Professional Documents
Culture Documents
By :
Asri Maharani
14312241051
due
to
theinternal
forces
within
the
earth,
causing
energy
associated
with
Pwaves
moves
the
Earth
it
displaces
particles
in
direction
station,
are
sometimes
called
secondary
waves
(Girty,2009)
e. Seismograph
A seismograph is the device used to record the vibrations
produced
during
an
earthquake.
The
idea
behind
many
f. Earthquake Magnitudes
The amplitude of the squiggly curve of the seismogram
provides information about the energy released during an
earthquake. The Richter magnitude is determined by the peak
amplitude on a seismogram derived from a WardAnderson
seismometer, a special but ubiquitous type of seismometer. The
measured peak amplitude is scaled to a distance of 100
kilometers (62.1 miles) from the epicenter of an earthquake. The
Richter magnitude scale is logarithmic, with commonly reported
magnitudes varying from 1 to a little over 9. Each unit increase in
magnitude corresponds to a tenfold increase in amplitude. For
example, a magnitude 2 earthquake produces a signal with an
amplitude that is ten times larger than a magnitude 1 signal. A
magnitude 3 earthquake would produce a signal with an
amplitude one hundred times larger than a magnitude 1 signal.
2. Triangulation
There are many methods used for earthquake location.
Triangulation is a simple method, but fundamental in identifying
the necessary steps in any location procedure: identifying arrivals
and estimating the distance to the earthquake source. This is best
described by breaking the two words apart. Regional identifi es the
proximity of the earthquake to the station, specifi cally within 100
km to 600 km for this exercise. This allows us to use simplifi
cations to determine the distance to an event from wave arrival
times, as discussed below.
Triangulation is a method of location which uses a minimum of
three stations to produce distance circle arcs which intersect at the
approximate epicenter of an event. On a map, circles are drawn
around each seismic station. The radius of each circle is scaled to
the estimated distance between a station and the earthquake. A
minimum of three (3) circles will share one unique intersection that
approximates the epicenter (Mortiz, 2005)
D. Method
1. Place and Time
Place : Science Laboratory, FMIPA UNY
Time : Thursday, 22nd October 2015
2. Tools and Materials
a. Jangka
b. Ruler
c. Paper
d. Stationery
3. Determine the Earthquake Episcentre Sketch
A (second)
60
80
120
100
120
Point
Signed A, B and C station on the paper. Start with sign the 2.5 cm on the to
E. Result
Table 1. Convert Time to Distance Scale
Station
A
B
Time (second)
60
80
120
100
120
100
80
60
Distance (km)
300
400
600
500
600
500
400
300
Distance (cm)
3
4
6
5
6
5
4
3
120
100
80
100
80
80
60
600
500
400
500
400
400
300
6
5
4
5
4
4
3
F. Analysis
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan episentrum suatu gempa bumi. Alat dan
bahan yang digunakan adalah jangka, penggaris, kertas HVS putih dan
alat tulis. Episentrum adalah pusat gempa bumi yang letaknya di
permukaan bumi sedangkan beragam metode yang digunakan untuk
menentukan jarak episentrum diantaranya metode lingkaran dengan tiga
stasiun (triangulation), metode hiperbola, metode titik berat, metode gerak partikel, dan
metode Geiger.
Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode lingkaran dengan tiga
stasiun. Prosedur pada metode penentuan episentrum dengan tiga stasiun adalah
mengkonversikan jarak episentrum pada ketiga stasiun ke dalam satuan cm. Kemudian
nilai konversi yang didapatkan digunakan sebagai radius lingkaran. Lingkaran tersebut
dibuat dengan pusat masing-masing stasiun. Setelah didapatkan titik potog ketiga
lingkaran, maka titik potong tersebutlah titik episentrum gempa. Jarak dari stasiun ke titik
episentrum kemudian diukur.
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil seperti berikut.
1. Percobaan Ke-1
Tabel Data Percobaan 1
Perbedaan
waktu
antarstasiun (s)
Jarak
episentrum (km)
konversi radius
(cm)
Stasiun A
Stasiun B
Stasiun C
60
100
80
300
500
400
Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan pertama di atas, stasiun A memiliki
perubahan rentang waktu gelombang P dan S sebesar 60 s, stasiun B memliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 100 s, dan stasiun C memiliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 80 s.
