You are on page 1of 18

LBM 6

STEP 1
1. Frequent : urinate more than eight time per day or less than 2 hours per
urinate.
2. Terminal dribbling : the urin still drop after urinate.
3. Nocturia : is a condition in which you wake up during the night cause you
have to urinate.
4. Straining : is a dificulty starting stream.
STEP 2
1. Why he had a weak strain whenever he urinate?
2. Why the man had to push quite hard in the beginning of the process
urinate?
3. Why the patient complaining to the doctor that he couldnt urinate since
this morning?
4. What is the indication of RT?
5. Whats the result of RT?
6. Why from interview and physical examintaion the doctor conclusion that
there was straining, frequent, terminal dribbling and supraphubic mass?
7. Why by the end he still felt that there was still some urine left in his
bladder?
8. Why the doctor decided to do catheterization?
9. Whats the relation between the age of patient with his symptoms?
10.Whats the DD?
STEP 3
1. Why he had a weak strain whenever he urinate?
Maybe there is some obstruction on his urinary tract like urethra, bladder
or ureter that makes him have a weak strain whenever he urinate.
Maybe the example such as BPH, prostate cancer, bladder cancer, sricture
urethra.

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda

gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan


detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga
mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis
miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan
inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga

sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai


hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain:
sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000)
Clinical features on prostate hyperplasia symptoms are classified as two signs of
obstruction and irritation. Symptoms of obstruction due to detrusor fails to contract
with a long and strong so result: the emission of micturition weakened,
dissatisfaction after micturition, micturition if you want to wait a long time
(hesitancy), must strain (straining), intermittent urination (intermittency), and time
micturition became elongated and incontinence of urine retained because of overflow.
Symptoms of irritation, discharge occurred because an imperfect or an enlarged
prostate will stimulate the bladder, so often, although not the full contract or be
regarded as hipersenitivitasotot detrusor with signs and symptoms include: frequent
micturition (frequency), awoke to micturition at night (nocturia) , that feeling of
wanting micturition urgency (urgency), and pain during micturition (dysuria)
(Mansjoer, 2000)

Sesuai dengan bertambahnya penyumbatan yang disebabkan pembesaran kelenjar


prostat otot destrusor mengadakan kompensasi berupa penebalan pada dinding
kandung kemih untuk mengadakan kontraksi yang lebih kuat karena sukar
berkemih sehinga klien harus mengedan jika akan mengeluarkan urine selanjutnya
urine keluar menetets dan pancarannya lemah.
In accordance with the increased obstruction caused by an enlarged
prostate gland - destrusor held a compensation of muscle thickening in the
bladder wall - to hold a stronger contraction - as difficult urination - so that
the client should be straining if it will release urine - urine out menetets
further and emit weak.
Mansjoer Arif tahun 2000

Gejala pembesaran prostat biasanya diungkapkan sebagai kencing yang tidak lancar,
kencing harus mengedan, kencing tidak tuntas (masih menetes setelah kencing), rasa
tidak puas setelah kencing karena sisa air kencing masih banyak di dalam kandung
kencing. Gejala tersebut menunjukkan adanya sumbatan di dalam saluran kencing.

