Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Persistent Organic Pollutants (POPs) are organic compounds that can last a relatively long time in the environment
because of the difficulty of these compounds are degraded through chemical processes , biological , and photolysis.
One type a dangerous POPs is Toxaphene. Toxaphene was first introduced in 1947 and was probably the most heavily
used pesticide in the United States during the 1970s after DDT was banned. Measurement of POPs including
toxaphene can be done by using the Global Air Passive Sampling method ( GAPS ), Tree Bark Sampling Procedure,
and High Volume Air Sampling method. The results showed concentrations of endosulfan compounds (I endo, endo II,
and endoSO4) measured at Kototabang Hill is the highest, includes 45.5% in 2005 and jumped to 76.4% in 2006 of
total concentrations of POPs measured. In an effort to control POPs including toxaphene, organized by the Stockholm
convention. Stockholm Convention on POPs is an international agreement that was initiated by the Governing Council
of the United Nations Environment Programme ( UNEP ) as main efforts in addressing POPs and wary at the same
time improve human health and the environment . As a form of concern about the use of POPs, Indonesia also signed
the Stockholm Convention, and is currently in the process of ratification is one of the requirements is the preparation of
the National Implementation Plan documents ( NIP , the National Implementation Plan ) which was passed by the
government .
Keywords: POPs, Toxaphene, Passive Air Sampler,Tree Bark sampling, High Volume Sampler, Stockholm Convention
Abstrak
Persistent Organic Pollutants (POPs) merupakan senyawa organik yang relatif dapat bertahan lama di lingkungan
karena sulitnya senyawa-senyawa ini terdegradasi baik melalui proses kimia, biologi, dan fotolisis. Salah satu jenis
POPs yang berbahaya adalah Toxaphene. Toxaphene pertama kali diperkenalkan pada tahun 1947 dan mengalami
kenaikan produksi sebagai pestisida pada tahun 1960 setelah DDT dilarang di AS. Pengukuran POPs termasuk
toxaphene dapat dilakukan dengan menggunakan 3 metode, yaitu metode Global Air Passive Sampling (GAPS),
metode Tree Bark Sampling Procedure, dan metode High Volume Air Sample. Hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi senyawa endosulfan (endo I, endo II, dan endoSO4) yang terukur di Bukit Kototabang merupakan yang
tertinggi, mencakup 45,5% pada tahun 2005 dan melonjak menjadi 76,4% pada tahun 2006 dari total konsentrasi POPs
yang terukur. Sebagai upaya pengendalian senyawa POPs termasuk toxaphene, diselenggarakan konvensi Stockholm.
Konvensi Stockholm tentang POPs adalah sebuah perjanjian internasional yang diprakarsai oleh the Governing Council
of the United Nations Environment Programme (UNEP) sebagai usaha utma dalam menyikapi dan mewaspadai POPs
sekaligus meningkatkan taraf kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai bentuk keprihatinan tentang penggunaan
senyawa POPs, Indonesia juga ikut menandatangani Konvensi Stockholm, dan saat ini sedang dalam proses ratifikasi
yang salah satu persyaratannya adalah penyusunan dokumen Rencana Penerapan Nasional (NIP, National
Implementation Plan) yang disahkan oleh pemerintah.
1.
