You are on page 1of 11

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ISSN 2302-0253
pp. 38- 48

11 Pages

KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL


BETONAC-BC MENGGUNAKANMATERIAL AGREGAT
BASALT DENGAN ASPAL PEN. 60/70 DAN TAMBAHAN
PARUTAN BAN DALAM BEKAS KENDERAAN RODA 4
Faisal1 , Sofyan M. Shaleh2, M. Isya2
1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah KualaBanda Aceh


Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala,Darussalam Banda Aceh 23111, indonesia
Email Penulis fsal_sbl@yahoo.co.id

2,3)

Abstract : Permit restriction pit-C along the river basins in Aceh Besar area can lead to
limited material of crushed stone for road pavement structure in the future, so we need an
alternative to the use of crushed stone material of hills or mountains.Basalt rock believed to
have the ability to desired requirements in accordance with the material specifications for
road construction. This study aims to investigate the characteristics of the Marshall mix
asphalt concrete AC-BC using basalt rock aggregate with asphalt penetration. 60/70 and an
additional used rubber tires, so as to reduce dependence on natural materials from the river.
The use of 4% grater used rubber tires has the highest stability 2512.04 kg. Increased stability
due to tire grated 1% variation of 6.23%, 2% at 13.68%, 17.39% 3%, 4% at 28.56% and 5%
at 25.31%.Value flow reached the highest value at 1% grater used rubber tires with a value of
4.3 mm and Marshall quotient values obtained at the highest 5% ie 734.96 kg/mm. VIM values
decrease with increasing values grater percentage of used rubber tires, while the value
increased VMA and VFB. Value durability of asphalt concrete AC-BC with a grater
percentage variation used rubber tires no eligible > 90% according to the specifications of the
Department of Public Works in 2010.
Keywords: Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC), the characteristics of basalt rock
Marshall, and grater used rubber tires
Abstrak : Pembatasan izin galian C di sepanjang daerah aliran sungai di wilayah Aceh Besar dapat
menyebabkan terbatasnya material batu pecah untuk struktur perkerasan jalan di masa yang akan
datang, sehingga perlu suatu alternatif penggunaan material batu pecah dari perbukitan atau
pegunungan. Batuan basalt diyakini memiliki kemampuan untuk persyaratan yang diinginkan sesuai
dengan spesifikasi material untuk konstruksi jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Karakteristik Marshall campuranaspal beton AC-BC menggunakan agregat batuan basalt dengan Aspal
penetrasi.60/70 dan tambahan ban dalam bekas kenderaan roda 4, sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap material alam dari sungai. Tahapan awal penelitian adalah mencari Kadar
Aspal Optimum (KAO), kemudian dilakukan penambahan parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4,
mulai dari 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Darihasil penelitian penggunaan parutan ban dalam bekas
kenderaan roda 4 dapat membantu meningkatkan parameter Marshall, terutama nilai stabilitas.
Penggunaan 4% parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4 mempunyai stabilitas tertinggi yaitu
2512,04 Kg. Nilai flow mencapai nilai tertinggi pada 1% parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4
dengan nilai 4,3 mm dan nilai Marshall quotient tertinggi diperoleh pada 5 % yaitu 734,96 kg/mm.
Nilai VIM terjadi penurunan nilai seiring dengan peningkatan persentase parutan ban dalam bekas
kenderaan roda 4, sedangkan nilai VMA dan VFB terjadi peningkatan. Nilai durabilitas aspal beton ACBC dengan variasi persentase parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4 tidak ada yang memenuhi
persyaratan > 90% sesuai dengan Spesifikasi Umum Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010.
Kata kunci : Aspal Concrete Binder Course (AC-BC), Karakteristik Marshall Batuan Basalt, dan
Parutan Ban dalam bekas kenderaan roda 4

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 38

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
konstruksi jalan, terutama lapisan permukaan.

