You are on page 1of 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/256233088

Elemental Analysis of Coconut Shell Activated


Carbon using Ultimate Analysis
THESIS AUGUST 2012

READS

6,711

1 AUTHOR:
Iskandar Banjow
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE

Available from: Iskandar Banjow


Retrieved on: 17 November 2015

TUGAS MAKALAH JURNAL


MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengajar : Dr. Eng. Abdul Waris

Judul
Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung Kelapa dengan Metode
Analisis Ultimat (Ultimate Analysis)

Oleh
Iskandar
NIM : 20212004

PROGRAM MAGISTER FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2012

Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung Kelapa dengan


Metode Analisis Ultimat (Ultimate Analysis)
Iskandar,
Program Studi Fisika FKIP Universitas Haluoleo
Email: iskandar_fisika@yahoo.com
Abstrak
Analisis unsur karbon aktif tempurung kelapa telah dilakukan menggunakan metode analisis ultimat.
Analisis ini menggunakan metode analisis pembakaran. Tujuan penelitian ini adalah menentukan
kandungan unsur karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur pada sampel karbon aktif tempurung kelapa.
Metode analisis ultimat ini menggunakan peralatan CHN-2000 analyzer dan SC-632 analyzer. Prinsip
kerja alat ini dengan proses pembakaran yang menggunakan sel infra merah dan sel konduktivitas termal.
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif dengan dua tahapan proses, karbonisasi dan
aktivasi. Proses karbonisasi bertujuan menghasilkan tempurung kelapa menjadi arang tempurung kelapa.
Proses aktivasi bertujuan untuk menghasilkan karbon (arang) aktif tempurung kelapa. Karbonisasi selama
kurang lebih 8 jam dan kemudian sampel diaktivasi dengan suhu 500C, 600C, 700C, 800C, 900C,
1000C, dan 1100C masing-masing 30 menit. Setelah diaktivasi, sampel dianalisis menggunakan metode
analisis ultimat (ultimate analysis).
Hasil analisis ultimat menunjukkan bahwa dari semua sampel memiliki kandungan unsur yang bervariasi
yaitu sebagai berikut : kandungan karbon (C) kondisi aktivasi 500C, 600C, 700C, 800C, 900C,
1000C, 1100C secara berturut-turut yaitu 97.28 %, 96.72 %, 94.18 %, 98.15 %, 98.10 %, 98.27 %,
98.80 %, kandungan hidrogen (H) sebesar 2.07 %, 1.95 %, 1.47 %, 1.05 %, 0.69 %, 0.51 %, 0.38 %, dan
kandungan nitrogen (N) sebesar 0.47 %, 0.47 %, 0.47 %, 0.56 %, 0.67 %, 0.77 %, 0.81 % serta kandungan
sulfur (S) untuk semua sampel bernilai trace. Jadi, untuk semua kondisi temperatur aktivasi, kandungan
unsur karbon paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 97.36 % dan memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) mutu karbon aktif.
Kata Kunci : karbon aktif, tempurung kelapa, analisis ultimat, unsur karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur.

PENDAHULUAN
Teknologi pembuatan arang aktif sebagai
adsorben (zat penyerap) dewasa ini berkembang
dengan pesat. Karbon aktif telah digunakan
secara
luas
dalam
industri
kimia,
makanan/minuman, farmasi, pemurnian air,
bahan pembuatan resistor, dan bahan bakar
untuk keperluan rumah tangga. Karbon aktif
adalah karbon yang berbentuk amorf,
mempunyai porositas tinggi, dan luas permukaan
yang besar. Karbon aktif bukan merupakan
karbon murni, tetapi mengandung sejumlah
unsur lain yang terikat secara kimia yaitu
hidrogen dan oksigen. Unsur tersebut berasal
dari proses karbonasi yang tidak sempurna atau
terkontaminasi dari luar sewaktu proses aktivasi
[1].
Arang selain digunakan sebagai bahan
bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini dapat
menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut

dilakukan aktivasi dengan aktivator bahan kimia


ataupun dengan pemanasan temperatur tinggi
Beragamnya bahan baku mudah diperoleh,
bisa berasal dari semua bahan yang mengandung
arang walaupun dengan tingkat kesukaran yang
berbeda dalam proses pembuatannya. Arang
aktif bila dilakukan aktivasi pada temperatur
300C sampai dengan 1000C maka ukuran pori
dari arang aktif menjadi lebih kecil, ini
disebabkan karena pada temperatur tersebut
terjadi perubahan komposisi struktur materi pada
arang aktif [2].
Bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan karbon antara
lain adalah batu bara, tempurung kelapa, residu
petro kimia, kayu bakar, cangkang kelapa sawit,
tongkol jagung dan bahan hidrokarbon lainnya
[3].
Selain
itu
bahan
organik
yang
mengandung lignin, hemiselulosa, dan selulosa
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif karena lignin dan selulosa
sebagian besar tersusun atas unsur karbon. Salah

satu dalam kategori ini adalah tempurung kelapa.


Tempurung kelapa mengandung Air 11,35 %,
Selulosa 34,56 %, Lignin 44,72 %, Asap Cair
52,85 %, dan Arang 31,75% [4].
Pemanfaatan tempurung kelapa masih
sangat terbatas khususnya di daerah Sulawesi
Tenggara. Propinsi Sulawesi Tenggara salah
satu sentra produksi kelapa di Indonesia yang
menghasilkan rata-rata 25 ton/ha kelapa per
tahun. Setiap hektar perkebunan kelapa rata-rata
menghasilkan 2-5 ton tempurung per tahun [5].
Besarnya potensi tempurung kelapa yang dapat
dihasilkan dari proses pengolahan, belum
dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menentukan keberadaan unsur-unsur
tertentu dan persentasenya dalam suatu material
adalah metode Analisis Ultimat (Ultimate
Analysis). Analisis ini adalah metode analisis
yang menggunakan prinsip analisis pembakaran
(combustion analysis) untuk menganalisis
kandungan unsur dalam bahan tertentu. Alat ini
mempunyai keunggulan analisis yang lebih cepat
dibanding analisis dengan alat lain. Analisis
ultimat memanfaatkan pembakaran sampel
dalam tanur yang selanjutnya ditangkap oleh sel
infra merah dan sel konduktivitas termal untuk
dianalisis kandungan unsurnya.
Dengan menggunakan metode analisis
ultimat (ultimate analysis) maka dapat
ditentukan persentasi beberapa kandungan unsur
dalam arang aktif tempurung kelapa. Melalui
proses aktivasi, nilai guna tempurung kelapa
dapat
ditingkatkan
dalam
berbagai
pemanfaatannya
serta berimplikasi pada
informasi kualitas karbon aktif tempurung kelapa
yang memenuhi standar yang ditetapkan.
DASAR TEORI
Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa disebut juga tanaman
serbaguna, karena dari akar sampai ke daun
kelapa bermanfaat. Buah adalah bagian utama
dari tanaman kelapa yang berperan sebagai
bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari
beberapa komponen yaitu sabut kelapa,
tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air
kelapa. Daging buah adalah komponen utama
yang dapat diolah menjadi berbagai produk
bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air,
tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by
product) dari buah kelapa juga dapat diolah
menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya
tidak kalah dengan daging buah [6]