Sumbatan pada penyakit pembesaran prostat terjadi akibat desakan kelenjar prostat
yang membesar terhadap saluran kencing. Pembesaran prostat biasanya terjadi
perlahan-lahan sehingga gejala adanya sumbatan juga menjadi lebih parah secara
perlahan-lahan.
Sumbatan akibat penyakit pembesaran prostat terhadap saluran kencing yang parah
dapat menyebabkan penderita tidak bisa kencing sama sekali. Hal ini dikenal dalam
istilah medis sebagai retensi urin. Apabila hal ini terjadi, maka air kencing akan
menumpuk di dalam kandung kencing sehingga penderita akan merasa sangat ingin
kencing namun tidak ada air kencing yang keluar. Semakin banyak air kencing yang
menumpuk maka kandung kencing akan semakin membesar (melar) sehingga terasa
nyeri di bagian perut bawah. Kadang-kadang pasien merasa perut menjadi kembung
yang sebenarnya terjadi akibat desakan kandung kencing yang semakin membesar.
http://annurhospital.com/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=113&Itemid=127
symptoms of enlarged prostate is usually expressed as the urine is not
smooth, urine should straining, incomplete urination (still dripping after
urination), dissatisfaction after urinating as much residual urine in the
bladder. These symptoms indicate a blockage in the urinary tract.
Blockage of the disease caused by an enlarged prostate enlarged prostate
gland pressure against the urethra. Prostate enlargement usually occurs
slowly so that the symptoms of blockage also become worse gradually.
Blockages caused by an enlarged prostate disease to severe urinary tract
can cause the patient can not urinate at all. This is known in medical
terms as "urinary retention". If this happens, the urine will accumulate in
the bladder so that the patient will feel desperate to pee but no urine
comes out. The more water that accumulates the urinary bladder will be
enlarged (stretched) that feel pain in the lower abdomen. Sometimes
patients feel a bloated stomach is actually happening due to bladder
pressure is growing.
http://annurhospital.com/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=113&Itemid=127
2. Why the man had to push quite hard in the beginning of the process
urinate?
Because of the obstruction on the urethrathe urine cannot flow
normallyso the man had to push quite hard to beginning of the process
urinate

Greater prostate can narrow lane that urinary tract urination will be
more difficult to do. Urine if not immediately removed will accumulate in
the bladder so it will be a breeding nest of bacteria which ended in
inflammation of the prostate.

http://organisasi.org/gangguan-penyakit-radang-pembesaran-prostatdefinisi-penyebab-ciri-dan-pencegahan-gangguan

Prostate yang semakin besar dapat mempersempit jalur saluran


kencing sehingga buang air kecil akan semakin sulit untuk dilakukan. Air
kencing apabila tidak segera dikeluarkan akan menumpuk di kandung
kemih sehingga akan menjadi sarang perkembangbiakan bakteri yang
berakhir pada radang prostat.
http://organisasi.org/gangguan-penyakit-radang-pembesaran-prostatdefinisi-penyebab-ciri-dan-pencegahan-gangguan

3. How is the normally process of urinate?


When the bladder was full (300-400ml)and then they send impuls to
afferent nerve medulla spinalis sachral 2,3,4trigger the n.splanicus
pelvicus, plexus hypogastricusto the efferent nervetrigger the
The nerve splanicus pelvicus trigger the constraction of the bladder
(m.detrusor contract)plexus hypogastricus relas the OUE n.pudendus
will contract the sphincter of urethra.
4. Why the patient complaining to the doctor that he couldnt urinate since
this morning?
There are obstruction progressive on the urethra (pars prostatica)the
channel of urethra become smallerthe patient cannot urinate.
Because of the hyperplasia prostatepressure the urethra pars
prostaticathe patient cannot urinate like a normally (retensio urine)
5. What is the indication of RT?
Patient with,
To detect the problem in urinary tract such as BPH, prostate cancer,
hemoroid
Rectal bleeding
Constipation
Problem with urinary or digestive tract
In exceptional sircumstances to detect uterus and cervics

Colok dubur:
Jari telunjuk ( bersarung tangan ) yang diolesi pelumas dimasukkan
kedalam lubang dubur untuk meraba Kelenjar Prostat. Keadaan Prostat
apakah membesar, lunak, keras, rata atau berbenjol-benjol. Bila keras dan
membesar dicurigai adanya proses keganasan ( Kanker Prostat ).
http://www.mitrakeluarga.com/surabaya/masalah-prostat-dan-kesehatanpria/
Digital rectal:
Index finger (gloved hands) were smeared lubricant inserted into the anus to feel
the prostate gland. The situation is enlarged prostate, soft, hard, flat or
berbenjol-bumps. When hard and enlarged suspected malignancy process
(Prostate Cancer).