PENDAHULUAN
Kasus robohnya beberapa jembatan yang

Aspal berfungsi sebagai bahan pengikat antar

melintasi sungai Krueng Aceh di daerah Aceh

butir agregat dan juga menjadi bahan pengisi

Besar

telah

antar rongga agregat. Kemampuan daya ikat

adanya

aspal dipengaruhi oleh viskositas. Kekentalan

pertambangan galian C, di sepanjang aliran

aspal (viskositas) yang tepat pada saat proses

sungai Krueng Aceh. Hal ini telah menyadarkan

pencampuran dengan agregat, memberikan

pihak Pemerintah untuk membatasi pemberian

kekuatan yang baik bagi campuran aspal

izin galian C, pada daerah aliran sungai.

beton.Kekentalan

Banyaknya izin dari galian C, menyebabkan

dipengaruhi oleh temperatur/ suhu pemanasan

terjadinya perubahan dasar pada aliran sungai.

aspal, sehingga suhu pencampuran dan suhu

Pembatasan izin galian C, akan menyebabkan

pemadatan harus dilakukan sesuai dengan nilai

berkurangnya material yang diperlukan untuk

viskositas aspal yang sesuai.

beberapa

menunjukkan

struktur

tahun

efek

yang

negatif

perkerasan jalan,

lalu,
dari

sehingga

dari

aspal

(viskositas)

perlu

Banyak penelitian yang dilakukan untuk

mencari alternatif lain, yaitu dengan melakukan

menambah daya lekat dan kekentalan aspal,

galian C, pada daerah-daerah yang memiliki

diantaranya

kandungan material batuan yang cukup besar,

penggunaan ban dalam bekas kenderaan roda

biasanya pada daerah perbukitan atau pada

4.Penggunaan

daerah pegunungan.

diharapkan dapat memberikan kekuatan lebih

Material yang berasal dari perbukitan

penggunaan

bahan

bahan

tambahan

lateks,

tersebut,

bagi suatu lapisan permukaan jalan.

atau pegunungan dapat berupa batuan basalt.


Batuan ini memiliki ukuran yang cukup besar,
sehingga memerlukan proses penggalian secara
mekanis dan proses pemecahan dengan alat
pemecah batu (Stone Crusher), guna memenuhi
ukuran yang sesuai dengan persyaratan gradasi
untuk

lapisan-lapisan

konstruksi

jalan.

Penggunaan batuan basalt untuk konstruksi

Tinjauan kepustakaan
Lapis pengikat aspal beton atau Aspal
Concrete Binder Course (AC-BC) adalah
merupakan lapisan penghubung antara aspal
beton lapisan aus atau AC-WC dengan lapisan
Aspal Base (AC-Base) atau dengan lapisan
pondasi atas atau Base.

jalan dapat memberikan alternatif pengganti


material

sungai

yang

semakin

terbatas

Batuan basalt adalah batuan yang berasal

jumlahnya.
Selain
mempengaruhi

material

agregat

yang

kekuatan

konstruksi

jalan,

penggunaan jenis aspal dalam campuran aspal


beton,
39 -

juga

Batuan Basalt

mempengaruhi

kestabilan

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

dari hasil pembekuan magma yangmempunyai


ukuran butir yang sangat baik sehingga
kehadiran mineral-mineral tidak terlihat.Batuan
basalt lazimnya bersifat masif dan keras,

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas

Unsur

utama

dalam

batuan

basalt

vulkanik, plagioklas, piroksin.Amfibol dan

berdasarkan Publikasi oleh Sucipta, E dan

mineral hitam. Kandungan mineral Vulkanik ini

Sadisun, I.A dalam Buletin Geologi ITB, Vol.

hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt

32, No.3, Kandungan mineral batuan basalt

yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari

adalah sebagai berikut :

batuan basalt yang bernama Gabbro (Anonim,


2012).
Tabel 1.1
No.
1.

Kandungan Mineral Batuan Basalt

Jenis Mineral
Silikat Plagioklas [(Na, Ca)AlSi3O8)]

Persentase
40% - 65%

2.

Gelas Volkanik [SiO2, Al2O3, Fe2O, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O]

5% - 35%

3.

Piroksen [(Ca,Na) (Mg, Fe, Al) (Si,Al)2O6]

5% - 25%

4.

Olivin [(Mg, Fe)2SiO4]

0% - 8%

5.

Hornblenda [[Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2[(Si,Al)4O11]2]

0% - 1%

Sumber : Sucipta, IGBE dan Sadisun, IA (2000)

Bahan Campuran Beraspal Panas

pembentuk campuran beraspal, mortar atau

a.

beton.

Agregat
Agregat

campuran

digunakan

beraspal,

sebagai

bahan

membentuk

suatu

kombinasi ikatan yang seimbang di antara


Tabel 1.2

Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian

Standar

Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan


magnesium sulfat.