Karbon dan Karbon Aktif


Arang adalah suatu bentuk karbon yang
berwarna hitam dan berpori-pori, diperoleh dari
hasil pembakaran bahan-bahan karbon dengan
menggunakan udara terbatas. Sebagian besar
pori-pori arang masih tertutup hidrokarbon, ter,
dan senyawa-senyawa organik lain
Jacobs
menyebutkan bahwa karbon aktif adalah suatu
bentuk karbon (arang) yang telah diaktifkan
dengan menggunakan gas, uap air atau bahanbahan kimia sehingga pori-porinya terbuka [7]
Perlakuan panas terutama dimaksudkan
untuk menghilangkan unsur-unsur hidrogen dan
oksigen. Seperti diketahui bahan baku untuk
pembuatan karbon aktif terutama berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung
unsur-unsur tersebut dalam bentuk persenyawaan
organik. Salah satu perlakuan panas tersebut
adalah karbonisasi (pengarangan) [8]
Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan
yang mengandung karbon, baik karbon organik
maupun anorganik dengan syarat bahan tersebut
mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan
tersebut antara lain kayu, batu bara muda, tulang,
tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit,
tandan kelapa sawit, limbah pertanian seperti
kulit buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi,
jerami, tongkol, dan pelepah jagung [9]
Kualitas arang aktif dinilai berdasarkan
persyaratan Standar Nasional Indonesia pada
tabel berikut ini.
Tabel 1 Standar Industri Indonesia untuk
Arang Aktif (SII. No. 0258-79) [10]
Uraian
Persyaratan
Bagian yang hilang pada
Maks 15%
pemanasan 950C
Air
Maks 10%
Abu
Maks 2,5 %
Bagian
yang
tidak Trace(tidak nyata)
diperarang
Daya
Serap
terhadap Min 20 %
larutan I2
Tabel 2 Persyaratan Arang Aktif Standar
Nasional Indonesia (SNI) 06 3730-1995 [11]
Jenis Persyaratan
Parameter
Kadar air
Maksimum 15 %
Kadar abu
Maksimum 10 %
Kadar zat menguap
Maksimum 25 %
Kadar karbon terikat
Minimum 65 %
Daya serap terhadap Minimum
750
yodium
mg/g
Daya serap terhadap Minimum 25 %
Benzena

Karbon selain digunakan sebagai bahan


bakar reduktor pada pengolahan bijih logam
dalam tanah, sebagai bahan pembuat resistor dan
sebagai filter, memiliki komposisi unsur-unsur
antara lain; 80% C, 0,5% H, 1% S, 6-7% O dan
3-4% abu mineral organik. Abu mineral organik
ini terdiri dari oksida-oksida logam : K2O, Na2O,
CaO, MgO, P2O5, SO3, SiO2 [12]
Pembuatan Karbon Aktif
Pembuatan karbon aktif dapat dilakukan
melalui tahapan-tahapan proses berikut : (1)
penghilangan air (dehidrasi), (2) perubahan
bahan-bahan organik menjadi unsur karbon,
menghilangkan senyawa-senyawa non karbon
dan (3) dekomposisi ter sehingga pori-pori
menjadi lebih besar [13]. Pembuatan karbon
aktif melibatkan dua proses utama, yaitu
karbonisasi dan aktivasi. Selama proses
karbonisasi komponen yang mudah menguap
hampir hilang. Aktivasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu aktivasi secara fisis dan aktivasi
secara kimia [14]
Metode Analisis Ultimat (Ultimate Analysis)
Analisis ultimat adalah analisa laboratorium
untuk menentukan kandungan abu, karbon,
hidrogen, oksigen dan belerang dalam batubara
dengan metoda tertentu. Kandungan itu
dinyatakan dalam persen pada basis dan sampel
dikeringkan pada suhu 105C dalam keadan
bebas kelembaban dan abu [15]
Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam karbon.
Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas,
dengan memasukkan sampel karbon ke dalam
alat dan hasil analisis akan muncul kemudian
pada layar komputer [16]
Analisis ultimat untuk menentukan kadar
karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N)
menggunakan alat LECO CHN 2000 dengan
teknik infra merah (IR) dan analisis sulfur
memakai LECO SC 632 dengan teknik infra
merah. Metode yang digunakan berdasarkan
ASTM (American Society for Testing and
Materials)

Gambar 2. Skema Sel konduktivitas termal [17]


Basis Penilaian Kualitas Karbon
Berikut ini hubungan antara basis analisis
dikaitkan dengan keberadaan parameter yang
menjadi dasar perhitungannya.