http://www.mitrakeluarga.com/surabaya/masalah-prostat-dan-kesehatanpria/
rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat
digerakan, tidak nyeri bila ditekan & permukaannya rata.
Rectal Toucher pd BPH didpt batas atas teraba menonjol > 1 cm, berat prostat diatas 35
gram.
Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu :
1. Derajat O ukuran pmbsrnya 0-1 cm
2. Derajat 1 ukuran pmbsrnya 1-2 cm
3. Derajat 2 ukuran pmbsrnya 2-3 cm
4. Derajat 3 ukuran pmbsrnya 3-4 cm
5. Derajat 4 ukuran pmbsrnya > 4 cm

http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/benigna-prostathipertropi-bph.html
rectal toucher said to be normal if the upper limit palpable elastic
consistency, can be moved, no pain when pressed and flat surface.
Toucher rectal pd BPH didpt palpable protruding upper limit> 1 cm,
prostate weight above 35 grams.
The size of an enlarged prostate gland can determine the degree of rectal
namely:
1. Degrees O magnifying the size of 0-1 cm
2. Degree 1 size magnifying 1-2 cm
3. Degree 2 size magnifying 2-3 cm
4. 3 Degrees of magnifying the size of 3-4 cm
5. Degree 4 scalable size> 4 cm

http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/benigna-prostathipertropi-bph.html

6. Whats the result of RT?


BPH : the prostate enlargement regular and we cannot found the
sulcus medianus of prostate. Enlargement of BPH is longitudinal and
then cheawy palpation. And then no nodul.
Ca prostate : the ireguler lobular prostate enlargement . hard in
palpation

7. Why from interview and physical examintaion the doctor conclusion that
there was straining, frequent, terminal dribbling and supraphubic mass?
Supraphubic mass : the obstruction press the urethracannot urinate
normallystuck in the bladder
Terminal dribbling : can happen when on the VU ada residual urine
make obstruction on the urin

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda

gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan


detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga
mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis
miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan
inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga
sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain:
sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000)

Clinical features on prostate hyperplasia symptoms are classified as two


signs of obstruction and irritation. Symptoms of obstruction due to
detrusor fails to contract with a long and strong so result: the emission of
micturition weakened, dissatisfaction after micturition, micturition if
you want to wait a long time (hesitancy), must strain (straining),
intermittent urination (intermittency), and time micturition became
elongated and incontinence of urine retained because of overflow.
Symptoms of irritation, discharge occurred because an imperfect or an
enlarged prostate will stimulate the bladder, so often, although not the full
contract or be regarded as hipersenitivitasotot detrusor with signs and
symptoms include: frequent micturition (frequency), awoke to micturition
at night (nocturia) , that feeling of wanting micturition urgency (urgency),
and pain during micturition (dysuria) (Mansjoer, 2000)
8. Why by the end he still felt that there was still some urine left in his
bladder?

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda


gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan

detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga


mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis
miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan
inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga
sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain:
sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000)
Clinical features on prostate hyperplasia symptoms are classified as two signs
of obstruction and irritation. Symptoms of obstruction due to detrusor fails to
contract with a long and strong so result: the emission of micturition
weakened, dissatisfaction after micturition, micturition if you want to wait
a long time (hesitancy), must strain (straining), intermittent urination
(intermittency), and time micturition became elongated and incontinence of
urine retained because of overflow.
Symptoms of irritation, discharge occurred because an imperfect or an
enlarged prostate will stimulate the bladder, so often, although not the full
contract or be regarded as hipersenitivitasotot detrusor with signs and
symptoms include: frequent micturition (frequency), awoke to micturition at
night (nocturia) , that feeling of wanting micturition urgency (urgency), and
pain during micturition (dysuria) (Mansjoer, 2000)

9. Why the doctor decided to do catheterization?

10.Whats the relation between the age of patient with his symptoms?
11.Whats the DD?
BPH
Definition

Benign prostatic hyperplasia (benign prostate tumor) is the


excessive growth of prostate cells are not malignant. BPH is different
from prostate cancer. BPH may cause no symptoms, but if the tumor
continues to grow, it will eventually urge the urethra causing
discomfort to the patient.

