You are on page 1of 20

ANALISIS SITUASI PERSIAPAN IMPLEMENTASI MODEL PRAKTEK

KEPERAWATAN PROFESIONAL DI INSTALASI RAWAT INAP


RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
THE ANALYSIS SITUATION OF IMPLEMENTATION PREPARATION OF
PROFESSIONAL NURSING PRACTICE MODEL IN IN-PATIENT
DEPARTMENT OF PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
DISTRICT HOSPITAL, PURWOKERTO
Arikh Ratna Purwadi* Widyawati** Nuryandari***
ABSTRACT
Background: Nurse is a professional staff giving unique nursing service to society.
Nursing professionalism of Indonesia was still in growth level given to a free market
threat, society demand which excelsior and other health team which have in exist. Prof.
Dr. Margono Soekarjo District Hospital management giving the support to nurse for the
implementation of professional nursing practice model based on strategic planning as one
of effort to answer the challenge for the shake of professionalism of treatment and
hospital image.
Objective: This study was aimed at finding out the external and internal factors and in
each management phase of nursing in inpatient department so that will get the formula
strategy for implementation of professional nursing practice model (MPKP).
Methods: This was descriptive study with qualitative and quantitative approach. The
qualitative subject were 4 key persons with total population, including Director, Head of
Nursing Department, Head of professional nursing practice model, and Head of Medical
Committee and also 5 Head of Nursing Ward. While quantitative subject with totally
sample were functional nurse, and proporsional stratified random sampling to the nursing
student and client. The study conducted by tape recorder and in-depth interview guide,
questionnaire, and documentation data.
Results: The biggest strength of inpatient department was nursing resources with
training, the weakness was low of nurse motivation. The opportunity to nursing training
and education program and society expectation, the biggest threat was less of demand
services.
Conclusion: The professional nursing practice model of Prof. Dr. Margono Soekarjo
District Hospital position in Quadrant II (0.663;-0.438) that is owning diversified
strategy. To improve inpatient department position with the MPKP implementation,
teamwork, management information system improvement for nursing professionalism,
management approach, nursing service method, professional relation, reward and
compensation.
Keyword: SWOT, external and internal factors, MPKP, diversified

*Student of PSIK FK UGM


** Staff Instructor of PSIK FK UGM
*** Staff Instructor of PSIK FK UGM

ANALISIS SITUASI
PERSIAPAN IMPLEMENTASI
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Arikh Ratna Purwadi * Widyawati, SKp.MKes ** Nuryandari, SKM.MKes***

ABSTRAK
Latar belakang : Perawat adalah tenaga profesional yang memberikan pelayanan
keperawatan unik kepada masyarakat. Profesionalisme perawat Indonesia yang masih
dalam taraf perkembangan dihadapkan pada acaman pasar bebas, tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi dan tim kesehatan lain yang telah lebih dulu eksis. Managemen
RSMS memberikan dukungan kepada perawat untuk implementasi MPKP dengan
didasarkan pada perencanaan strategis sebagai salah satu upaya untuk menjawab
tantangan demi profesionalisme keperawatan dan citra rumah sakit.
Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor
internal pada setiap tahap managemen keperawatan IRNA sehingga akan mendapatkan
formula strategi untuk mengimplementasikan MPKP .
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Subyek penelitian kualitatif adalah 4 orang key person dengan total populasi,
meliputi Direktur, Kepala Bidang Perawatan, Kepala IRNA dan Ketua Komite Medis
serta 5 orang Kepala Ruang Perawatan. Sedangkan kuantitatif dengan total sampel pada
perawat fungsional, dan proporsional stratified random sampling pada mahasiswa
keperawatan dan klien. Penelitian dilakukan dengan dibantu alat tape recorder dan
pedoman wawancara mendalam, kuesioner serta didukung data dokumenter.
Hasil : kekuatan terbesar IRNA pada sumber daya perawat dengan pelatihan,
kelemahannya pada motivasi sebagian perawat lemah, peluang untuk mengembangkan
diklat keperawatan dan harapan dari masyarakat serta ancaman terbesar permintaan
pelayanan yang menurun..
Kesimpulan : Posisi IRNA RSMS pada posisi kuadran II (0.663;-0.438) yaitu memiliki
strategi diversifikasi. Untuk meningkatkan posisi IRNA dengan implementasi MPKP,
kerja tim, perbaikan sistem informasi managemen pada peningkatan profesionalisme
perawat, pendekatan managemen, metode pelayanan keperawatan, hubungnan profesional
dan reward dan kompensasi.

Kata kunci : SWOT, faktor eksternal dan internal, MPKP, diversifikasi.

PENGANTAR
Perubahan telah terjadi pada dunia rumah sakit dimana telah menggunakan
perencanaan strategis dalam perencanaan bisnisnya untuk dapat mempertahankan pasar
dan upaya melebarkan sayap meraih pasar baru. Rencana bisinis rumah sakit perlu
dimiliki oleh unit yang menghasilkan uang misalnya Instalasi rawat inap, gawat darurat,
radiologi, laboratorium, rawat jalan, , bedah sentral, ICU/ICCU/NICU, rehabilitasi medis,
apotik dan lain-lain.
Sebagian besar sumber daya manusia di instalasi rawat inap terdiri dari perawat,
yang merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan keperawatan dituntut
kemampuannya

dalam

menghasilkan

kualitas

pelayanan

yang

profesional.