Gambar 3. Basis Analisis Karbon [18]


METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2011 hingga Januari 2012. Preparasi dan
pengambilan sampel dilakukan di Desa Moramo,
Kec. Moramo, Kab. Konawe Selatan, Prop.
Sulawesi Tenggara. Aktivasi karbon tempurung
kelapa dilakukan di Lab. Pengembangan Kimia
Lanjut FKIP Universitas Haluoleo. Analisis
unsur dalam sampel dilakukan di Lab. Pengujian
Batubara Puslitbang tekMIRA Kementerian
ESDM di Bandung.
Peralatan dan Bahan
Peralatan: Reaktor Pirolisis Tempurung Kelapa,
Mortar, Ayakan 70 dan 200 Mesh, Tanur listrik,
Neraca Digital, LECO CHN2000 dan LECO SC
632 (Set Peralatan Analisis Ultimat). Bahan
penelitian : tempurung kelapa.
Diagram Alir dan Prosedur Kerja
Persiapan Bahan
(Tempurung Kelapa)

Karbonisasi dengan pirolisis

Penggerusan dan Pengayakan


Gambar 1. Skema Sel infra merah

Lanjutan diagram alir


Aktivasi fisika
(Variasi suhu; 500 C, 600 C, 700 C,
800 C, 900 C, 1000 C, 1100 C,
selama 30 menit)

Pengayakan

Pengkodean Sampel

menghilangkan berbagai unsur-unsur pengotor


yang menutupi permukaan pori-pori arang aktif.
Setelah diaktivasi, sampel kemudian diayak
ulang untuk memperoleh ukuran 100 Mesh yang
ideal dan cocok untuk arang aktif. dimasukkan
ke dalam kantong plastik kecil sesuai dengan
labelnya masing-masing dan siap untuk
dianalisis dengan metode analisis ultimat.
Kandungan unsur karbon, hidrogen,
nitrogen dan sulfur dalam sampel karbon aktif
dianalisis dengan metode analisis ultimat
(Ultimate Analysis).

Analisis Unsur

Analisis Data
Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Penelitian
Sampel tempurung kelapa diambil secara
acak. Setelah itu dilakukan proses preparasi
sampel dengan dua proses utama yakni
karbonisasi dan aktivasi. Tempurung kelapa
dimasukkan dalam reaktor pirolisis. Proses
karbonisasi dengan menggunakan reaktor
pirolisis ini berlangsung sekitar 8 jam dengan
temperatur pemanasan 350 - 400C. Tujuan
pirolisis ini untuk mendekomposisi tempurung
kelapa menjadi arang. Setelah menjadi arang,
kemudian sampel digerus dengan menggunakan
mortar agar sampel menjadi bentuk serbuk halus.
Setelah menjadi serbuk kemudian dilakukan
pengayakan dengan menggunakan ASTM
Standard Test Sieve yang mempunyai ukuran
70-200 Mesh. Ayakan yang digunakan dengan
model 2 susunan ayakan

Gambar 6. Set Peralatan CHN-2000 analyzer


Sampel dibakar pada temperatur tinggi
dalam aliran oksigen sehingga seluruh hidrogen
diubah menjadi uap air, karbon menjadi
karbondiokasida dan nitrogen menjadi nitrogen
oksida. Uap air dan karbondioksida ditangkap
oleh detektor infra red (IR cell) sedangkan
nitrogen ditentukan dengan sel thermal
conductivity (TC cell)

Gambar 7. Set Peralatan SC632 analyzer


Sampel dibakar dalam combustion furnace tube
pada suhu 1350C dalam aliran oksigen. Gas
belerang oksida yang terbentuk diserap oleh
infra red cells dan kadar belerang yang diperoleh
ditampilkan pada monitor

Perhitungan konversi adb (%) ke db (%)


Gambar 5. Model susunan 2 ayakan
Sampel yang telah diayak, diambil
kemudian diaktivasi dengan menggunakan tanur
listrik dengan variasi temperatur (500 C, 600
C, 700 C, 800 C, 900 C, 1000 C, 1100 C)
selama 30 menit. Tujuan dari aktivasi ini untuk
mengaktifkan arang menjadi arang aktif dan

Hasil yang diperoleh dari analisis unsur


dengan metode analisis ultimat berupa
persentase unsur dalam basis adb (%) belum
bernilai real. Untuk mendapatkan nilai yang real
harus dikonversi adb (%) tersebut menjadi db
(%); dimana adb (air-dried basis) sebagai berat
basah sedangkan db (dried basis) sebagai berat
kering.