The cause of BPH


Normally, the prostate develops in accordance with age. Starting
from as small as a child growing up to 20 grams at the age of 30
years. Prostate size will persist until the age of + / - 50 years. At age
80, the prostate will grow again weighed 35 grams. But the normal
prostate growth is no direct relationship with BPH.
BPH is a benign tumor in men most commonly found. If you are
older than 50 years, chances are you have BPH is 50%. When you
are 80-85 years old, chances are it increased to 90%.
symptoms of BPH
Symptoms of BPH can be classified into two symptomatic
obstructive and irritative symptoms. Obstructive symptoms include
'hesitancy', weak urinary stream, intermittent urinary stream, not as
complete bladder emptying urination, feeling to urinate again after
urinating and discharge residual urine at the end of urination
(terminal dribbling).
Which includes irritative symptoms are urinary frequency is not
normal (too often), wake up in the middle of the night because of
frequent urination, difficulty holding urine, and pain when urinating.
Sometimes it can also happen haematuria (bloody urine).
www.medistra.com

Definisi
a. Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan
adalah hyperplasia (Long, 2006).
b. Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker
(Basuki, 2000).
c. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan (Soeparman, 2000).
d. Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretra (Hardjowidjoto, 2000).

e. BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran


memanjang keatas kedalam kandungkemih dan menyumbat aliran urin
dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000).
Etiologi

Etiologi
Penyebab BPH belum jelas, namun terdapat faktor risiko umur dan hormon androgen.
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30 40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahun keatas (Mansjoer Arief, 2000).
Patogenesis

Menurut Mansjoer Arif (2000), ialah :


1. Teori Dehidrostetosteron (DHT)Telah disepakati bahwa aksis hipofisis testis dan
reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron dalam sel prostat menjadi faktor
terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein. Proses reduksi ini difasilitasi
oleh enzim 5-a-reduktase.
2. Teori HormonEstrogen berperan pada inisiasi dan maintenance pada prostat manusia.
3. Faktor interaksi stroma dan epitelHal ini banyak dipengaruhi oleh growth factor.
Basic Fibroblast Growth Factor (b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan
ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada klien dengan pembesaran prostat
jinak. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim
sinus urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.
Patofisiology

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi lagi sehingga terjadi
retensio urine, yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masingmasing gejala awal BPH adalah:
1. Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH.

2. Hesitancy terjadi karena destrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melawan resistensi uretra.
3. Intermittency terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai
akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena
jumlah residu urine yang banyak dalam buli-buli.
4. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
miksi sehingga interval pada tiap miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusor
sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit
urine keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan
sfingter.

Sign and symptom

Biasanya pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urineary Tract Symptoms (LUTS)
dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif (Mansjoer Arief, 2000).
1. Gejala iritatif :
o Sering miksi (frekuensi).
o Terbangun untuk miksi pada malam hari (nocturia).
o Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgency).
o Nyeri pada saat miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif :
o Pancaran melemah.
o Rasa tidak lampias sehabis miksi.
o Kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitency).
o Harus mengedan (straining).
o Miksi terputus-putus (intermittency).

o Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urine dan


inkontinensia urine karena overflow.
Menurut Mansjoer Arief, (2000) pemeriksaan penunjang pada penyakit BPH, meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium
o Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk melihat
adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus
diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu,
infeksi saluran kemih.
o Elektrolit, kadar ureum, dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjal dan status metabolik.
o Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
2. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah foto polos
abdomen, pielografi intravena, USG dan sistoskopi, tujuannya adalah untuk
memperkirakan volume BPH.