Profesionalisme perawat Indonesia yang masih dalam taraf perkembangan dihadapkan


pada acaman pasar bebas, tuntutan masyarakat yang semakin tinggi dan tim kesehatan
lain yang telah lebih dulu eksis. Oleh karena itu perawat harus memperbaiki
profesionalisme asuhan keperawatan.
IRNA sebagai tempat pelayanan rawat inap belum melaksanakan managemen
perawatan dengan baik. Selama ini kualitas tenaga profesional belum seimbang, dimana
komposisi pendidikan perawat belum seimbang sehingga belum mampu memberikan
pelayanan yang berkualitas. Sebagai rumah sakit rujukan dan pendidikan perawat IRNA
harus merubah managemen keperawatannya menjadi lebih baik, salah satunya dengan
upaya menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). Sisi positif yang
akan di dapatkan dengan implementasi MPKP adalah profesionalisme, otonomi,
pendidikan keperawatan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat
kolaburatif akan dapat teselenggara dengan baik . Dengan implementasi MPKP akan di
dapat adanya peningkatan kepuasan perawat dan kepuasan klien

serta sangat

memungkinkan untuk menciptakan lahan praktek yang kondusif bagi mahasiswa


keperawatan dan bagi riset-riset khususnya riset keperawatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian ini


menggunakan cara pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Subyek penelitian
kualitatif adalah key person dan pengelola perawatan yang terdiri dari Direktur,
Kepala Bidang Perawatan, Kepala IRNA, Ketua Komite Medis dengan total
populasi, 5 orang Kepala ruang rawat inap dan kepala satgas dengan

proporsional stratified random sampling yang dibantu alat tape recorder dan
pedoman wawancara mendalam. Sedangkan kuantitatif dengan total sampel pada
74 orang perawat fungsional, proporsional stratified random sampling pada 242
orang pasien dan 110 mahasiswa dengan kuesioner. Penelitian juga didukung
data dokumenter. Penelitian dilakukan di 5 ruang rawat inap RSMS pada bulan
November 2003.
HASIL
Rumah Sakit Umum Daerah Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto (RSMS) adalah
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah yang berada di kota
administratif Purwokerto, sejak tahun 2001 ditetapkan menjadi rumah sakit tipe B
Pendidikan dan pusat rujukan kesehatan. Secara geografis RSMS menempati posisi yang
sangat menguntungkan, dimana terletak di pusat pengembangan wilayah Jawa Tengah
bagian barat-selatan dan terletak di kota yang terus berkembang yang menjadi kota
perdagangan, pendidikan dan pariwisata. Sebagai rumah sakit milik Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah, maka organisasi dan tata kerja rumah sakit berpedoman pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri No 22 tahun 1994 dan tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Tengah No 4 tahun 1997.
Hasil penelitian pada berbagai tahap managemen perawatan adalah sebagai berikut :
A. Input
1. Manusia
Instalasi rawat inap dipimpin oleh seorang kepala dengan pendidikan DIII
Keperawatan dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Kepala IRNA
merangkap sebagai Kasi I Bidang Perawatan yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Bidang Perawatan yang di jabat oleh seorang dokter. 12 orang
Kepala Ruang Rawat sebagai pengelola ruang rawat inap berpendidikan DIII
keperawatan dan 3 orang diantaranya telah mengikuti pelatihan managemen
kepala bangsal, dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh seorang Wakil yang
membawahi 4 orang ketua tim. Ketua Tim dalam struktur organisasi sejajar
dengan perawat penanggung jawab pasien per kasus. Ketua tim mempunyai 1-2
orang anggota perawat pelaksana. Ruang rawat juga didukung oleh tenaga
administrasi dan pekarya.

Pendidikan perawat di 5 ruang rawat inap adalah sebagai berikut : 55 orang


D III Keperawatan, 5 orang DIII Kebidanan, 9 orang SPK, 2 orang Bidan dan 8
orang PK/DK. Jumlah tenaga keperawatan yang pernah menngikuti pelatihan : 2
orang mengikuti pelatihan kepala bangsal, 26 orang pembimbing klinik
keperawatan, 3 orang perawat intensif, 5 orang pelatihan customer service, 1
orang perawatan anak,

1 orang perawatan penyakit dalam, 1 orang perawatan

bedah, 1 orang perawatan syaraf, 4 orang pelatihan PPGD dan 4 orang pelatihan.
Berdasar perhitungan Douglas (1984) ada kekurangan 5-7 perawat di 3 ruang
rawat inap dan di 2 ruang lainnya cukup.
Nilai-nilai profesional perawat didapatkan hasil sebagai berikut : Ruang
Teratai 82.18 %, Soka 84.90 %, Aster 83 %, Flamboyan 83.72 % dan PSR 88.36
% (N=74)
RSMS menjadi lahan praktek mahasiswa perawat 10 buah institusi
pendidikan yang tersebar di Propinsi Jawa Tengah. RSMS, dengan mahasiswa
praktek sebanyak + 1850 orang/tahun yang terbagi + 40-60 orang/bulan di setiap
ruang rawat.
Kapasitas tempat tidur IRNA 394 buat mendapat kunjungan

sebanyak

14.656 orang (2000) dan 14.305 orang (2002). Pada bulan Januari Oktober
2003 didapatkan 5.15 % klien menempati ruang VIP, 39.39 % menempati ruang
kelas I dan II, 48.31 % ruang kelas II A & B. sedangkan 13.89 % menggunakan
asuransi kesehatan dan 86.11 % menggunakan pembayaranan umum dan
10 kasus penyakit terbesar pada bulan Oktober 2003 :
Ruang rawat Teratai :

29 kasus Abortus, 12 kasus Tumor mamae, 11 kasus Mioma


uteri, 8 kasus Cyste ovarii, 7 kasus Apendicitis, 5 kasus SNNT,
3 kasus Abces, 3 kasus