Formula yang digunakan untuk menghitung


konversi adb (%) menjadi db (%) adalah sebagai
berikut:
(%)

100 %
100

Konsentrasi

(%) =

Sumber: Coal Convertion Facts [19]


HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini dilakukan dua tahapan
proses, yakni pembuatan karbon aktif dan
analisis kandungan unsur yang terdapat dalam
sampel karbon aktif. Menurut Kurakane (1999),
pembuatan karbon aktif melibatkan dua proses
utama, yaitu karbonisasi dan aktivasi. Selama
proses karbonisasi komponen yang mudah
menguap hampir hilang. Aktivasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu aktivasi secara
fisis dan aktivasi secara kimia. Data yang
diperoleh
dari
hasil
analisis
dengan
menggunakan metode analisis ultimat (Ultimate
Analysis) yaitu konsentrasi kandungan unsur
dalam karbon aktif tempurung kelapa dalam
bilangan perseratus (%).
Tabel 3 Hasil Analisis unsur dengan metode
analisis ultimat
Kode
Persentase (%)
Sampel
(Aktivasi)

500C
600C
700C
800C
900C

Karbon

Hidrogen

Nitrogen

100
98
96
94
92
90

Sulfur

97,28
2,07
0,47
trace
96,72
1,95
0,47
trace
94,18
1,47
0,47
trace
98,15
1,05
0,56
trace
98,10
0,69
0,67
trace
1000C
98,27
0,51
0,77
trace
1100C
98,80
0,38
0,81
trace
(Hasil konversi adb menjadi db)
Keterangan: trace = tidak terdeteksi
Dari hasil tersebut, dengan penggambaran
grafik maka dapat dilihat hubungan antara suhu
aktivasi sampel dengan jumlah kandungan
unsurnya.

Hubungan temperatur aktivasi dengan


konsentrasi unsur untuk unsur Karbon
98,15 98,1

97,28 96,72

98,2798,8

94,18

Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi


500
600
700
800
900
1000 1100

Temperatur Aktivasi

Gambar 8. Grafik hubungan antara temperatur


aktivasi (C) dengan konsentrasi
unsur Karbon (%)
Dari gambar 8 terlihat bahwa kandungan
unsur karbon yang terdapat dalam karbon aktif
tempurung kelapa untuk semua sampel sangat
tinggi jika dibandingkan dengan standar mutu
karbon aktif. Standar mutu yang ada menyatakan
bahwa minimal terdapat 65% kadar karbon
terikat. Hal ini dipengaruhi oleh bahan baku
pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa.
Tempurung kelapa dipilih sebagai bahan
pembuatan karbon aktif tempurung kelapa
karena secara teoritis tempurung kelapa memiliki
kandungan selulosa dan lignin yang cukup
tinggi. Lignin dan selulosa sebagian besar
tersusun atas unsur karbon sehingga sangat
cocok digunakan dalam pembuatan karbon aktif.
Besarnya jumlah unsur karbon pada sampel
karbon aktif tempurung kelapa menunjukkan
semakin besarnya kemampuan karbon aktif
sebagai adsorben dengan semakin banyaknya
kandungan unsur karbon yang dihasilkan.
Pada aktivasi 1100C ini diperoleh kadar
unsur karbon yang paling tinggi yaitu sebesar
98,80%. Besarnya suhu dalam proses aktivasi
berkisar dari 600-1.000C, dan pada suhu 8001000C proses aktivasi terhadap arang
tempurung kelapa menghasilkan produk arang
aktif yang baik [20].
Hasil yang diperoleh bahwa pada suhu
aktivasi 600C dan 700C terdapat perbedaan
dengan kadar karbon suhu aktivasi lainnya. suhu
600-700 merupakan suhu optimum untuk
aktivasi dengan bahan pengaktif ZnCl2 [21].
Oleh karena dalam perlakuan aktivasi sampel
dalam penelitian ini tidak menggunakan bahan
pengaktif tersebut dimana dilakukan aktivasi
fisika dengan pemanasan, maka suhu optimum
600-700 yang diharapkan memberikan pula
kadar unsur karbon yang tinggi ini diperoleh
berbeda dari hasil aktivasi lainnya.