Benign Prostatic Hyperplasia (tumor prostat jinak) adalah pertumbuhan


berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. BPH ini berbeda dengan kanker
prostat. BPH mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi jika tumor ini terus
berkembang, pada akhirnya akan mendesak uretra yang mengakibatkan rasa
tidak nyaman pada penderita.
Penyebab BPH
Secara normal, prostat berkembang sesuai dengan pertambahan usia. Dimulai
dari ketika ukuran kecil ketika masih anak-anak terus bertumbuh mencapai 20
gram pada usia 30 tahun. Ukuran prostat akan menetap sampai usia +/- 50
tahun. Pada usia 80 tahun, prostat akan berkembang lagi mencapai berat 35
gram. Tetapi pertumbuhan prostat secara normal ini tidak ada hubungan
langsung dengan BPH.
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Jika anda
berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinan anda memiliki BPH adalah 50%.
Ketika anda berusia 80 85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%.
Gejala BPH
Gejala BPH dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala obstruktif dan gejala
iritatif. Gejala obstruktif meliputi hesitancy, pancaran kencing lemah, pancaran
kencing terputus-putus, tidak lampias saat selesai berkemih, rasa ingin kencing
lagi sesudah kencing dan keluarnya sisa kencing pada akhir berkemih (terminal
dribbling).

Yang termasuk gejala iritatif adalah frekuensi kencing yang tidak normal (terlalu
sering), terbangun di tengah malam karena sering kencing, sulit menahan
kencing, dan rasa sakit waktu kencing. Terkadang bisa juga terjadi hematuria
(kencing berdarah).
www.medistra.com

diagnose
Complication
Treatment
MEDICAL MANAGEMENT
According Sjamsuhidjat (2005) in the management of patients with BPH
depending on the stages of the picture klinisa.
a. Stage I
At this stage usually do not require surgery, given conservative treatment,
such as inhibiting alpha adrenoresptor, such alfazosin and terazosin. The
advantage of this drug is the immediate positive effect of the complaint,
but did not affect the prostate hyperplasia. Slightest weakness is this drug
is not recommended for long usage.
b. Stage II
In stage II is an indication for surgery is usually recommended
reseksiendoskopi through the urethra (trans urethral).
c. Stage III
In stage II, endoscopic resection is feasible and if the estimated prostate is
large enough, so that resection would not be completed in 1 hour.
Terbuka.Pembedahan open surgery should be done through trans vesicles,
retropubic and perineal.
d. Stage IV
In stage IV thing to do is to free patients from the total urinary retention
by placing a catheter or sistotomi. After that, further testing amok
complete diagnosis, and definitive therapy with TUR or open surgery. In
patients whose condition is generally not possible to do surgery with
conservative treatment prescribe alpha adrenoreceptor inhibitors.
Conservative treatment is to prescribe anti-androgen that suppresses LH
production.

Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC

According Mansjoer (2000) and Purnomo (2000), management of the


BPH can be done by:
1. Observation
Reduce drinking after dinner, avoid decongestant, reduce coffee, avoid
alcohol, every 3 months control complaints, urinary and rectal remnant.
2. Medikamentosa
a. Alpha blockers (alpha blockers)

Prostate and bladder base containing human 1-adrenoceptor, and shrink


the prostate memperlihatkanrespon agonist. Components that play a role
in shrinking the prostate and bladder neck are primarily mediated by
alpha receptor blocker. Inhibition of the alpha has memperlihatkanhasil the
improvement of the subjective and objective signs and symptoms of BPH
in some patients. Alpha blockers can be classified based on the selectivity
of the receptor and its half-life
b. 5-Reductase inhibitors (5-reductase inhibitors)
Finasteride is a 5-Reductase inhibitors that inhibit changes testosterone
into dihydratestosteron. These drugs affect the epithelial component of
the prostate, resulting in a reduction in size of the gland and improve
symptoms. Recommended therapy for 6 months, in order to see the
maximum effect on prostate size (reduction 20%) and improvement of
symptoms
c. KombinasiTerapi combination therapy between alpha blockers and 5Reductase inhibitors showed that the decrease in symptom scores and an
increase in urine flow was found only in patients who received terazosin
only. Additional research is ongoing combination therapy.
d. Fitoterapi
Fitoterapi is the use of plants and plant extracts for medical purposes. Use
fitoterapi on BPH has been popular in Europe for several years.
Kerjafitoterapi mechanism is unknown, the efficacy and safety has not
been widely tested fitoterapi.
3. Surgical Therapy
The indication is that if recurrent urinary retention, hematuria, decreased
renal function, recurrent infection salurankemih, diverticular urolithiasis,
hidroureter, hydronephrosis types of surgery:
TURP (Trans urethral Resection prostatectomy)
Ie partial or total removal of the prostate gland through sitoskopi or
resektoskop entered the urethra malalui
suprapubic prostatectomy
Ie removal of the prostate gland through an incision made in the bladder.
retropubic prostatectomy
Ie removal of the prostate gland through an incision in the lower abdomen
through the anterior prostatic fossa without entering the bladder.
Peritoneal Prostatectomy
That is a radical removal of the prostate gland through an incision
between the scrotum and rectum.
radical retropubic prostatectomy