Pendahuluan
Persistent Organic Pollutants (POPs)
merupakan senyawa organik yang relatif dapat
bertahan lama di lingkungan karena sulitnya
senyawa-senyawa ini terdegradasi baik melalui
proses kimia, biologi, dan fotolisis. Senyawa ini
sukar larut di dalam air tetapi cenderung larut
dalam lemak. Oleh karena sifatnya ini, POPs
cenderung bersifat akumulatif dan selalu terdapat
di lingkungan. Selain itu, senyawa ini juga bersifat
semi volatil sehingga dapat berada dalam fase uap
ataupun terserap di dalam partikel debu, sehingga
Nama Kimia
Rumus kimia
Berat Molekul
Nilai CAS
Kode limbah
berbahaya EPA
Nama umum
Warna/Bentuk/Bau
Titik leleh
Tekanan uap air
Nilai Informasi
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/File
:Toxaphen.svg
Toxaphene, campheclor,
chlorinated camphene
C10H10Cl8 (rata-rata mengandung
komponen klorin 6-9)
414 (rata-rata)
8001-35-2
P123
Agricide Maggot Killer, Altox,
Camphofene Huilex,
Geniphene, Hercules 3956,
Hercules Toxaphene, Motto,
Penphen, Phenicide, Phenatox,
Toxakil
Kuning/lunak, padat,
ringan/berbau
65-90oC
0,2-0,4 atau 4x10-6, 5x10-6,
3x10-7 mmHg pada 20oC
Keterangan
Nilai Informasi
Koefisien octanol
3,3 Log Kow
air (Kow)
Berat Jenis
1,65 pada 25oC
Kelarutan dalam
0,0003 gr/100 ml air
air
Sumber : Public Health Goals For Chemicals In
Drinking Water,Toxaphene 2003
2. Metode Penelitian
Transportasi dan Penyebaran Toxaphene
Rute dari paparan potensi untuk Toxaphene adalah
konsumsi, kontak kulit, dan inhalasi. Toxaphene
ditemukan di banyak bagian dunia, meskipun tidak
pernah digunakan di daerah itu. Toxaphene
menguap ke udara dan melakukan perjalanan pada
arus udara jarak jauh. Toxaphene tidak larut baik
dalam air, sehingga hal ini sangat mungkin
ditemukan di dalam tanah atau dalam sedimen di
dasar danau atau sungai yang juga ditemukan
dalam jaringan organisme akuatik. Toxaphene
memasuki lingkungan dan bertahan untuk waktu
yang lama karena bersifat persistant. Toxaphene
memiliki waktu paruh sampai 14 tahun di dalam
tanah (Swackhamer, D.L., Pearson, R.F. &
Schlotter, S.P. 1998).
Atmosfer adalah media lingkungan hidup
yang paling penting untuk pengangkutan
Toxaphene. Dalam perjalananya juga dapat
diangkut ke permukaan air dan tanah oleh deposisi
basah dan kering. Akibatnya, Toxaphene dapat
jatuh jauh dari lokasi pelepasan aslinya.
Meskipun pengunaannya telah dilarang di
Amerika Serikat pada tahun 1982, namun pada
tahun 2000, masih diperkirakan bahwa 15 juta
kilogram toxaphene masih terkandung di udara, air
dan tanah Amerika Utara dan bahwa lebih dari 25
% dari Toxaphene yang tersisa telah pindah
melalui transportasi atmosfer jarak jauh ke
wilayah
Great
Lakes,
Amerika
Utara
(Swackhamer, D.L., Pearson, R.F. & Schlotter,
S.P. 1998). Penelitian telah menunjukkan bahwa
orang-orang di Kutub Utara Kanada yang
mengkonsumsi ikan dan hewan laut sudah
terpapar
Toxaphene.
Konsentrasi
terbesar
Toxaphene di lingkungan utara ditemukan dalam
jaringan mamalia laut seperti paus dan anjing laut.
Toxaphene bisa masuk ke badan air dari limpasan
tanah dan juga dapat menguap dan diangkut ke
badan air melalui atmosfer (Swackhamer, D.L.,
Pearson, R.F. & Schlotter, S.P. 1998). Toxaphene
diserap oleh organisme terakumulasi dalam
jaringan lemak dan telah terbukti mempengaruhi
sistem saraf pusat dan hati.