Hubungan temperatur aktivasi dengan


konsentrasi unsur untuk unsur Hidrogen

Hubungan temperatur aktivasi dengan konsentrasi


unsur untuk unsur Sulfur

2,07

1,95

1,5

1,47
1,05

0,69

0,5

0,51

0,38

0
Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi
500
600
700
800
900 1000 1100
Temperatur Aktivasi (C)

Gambar 9. Grafik hubungan antara temperatur


aktivasi (C) dengan konsentrasi
unsur Hidrogen (%)
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada grafik
gambar 9, terlihat bahwa konsentrasi unsur
hidrogen semakin berkurang dengan naiknya
suhu aktivasi. mengingat hidrogen sebagai unsur
yang paling sederhana di alam dengan nomor
atom 1 (satu). Ini mengimplikasikan unsur
hidrogen mudah terlepas oleh pemanasan dari
pembentukan senyawa hidrokarbon pada
permukaan karbon aktif.
Hubungan temperatur aktivasi dengan konsentrasi
unsur untuk unsur Nitrogen
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

0,77

0,81

0,67

Konsentrasi

0,56
0,47

0,47

0,47

Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi


500
600
700
800
900 1000 1100
Temperatur Aktivasi (C)

Gambar 10.

Grafik
hubungan
antara
temperatur aktivasi (C) dengan
konsentrasi unsur Nitrogen (%)

Untuk analisis unsur nitrogen, diperoleh hasil


untuk kadar unsur nitrogen (N) yang berbeda
dengan kadar unsur hidrogen (H). Dari hasil
analisis data, grafik pada gambar 10
menunjukkan bahwa kadar unsur nitrogen
semakin bertambah dengan kenaikan suhu
aktivasi. unsur nitrogen merupakan hasil
sampingan dari proses pembuatan karbon aktif
dari tempurung kelapa. Dengan dugaan semakin
besar suhu aktivasi dalam proses dekomposisi
arang tempurung tersebut maka unsur nitrogen
yang dihasilkan juga semakin besar.

Konsentrasi Unsur

Konsentrasi Unsur (%)

2,5

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi Aktivasi


500
600
700
800
900 1000 1100
Temperatur Aktivasi (C)