That includes removal of the prostate gland capsule, seminal vesicles and
adjacent tissue through an incision in the lower abdomen, urethra
dianastomosiskan keleher bladder in prostate cancer.
4. Minimally Invasive Therapy
Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
That is mounting microwave prostate gland channeled into prostatmelalui
antenna mounted through / at the end of the catheter.
Trans urethral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)
Trans urethral dilatation Ballon (TUBD)

PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung
pada stadium-stadium dari gambaran klinisa.
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa, seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi
proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk
pemakaian lama.
2. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksiendoskopi melalui uretra (trans uretra).
c. Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah
cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka.Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik
dan perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan
terbuka. Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan
dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat

adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen
yang menekan produksi LH.

Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC

Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat
dilakukan dengan:
1. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari
alkohol,tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.
2. Medikamentosa
a. Penghambat alfa (alpha blocker)
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1, dan prostat
memperlihatkanrespon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam
mengecilnya prostat dan leher buli- buli secara primer diperantarai oleh reseptor alpha
blocker. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkanhasil berupa perbaikan subjektif
dan objektif terhadap gejala dan tanda BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat
diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya
b. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)
Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron
menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, yang
menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian
terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%)
dan perbaikan gejala-gejala
c. Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin
hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian
terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung.
d. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan
medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa tahun.
Mekanisme kerjafitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak
diuji.
3. Terapi Bedah

Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi
salurankemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis
pembedahan:

TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)

Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui


sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra

Prostatektomi Suprapubis

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada


kandung kemih.

Prostatektomi Retropubis

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian


bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.

Prostatektomi Peritoneal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara


skrotum dan rektum.

Prostatektomi retropubis radikal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis


dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian
bawah, uretra dianastomosiskan keleher kandung kemih pada kanker
prostat.
4. Terapi Invasif Minimal

Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)

Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke


kelenjar prostatmelalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter.

Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy


(TULIP)
Trans Uretral Ballon Dilatation(TUBD)

The examination of the prostate gland through the following


checks:
a. rectal Gradding
Performed at the time of urinary vesicles empty:
- Grade 0: prostatic protrusion 0-1 cm into the rectum.
- Grade 1: prostatic protrusion 1-2 cm into the rectum.

- Grade 2: prostatic protrusion 2-3 cm into the rectum.


- Grade 3: prostatic protrusion 3-4 cm into the rectum.
- Grade 4: prostatic protrusion 4-5 cm into the rectum.
b. Clinical Gradding
The number of residual urine was measured every morning after
waking up, then told to pee first catheter.
- Normal: No residual
- Grade I: 0-50 cc residual
- Grade II: the rest of 50-150 cc
- Grade III: residual> 150 cc
- Grade IV: the patient is not able to urinate
Smeltzer (2002)

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.

Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini :

a. Rectal Gradding
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
- Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum.
- Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.
- Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.
- Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.
- Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.
b. Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing
dahulu kemudian dipasang kateter.
- Normal : Tidak ada sisa
- Grade I : sisa 0-50 cc
- Grade II : sisa 50-150 cc
- Grade III : sisa > 150 cc

- Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing

Smeltzer (2002)

Prostate cancer
Bikin tabel perbedaan ya teman2..
The same sign and symptom between BPH
Additional examination to eliminate

You might also like