Haemorhoid, 2 kasus Hernia, 1

kasus.Cholelitiasis
Ruang rawat Aster

22 kasus NIDDS , 16 kasus Thalasemia, 9 Thypoid, 7 BRPN, 5


Meningitis, 3 Bronchitis, 2 Febris Kejang, 1 NS, 1 Hepatitis, 1
DHF

Ruang rawat Soka

29 CRF, 25 Febris, 23 Asma Bronchiale, 19 Hipertensi, 16


Bronchopneumoni, 16 Bronchitis, 15 Stroke , 13
thypoid, 13 UTI, dan 11 kasus DM

Febris

Ruang rawat Flamboyan : 85 Partus spontan, 56 Partus tak maju, 36 Sectio Caesaria, 20
Curetage, 18 Abortus incomplet, 12 Vacum ekstraksi, 10
Retensi placenta , 8 Cyste uteri, 8 Inpartu
Ruang rawat PSR

23 P Dalam, 15 Bedah Umum, 13 Syaraf, 13 Kebidanan, 9


Jantung, 7 Anak, 3 Jiwa, 2 THT, 1 Kulit dan 1 kasus Paru

2. S umber dana
Sumber dana operasional ruang rawat inap berasal dari APBD Propinsi
Jateng berdasarkan RASK yang disampaikan RSMS
3. Sarana Prasarana
Jarak terjauh ruang jaga perawat dengan kamar pasien adalah + 7-10 m.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, ketua satgas dan beberapa
perawat pelaksana bahwa alat keperawatan dan kesehatan di ruang rawat kurang
terpenuhi di 4 ruang rawat dan di ruang PSR telah terpenuhi. Kelompok peralatan
keperawatan yang lain telah terpenuhi. Sesuai Daftar Inventaris Mesin di IRNA
bulan November 2003 : Sterilisator telah di miliki oleh 5 ruang, Suction pump
yang dimiliki ruang teratai (2 buah), Aster dan Flamboyan (1 buah) dan PSR
(3 buah). ECG dimiliki oleh Teratai, Aster dan PSR. Nebulaizer dan O2 sentral
hanya dimiliki oleh PSR. RSMS didukung dengan peralatan medis untuk
mendukung status rujukan, diantaranya : Whole Body CT-scan, Traedmill,
EEG/Ensefalografi,

EMG/Elektromiografi,

Hemodialisis,

Endoskopi,

laparaskopi, audiometer, kardiotopografi, C-arm X-ray fluoroskopi, Blood gas


analisis,

Biometri,

Argon

laser

foto

koagulasi,

biomikroskopi

dan

pachoemulsifikasi
4. Metode
Standar asuhan keperawatan (SAK) di IRNA menggunakan Buku Pedoman
Pelayanan Asuhan Keperawatan. yang disusun oleh Bidang Perawatan dan SAK
10 kasus terbesar pada masing-masing ruang. Selain SAK ada pula protap Bidang
Perawatan sebagai pedoman kerja .
Tata tertib RSMS sebagai lahan praktek /penelitian tetapkan oleh Direktur.
Untuk pelaksanaan bimbingan mahasiswa dipakai acuan bimbingan dari Depkes
RI, yaitu terdiri dari pre-post confrence, bed side teaching, ronde keperawatan
dan seminar kasus keperawatan.

B. Proses
1. Perencanaan
Sesuai Buku Pedoman

Profil Ketenagaan Perawat RSMS 2000, fungsi

perencanaan kepala ruang yang dilaksanakan adalah merencanakan jumlah dan


jenis peralatan penunjang perawatan. Sesuai wawancara dengan kepala ruang dan
ketua satgas bahwa perencanaan ketenagaan belum dilaksanakan tetapi
perencanaan mengarah pada rencana pelayanan harian, seperti kutipan :
Memang walaupun ada uraian tugas dari kepala ruang sampai pelaksana
perawatan tetapi itu semua belum dapat dilaksanakan dengan sepenuhnya

Perencanaan IRNA berdasarkan rencana strategis IRNA yang pembuatannya


mengacu pada rencana strategis RSMS
2. Pengorganisasian
Kegiatan organisasi mengarah pada metode fungsional dan tim, Tetapi di
ruangan ditemui penerapan metode tim primer dan metode kasus
3. Pelaksanaan
Fungsi-fungsi kepala ruang yang belum dilaksanakan antara lain:
memberikan program orientasi pada penderita dan, kurang empati, penyuluhan
kesehatan, memelihara dan menciptakan suasana kerja yang baik, seperti
peryataan klien berikut ini :
Tingkatkan kebersihan kamar mandi dan buatlah makanan yang menarik untuk
orang sakit
Masih banyak yang belum dilaksanakan, penjelasan untuk pasien yang berbaring
lama, perawat selalu mendengarkan keluhan yang disampaikan, perawat selalu
mejelaskan pengobatan yang diberikan, tentang perawatan dan pengobatan lanjutan,
Setiap ada pasien baru hendaknya di tangani oleh petugas khusus untuk
memberikan penyuluhan dan kewajiban yang harus dilaksanakan

Sedangkan pada pelaksanaan pelayanan oleh pelaksanan perawatan di temui


bahwa mereka belum memahami metode pelayanan yang dipakai. Sesuai
wawancara dengan Ka Tim berikut :
Harapan saya mengenai penyegaran langsung mengenai asuhan keperawatan
atau pelatihan tentang metode pemberian pelayanan perawatan,

Hasil kuesioner hubungan profesional perawat : Teratai 71.08 %,


Soka 79 %, Aster 72.5 %, Flamboyan 82.63 % dan PSR 85.88 %. (N = 74)
4. Pengawasan
Fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian selain dilaksanakan oleh
supervisor, fungsi ini juga sebenarnya menjadi tugas kepala ruang. Menurut
pelaksana perawatan dan kepala ruang, supervisi perawatan belum sepenuhnya

dilaksanakan.