SNI 03-3407-1994

Maks. 12 %

Abrasi dengan Mesin Los Angeles

SNI 03-2417-1991

Maks. 40 %

Kelekatan agregat terhadap Aspal

SNI 03-2439-1991

Min. 95 %

Kepipihan

ASTM D-4791

Maks. 1

Partikel Lonjong

ASTM D-4791

Maks. 1

Berat Jenis
Penyerapan Terhadap Air
Material Lolos Saringan No. 200

SNI03-1969-1991
SNI03-1969-1991
SNI 03-4142-1996

Min 2,5
Maks. 3 %
Maks. 1 %

Sumber : (Spesifikasi Umum, Departemen Pekerjaan Umum, 2010)

b.

Persyaratan gradasi dapat dilihat pada Tabel

Gradasi
Gradasi

adalah

distribusi

partikel-

1.3.

partikel berdasarkan ukuran agregat yang


saling mengisi sehingga terjadinya suatu ikatan
yang

saling

mengunci

(interlocking).
Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 40

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 1.3

Spesifikasi Agregat Gradasi Laston AC-BC

Ukuran Ayakan
ASTM
1
3
/4
1 "
/2
3/8
No. 4
No.8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200

c.

% Berat yang Lolos AC-BC


(mm)
25
19
12,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
0,075

Gradasi Halus
100
90 100
74 90
64 82
47 64
34,6 49
28,3 38
20,7- 28
13,7- 20
4 13
48
Sumber :Anonim (2010)

Gradasi Kasar 1
100
90 - 100
71 - 90
58 80
37 - 56
23 - 34,6
15 - 22,3
10 - 16,7
7 - 13,7
5 11
4-8

Aspal

bahan pengisi, mengisi rongga antar butir dan

Fungsi aspal adalah sebagai bahan

pori-pori agregat itu sendiri (Saodang, 2005).

pengikat dengan butiran agregat dan sebagai

Tabel 1.4

Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70

N0

Jenis Pengujian

Metode

Persyaratan

o1.

Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik;0,1 mill

SNI 06-2456-1991

60-70

2.
3.

Viskositas, 135 C
Titik Lembek; C,

SNI 06-6441-2000
SNI 06-2434-1991

385
>48

4.

Titik Nyala; C,

SNI 06-2433-1991

Min.200

5.
6.

Daktalitas, 25 C; cm
Berat jenis

SNI 06-2432-1991
SNI 06-2441-1991

>100
>1,0

7.

Kelarutan dalam Triclilor Ethylen;%berat

SNI 06-2438-1991

> 99

8.

Titik nyala, C

1.3

SNI-06-2433-1991
>232
Sumber : (Spesifikasi Umum, Departemen Pekerjaan Umum 2010)

Rubberized Aspal

beban lalu lintas, dibandingkan dengan aspal

Kurniati (2004) dan Sugianto, G, 2008),

tanpa bahan tambahan.

penggunaan ban dalam bekas kenderaan roda 4


pada

campuran

aspal

beton

mampu

meningkatkan ketahanan terhadap deformasi


permanen

akibat

jejak

roda

kenderaan.

Penambahan bahan tambah seperti serbuk ban


dalam bekas kenderaan roda 4 ke dalam
campuran aspal dapat memberikan daya tahan
yang lebih baik terhadap suhu tinggi maupun

1.4

Ketentuan Laston AC-BC


Pemeriksaan Marshall Test di maksudkan

untuk menentukan: stabilitas, kelelahan plastis


(flow), berat volume (density), persen rongga
dalam campuran (VIM), persen rongga terisi
aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat
(VMA), Marshall Quotient (MQ), yaitu sebuah
gambaran kekakuan yang merupakan ukuran
ketahanan benda uji terhadap deformasi.

41 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 2.5

Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC-BC)


Laston (AC-BC)

Sifat-sifat Campuran
Kadar aspal efektif (%)
Penyerapan aspal (%)
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%) (2)

Maks.

Rongga dalam Agregat (VMA) (%)


Rongga Terisi Aspal (%)
Stabilitas Marshall (kg)
Pelelehan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (3)
Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)(4)

Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Min.

Halus
4,3
1,2
75
3,5
5,0
15
65
800
3
250
80 *

Kasar
4,0

2,5

Sumber : (Anonim, 2010)


* Spesifikasi Campuran Aspal Panas tahun 2010

berupa abu batu dari agregat basalt dan bahan

METODE PENELITIAN
Metode

pengujian

yang

digunakan

mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan

aditif berupa ban dalam bekas kenderaan roda


4.

standar Departemen Pekerjaan.


