You are on page 1of 10

ISSN : 1411-7703

e-ISSN : 2746-2625

Synthetic Activated Carbon from Sugarcane Bagasse with


Chemical Activation using ZnCl2

Sintetis Karbon Aktif dari Limbah Ampas Tebu dengan


Aktivasi Kimia menggunakan ZnCl2

Atiqa Rahmawati1*, Fadzkurisma Robbika 2


1,2
Department of Leather Processing Technology, Politeknik ATK Yogyakarta, 55188,
Special District of Yogyakarta, Indonesia
* Corresponding author: *tiqa054@gmail.com

Abstract
Sugarcane Bagasse is a waste from the sugarcane milling process that has been
extracted. Based on data from P3GI, availability od sugarcane bagasse is around
2991 million tons per year. Meanwhile, sugarcane bagasse from PG Madukismo
Yogyakarta produces around 1400 tons per day. Utilization of sugarcane bagasse
is used as raw material for activated carbon production. Activated carbon made
from biomass such as bagasse can be used as adsorbents for the absorption of
liquid waste, dyes, and heavy metals. The aim of this study is the utilization of
sugarcane bagasse waste to be used as activated carbon by chemical activation. In
this study used ZnCl2 as activation agent. The use of ZnCl2 because it can increase
the pore surface, can inhibit the release of tar during carbonation and support the
condensation reaction. The research method used is the process of immersing
carbon in a ZnCl2 solution with concentrations of 10%, 30%, and 50% for 24 hours.
The results of this research gave the results of the activator concentration which
gave the highest iodine value, at concentration of 10% ZnCl2. The results of the
iodine number on AC10, AC30, and AC50 gave the results of 999,972; 988,234; and
979,034 mg/g respectively, where the results of the iodine number have complied
with SNI 06-3739-1995. The results of the water content on activated carbon are
7.04% on AC10; AC30 7.73%, and AC50 8.48%. These results also give results in
accordance with SNI 06-3739-1995 which states that the maximum moisture
content for powdered activated carbon is 15%.
Keywords: Activated carbon, Adsorption, Sugarcane Bagasse, ZnCl2

Intisari
Ampas tebu merupakan suatu limbah atau residu dari proses penggilingan
tebu yang telah diambil niranya. Ketersediaan ampas tebu berdasarkan data dari
P3GI sekitar 2991 juta ton pertahun. Sedangkan ampas tebu dari PG Madukismo
Yogyakarta menghasilkan sekitar 1400 ton perhari. Salah satu pemanfaatan ampas

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
108
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

tebu yaitu digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Adsorben
karbon aktif berbahan baku biomassa seperti ampas tebu dapat digunakan sebagai
adsorben untuk penyerapan limbah cair, zat warna, dan juga logam berat. Tujuan
dari penelitian ini yaitu pemanfaatan limbah ampas tebu untuk dijadikan karbon
aktif dengan aktivasi secara kimia. Proses aktivasi secara kimia dalam penelitian
menggunakan ZnCl2. Penggunaan ZnCl2 dikarenakan dapat meningkatkan
permukaan pori, dapat menghambat pelepasan tar selama karbonasi dan
mendukung reaksi kondensasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan
proses perendaman karbon dalam larutan ZnCl 2 dengan konsentrasi 10%, 30%,
dan 50% selama 24 jam. Hasil penelitian sintetis karbon aktif dengan aktivasi kimia
memberikan hasil konsentrasi aktivator yang memberikan nilai bilangan iodin
tertinggi yaitu pada konsentrasi 10% ZnCl2. Hasil uji bilangan iod pada AC10, AC30,
dan AC50 memberikan hasil sebesar 999,972; 988,234; dan 979,034 mg/g berturut
- turut, dimana hasil bilangan iod tersebut telah memenuhi SNI 06-3739-1995
tentang arang aktif teknis yang menyebutkan nilai bilangan iod minimum 750
mg/g. Hasil uji kadar air pada karbon aktif yaitu pada AC10 sebesar 7,04%; AC30
7,73%, dan AC50 8,48%. Hasil tersebut juga memberikan hasil yang sesuai dengan
SNI 06-3739-1995 yang menyebutkan bahwa kadar air maksimal untuk karbon
aktif serbuk sebesar 15%.
Kata kunci: Adsorption, Ampas tebu, Karbon Aktif, ZnCl2