Gambar 11. Grafik hubungan antara temperatur


aktivasi (C) dengan konsentrasi
unsur Sulfur (%)
Dalam penentuan kadar sulfur, ditemukan hasil
bahwa tidak terdapat kandungan unsur sulfur.
Hasil analisis ultimat untuk semua sampel
menunjukkan hasil trace (tidak nyata/tak
terdeteksi). Ini disebabkan karena dalam proses
aktivasi sampel, semua kadar sulfur telah habis
atau hilang oleh pemanasan suhu tinggi.
Hasil analisis ultimat dalam penelitian ini
memberikan informasi kandungan karbon
dengan rata-rata 97,36%. Ini menunjukkan
bahwa karbon aktif dalam penelitian ini sangat
cocok untuk berbagai aplikasi pemanfaatannya.
Kandungan unsur karbon sebesar 95% dapat
digunakan untuk industri logam. Aplikasi
lainnya dari karbon aktif ini adalah dapat
diproduksi lebih lanjut sehingga menghasilkan
karbon nanotube yang mempunyai sifat fisis
yang unik dalam pemanfaatannya di bidang
nanoelectronic, nanostruktur, dan penyimpangan
energi.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa dalam karbon aktif tempurung kelapa
kandungan karbon (C) kondisi aktivasi 500C,
600C, 700C, 800C, 900C, 1000C, 1100C
secara berturut-turut yaitu 97.28 %, 96.72 %,
94.18 %, 98.15 %, 98.10 %, 98.27 %, 98.80 %,
kandungan hidrogen (H) sebesar 2.07 %, 1.95 %,
1.47 %, 1.05 %, 0.69 %, 0.51 %, 0.38 %, dan
kandungan nitrogen (N) sebesar 0.47 %, 0.47 %,
0.47 %, 0.56 %, 0.67 %, 0.77 %, 0.81 % serta
kandungan sulfur (S) untuk semua sampel
bernilai trace. Jadi, untuk semua kondisi
temperatur aktivasi, kandungan unsur karbon
paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 97.36
% dan memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) mutu karbon aktif.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Fengel and Wegener, 1995. Wood
Combustion : Principles, Processes and
Economics, Academics Press Inc., New
York, 74-93.
[2] Woodroof, 1979. Coconuts; Production,
Processing, and Products, AVI Publishing
Company, INC West Port, Connecticut.
[3] Supeno, 1992, Efek Benzoil Perokesida
dalam
Campuran
Polietilena/karbon,
Thesis S2, ITB, Bandung.
[4] Setiaji, 2006. Bahan Sosialisasi Manfaat
dan Kegunaan Tanaman Kelapa. PT. Coco
Power, Jogjakarta.
[5] http://www.indoagritech.com/profil_penghasil_kelapa.html
(diakses tanggal 09/03/2011)
[6] Lay, A. dan P. M. Pasang. 2003.. Teknologi
Pengolahan dan Strategi Pengembangan
Unit Pengolahan Kelapa Komersil di
Tingkat
Pedesaan.
Kelembagaan
Perkelapaan di Era Otanomi Daerah.
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V.
Tembilahan 22 24 Oktober 2002. p. 170
1181.
[7] Sawarni, 1989, Pengaruh Jenis Bahan
Baku, Suhu dan Waktu Aktivasi Terhadap
Mutu dan Rendemen Karbon Aktif Hasil
Aktivasi Steam, Bogor : Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB.
[8] Sembiring, M.T., Sinaga T.S., 2003. Arang
Aktif
(Pengenalan
dan
Proses
Pembuatannya). Sumatera Utara : Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
[9] Sudrajat, 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan
Arang Aktif. Bogor: Puslitbang Hasil Hutan
dan Sosial Ekonomi Kehutanan.
[10] Anonim, 1979. Mutu dan Cara Uji Arang
Aktif, Standar lndustri Indonesia, No. 025879, Departemen Perindustrian RI : 1-2.

[11] Anonim, 1995. SNI 06-3730-1995: Arang


Aktif Teknis. Jakarta: Dewan Standarisasi
Nasional.
[13] Jankowska, H., A. Swiatkowski, and
J. Choma, 1991. Active Carbon. London :
Horwood Press.
[14] Kurikane, 1999, Production of Activated
Carbon Derived From Loy Yang Coal,
Department of Industrial Chemistry, Chiba
Institute of Technology, 718, 1-6.
[15] Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, 1990. Kamus Pertambangan.
Jakarta.
[16] Anonim, 2009. Laporan Khusus: Puslitbang
tekMIRA (Bagian 2). Bandung : Puslitbang
TekMIRA, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
[17] Anonim, 2000. Standard Test Methods for
Sulfur in the Analysis Sample of Coal and
Coke Using High-Temperature Tube
Furnace Combustion Methods. American
Standard Testing and Measurement
(ASTM), USA
[18] http://idemitsu.Kosan.co.id/Nippon shijou
de youkyuu sareru ippan tan no hinshitsu,
Coal Research Laboratory, Idemitsu Kosan
Co., Ltd. (diakses tanggal 05/03/2012)
[19] http://www.wci-coal.com/Coal Conversion
Facts,World Coal Institute, 2004.html.
(diakses tanggal 08/03/2011)
[20] Kirk-Othmer, 1964. Encyclopedia of
Chemical Technology, vol. 4, Second
Edition, USA.
[21] Smisek, M., 1970, Activated Carbon From
Some Agricultural Waste Products, The
Philippine Agriculturist, V 29, No.4: 275295.

You might also like