Professional Documents
Culture Documents
STEP 1
1. Frequent : urinate more than eight time per day or less than 2 hours per
urinate.
2. Terminal dribbling : the urin still drop after urinate.
3. Nocturia : is a condition in which you wake up during the night cause you
have to urinate.
4. Straining : is a dificulty starting stream.
STEP 2
1. Why he had a weak strain whenever he urinate?
2. Why the man had to push quite hard in the beginning of the process
urinate?
3. Why the patient complaining to the doctor that he couldnt urinate since
this morning?
4. What is the indication of RT?
5. Whats the result of RT?
6. Why from interview and physical examintaion the doctor conclusion that
there was straining, frequent, terminal dribbling and supraphubic mass?
7. Why by the end he still felt that there was still some urine left in his
bladder?
8. Why the doctor decided to do catheterization?
9. Whats the relation between the age of patient with his symptoms?
10.Whats the DD?
STEP 3
1. Why he had a weak strain whenever he urinate?
Maybe there is some obstruction on his urinary tract like urethra, bladder
or ureter that makes him have a weak strain whenever he urinate.
Maybe the example such as BPH, prostate cancer, bladder cancer, sricture
urethra.
Gejala pembesaran prostat biasanya diungkapkan sebagai kencing yang tidak lancar,
kencing harus mengedan, kencing tidak tuntas (masih menetes setelah kencing), rasa
tidak puas setelah kencing karena sisa air kencing masih banyak di dalam kandung
kencing. Gejala tersebut menunjukkan adanya sumbatan di dalam saluran kencing.
Sumbatan pada penyakit pembesaran prostat terjadi akibat desakan kelenjar prostat
yang membesar terhadap saluran kencing. Pembesaran prostat biasanya terjadi
perlahan-lahan sehingga gejala adanya sumbatan juga menjadi lebih parah secara
perlahan-lahan.
Sumbatan akibat penyakit pembesaran prostat terhadap saluran kencing yang parah
dapat menyebabkan penderita tidak bisa kencing sama sekali. Hal ini dikenal dalam
istilah medis sebagai retensi urin. Apabila hal ini terjadi, maka air kencing akan
menumpuk di dalam kandung kencing sehingga penderita akan merasa sangat ingin
kencing namun tidak ada air kencing yang keluar. Semakin banyak air kencing yang
menumpuk maka kandung kencing akan semakin membesar (melar) sehingga terasa
nyeri di bagian perut bawah. Kadang-kadang pasien merasa perut menjadi kembung
yang sebenarnya terjadi akibat desakan kandung kencing yang semakin membesar.
http://annurhospital.com/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=113&Itemid=127
symptoms of enlarged prostate is usually expressed as the urine is not
smooth, urine should straining, incomplete urination (still dripping after
urination), dissatisfaction after urinating as much residual urine in the
bladder. These symptoms indicate a blockage in the urinary tract.
Blockage of the disease caused by an enlarged prostate enlarged prostate
gland pressure against the urethra. Prostate enlargement usually occurs
slowly so that the symptoms of blockage also become worse gradually.
Blockages caused by an enlarged prostate disease to severe urinary tract
can cause the patient can not urinate at all. This is known in medical
terms as "urinary retention". If this happens, the urine will accumulate in
the bladder so that the patient will feel desperate to pee but no urine
comes out. The more water that accumulates the urinary bladder will be
enlarged (stretched) that feel pain in the lower abdomen. Sometimes
patients feel a bloated stomach is actually happening due to bladder
pressure is growing.
http://annurhospital.com/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=113&Itemid=127
2. Why the man had to push quite hard in the beginning of the process
urinate?
Because of the obstruction on the urethrathe urine cannot flow
normallyso the man had to push quite hard to beginning of the process
urinate
Greater prostate can narrow lane that urinary tract urination will be
more difficult to do. Urine if not immediately removed will accumulate in
the bladder so it will be a breeding nest of bacteria which ended in
inflammation of the prostate.
http://organisasi.org/gangguan-penyakit-radang-pembesaran-prostatdefinisi-penyebab-ciri-dan-pencegahan-gangguan
Colok dubur:
Jari telunjuk ( bersarung tangan ) yang diolesi pelumas dimasukkan
kedalam lubang dubur untuk meraba Kelenjar Prostat. Keadaan Prostat
apakah membesar, lunak, keras, rata atau berbenjol-benjol. Bila keras dan
membesar dicurigai adanya proses keganasan ( Kanker Prostat ).
http://www.mitrakeluarga.com/surabaya/masalah-prostat-dan-kesehatanpria/
Digital rectal:
Index finger (gloved hands) were smeared lubricant inserted into the anus to feel
the prostate gland. The situation is enlarged prostate, soft, hard, flat or
berbenjol-bumps. When hard and enlarged suspected malignancy process
(Prostate Cancer).
http://www.mitrakeluarga.com/surabaya/masalah-prostat-dan-kesehatanpria/
rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat
digerakan, tidak nyeri bila ditekan & permukaannya rata.
Rectal Toucher pd BPH didpt batas atas teraba menonjol > 1 cm, berat prostat diatas 35
gram.
Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu :
1. Derajat O ukuran pmbsrnya 0-1 cm
2. Derajat 1 ukuran pmbsrnya 1-2 cm
3. Derajat 2 ukuran pmbsrnya 2-3 cm
4. Derajat 3 ukuran pmbsrnya 3-4 cm
5. Derajat 4 ukuran pmbsrnya > 4 cm
http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/benigna-prostathipertropi-bph.html
rectal toucher said to be normal if the upper limit palpable elastic
consistency, can be moved, no pain when pressed and flat surface.