Pendahuluan
Ampas tebu merupakan suatu limbah atau residu dari proses penggilingan
tebu yang telah diambil niranya. Ketersediaan ampas tebu berdasarkan data dari
P3GI menunjukkan dari 62 Pabrik gula yang berada di Indonesia dalam satu tahun
dapat menggiling tebu untuk diambil niranya mencapai 29.911 juta ton per tahun.
Sedangkan ampas tebu yang dihasilkan yaitu sekitar 10% dari berat tebu yang
digiling (2.991 juta ton pertahun) [1]. PG Madukismo Yogyakarta menghasilkan
ampas tebu sebanyak 1400 ton perhari. Ampas tebu dihasilkan dari kapasitas giling
tebu per hari yaitu 3500 ton tebu, dimana 40% nya akan menjadi ampas tebu.
Pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan dari proses penggilingan yaitu sebesar
50% akan dimanfaat sebagai bahan baku boiler, sedangkan sisanya akan ditimbun
dan digunakan sebagai bahan bakar dalam proses giling selanjutnya. Akan tetapi
ketersediaan ampas tebu masih melimpah walaupun sudah digunakan sebagai
bahan bakar boiler, sehingga terjadi penimbunan ampas tebu yang cukup
melimpah. Penimbunan ampas tebu yang terlampau lama akan berdampak bagi
lingkungan sekitar. Dampak yang ditimbulkan dari penimbunan ampas tebu yaitu
dapat mencemari lingkungan sekitar, dan membutuhkan lahan yang cukup luas
untuk penyimpanan [1]. Salah satu pemanfaatan ampas tebu yaitu dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan adsorben karbon aktif. Pemanfaatan
ampas tebu sebagai bahan baku adsorben karbon aktif dikarenakan ampas tebu
merupakan biomassa lignoselulosa yang mempunyai kandungan karbon tinggi [1].
Adsorben karbon aktif berbahan baku biomassa seperti ampas tebu dapat
digunakan sebagai adsorben untuk penyerapan limbah cair [2], zat warna
(Puchana-Rosero et al. 2016)[4], dan juga limbah logam berat [5]–[8]. Pencemaran

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
109
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