o Perakitan HVAS
o Kalibrasi HVAS
o Preparasi Sampel
o Proses Sampling
Metode
analisis
Sampel
Udara
Air
Minum
Air
Limbah
tanah
ASI
Manusia
Jaringan
Ikan
Jaringan
Manusia
Batas sampel
terdeteksi
Sumber
GC/ECD
0,234-0,926
g/m3
Thomas
and
Nishioka
1985
GC/ECD
atau GC/MC
0,001-0,01
g/L
EPA 1987a
GC/ECD
0,24 g/L
GC/ECD
atau
GC/ECD
Hunt et al
1985
EPA 2007a
GC/ECD
atau
GC/NCIMS
100 g/g
Vaz dan
Blomkvist
1985
GC/NCIMS
Jansson
dan
Wildeqvist
1983
TLC
1 g/sampel
Tewari dan
Sharma
1977
Metode Pendahuluan
Metode
analisis
Sampel
Darah
Manusia
TLC
Batas sampel
terdeteksi
1g/sampel
Sumber
Tewari dan
Sharma
1977
Ket : GC = Gas Chromatograph; ECD = Electron Capture Detector; TLC = Thin Layer
Chromatograph; NCIMS = Negative Ion Chemical Ionization Mass Spectrometry; MC =
Microulometry
3. Hasil
Analisis sampel POPs memakan waktu
lebih kurang 18 bulan yang meliputi proses
pengumpulan sampel, analisis laboratorium,
sampai dengan publikasi data. Data yang
digunakan dalam tulisan ini adalah data hasil
pengukuran konsentrasi POPs di 53 lokasi (Tabel
3) pada tahun 2005, ditambah dengan data
konsentrasi POPs di Bukit Kototabang tahun 2006.
Data tersebut diperoleh dari hasil analisis sampel
POPs yang dilakukan oleh Environment Canada.
Data dari 53 lokasi sampel dibagi menjadi
beberapa kategori berdasarkan tipe masing-masing
lokasi, yakni background, agricultural, rural,
urban, dan polar. Tipe background untuk lokasi
Tabel 3. Lokasi sampling POPs tahun 2005 (dikelompokkan menurut tipe dan urutan garis
lintang)
Sumber: Science and Technology 1(1):7-9. Suara Dari Bukit Kuto Tabang, Sumatera Barat
4. Pembahasan
Tinggi konsentrasi toxaphene di sekitar
SPAG Bukit Kototabang dikarenakan terdapat
banyak lahan pertanian dan perkebunan, dan
secara umum Indonesia sendiri merupakan negara
agraris sehingga potensi emisi toxaphene yang
digunakan sebagai pestisida cukup besar,
mengingat sampai saat ini, Indonesia masih belum
melarang penggunaan senyawa ini di bidang
pertanian dan banyaknya kasus keracunan dan
penyakit kanker yang disebabkan oleh senyawa ini
(Anonim, 2008). Adanya penurunan konsentrasi
toxaphene pada tahun 2006 dibanding tahun
sebelumnya, belum diketahui secara pasti apakah
penurunan ini terjadi karena emisi secara global,
karena proses pengumpulan dan analisis data
secara global untuk tahun 2006 masih terus
dilakukan oleh Environment Canada. Telah
disebutkan sebelumnya bahwa distribusi POPs
dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi seperti
suhu, arah, kecepatan angin, dan tekanan udara.
Namun demikian, sulit untuk dipastikan apakah
faktor-faktor tersebut juga menentukan besarnya
konsentrasi POPs yang terdistribusi termasuk
toxaphene.
Dampak Toxaphene
Toxaphene memiliki efek kesehatan
negatif pada manusia, termasuk penekanan pada
sistem kekebalan tubuh, efek negatif pada sistem
saraf pusat dan degenerasi ginjal dan hati pada
paparan jangka panjang (Samosh, L.V. 1974).
Toxaphene dapat masuk ke dalam tubuh melalui
paru-paru ketika manusia menghirup udara yang
mengandung toxaphene, atau dapat juga melalui
perut dan usus setelah makan makanan atau
minum air yang mengandung toxaphene dan
melalui kulit (Schwabe, U. & Wendling, I. 1967).
Toxaphene menumpuk di lemak manusia,
sehingga orang-orang yang paling berisiko adalah
mereka mengkonsumsi jumlah besar dari jaringan
lemak ikan, kerang atau mamalia laut (Smith, S.I.,
Weber, C.W. & Reid, B.L. 1970).