Penilaian kinerja perawat dilaksanakan menggunakan Daftar

Penilaian Prestasi Pegawai (DP 3) dari standar penilaian pegawai negeri.


Penilaian perawat sebagai tenaga fungsional/profesi dilakukan oleh tim akreditasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan mengutamakan kebutuhan klien yang
dirawat. Pengkajian hanya data fokusnya saja. Rumusan permasalahan
keperawatan juga sering tidak diisi.. Diagnosa perawatan sebagian besar tidak
mengacu pada PE/PES, seperti kutipan :
Pengkajian seringnya hanya dituliskan data-data fokusnya saja. Kemudian
permasalahan yang diangkat diprioritaskan, tetapi penulisan diagnosanya kadang
hanya permasalahannya saja.

Pelaksanaan tindakan perawatan sebagian besar masih merupakan rutinitas.


Sebagian besar implementasi dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien saat itu
perencanaan kurang. Dan cenderung tidak ada kesinambungan antara rencana dan
tindakan yang dilaksanakan selama 24 jam. Revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi belum dilaksanakan.
Mengenai perencanaan perawatan juga belum bisa optimal, malah kadang tak
ada rencana perawatan atas pasien, tapi yaperawatan pasien tetap jalan.
Dokumentasi pada buku laporan sebagian di status psien.

Tindakan perawatan sebagai tolok ukur pelayanan keperawatan selama ini


dipersepsikam masih kurang baik oleh Direktur dan sebagian masyarakat, seperti
kutipan berikut ini :
Saya baru saja terima sms dari pasien, yah tentang mengeluhkan Perawat yang
kurang care kepada pasien, .
Jangan pelayanan perawatan diserahkan begitu saja kepada anak praktek, hal
ini akan menurunkan kepercayaan masyarakat. Jangan kami dijadikan bahan
percobaan/praktek. Jagalah sopan santun dan buatlah pasien merasa aman dan
nyaman sehingga cepat sembuh

Evaluasi yang dilaksanakan belum mengacu pada tujuan, karena sebagian


besar tujuan juga belum di dokumentasikan. Catatan perawatan di tulis dalam
format yang baku. Didokumentasikan sesuai dengan tindakan yang diberikan,
secara ringkas dan jelas. Sebagian besar tidak mencantumkan nama terang dan
hanya paraf saja.
Hasil kuesioner pemberian pelayanan perawatan : Ruang Teratai 71.08 %,
Soka 79 %, Aster 72.5 %, Flamboyan 82.63 % dab PSR 85.88 % (N = 74)
Pelaksanaan managemen perawatan IRNA : Taratai 73.69 %, Soka 73.86 %,
Aster 73.17 %, Flamboyan 83.28 % dan PSR 84.21 % (N = 74)
Setiap mahasiswa yang baru pertama kali melaksanakan praktek klinik di
RSMS akan di orientasikan, kemudian diserahkan ke pembimbing klinik di setiap

ruangan untuk pre confrence. Pada akhir stase dilaksanakan evaluasi. Setiap hari
selasa diadakan seminar asuhan keperawatan. Selama ini pembimbing kurang
melaksanakan bed side teaching dengan optimal dan ronde keperawatan .
C. Output
1. Efisieansi ruang rawat
Efisiensi ruang perawatan IRNA bulan Januari Oktober 2003 adalah BOR
73.55 %, LOS 4.97 %, BTO 44.67 % dan TOI 2.19 %.
2. Mutu Ruang Perawatan
a. Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pengkajian : belum dilaksanakan sesuai pedoman, data dikelompokan biopsiko-sosio-spiritual, data tidak selalu dikaji sejak pasien masuk sampai
pulang, perumusan masalah berdasarkan kesenjangan status kesehatan dan
norma dan pola fungsi hidup
Diagnosa Perawatan : belum semua berdasarkan rumusan masalah, belum
semua memuat PE/PES. Sering hanya Problem saja.
Perencanaan : Belum selalu di buat rencana perawatan, rumusan tujuan tidak
semua standar, belum semua rencana menggambarkan keterlibatan keluarga,
sebagian besar menggambarkan keterlibatan tim kesehatan lain
Implementasi : tidak semua berdasarkan rencana, respon tidak selalu di
observasi, belum ada revisi tindakan, tindakan ditulis ringkas, kadang
tulisan tidak jelas
Evaluasi : Belum semua mengacu pada tujuan, belum selalu menuliskan
evaluasi
Tindakan Perawatan : Format catatan perawatan sudah baku, belum
semua tindakan terdokumentasi, catatan ringkas dan kadang kurang jelas,
belum semua mencatat nama jelas sebagian besar hanya paraf, berkas
catatan disimpan bersama catatan medis lainnya..
Hasil observasi Kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1
Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Aspek yang Dinilai

Ruang Perawatan

Rata-rata

Teratai

Aster

Soka

Flamb

PSR

Pengkajian

31

57.25

53.25

55.25

47

48.75

Diagnosa Perawatan

32

53.33

72.67

60.67

40

51.9

Perencanaan

31.5

53.33

68.33

51.83

38.17

48.6

Tindakan perawatan

39.75

40

62.75

53.25

55.25

50.2

58

58.8

56.5

53.5

40.5

53.4

Catatan Perawatan

56.8

63.2

64.8

65.2

66

63.2

Rata-rata

41.51

54.32

63.05

56.62

47.82

52.66

Evaluasi

Sumber : Data Primer Hasil observasi dokumentasi keperawatan (N = 242)

b. Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien terhadap Mutu Asuhan Keperawatan.