2.2 Pengujian material aspal
1.1

Aspal yang digunakan dalam penelitian

Pengujian material agregat


Agregat kasar dan agregat halus yang

ini adalah Aspal Pen.60/70 produksi Pertamina.

digunakan adalah dari jenis batu basalt yang


dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone
Crusher) yang berasal dari Desa Neuheun
Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Filler

2.3 Pemilihan Gradasi agregat


Kurva gradasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gradasi lapisan AC-BC,
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1: Grafik Gradasi

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 42

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dari 0 %, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, pada

2.4 Perencanaan Benda Uji


Jumlah benda uji dalam penelitian ini

kadar aspal optimum dengan pengujian

sebanyak 51 buah benda uji. Benda uji yang

rendaman 24 jam dalam waterbath pada

dibuat terdiri dari tiga kelompok yaitu :

suhu 60oC dengan jumlah benda uji 18 buah.

1. Benda uji dengan variasi kadar aspal pen.

Hasil

perbandingan

stabilitas

dari

60/70 dalam campuran aspal beton (AC-BC)

rendaman 24 jam dibandingkan stabilitas dari

dengan jumlah 15 buah benda uji.

rendaman 30 menit, akan diperoleh nilai

Dari evaluasi parameter Marshall akan

durabilitas.

diperoleh kadar aspal optimum (KAO)


2.

2. Pembuatan benda uji dengan variasi parutan

Hasil pengujian agregat, aspal

ban dalam bekas kenderaan roda 4 mulai

(AC-BC) untuk variasi persentase aspal dan

kadar aspal optimum dengan pengujian

parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4,pada

rendaman 30 menit dalam waterbath pada

kadar aspal optimum (KAO) disajikan pada

suhu 60oC dengan jumlah benda uji 18 buah.

pada Tabel 3.1, Tabel 3.2. Tabel 3.3 dan Tabel

3. Pembuatan benda uji dengan variasi parutan

3.4

ban dalam bekas kenderaan roda 4, mulai

No.

Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat

Sifat-sifat Fisis yang Diperiksa

1.

Berat Jenis

2.

Penyerapan

Satuan

%
3

Hasil

Persyaratan

2,648

Min. 2,5

1,394

Maks. 3

3.

Berat Isi

kg/dm

1,480

Min. 1

4.

Keausan

20,74

Maks. 40

5.

Indeks Kepipihan

27,17

Maks. 10

Indeks Kelonjongan

18,39

Maks. 10

7.

Tumbukan

12.84

Maks. 30

8.

Kelekatan Agregat terhadap aspal

98

Min. 95

Tabel 3.2
No.

Satuan

Hasil

Persyaratan

1,0140

(0,1 mm)

64,6

60 79

Daktilitas

Cm

118,3

Min. 100

Titik Lembek

51,25

48C

1.

Berat Jenis

2.

Penetrasi

3.
4.

43 -

Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Pen. 60/70

Sifat-sifat Fisis yang diperiksa

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

dan

parameter Marshall untuk campuran aspal beton

dari 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, pada

Tabel 3.1

Hasil dan Pembahasan

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 3.3
No

Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Kadar Aspal Pen. 60/70

Karakteristik
Campuran

4,5

5,0

Kadar Aspal( % )
5,5

6,0

Spesifikasi
Dept. PU

6,5

1.
2.

Stabilitas (kg)
Flow Plastis (mm)

1658,24
3,0

1711,17
3,2

2061,90
3,3

1868,19
3,5

1796,21
4,7

> 800
>3

3.
4.
5.
6.
7.

MQ (Kg)
Density (gr/cm3)
VIM (%)
VMA (%)
VFB (%)

565.08
2.25
8.76
18.75
53.55

528.59
2.33
4.85
16.35
72.30

628.13
2.35
3.50
16.23
79.78

536.41
2.34
3.28
17.10
80.99

393.66
2.32
3.31
18.17
82.23

> 250
>2
3,5 5,0
> 14
> 63

Tabel 3.4

Rekapitulasi hasil Pengujian Marshall untuk variasi parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4
Variasi Kadar Parutan Ban dalam bekas kenderaan roda 4

No.