logam berat menjadi salah satu masalah lingkungan di dunia, logam berat akan
terakumulasi ke dalam makanan sehingga akan menyebabkan masalah pada
ekosistem dan juga kesehatan manusia (Delaroza, 2018). Salah satu metode
pengolahan limbah yang dapat digunakan untuk menurunkan kandungan logam
berat dalam limbah cair yaitu dengan proses adsorbsi. Proses adsorpsi banyak
digunakan dalam pengolahan limbah karena lebih ekonomis dan tidak
menimbulkan efek samping yang beracun [10]. Sintetis karbon aktif berbahan
baku biomassa dapat dilakukan dengan metode aktivasi kimia (satu tahap) dengan
menggunakan bahan kimia sebagai aktivator untuk membentuk pori – pori pada
karbon (Kristianto 2017). Beberapa jenis agen aktivasi yang dapat digunakan untuk
pembuatan karbon aktif yaitu ZnCl2, H3PO4, dan KOH. Setiap jenis agen aktivasi
memiliki mekanisme aktivasi yang berbeda, sehingga dapat menghasilkan karbon
aktif dengan karakterisasi yang berbeda. Pada peneltian ini digunakan agen
aktivasi ZnCl2 untuk pembuatan karbon aktif. Penggunaan ZnCl 2 dalam proses
aktivasi karbon aktif dapat menginhibisi pembentukan tar, serta mendorong
terbentuknya karbon aktif yang berpori akibat terjadinya aromatisasi [11]. Selain
itu ZnCl2 dapat meningkatkan permukaan pori, dapat menghambat pelepasan tar
selama karbonasi dan mendukung reaksi kondensasi. Aktivasi ZnCl 2 juga dapat
meningkatkan luas permukaan karbon aktif [7].
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dalam pembuatan karbon aktif
dari bahan baku biomassa diantaranya menggunakan adsorben karbon aktif dan
ijuk untuk mengolah limbah cair penyamakan, melalui metode adsorpsi dengan
adsorben arang aktif dan ijuk dapat menurunkan 72,13% TSS, 76,58% BOD dan
76,49% COD [12]. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Gilar dkk yaitu
pembuatan karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan ativator yaitu ZnCl2
dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol dalam air limbah.
Karbon aktif dengan aktivator Na2CO3 dapat mengurangi kandungan fenol hingga
99,754% dengan kapasitas serapan 220,751 mg fenol/gram karbon aktif [2].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wardalia (2016)yaitu pembuatan adsorben dari
sekam padi untuk mengurangi kandungan logam timbal pada air limbah. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh wardalia menyebutkan bahwa karbon aktif dari
sekam padi memiliki efisiensi penyerapan logam timbal mencapai 99%. Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa karbon aktif sangat
efisien dalam mengurangi kandungan logam berat dalam limbah cair. Pembuatan
karbon aktif dapat juga diproduksi dari ampas tebu [1].
Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, sintetis karbon aktif dengan
menggunakan agen aktivasi berupa ZnCl2 telah beberapa dilakukan dengan
berbagai bahan baku seperti biji kurma [14], kulit buah karet [15], tempurung
kelapa [2], kacang macadamia [16], dan ampas tebu [17], [18]. Dari beberpa
penelitian sintetis karbon aktif menggunakan aktivator ZnCl2 menunjukkan bahwa
aktivator tersebut berpotensi digunakan sebagai aktivator sintetis karbon aktif
dengan bahan baku biomassa. Sehingga tujuan dalam peneletian ini yaitu
pemanfaatan limbah ampas tebu pabrik gula sebagai bahan baku pembuatan
karbon aktif dengan menggunakan metode aktivasi kimia menggunakan agen
aktivasi ZnCl2.

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
110
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu neraca analitik, desikator, furnace, pengayak 80
mesh, oven, blender, moisture meter, indicator pH dan peralatan gelas. Bahan
yang digunakan adalah ampas tebu didapatkan dari PG Madukismo Yogyakarta,
ZnCl2 (p.a), Aquadest, I2, Na2S2O3, Na2CO3. Kertas saring, kanji, dan KI.

Metode
Persiapan bahan baku
Bahan baku ampas tebu yang didapatkan dari PG Madukismo Yogyakarta
dicuci dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 110 °C. Kemudian
dihaluskan dan diayak dengan ukuran partikel 80 mesh. Ampas tebu yang telah
dihaluskan disimpan dalam storage kering.

Analisa Komposisi Ampas Tebu


Analisa komposisi ampas tebu berupa hemiselulosa, selulosa, dan lignin dilakukan
di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

Karbonasi Ampas Tebu


Ampas tebu dikarbonasi pada suhu 500 °C selama 1 jam dengan menggunakan
furnace. Rate kenaikan suhu furnace yaitu 15°C per menit [19].

Aktivasi dengan ZnCl2


Aktivasi dilakukan pada karbon dengan cara perendaman karbon dalam
larutan ZnCl2 selama 24 jam pada suhu ruang. Variasi konsentrasi ZnCl 2 yang
digunakan dalam penenelitian yaitu 10% b/v, 30% b/v dan 50% b/v. Proses
aktivasi dengan ZnCl2 dilakukan selama 24 jam. Karbon aktif yang dihasilkan
dipisahkan dengan larutan dengan menggunakan kertas saring. Kemudian karbon
aktif dicuci hingga pH netral dan dikeringkan pada suhu 110 °C dengan
menggunakan oven [7][15]. Karbon aktif kemudian disimbolkan AC10; AC30;
AC50.

Analisa Bilangan Iodin


Analisa bilangan iodin pada karbon aktif dilakukan sesuai dengan SNI 06-3730-
1995 tentang arang aktif teknis.