Jarak episentrum stasiun A sebesar 300 km, jarak episentrum stasiun B sebesar 500
km, dan jarak episentrum stasiun C sebesar 400 km. Nilai tersebut kemudian
dikonversikan setiap satuan jarak yaitu setiap 1 cm mewakili 100 km. Dari konversi
tersebut diperoleh bahwa stasiun A memiliki jarak episentrum sebesar 3 cm, stasiun B
jarak episentrum sebesar 5 cm, dan stasiun C jarak episentrum sebesar 4 cm.
Jari-jari lingkaran (radius) dibentuk berdasarkan jarak episentrum yang telah
dikonversikan ke dalam satuan cm. Pusat lingkaran merupakan titik stasiun. Setelah
lingkaran digambar di setiap stasiun berdasarkan jarak episentrum yang didapatkan,
ditemukan titik dimana ketiga lingkaran berpotongan.
Setelah titik potong lingkaran didapatkan, kemudian titik episentrum ditentukan
dengan membentuk segitiga pada perpotongan tiga lingkaran tersebut dan menentukan
titik beratnya. Setelah titik berat segitiga tersebut ditemukan, maka praktikan
menghubungkan titik tersebut ke stasiun A, stasiun B, dan stasiun C. Titik yang
dihubungkan pada titik potong merupakan jarak stasiun ke pusat episentrum. Dari gambar
dapat diketahui bahwa stasiun A memiliki jarak dengan pusat gempa sebesar 2.5 cm, jarak
stasiun B dengan pusat gempa sebesar 4.8 cm dan pada jarak stasiun C dengan pusat
gempa sebesar 3.7 cm. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Stasiun B
Stasiun C
80
80
100
400
400
500
Perbedaan
waktu
antarstasiun (s)
Jarak
episentrum (km)
konversi radius
(cm)
Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan pertama di atas, stasiun A memiliki
perubahan rentang waktu gelombang P dan S sebesar 80 s, stasiun B memliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 80 s, dan stasiun C memiliki perubahan rentang
waktu gelombang P dan S sebesar 100 s.
Jarak episentrum stasiun A sebesar 400 km, jarak episentrum stasiun B sebesar 400
km, dan jarak episentrum stasiun C sebesar 500 km. Nilai tersebut kemudian
dikonversikan setiap satuan jarak yaitu setiap 1 cm mewakili 100 km. Dari konversi
tersebut diperoleh bahwa stasiun A memiliki jarak episentrum sebesar 4 cm, stasiun B
jarak episentrum sebesar 4 cm, dan stasiun C jarak episentrum sebesar 5 cm.
Jari-jari lingkaran (radius) dibentuk berdasarkan jarak episentrum yang telah
dikonversikan ke dalam satuan cm. Pusat lingkaran merupakan titik stasiun. Setelah
lingkaran digambar di setiap stasiun berdasarkan jarak episentrum yang didapatkan,
ditemukan titik dimana ketiga lingkaran berpotongan.
Setelah titik potong lingkaran didapatkan, kemudian titik episentrum ditentukan
dengan membentuk segitiga pada perpotongan tiga lingkaran tersebut dan menentukan
titik beratnya. Setelah titik berat segitiga tersebut ditemukan, maka praktikan
menghubungkan titik tersebut ke stasiun A, stasiun B, dan stasiun C. Titik yang
dihubungkan pada titik potong merupakan jarak stasiun ke pusat episentrum. Dari gambar
dapat diketahui bahwa stasiun A memiliki jarak dengan pusat gempa sebesar 3 cm, jarak
stasiun B dengan pusat gempa sebesar 3 cm dan pada jarak stasiun C dengan pusat gempa
sebesar 3 cm. Hasilnya adalah sebagai berikut:
.
Stasiun B
Stasiun C
120
60
80
Perbedaan
waktu
antarstasiun (s)
Jarak
600
300
400
episentrum (km)
konversi radius
6
3
4
(cm)
Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan pertama di atas, stasiun A memiliki
perubahan rentang waktu gelombang P dan S sebesar 120 s, stasiun B memliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 60 s, dan stasiun C memiliki perubahan rentang
waktu gelombang P dan S sebesar 80 s.
Jarak episentrum stasiun A sebesar 600 km, jarak episentrum stasiun B sebesar 300
km, dan jarak episentrum stasiun C sebesar 400 km. Nilai tersebut kemudian
dikonversikan setiap satuan jarak yaitu setiap 1 cm mewakili 100 km. Dari konversi
tersebut diperoleh bahwa stasiun A memiliki jarak episentrum sebesar 6 cm, stasiun B
jarak episentrum sebesar 3 cm, dan stasiun C jarak episentrum sebesar 4 cm.