Karakteristik
Campuran

0%

Stabilitas (kg)

1953,89

2075,69

2221,25

Flow (mm)

3,6

4,3

4,1

3
4

MQ (kg/mm)
Density(gr/cm3)

552,77
2.3379

479,77
2.3368

5
6

VIM (%)
VMA (%)

4.21
16.36

VFB (%)

Durabilitas (%)

1%

2%

Spesifikasi
Dept. PU

4%

5%

2239,72

2512,04

2448,60

Min. 800

3,8

3,5

3,3

Min. 3

537,88
2.3366

590,20
2.3373

726,34
2.3377

734,96
2.3368

Min. 250
Min. 2

4.18
16.45

4.12
16.50

4.01
16.52

3.92
16.56

3.89
16.64

3,5 - 5,0
Min. 14

74.26

74.59

75.06

75.73

76.32

76.65

Min. 63

78.15

69.49

64.66

64,71

89.64

76.64

Min. 80

3.2 Pembahasan
Dari data yang diperoleh maka dapat

3%

parameter Marshall pada kadar aspal optimum


pada Gambar 3.1.

dilihat pengaruh variasi persentase parutan ban


dalam bekas kenderaan roda 4 terhadap

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 44

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Gambar 3.1

Grafik Hubungan Parameter Marshall dengan VariasiPersentase Parutan Ban dalam bekas kenderaan
roda 4

Gambar 3.1 menunjukkan nilai stabilitas

penggunaan ban dalam bekas kenderaan roda 4

untuk semua variasi persentase parutan ban

pada

dalam bekas kenderaan roda 4 memenuhi

meningkatkan ketahanan terhadap deformasi

persyaratan, yaitu > 800 kg. Stabilitas terus

permanen

meningkat dari 0% sampai 4% parutan ban

Penambahan bahan tambah seperti serbuk ban

dalam bekas kenderaan roda 4 dan terjadi

dalam bekas kenderaan roda 4 ke dalam

penurunan pada 5% parutan ban dalam bekas

campuran aspal dapat memberikan daya tahan

kenderaan roda 4. Penggunaan 4% parutan ban

yang lebih baik terhadap suhu tinggi maupun

dalam bekas kenderaan roda 4 mempunyai

beban lalulintas, dibandingkan dengan aspal

stabilitas tertinggi yaitu 2512,04 Kg, sedangkan

tanpa bahan tambahan. Penambahan bahan

stabilitas terendah diperoleh pada 0% parutan

tambah pada aspal dapat memberikan indikasi

ban dalam bekas kenderaan roda 4 dengan nilai

untuk memperbaiki ketahanan geser pada suhu

stabilitas 1953,89 Kg. Pada variasi parutan ban

tinggi sehingga mencegah terjadinya kerusakan.

dalam

kenderaan

roda

akibat

aspal

jejak

beton

roda

mampu

kenderaan.

terjadi

Untuk nilai flow aspal beton AC-BC

peningkatan stabilitas untuk 1% sebesar 6,23%,

menunjukkan peningkat dari penggunaan 0%

2% sebesar 13,68%, 3% sebesar 17,39%, 4%

sampai 1% parutan ban dalam bekas kenderaan

sebesar 28,56% dan 5% sebesar 25,31%. Hasil

roda 4, kemudian terus menurun secara

yang diperoleh sesuai dengan penelitian dari

signifikan mulai dari 2% sampai 5% parutan

Sugianto, G, (2008) pada yang mengatakan

ban dalam bekas kenderaan roda 4. Nilai flow

45 -

bekas

campuran

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mencapai nilai tertinggi pada 1% parutan ban

walaupun penurunan yang terjadi tidak terlalu

dalam bekas kenderaan roda 4 dengan nilai 4,3

besar. Penurunan ini disebabkan semakin

mm. Dari grafik di atas, nilai flow dari semua

banyak bahan pengikat terutama bahan aditif

variasi parutan ban dalam bekas kenderaan roda

parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4 yang

4 masih memenuhi spesifikasi yaitu > 3 mm,

mengisi pori-pori atau rongga antar agregat

sehingga perubahan bentuk (deformasi plastis)

Dari variasi persentase parutan ban dalam bekas

akibat

kenderaan roda 4, nilai VIM yang masih

pembebanan

bisa

terhindar

dari

keretakan.