Toucher rectal pd BPH didpt palpable protruding upper limit> 1 cm,
prostate weight above 35 grams.
The size of an enlarged prostate gland can determine the degree of rectal
namely:
1. Degrees O magnifying the size of 0-1 cm
2. Degree 1 size magnifying 1-2 cm
3. Degree 2 size magnifying 2-3 cm
4. 3 Degrees of magnifying the size of 3-4 cm
5. Degree 4 scalable size> 4 cm
http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/benigna-prostathipertropi-bph.html
7. Why from interview and physical examintaion the doctor conclusion that
there was straining, frequent, terminal dribbling and supraphubic mass?
Supraphubic mass : the obstruction press the urethracannot urinate
normallystuck in the bladder
Terminal dribbling : can happen when on the VU ada residual urine
make obstruction on the urin
10.Whats the relation between the age of patient with his symptoms?
11.Whats the DD?
BPH
Definition
Definisi
a. Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan
adalah hyperplasia (Long, 2006).
b. Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker
(Basuki, 2000).
c. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan (Soeparman, 2000).
d. Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretra (Hardjowidjoto, 2000).
Etiologi
Penyebab BPH belum jelas, namun terdapat faktor risiko umur dan hormon androgen.
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30 40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahun keatas (Mansjoer Arief, 2000).
Patogenesis
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi lagi sehingga terjadi
retensio urine, yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masingmasing gejala awal BPH adalah:
1. Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH.
2. Hesitancy terjadi karena destrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melawan resistensi uretra.
3. Intermittency terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai
akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena
jumlah residu urine yang banyak dalam buli-buli.
4. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
miksi sehingga interval pada tiap miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusor
sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit
urine keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan
sfingter.
Biasanya pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urineary Tract Symptoms (LUTS)
dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif (Mansjoer Arief, 2000).
1. Gejala iritatif :
o Sering miksi (frekuensi).
o Terbangun untuk miksi pada malam hari (nocturia).
o Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgency).
o Nyeri pada saat miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif :
o Pancaran melemah.
o Rasa tidak lampias sehabis miksi.
o Kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitency).
o Harus mengedan (straining).
o Miksi terputus-putus (intermittency).
Yang termasuk gejala iritatif adalah frekuensi kencing yang tidak normal (terlalu
sering), terbangun di tengah malam karena sering kencing, sulit menahan
kencing, dan rasa sakit waktu kencing. Terkadang bisa juga terjadi hematuria
(kencing berdarah).
www.medistra.com
diagnose
Complication
Treatment
MEDICAL MANAGEMENT
According Sjamsuhidjat (2005) in the management of patients with BPH
depending on the stages of the picture klinisa.
a. Stage I
At this stage usually do not require surgery, given conservative treatment,
such as inhibiting alpha adrenoresptor, such alfazosin and terazosin. The
advantage of this drug is the immediate positive effect of the complaint,
but did not affect the prostate hyperplasia. Slightest weakness is this drug
is not recommended for long usage.
b. Stage II
In stage II is an indication for surgery is usually recommended
reseksiendoskopi through the urethra (trans urethral).
c. Stage III
In stage II, endoscopic resection is feasible and if the estimated prostate is
large enough, so that resection would not be completed in 1 hour.
Terbuka.Pembedahan open surgery should be done through trans vesicles,
retropubic and perineal.
d. Stage IV
In stage IV thing to do is to free patients from the total urinary retention
by placing a catheter or sistotomi. After that, further testing amok
complete diagnosis, and definitive therapy with TUR or open surgery. In
patients whose condition is generally not possible to do surgery with
conservative treatment prescribe alpha adrenoreceptor inhibitors.
Conservative treatment is to prescribe anti-androgen that suppresses LH
production.
That includes removal of the prostate gland capsule, seminal vesicles and
adjacent tissue through an incision in the lower abdomen, urethra
dianastomosiskan keleher bladder in prostate cancer.
4. Minimally Invasive Therapy
Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
That is mounting microwave prostate gland channeled into prostatmelalui
antenna mounted through / at the end of the catheter.
Trans urethral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)
Trans urethral dilatation Ballon (TUBD)
PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung
pada stadium-stadium dari gambaran klinisa.
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa, seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi
proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk
pemakaian lama.
2. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksiendoskopi melalui uretra (trans uretra).
c. Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah
cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka.Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik
dan perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan
terbuka. Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan
dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat
adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen
yang menekan produksi LH.
Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat
dilakukan dengan:
1. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari
alkohol,tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.
2. Medikamentosa
a. Penghambat alfa (alpha blocker)
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1, dan prostat
memperlihatkanrespon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam
mengecilnya prostat dan leher buli- buli secara primer diperantarai oleh reseptor alpha
blocker. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkanhasil berupa perbaikan subjektif
dan objektif terhadap gejala dan tanda BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat
diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya
b. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)
Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron
menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, yang
menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian
terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%)
dan perbaikan gejala-gejala
c. Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin
hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian
terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung.
d. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan
medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa tahun.
Mekanisme kerjafitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak
diuji.
3. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi
salurankemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis
pembedahan:
Prostatektomi Suprapubis
Prostatektomi Retropubis
Prostatektomi Peritoneal
a. Rectal Gradding
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
- Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum.
- Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.
- Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.
- Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.
- Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.
b. Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing
dahulu kemudian dipasang kateter.
- Normal : Tidak ada sisa
- Grade I : sisa 0-50 cc
- Grade II : sisa 50-150 cc
- Grade III : sisa > 150 cc
Smeltzer (2002)
Prostate cancer
Bikin tabel perbedaan ya teman2..
The same sign and symptom between BPH
Additional examination to eliminate