Studi pada hewan menunjukkan bahwa
Toxaphene masuk ke dalam tubuh dengan cepat
setelah terekspos (Allen, A.L., Koller, L.D. &
Pollock, G.A. 1983). Karena Toxaphene tidak larut
dalam air dan mudah berubah menjadi uap maka
rute yang paling signifikan dari eksposur adalah
melalui atmosfer yang mungkin akan terhirup.
Selain itu, kontak dengan tanah yang
terkontaminasi
toxaphene
juga
dapat
mengakibatkan eksposur yang signifikan bagi
sebagian orang seperti, anak-anak. Toxaphene
dapat masuk ke dalam tubuh lebih cepat jika
diambil setelah makan berat dalam minyak karena
minyak membantu Toxaphene bergerak dari perut
ke dalam darah (Chernoff, N. & Carver, B.D.
1976).
Beberapa komponen Toxaphene sangat
lipofilik dan memperburuk kerja metabolisme,
komponen ini dapat terakumulasi dalam lemak
tubuh. Dampak akut Toxaphene melalui makanan
yang terkontaminasi dapat menyebabkan kematian
pada orang dewasa dan anak-anak dengan
perkiraan dosis mematikan minimal 2 sampai 7 g ,
yang setara dengan 29-100 mg/kg untuk laki-laki
dewasa. LD50 nilai dalam tikus adalah 80 mg / kg
untuk perempuan dan 90 mg/kg untuk laki-laki.
Efek hati dan ginjal serta periode kehilangan
memori juga telah diamati dalam manusia setelah
eksposur oral tunggal yang besar. Pada hewan,
organ yang paling sensitif adalah hati. Toksisitas
ke sistem saraf pusat, ginjal, dan kelenjar adrenal
juga telah diamati. Toksisitas paparan kronis
toxaphene dapat mengakibatkan kerusakan pada
organ dan sistem hati, ginjal, adrenal, imunologi,
dan neurologis. Paparan kronis Toxaphene
mungkin menyebabkan perubahan hormonal.
Beberapa efek samping dari Toxaphene yang tidak
terjadi dengan paparan tunggal dapat terjadi akibat
paparan berulang dengan total dosis kumulatif
yang lebih rendah. Eksposur pada 0.06 mg / kg
lebih dari 5 minggu menyebabkan pengurangan
Rute
Paparan
Ingesti,
dari
konsumsi
makanan
yang
terkontami
nasi, Air
dan Udara
yang
terkontami
nasi
toxaphene
Toksisitas
LD50 dari
740 mg/kg
Dampak
Kesehatan
Penyebab
kanker
pada
manusia
(USEPA),
kerusakan
hati, paruparu,
sistem
syaraf dan
kematian
pada dosis
10
yang besar
Sumber : WWF, 2005; Ritter et al 1995
Dampak Toxaphene Terhadap Perubahan
Iklim
Kaitannya dengan perubahan iklim,
penyebaran toxaphene di lingkungan akan
semakin meluas. Dengan adanya perubahan iklim
yang menyebabkan mencairnya es di kutub utara,
maka senyawa toxaphene yang terbawa ke kutub
oleh perjalanan jarak jauh karena distilasi global,
yang semula tersimpan dalam es, maka akan ikut
kembali ke perairan seiring dengan mencairnya es
di kutub utara. Kembalinya toxaphene ke dalam
perairan ini akan menyebabkan dampak panjang
lagi penyebaran toxaphene di dalam air dan
menyebabkan waktu paruh toxaphene semakin
panjang.
Upaya Pengendalian
Toxaphene adalah salah satu dari 12
bahan pencemar organik yang persisten, sedang
dilakukan pertimbangan internasional dalam
mengurangi atau menghilangkan toxaphene di
bawah konvensi global (FAO/UNEP, 1999). Pada
negosiasi bulan September 1999, pemerintah
setuju untuk berpartisipasi dalam penghapusan
penggunaan Toxaphene dan dua pestisida
diklorinasi lainnya yaitu aldrin dan endrin.