memenuhi persyaratan untuk campuran aspal

Nilai Marshall quotient campuran aspal


beton AC-BC dengan variasi parutan ban dalam

beton AC-BC yaitu masih dalam 3,5% sampai


dengan 5,0%.

bekas kenderaan roda 4 turun dari 0% sampai

Pada Gambar 3.1 menunjukkan semakin

1% kemudian meningkat kembali pada 1%

meningkatnya jumlah persentase parutan ban

hingga 5%. Nilai Marshall quotient tertinggi

dalam bekas kenderaan roda 4 dari 0% sampai

diperoleh pada 5 % yaitu 734,96 kg/mm dan

5%, maka nilai VMA atau rongga antar butir

terendah pada 1% yaitu 479,77 Kg/mm,

agregat campuran aspal beton AC-BC semakin

kemudian meningkat kembali hingga 5%

meningkat, karena semakin banyak aspal

parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4.

dengan tambahan bahan aditif parutan ban

Nilai Marshall Quotient campuran aspal beton

dalam

AC-BC dari semua variasi parutan ban dalam

menyelimuti

bekas kenderaan roda 4 masih memenuhi

membentuk selimut butir agregat yang tebal,

persyaratan untuk nilai Marshall Quotient yaitu

akibatnya rongga antar agregat semakin besar.

> 250 kg/mm.

Dari gambar di atas terlihat bahwa nilai VMA

Nilai

berbagai

butir

roda

agregat,

yang

sehingga

masih memenuhi persyaratan yaitu lebih besar

persentase parutan ban dalam bekas kenderaan

dari 14% pada persentase parutan ban dalam

roda

bekas kenderaan roda 4 dengan menggunakan

terjadi

dari

kenderaan

variasi

Density

bekas

peningkatan

dengan

bertambahnya persentase parutan ban dalam


bekas

kenderaan

roda

4,

walaupun

peningkatannya tidak terlalu besar.

material Basalt.
Nilai VFB terjadi peningkatan seiring
dengan bertambahnya persentase parutan ban

Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai

dalam bekas kenderaan roda 4, walaupun

Density pada semua variasi persentase parutan

peningkatan nilai VFB tidak terlalu besar.

ban dalam bekas kenderaan roda 4 memenuhi

Meningkatnya

persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/ cm3.

bertambahnya persentase parutan ban dalam

Gambar

3.1,

menunjukkan

nilai

VFB

disebabkan

terjadi

bekas kenderaan roda 4 dalam campuran aspal

penurunan nilai VIM dari 0% sampai 5%

beton AC-BC sehingga aspal dan parutan ban

parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4,

dalam bekas kenderaan roda 4 banyak mengisi


Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 46

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
pori-pori atau rongga campuran serta semakin

2.

Penggunaan 4% parutan ban dalam bekas

tebalnya selimut material. Nilai VFB masih

kenderaan roda 4 mempunyai stabilitas

memenuhi persyaratan untuk campuran aspal

dan durabilitas tertinggi yaitu 2512,04

beton AC-BC yaitu lebih besar dari 63%.

Kg dan 89,64%. Semua nilai parameter

Nilai durabilitas campuran beton AC-BC

Marshall dari variasi parutan ban dalam

menggunakan batuan basalt dengan variasi

bekas kenderaan roda 4 memenuhi

persentase parutan ban dalam bekas kenderaan

persyaratan sesuai dengan spesifikasi

roda 4, terjadi penurunan dari 0% sampai 2%

tahun 2010. Untuk nilai durabilitas yang

kemudian meningkat kembali sampai 4%. Nilai

memenuhi syarat hanya campuran aspal

durabilitas aspal beton AC-BC dengan variasi

beton AC-BC dengan tambahan 0%, 4%

persentase parutan ban dalam bekas kenderaan

dan 5% parutan ban dalam bekas

roda 4 tidak ada yang memenuhi persyaratan >

kenderaan roda 4.