Evaluasi Persepsi Klien Atas Mutu Asuhan Keperawatan : Teratai 78.48 %, Soka 76.44
%, Aster 77.8 %, Flamboyan 80.56 % dan PSR 80.8 % (N=242)
Keadaan yang membuat klien belum merasa puas antara lain perawat
yang kurang empati, kurang menjaga etika, cara kerja perawat yang kurang
taktis, kurang perhatian terutama pada hari libur, sore dan malam hari,
kurang komunikatif dan informatif, sesuai komentar klien dari pertanyaan
terbuka:
Pelayanan perawat RSMS memuaskan, tetapi beberapa masih perlu ditingkatkan
pelayanannya dan perlu lebih informatif.kadang ada juga yang tidak sabar
hendaknya lebih mau peduli kepada keluhan pasien terutama pada malam
hari, serta mengerti kapan infus habis, jangan nunggu dipanggil atau di telpon
dulu
Jagalah sopan santun dan buatlah pasien merasa aman dan nyaman sehingga
cepat sembuh ,

c. Pelaksanaan Tindakan Perawatan


Dari wawancara dengan Ketua Komite Medis, Pengelola Perawatan dan
ditambah dengan pertanyaan terbuka yang disampaikan kepada klien dan
keluarga sesuai kutipan :
Pelayanan perawatan dirasakan semakin baik, sehingga membuat pasien puas.
Kesan saya sebagai pasien sangat senang karena perawat sudah menjalankan
perannya dengan jujur dan disiplin, juga tidak membedakan antara pasien KS
dengan umum.

10

Jangan membiarkan pasien terlalu lama tidak ditangani, selalu sopan dan
menerima pendapat orang lain, dengan memberikan penjelasan yang masuk
akal atau rasio

3. Kepuasan perawat
Perawat juga merasakan kalau kinerja mereka yang diberikan
kepada klien RSMS belum merupakan kinerja yang sebaiknya. Seperti
kutipan :
Tapi memang kita juga merasa apa yang kita berikan belum sempurna..bukan
yang terbaik.

Kepuasan perawat sesuai hasil kuisioner didapatkan : Taratai 59.9


%, Soka 66.6 %, Aster 63.6 %, Flamboyan 64.7 % dan PSR 64.95 %
(N=74).
Sesuai hasil wawancara dengan beberapa ketua tim, hal-hal yang
membuat perawat masih kurang puas : perhatian pengelola yang di rasa
belum optimal, kurangnya evaluasi dan supervisi, kesempatan
peningkatan pendidikan berkelanjutan seolah belum terprogram,
keselamatan kerja kurang terjamin, beban kerja relatif melampaui batas,
kondisi ruang kerja kurang kondusif.
4. Mahasiswa
Menurut hasil kuisioner tentang keadaan RSMS sebagai lahan
praktek didapatkan hasil : Teratai 69.1 %, Soka 66.6 %, Aster 70.8 %
dan Flamboyan 69.1 % (N=110 ). Ruang PSR tidak dijadikan ruang
praktek klinik keperawatan.
5. Penelitian keperawatan
Pelaksanaan penelitian perawatan oleh perawat RSMS sangat
terbatas. Penelitian-penelitian perawat yang oleh perawat yang tengah
mengikuti program pendidikan.
PEMBAHASAN
Secara umum pelaksanaan managemen perawatan dapat di jelaskan sebagai berikut :
A. Input
1. Manusia
Perawat merupakan bentuk profesional, sehingga untuk dapat mengelola
asuhan keperawatan dengan baik memerlukan seorang pengelola keperawatan,
termasuk Kepala Bidang Perawatan yang merupakan jabatan strategis bagi

11

penentu arah profesionalisme perawat. Kepala Bidang Perawatan sampai saat ini
di jabat oleh seorang dokter. Keadaan ini belum sesuai dengan harapan perawat
RSMS dan profil manager keperawatan RSMS.
Kepala IRNA merangkap jabatan sebagai Kasi Perawatan 1. Keadaan ini
merupakan beban tugas yang relatif berat bagi pejabat tersebut dan cenderung
tidak menghasilkan kinerja yang optimal
Kepala ruang harus mempunyai ilmu managemen yang sesuai seperti yang di
sampaikan oleh Grant & Massey,1999, bahwa managemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
organisasi. Didalamnya mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Ketua Tim dan Perawat Penanggung jawab belum semua mendapat pelatihan
atau penyegaran tentang metode pelayanan perawatan. Walaupun dalam uraian
tugas terdapat kejelasan tugas masing-masing, namun kompetensi mereka relatif
sama, sehingga dalam pelaksanaan kerja seolah tidak ada perbedaan peran dan
tanggung jawab antara ketua dan anak buahnya.
Pendidikan perawat berkelanjutan, sistem reward dan kompensasi yang baik
penting untuk

di terapkan dalam sistem ini sehingga akan menumbuhkan

motivasi tenaga. Hal ini akan dapat meningkatkan kinerja profesional mereka
sesuai Herzberg, 19664 bahwa dalam setiap pekerjaan ada dua kelompok yang
vital , yang maha penting yaitu higiene faktor (faktor pemeliharaan hidup) dan
kelompok motivational factor (faktor pemuas) Kekurangan tenaga perawat
mengurangi kualitas perawatan sebab perawat-perawat yang kelebihan beban
kerja akan kekurangan waktu untuk menunjukan ukuran-ukuran terapi dan
protektif yang penting. RSMS yang merupakan rumah sakit pemerintah
tergantung dari Pemda sebagai pihak yang memberikan gaji pegawai, sehingga
tidak bisa di penuhi langsung.
Menurut Direktur RSMS dan Pengelola perawatan bahwa pelayanan perawat
RSMS masih jauh dari harapan. Ini merupakan permasalahan kompleks perawat.
Selain motivasi internal dan ekternal perawat yang belum baik, juga karena
jumlah perawat sendiri kurang dari kebutuhan.
Bimbingan praktek akan mempengaruhi kualitas mahasiswa perawat yang
akan dihasilkan sehingga seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan,
IRNA harus menyesuaikan rasio mahasiswa dengan jumlah instruktur klinik yang

