3,6%
12,5%
Tidak
0%
0%
0%
0%
0%
Jumlah
62,4%
23,2%
1,8%
12,6%
100%
Sikap yang telah ada pada seorang individu akan menimbulkan respon lebih
jauh lagi berupa tindakan10. Namun demikian, dijelaskan lagi bahwa ternyata
tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap. Sikap
seseorang sangat menentukan tindakan yang akan dilakukan. Meski demikian,
sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu tewujud dalam
suatu tindakan nyata.
Temuan-temuan penelitian mengenai hubungan antara sikap dan perilaku
memang belum konklusif. Banyak penelitian yang menyimpulkan adanya
15
hubungan yang sangat lemah bahkan negatif, sedangkan sebagian penelitian lain
menemukan adanya hubungan yang meyakinkan.
Dalam kaitannya dengan hasil penelitian yang kontradiktif ini Warner & De
Fleur (Azwar, 1998) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasi 3
pandangan umum mengenai hubungan sikap dan perilaku yaitu : postulat
konsistensi, postulat variasi independen, postulat konsistensi tergantung.
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk
yang cukup akurat untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila ia
dihadapkan pada suatu objek sikap. Postulat variasi independen mengatakan
bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku
berhubungan secara konstan. Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam
individu
Postulat konsistensi
tergantung menyatakan bahwa sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor
situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok, kebudayaan
dan sebagainya merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah sikap
dan perilaku.
16
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Bagi puskesmas
Puskesmas hendaknya memasukkan informasi tentang keamanan penggunaan
obat pada kehamilan dalam program kesehatan ibu dan anak (KIA) sehingga
akan mendukung
2. Bagi masyarakat
Masyarakat terutama ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan obat-obatan
(baik obat OTC maupun obat tradisional) yang digunakan dengan membaca
secara teliti seluruh petunjuk yang ada pada kemasan obat OTC khususnya
indikasi,
kontraindikasi
dan
kotak
peringatan
(warning
box)
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryawati, S. Farmakokinetika Obat pada Kehamilan. Kumpulan makalah
seminar Pemakaian obat pada Kehamilan Yogyakarta, 27 Januari 1990.
Yayasan Melati Nusantara
2. Suparti, S., 1998 Penggunaan Obat selama Kehamilan dan kemungkinan
Bahayanya pada Janin. Majalah Kedokteran Bandung. Vol 30 (2)
3. Reeder, Martin, Griffin, k. 1997. Maternity Nursing : Family, Newborn
and Womens Health Care.Eighteenth edition. Lippincott Philadelphia
4. Santoso, B., Masalah Pemakaian Obat pada Kehamilan. Kumpulan
makalah seminar Pemakaian obat pada Kehamilan Yogyakarta, 27 Januari
1990. Yayasan Melati Nusantara.
5. Cunningham, F.G., MacDonald, G., 1995. Obstetri Williams, Alih Bahasa
: Suwono Joko, Hartono Andri, Edisi 18, EGC, Jakarta.
6. Berg, L.J., 1995. Drugs during Pregnancy and Lactation : A Womans
Dilemma. WomenS Health Action Foundation.
7. Branden, P.S., 1998. Maternity Care. Second edition. Springhouse
corporation. Springhouse Pennsylvania.
17