90% sesuai dengan spesifikasi tahun 2010,

4.2 Saran

karena dalam spesifikasi tahun 2010, campuran


aspal beton menggunakan bahan aditif anti
pengelupasan, sedangkan dalam penelitian ini
tidak

menggunakan

bahan

aditif

anti

pengelupasan. Bila mengacu pada spesifikasi


tahun 2006, nilai durabilitas yang disyaratkan
adalah > 75%, maka yang memenuhi syarat
adalah 0%, 4% dan 5% parutan ban dalam

Pada penelitian ini yang ditinjau hanya


untuk tambahan parutan ban dalam bekas
kenderaan roda 4 sebagai tambahan bahan
pengikat, sehingga pertambahan parutan ban
dalam bekas kenderaan roda 4 sedikit dalam
campuran aspal beton AC-BC menggunakan
material batuan basalt. Diharapkan untuk
penelitian selanjutnya dapat dilihat pengaruh

bekas kenderaan roda 4.

parutan ban dalam bekas kenderaan roda 4


KESIMPULAN DAN SARAN

sebagai

4.1 Kesimpulan

karakteristik aspal beton, sehingga diketahui

substitusi

agregat

halus

terhadap

persentase parutan ban dalam bekas kenderaan


1.

Dari

hasil

penelitian

menunjukkan

penambahan

persentase

parutan

ban

roda 4 optimum yang masih memenuhi


spesifikasi Bina Marga tahun 2010

dalam bekas kenderaan roda 4 dalam


campuran

aspal

beton

AC-BC,

mempengaruhi nilai parameter Marshall,


yaitu nilai stabilitas, flow dan Marshall
quotient. sedangkan nilai Density, VIM,
VMA, dan VFB tidak ada pengaruh
akibat bertambahnya parutan ban dalam
bekas kenderaan roda 4.
47 -

Volume 3, No. 2, Agustus 2014

DAFTAR PUSTAKA
AASTHO,

1990,

Standard

Transportation
Sampling

and

Washington, DC.

Specification

Materials

and

Testing,

th

15 ed,

Methods

for
of

AASHTO,

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Anonim (2012), Batu Basalt
<http://wartapedia.com/edukasi/ensiklopedia/745Basalt.html>
Ariawan, A.I.M, 2007, Penggunaan Batu Kapur Sebagai
Filler Pada Campuran Aspal Concrete Binder
Cource (AC-BC) Dengan Metode Kepadatan
Mutlak (PRDJurnal Teknik Sipil, Vol. 1, Januari
2007, <http://ejournal.unud.ac.id>
Bukhari, dkk, 2004,

Rekayasa Bahan dan Tebal

Perkerasan Jalan Raya, Bidang Studi Teknik


Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala.
Departemen Pekerjaan Umum (2010), Seksi 6.3 Spesifikasi
Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.
Fauziah, M, 2003, Nilai Struktural Hot Rolled Aspal
(HRA) Dengan Menggunakan Bahan Tambah
Parutan Ban Karet, LOGIKA, Vol. 9, No. 10,
Maret 2003, Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia
,http://data. dppm. uii. ac .id/uploads /l091004.pdf.
Lusiana, 2011, Kajian Properties Dari Agregat Batu
Gunung Yang Digunakan Sebagai Material
Campuran Beraspal, Rekayasa Sipil Volume VII,
Nomor 1, April 2011, Jurusan Teknik Sipil
Politeknik
Negeri
Padang,
http://ojs.
polinpdg.ac.id
/
index.php/JRS/article/download/224/227.
Mc Pherson, A.T., dan A. Klemin, 1956, Engineering
Uses of Rubber, Reinhold Publishing Corporation,
New York.
Saodang, H, 2005, Konstruksi Jalan Raya, Penerbit Nova,
Bandung.
SNI, 1991, Metode Pengujian Sifat Fisis Aspal Padat,
http://www.pu.go.id/
satminkal/balitbang/sni/buat%20web/RSNI%20C
D/ABSTRAKS/UMUM/ASPAL/METODE/SNI.
Sucipta, I G B E., dan Sadisun I A., 2000, Studi Petrografi
Batuan Volkanik Sebagai Agregat Bahan Baku
Beton, Buletin Geologi, Vol. 32, No. 3. Bandung.
Sugianto, G, 2008, Kajian Karakteristik Campuran Hot
Rolled Aspal Akibat Penambahan Limbah Serbuk
Ban dalam bekas kenderaan roda 4, Jurnal Teknik
Sipil, Volume 8 No. 2 Prodi Teknik Sipil Jurusan
Teknik Fakultas Sains dan Teknik UNSOED
Purwokerto,http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
820891104.pdf.
Surdia, T, dan Shinriko Saito, 1985, Pengetahuan Bahan
Teknik, cetakan I, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit
Granit, Bandung.
Triadmodjo, B, 2002, Metode Numerik, Fakultas Teknik
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta..

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 48

You might also like