12

dimiliki. Sehingga pembimbing dapat memberikan pembahasan pada keragaman


kasus yang dimiliki IRNA dengan penguasaan asuhan pada setiap kasus dengan
profesional.
Jumlah masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan di IRNA
menurun, menurut Gillies, 1989, bahwa apabila jumlah klien yang datang untuk
mencari pelayanan berkurang, atau LOS memanjang maka pendapatan rumah
sakit akan berkurang .Hal ini dapat di atasi salah satunya dengan
mengoptimalkan fungsi perawat dimana perawat sebagai salah satu provider di
rumah sakit yang dekat dengan klien selama 24 jam dapat berfungsi sebagai
pembela klien, dapat membuat image yang baik pada klien, atau mempunyai
reputasi yang baik dari kompetitor yang lain 5
Kondisi klien yang menginap di kelas III dengan ketegori klien kurang/tidak
mampu sebanyak 48.31 % telah sesuai dengan Perda. dimana rumah sakit
pemerintah harus menyediakan minimal 30 % dari jumlah tempat tidurnya untuk
golongan klien tidak mampu.
2. Sumber dana
Sejak diberlakukannya Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No 5 tahun
2003 tentang retribusi, secara hukum otomatis status swadana gugur8 RSMS tidak
perlu mengalokasikan dana untuk gaji karyawan, merupakan peluang untuk
mendapatkan insentif/dana perangsang. Permintaan peningkatan insentif perawat
RSMS memicu perawat menjadi pesaing internal. Pesaing internal juga datang
dari tenaga dokter yang bekerja sama dengan perawat yang memberikan
pelayanan kesehatan di instansi lain
3. Sarana-prasarana
Untuk dapat menghasilkan kinerja perawat yang bermutu dan profesional
harus didukung dengan sarana prasarana yang sesuai.

Karena pemeliharaan

sarana prasarana perawatan terasa lambat maka perawat mengaharapkan pihak


pemelihara sarana dan prasarana untuk lebih proaktif dalam menjalankan
tugasnya.
4. Metode
Standar asuhan keperawatan, SAK 10 kasus terbesar tiap ruangan serta
peraturan-peraturan yang berujud protap-protap keperawatan telah di buat untuk
mengatur hubungan perawat. Untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas
SAK dan SOP ini harus menjadi pedoman.

13

B. Proses
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan kebutuhan tenaga belum dilaksanakan sepenuhnya, hal ini
terkait dengan status RSMS yang milik pemerintah sehingga dalam pemenuhan
tenaga harus mengikuti prosedur yang ada. Perencanaan pengadaan sarana
perawatan telah menjadi kegiatan rutin bulanan. Rencana harian-bulanan terkait
dengan pelayanan perawatan telah dilaksanakan
Perencanaan IRNA telah menggunakan rencana strategis yang mengacu pada
rencana strategis RSMS, dan pembuatannya telah melibatkan kepala ruang. Hal
ini telah sesuai bahwa perencanaan organisasi sosial adalah jenis khusus
pembuatan keputusan yang berisi penyelidikan lingkungan, analisa sistem dan
sub sistem organisasi, menjelaskan misi organisasi, menciptakan tujuan,
mengkaji kemampuan

organisasi, mengenal jalur tindakan yang mungkin

dilaksanakan, evaluasi efektifitas yang mungkin timbul dari tindakan yang


dilaksanakan, memilih jalur tindakan yang sesuai, mengenal keperluan tindakan
untuk mencapai tujuan, dan memenuhi pegawai untuk memenuhi rencana
tindakan. Langkah pertama dari perencanaan adalah memperoleh persetujuan
manager organisasi. 4
2. Pengorganisasian
Metode kasus cenderung tidak jalan. Sedang ketua tim dan anggotanya relatif
sejajar karena kompetensi mereka se-level ,koordinasi dan pendelegasian tidak
optimal. Penerapan metode pelayanan perawatan harus disesuaikan dengan
keadaan rumah sakit dan jumlah perawat yang ada, kualitas perawat dan
kebijakan manager. 6 Sehingga metode yang di pakai akan mendukung pelayanan
perawatan. Perawat penanggung jawab perkasus harus memenuhi filsafat
keperawatan primer dan memerlukan seorang sarjana keperawatan atau perawat
dengan

pendidikan

master

untuk

keperawatan dengan derajat tinggi.

dapat

mengimplementasikan

praktek

3. Pelaksanaan
Empat tim perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam dipimpin oleh
seorang ketua tim sebagai perawat profesional dan mempunyai anggota sebagai
pelaksana perawatan. Pada pelaksanaanya masing-masing shift terdiri atas 2-3
orang perawat dengan kompetensi relatif sama dan beban kerja tinggi, sehingga
memungkinkan fungsi ketua tim dan anggota tidak jelas, karena kekurangan

14

anggota tim, menuntut ketua tim melaksanakan tugas pemberian tindakan


perawatan.
4. Pengawasan
Pengawasan belum dilaksanakan dengan baik, kaitannya dengan beban kerja
supervisor , motivasi, kualitas leadership perawat, sehingga upaya pelaksanaan
supervisi belum lancar. Supervisi

merupakan

bagian

terpenting

dalam

managemen perawatan dan merupakan tanggung jawab pemimpin perawatan


oleh karenanya sebagai pengelola perawatan di persyaratkan mempunyai
kemampuan dalam melaksanakan supervisi keperawatan. Dalam melaksanakan
supervisi bukan hanya mengawasi seluruh staf dalam melaksanakan tugas sesuai
program, pedoman atau ketentuan tetapi juga berusaha bersama-sama dengan
perawat

bagaimana

memperbaiki

pelayanan

keperawatan

yang

sedang

berlangsung.