Kemudian pada Desember 2000, tiga pestisida
diklorinasi lainnya juga telah dihapus, yaitu
chlordane, heptaklor dan hexachlorobenzene
(Hogue, 2000).
Pada tahun yang sama, toxaphene
dianggap sebagai bahan berbahaya dan
persyaratan khusus telah ditetapkan untuk
menandai, pelabelan, dan mengangkut bahan ini
oleh Environmental Protection Agency (EPA).
Pada tahun 2000 EPA juga menetapkan tingkat
kontaminan maksimum untuk toxaphene dalam air
minum adalah 0,003 mg / L. Clean Air Act Juga
telah menetapkan Emisi Standar Nasional Polutan
Udara Berbahaya untuk toxaphene (EPA,
Toxaphene Update: Impact on Fish Advisories,
1999)
Secara
umum,
sebagai
upaya
pengendalian senyawa POPs termasuk toxaphene,
diselenggarakan konvensi Stockholm. Konvensi
Stockholm tentang POPs adalah sebuah perjanjian
internasional yang diprakarsai oleh the Governing
Council of the United Nations Environment
Programme (UNEP) sebagai usaha utama dalam
menyikapi dan mewaspadai POPs sekaligus
meningkatkan taraf kesehatan manusia dan
lingkungan (United Nations Environmental
Program, 2001; UNEP Chemicals 2001).
Sebagai langkah awal yang dilakukan
UNEP adalah dengan membuat suatu penugasan
internasional
pada
Mei
1995
untuk
menginventarisir dan menganalis 12 macam POPs.
Tugas tersebut sekaligus diimplementasikan
dengan adanya usulan dari the Intergovernmental
Forum on Chemical Safety (IFCS) untuk segera
melaksanakan tindakan internasional sebagai
langkah nyata dalam menyikapi POPs. Pada
tanggal 22-23 Mei 2001 dihasilkannya Konvensi
Stockholm dalam perundingan yang dibicarakan
dalam Conference of Plenipotentiaries di
Stockholm, Swedia sebagai bentuk jawaban dari
keseriusan masyarakat internasional dalam
menyikapi maraknya POPs yang tertimbun dalam
alam.
Konvensi Stockhom tentang POPs
diratifikasi oleh 151 negara dunia dalam
mewujudkan bentuk keprihatinan dan bentuk
kesadaran akan arti pentingnya kesehatan
manusia, terutama dalam negara berkembang.
(Wahyu, 2001) mengatakan bahwa,
Konvensi Stockholm tentang POPs mewajibkan
setiap negara anggota Konvensi untuk :
1. Mengupayakan
tindakan
untuk
mengurangi atau menghentikan pelepasan
dari produksi dan penggunaan secara
sengaja POPs sebagai bahan (aldrin,
klordan, DDT, dieldrin, endrin, heptaklor,
mireks, toksafen, heksaklorobenzena, dan
PCB);
2. Mengembangkan dan melaksanakan
rencana tindak untuk mengidentifikasi
sumber dan mengurangi pelepasan POPs
tak sengaja (PCDD/polychlorinated
dibenzo-p-dioxins,
PCDF/polychlorinated
dibenzofurans,
PCB, dan HCB, selanjutnya diistilahkan
sebagai UPOPs/unintentionalPOPs);
3. Mengupayakan
tindakan
untuk
mengurangi atau menghentikan pelepasan
UPOPs;
4. Mengurangi/menghentikan
pelepasan
POPs dari timbunan bahan dan limbah;
5. Mempertukarkan
informasi,
menumbuhkan
kesadaran,
dan
meningkatkan pendidikan masyarakat;
6. Mengembangkan
strategi
untuk
mengidentifikasi,
sedapat-dapatnya,
timbunan dari semua jenis POPs dan
produk yang mengandung POPs;
7. Melaksanakan penelitian, pengembangan,
dan pemantauan; dan
8. Mengembangkan
rencana
untuk
melaksanakan kewajibannya kepada
Konvensi dan dalam waktu dua tahun
setelah berstatus Para Pihak.