Jari-jari lingkaran (radius) dibentuk berdasarkan jarak episentrum yang telah
dikonversikan ke dalam satuan cm. Pusat lingkaran merupakan titik stasiun. Setelah
lingkaran digambar di setiap stasiun berdasarkan jarak episentrum yang didapatkan,
ditemukan titik dimana ketiga lingkaran berpotongan.
Setelah titik potong lingkaran didapatkan, kemudian titik episentrum ditentukan
dengan membentuk segitiga pada perpotongan tiga lingkaran tersebut dan menentukan
titik beratnya. Setelah titik berat segitiga tersebut ditemukan, maka praktikan
menghubungkan titik tersebut ke stasiun A, stasiun B, dan stasiun C. Titik yang
dihubungkan pada titik potong merupakan jarak stasiun ke pusat episentrum. Pada gambar
tidak ditemukan garis singing antara ketiga lingkaran.
Jarak episentrum stasiun A sebesar 500 km, jarak episentrum stasiun B sebesar 600
km, dan jarak episentrum stasiun C sebesar 400 km. Nilai tersebut kemudian
dikonversikan setiap satuan jarak yaitu setiap 1 cm mewakili 100 km. Dari konversi
tersebut diperoleh bahwa stasiun A memiliki jarak episentrum sebesar 5 cm, stasiun B
jarak episentrum sebesar 6 cm, dan stasiun C jarak episentrum sebesar 4 cm.
Jari-jari lingkaran (radius) dibentuk berdasarkan jarak episentrum yang telah
dikonversikan ke dalam satuan cm. Pusat lingkaran merupakan titik stasiun. Setelah
lingkaran digambar di setiap stasiun berdasarkan jarak episentrum yang didapatkan,
ditemukan titik dimana ketiga lingkaran berpotongan.
Setelah titik potong lingkaran didapatkan, kemudian titik episentrum ditentukan
dengan membentuk segitiga pada perpotongan tiga lingkaran tersebut dan menentukan
titik beratnya. Setelah titik berat segitiga tersebut ditemukan, maka praktikan
menghubungkan titik tersebut ke stasiun A, stasiun B, dan stasiun C. Titik yang
dihubungkan pada titik potong merupakan jarak stasiun ke pusat episentrum. Dari gambar
dapat diketahui bahwa stasiun A memiliki jarak dengan pusat gempa sebesar 3,9 cm, jarak
stasiun B dengan pusat gempa sebesar 5,1 cm dan pada jarak stasiun C dengan pusat
gempa sebesar 2,4 cm. Hasilnya adalah sebagai berikut:
5. Percobaan Ke-5
Tabel Data Percobaan 5
Perbedaan
waktu
antarstasiun (s)
Jarak
episentrum (km)
konversi radius
(cm)
Stasiun A
Stasiun B
Stasiun C
120
100
60
600
500
300
Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan pertama di atas, stasiun A memiliki
perubahan rentang waktu gelombang P dan S sebesar 120 s, stasiun B memliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 100 s, dan stasiun C memiliki perubahan
rentang waktu gelombang P dan S sebesar 60 s.
Jarak episentrum stasiun A sebesar 600 km, jarak episentrum stasiun B sebesar 500
km, dan jarak episentrum stasiun C sebesar 300 km. Nilai tersebut kemudian
dikonversikan setiap satuan jarak yaitu setiap 1 cm mewakili 100 km. Dari konversi
tersebut diperoleh bahwa stasiun A memiliki jarak episentrum sebesar 6 cm, stasiun B
jarak episentrum sebesar 5 cm, dan stasiun C jarak episentrum sebesar 3 cm.
Jari-jari lingkaran (radius) dibentuk berdasarkan jarak episentrum yang telah
dikonversikan ke dalam satuan cm. Pusat lingkaran merupakan titik stasiun. Setelah
lingkaran digambar di setiap stasiun berdasarkan jarak episentrum yang didapatkan,
ditemukan titik dimana ketiga lingkaran berpotongan.
Setelah titik potong lingkaran didapatkan, kemudian titik episentrum ditentukan
dengan membentuk segitiga pada perpotongan tiga lingkaran tersebut dan menentukan
titik beratnya. Setelah titik berat segitiga tersebut ditemukan, maka praktikan
menghubungkan titik tersebut ke stasiun A, stasiun B, dan stasiun C. Titik yang
dihubungkan pada titik potong merupakan jarak stasiun ke pusat episentrum. Pada gambar
tidak ditemukan garis singung antara ketiga lingkaran.
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
percobaan IV
Percobaan V