Tahap proses asuhan keperawatan sudah mempunyai format tersendiri dan


penyimpanannya digabungkan dengan dokumen rekam medis yang lain.
Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang belum baik merupakan
pencerminan asuhan keperawatan yang diberikan, karena Proses asuhan
keperawatan merupakan suatu kerangka yang memungkinkan keperawatan untuk
mengidentifikasi keunikannya terhadap masyarakat Proses keperawatan adalah
cara kerja yang meliputi pengkajian dari setiap klien dan rencana asuhan
keperawatan tertulis secara individual. Rencana asuhan keperawatan mengatur
pemberian asuhan keperawatan kepada klien dan membantu mengatasi masalah.
Proses keperawatan menjamin perawatan yang berkualitas 1
IRNA hendaknya menjadikan dirinya sebagai lahan praktek yang kondusif
karena dengan pembelajaran klinik diharapkan mahasiswa akan memperoleh
kemampuan membuat pertimbangan dan pengambilan keputusan klinik secara
mandiri didasari oleh teori, hukum, dan etika profesi, menggunakan berbagai
ketrampilan profesional meliputi ketrampilan tekhnikal dan interpersonal tertentu
dan memahami respon klien sebagai manusia yang mempunyai otonomi dan hak
azasi.
C.

output
1. Efisiensi ruang rawat

15

Efisiansi ruang rawat sejak Januari sampai Oktober 2003 adalah BOR di
ruang perawatan sekitar 76.11 %, LOS sekitar 5.3 %, BTO sebesar 50.2 % dan
TOI 2.38 % masih memenuhi standar nasional. 3
2. Mutu ruang rawat
-

Studi Dokumentasi ; Catatan asuhan keperawatan sebenarnya sudah


menggunakan format yang baku, hanya saja metode pengisian yang manual,
sedangkan keterbatasan waktu dan tenaga , kemampuan, serta pekerjaan
sehingga dokumentasi terkesan asal isi. Perawat membuat catatan perawatan
pada buku laporan yang di buat setiap shift jaga secara berkesinambungan
24 jam. Untuk memberikan kinerja profesional yang bermutu harus
didasarkan pada standar pelayanan yang di tetapkan. Adanya SAK dan
protap-protap keperawatan harus menjadi pedoman bagi setiap tindakan
perawatan.

Instrumen Evaluasi Persepsi Pasien terhasap Mutu Asuhan Keperawatan.


Sebagian besar hal-hal yang belum membuat klien merasa puas diantaranya
pada perawat yang kurang komunikatif dan informatif, kadang kurang
menjaga etika, empati, pelayanan oleh mahasiswa, cara kerja perawat yang
kurang taktis, kurang perhatian kepada klien terutama malam dan hari libur.
kepuasan

pasien

akan

pelayanan

perawatan

dapat

menentukan

pengembangan RSMS, karena klien dapat menjadi ujung tombak promosi


RSMS di masyarakat.
-

Pelaksanaan Tindakan keperawatan yang baik harus berpedoman pada


protap-protap dan standar yang telah ditetapkan sehingga diharapkan
hasilnya

akan

berkualitas

dan

maksimal,

untuk

mewujudkannya

memerlukan evaluasi yang terus menerus dari kualitas tindakan yang


diberikan kepada klien, kelayakan perawatan, identifikasi peluang yang ada
di sekitar lingkungan untuk meningkatkan perawatan dan penyelesaian
masalah yang telah di identifikasi.
3. Kepuasan Perawat
Kepuasan kerja dapat dicapai dengan pembimbingan dan pendampingan
oleh pengelola, memperhatikan kepentingan pribadi bawahan, dinamis dalam
memberikan tugas, menciptakan suasana kerja yang kondusif, kompetensi,
meningkatkan tanggung jawab pada pekerjaan sendiri, mengurangi kontrol pada
tugas yang telah diberikan untuk mengembangkan kemandirian dan tanggung

16

jawab, memberikan reinforcement pada penampilan yang positif dan program


pendidikan berkelanjutan baik formal maupun informal, pelatihan pelatihan
seperti yang telah tertuang dalam rencana strategis IRNA.
4. Kepuasan Mahasiswa
Pelaksanaan prosedur pembimbingan mahasiswa sesuai standar akan
meningkatkan kepuasan mahasiswa.
5. Penelitian
Sesuai dengan standar

pendidikan perawat yang ada yang belum

memungkinkan perawat sebagai peneliti.

Setelah di kelompokan menjadi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman)


dan faktor-faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dan di beri skoring pada masing
masing item pada kekuatan, kelemahan , peluang dan ancaman kemudian di pakai
diagram Cartesius maka posisi keperawatan IRNA berada pada koordinat (0.663;0.438) yaitu terletak pada kuadran II yaitu mendukung strategi diversifikasi

KESIMPULAN
A.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Posisi strategis IRNA berada pada kuadran II yaitu mendukung strategi
diversifikasi, dimana selain mempunyai ancaman dari luar tetapi IRNA
mempunyai kekuatan internal untuk meraih peluang jangka panjang.
2. Rencana strategis yang bisa di laksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang semakin baik antara lain dengan mengimplementasikan
MPKP, meningkatkan kerja tim, memperbaiki sistem informasi managemen,
penekanan pada etika profesi SAK dan SOP yang semakin di sempurnakan.
3. Persiapan-persiapan yang dapat di laksanakan oleh IRNA untuk implementasi
MPKP adalah dengan meningkatkan profesionalisme perawat, pendekatan
managemen, penerapan metode pelayanan yang sesuai, meningkatkan
hubungan profesional perawat dan memperbaiki sistem reward dan
kompensasi perawat.