Selain
upaya
preventif,
upaya
pengendalian toxaphene yang telah terjadi,
beberapa negara di Amerika telah menetapkan
11
5. Kesimpulan
Dari penelitian, maka dapat disimpulkan :
1. Distribusi POPs dipengaruhi oleh faktorfaktor meteorologi seperti suhu, arah
angin, kecepatan angin, dan tekanan
udara
2. Pengukuran POPs termasuk toxaphene
dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu:
Metode Global Air Passive Sampling
(GAPS)
Metode Tree Bark Sampling Procedure
Metode High Volume Air Sampler
3. Dari hasil pemantauan, konsentrasi
toxaphene yang terukur di SPAG Bukit
Kototabang sebesar 189,2 ug/m3 pada
tahun 2005 dan turun menjadi 2 ug/m3
pada tahun 2006
4. Pada tahun 2000 EPA juga menetapkan
tingkat kontaminan maksimum untuk
toxaphene dalam air minum adalah
0,003 mg / L.
5. Konsentrasi toxaphene lebih dari 740
mg/kg pada manusia dapat menyebabkan
kanker.
6. Sebagai upaya pengendalian POPs,
toxaphene khususnya, diselenggarakan
Konvensi Stockholm yang telah
diratifikasi oleh 151 negara, termasuk
Indonesia.
12
6. Daftar Acuan
[1] Akar Rumput, 2009. 10-16 Februari 2009
[2] AnalyticalMethods.
Http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp9
4-c7.pdf.
[3] Bonefeld
Jrgensen
EC1, Autrup
H, Hansen JC. 1997. Effect of toxaphene
on
estrogen receptor functions in
human
breast
cancer
cells.
Aug;18(8):16514.
[4] Davis, Gray. 2003. Public Health Goals
For Chemicals In Drinking, Toxaphene.
Governor of the State of California
[5] Environmental Protection Agency. 1999.
Toxaphene Update: Impact on Fish
Advisories. Sept. (1-6)
[6] Environmental Protection Agency. 1999.
Method 8276 Toxaphene and toxaphene
congeners
by
gas
chromatography/negative ion Chemical
ionization mass spectrometry (gcnici/ms)
[7] Kurniawan, Agusta (2013), Memantau
POPs Dari Bukit Kuto Tabang. Science
and Technology 1(1):7-9. Suara Dari
Bukit Kuto Tabang, Sumatera Barat
[8] Nahas, Christian A. (2010). Distribusi
Global Persistent Organic Pollutants
(POPs). 2-4. Buletin Megasains Edisi
Maret 2009
[9] Ritter, L., K.R. Solomon, J. Forget. 2007.
Persistent Organic Pollutants: An
Assessment
ReportonDDT,Aldrin,Dieldrin,Endrin,Ch
lordane,Heptachlor,Hexachlorobenzene,
Mirex,Toxaphene,Polychlorinated
Biphenyls,
Dioxins,
and
Furans.
Canadian Network of Toxicologi Centres.
[10] Santoso, Wahyu. (2005). Urgensi
Ratifikasi
The
2001
Stockholm
Convention On Persistent Organic
Pollutants Bagi Indonesia. 1-2
[11] Toxaphene.http://monographs.iarc.fr/EN
G/Monographs/vol79/mono79-19.pdf
[12] Potential For Human Exposure.
http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp11
-c6.pdf.
[13] Toxaphene.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Toxaphe
n.svg
[14] Toxaphene and toxaphene congeners by
gas
chromatography/negative
ion
Chemical ionization mass spectrometry
(gc-nici/ms).
http://www.epa.gov/osw/hazard/testmeth
ods/pdfs/8276.pdf. Method 8276.
[15] United Nation Industrial Development
Organization,Toxaphene
http://www.unido.org/en/what-wedo/environment/capacity-building-for-the
implementation-of-multilateralenvironmental-agreements/thestockholm-convention/factsandfigures/what-are-persistent-organicpollutants-pops/toxaphene.html
13