B.

Saran
Saran yang di sampaikan kepada IRNA adalah

17

1. Untuk meningkatkan posisi strategis IRNA dilaksanakan dengan meningkatkan


kekuatan yang dimiliki dan mengurangi kelemahan-kelemahan IRNA terutama
pada sumber daya perawat dan staf serta mendayagunakan sumber daya dan
keahlian tenaga kerja yang ada dengan efisien dan efektif. Peningkatan sumber
daya menusia dengan pelatihan-pelatihan, untuk meningkatkan pemasaran
dengan meningkatkan service dan menciptakan brand image dan sistem
managemen mutu dengan GKM.
2. Untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan penyempurnaan dan
pelaksanaan SAK dan SOP, pelatihan dan penyegaran perawat sesuai keadaan,
penempatan staf sesuai peminatan, pemanfaatan hasil-hasil penelitian
perawatan, differensiasi produk pelayanan misalnya dengan home care,
melibatkan klien dalam kegiatan rumah sakit sehingga customer merasa
memiliki dan dekat dengan rumah sakit, meningkatkan hubungan kemitraan
dengan perawat, dokter, bidan dan instansi kesehatan dan selain kesehatan
untuk meningkatkan rujukan, memberikan service yang memuaskan dengan
dukungan cutomer service. Sebagai rumah sakit pendidikan dengan
meningkatkan kualitas bimbingan. Untuk meningkatkan kinerja perawat
dengan kerja tim, pembentukan komite perawatan, serta pelaksanaan evaluasi
yang berkesinambungan.
3. Implementasi MPKP di awali dengan adanya perencanaan implementasi,
kemudian di bentuk tim implementasi, dukungan pimpinan RSMS secara
materi dan non materi, adanya komitmen perawat untuk memperbaiki lima sub
sistem MPKP yaitu nilai-nilai profesional perawat, pendekatan managemen,
sistem pemberian pelayanan perawat, hubungan profesional serta reward dan
kompensasi yang di tuangkan dalam standar yang di sahkan untuk
dilaksanakan bersama.
4. Untuk Akademik : hendaknya mendukung implementasi MPKP di RSMS
untuk dapat meningkatkan kualitas generasi muda perawat.
5. Peneliti lain, untuk :
a. Melakukan penelitian tentang motivasi perawat hubungannya dengan
implementasi di IRNA
b. Melakukan penelitian lanjutan tentang out come pelaksanaan MPKP di
IRNA

18

Daftar Pustaka

1. Allen.C.V.,1998, Memahami Proses Keperawatan Dengan Pemahaman Latihan,


EGC , Jakarta
2. Clifford & Horvath,1990, Advancing Professional Nurssng Practice : Innovations at
Boston Beth Israel Hospital, Springer Publishing Company, New York.

3. Djoyodibroto D,1997, Kiat Mengelola RS, cetakan pertama, Hypocrates,


Jakarta
4. Gillies DA, RN,MA,EdD, 1989, Managemen Keperawatan Sebagai Pendekatan
Sistem edisi II, WB Saunders Company, Harcourt Brace Jovanovich, Inc,
Philadelphia.

5. Javalgy, Rajshekhar,1991, Choosing Hospital, Analisis of Consumer Trade off,


journal of helat care marketing (JHC) vol.11 page 12-22
6. Nursalam, M.Nurs, 2002, Managemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta.

7. Rangkuti F,2002, Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
8. Soejitno S.dkk, 2000, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, Hastarimasta
CV, Jakarta
9. Adriani, 2002, Analisis Eksternal dan Internal Dalam Rangka Penyusunan
Strategi Pengembangan Keperawatan di RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukitinggi, tesis S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM
Yogyakarta,
10. Baet,MC.,Bart CK.,1996, Developing Mission Statement Whish Work, Long
Range Planing, elsevier science ltd, vol 29, no 4, pp526-533
11. Dorothy Young Brockopp, R.N.C.,Ph.D,etc, 1995, Dasar-dasar Riset
Keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
12. Gaffar LOJ,S.Kp, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
13. Hoffart,N.& Woods,C.Q.,1996, Elements of A Nursing Professional Practice
Model, Journal Professional Nursing, 12(6), 3547-364.
14. http://www.deliveri.org/guidelines/Total Quality Managemen-Ringkasan
19

15. Kantor Wilayah Depkes DKI Jakarta, 1995, Managemen Perumahsakitan,


Jakarta
16. Kirk R, Hoesing H, 1997, The Nursing Guide to Common Sense Quality
Management, SN Publication Inc, JB Lippincoth, Philadelphia.
17. Kozier,Erbs,1991, Fundamental of Nursing, WB Saunders Co, Menlo Park,
CA
18. Notoatmodjo S. 1993, Metodologi Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
19. Patronis,JR. Sharon,EB.,1996, Decision Making in Nursing, Delmar
Publisher, Toronto.
20. Priharjo R,1995, Praktik Keperawatan Profesional Konsep Dasar dan Hukum,
Penerbit Buku Akedokteran EGC, Jakarta
21. Tomey-Ann,1996, Guide to Nursing Management and Leadership, Mosby Co,
St Louis.
22. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
23. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
24. Wise, YP, 1995, Leading and Managing in Nursing, Mosby-Year book, Inc,
USA.

20

You might also like