Analisa Kadar Air


Analisa kadar air karbon aktif dilakukan dengan moisture meter. Moisture
meter diatur pada suhu 110 °C. Sebanyak 1 gram sampel karbon aktif dimasukkan
dalam moisture meter dan didapatkan hasil analisa kadar air.

Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif. Hasil dari
analisa deskriptif akan digunakan dalam penentuan normalitas data.

Hasil dan Pembahasan

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
111
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Hasil analisa komposisi ampas tebu dapat dilihat pada Tabel 1. Pada hasil uji
komposisi ampas tebu menunjukkan kandungan terbesar yaitu pada selulosa yaitu
sebesar 40,330%. Kandungan hemiselulosa, selulosa, dan lignin berperan penting
dalam proses karbonisasi ampas tebu. Selulosa dan hemiselulosa berperan dalam
pembentukan pori karbon aktif.

Tabel 1. Komposisi Ampas Tebu PG Madukismo


Hasil Analisa
Sampel
Hemiselulosa (%) Selulosa (%) Lignin(%)

24,81 39,67 19,61


Ampas Tebu
24,18 40,99 18,93
Rata – Rata 24,295 40,330 19,270

Karbonisasi Ampas tebu


Karbonasi ampas tebu dilakukan dengan tujuan mengetahui suhu optimal
pada proses karbonasi ampas tebu. Proses karbonasi dilakukan dengan
menggunakan furnace. Pada penelitian ini, suhu yang digunakan untuk proses
karbonasi yaitu 500 C, kemudian ampas tebu dipanaskan didalam furnace selama
1 jam. Hal yang berperan penting dalam proses pengkarbonan yaitu suhu
karbonasi dan komposisi biomassa (ligin, hemiselulosa, selulosa) yang terkandung
pada ampas tebu [20]. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen kimia
yang serupa, perbedaan utamanya terletak pada jumlah unit sakarida. Sedangkan
lignin merupakan senyawa hidropobik dan dapat menghambat penetrasi air. Pada
proses karbonasi dan aktivasi senyawa volatil yang menguap berasal dari selulosa
dan hemiselulosa. Semakin banyak senyawa volatile menguap, maka semakin
banyak pori – pori yang terbentuk. Hal ini akan mengakibatkan penurunan yield
dan meningkatkan daya adsorpsi [21]. Dekomposisi termal hemiselulosa terjadi
pada suhu 200 C, kemudian diikuti dengan dekomposisi selulosa pada range suhu
250 – 400 C [22], sedangkan suhu minimal lignin terdekomposisi pada 500 C [1].
Kandungan selulosa yang terdapat pada ampas tebu akan lebih mudah
terdekomposisi dikarenakan pemutusan termal dari gula yang terkandung pada
ampas tebu. Selain itu dekomposisi selulosa akan menghasilkan komponen
mudah menguap [20]. Dari hasil karbonasi pada 500 C mempunyai yield sebesar
28,33%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al., (2016)
yang menyatakan bahwa pada suhu karbonasi 500 C menghasilkan yield yang
paling tinggi yaitu sebesar 26%.

Sintetis Karbon Aktif dengan ZnCl2


Pada tahapan sintetis karbon aktif dari ampas tebu, digunakan tiga kombinasi
varibel yaitu konsentrasi ZnCl2 10% ; 30%; dan 50% (b/v). Proses sintetis karbon
aktif pada konsentrasi 10% 30% dan 50% dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan.
Aktivasi secara kimiawi bertujuan untuk degradasi dan hidrasi molekul organik,
membatasi pembentuka tar, membantu dekomposisi senyawa oraganik,
membantu pengeluaran hidrokarbon yang dihasilkan pada proses karbonasi dan
BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
112
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

melindungi permukaan karbon sehingga dapat mengurangi terjadinya oksidasi


[23]. Penambahan agen aktivasi ZnCl2 digunakan untuk memutus ikatan
hidrokarbon ampas tebu sehingga pori – pori permukaan arang lebih luas,
sedangkan variasi konsentrasi ZnCl 2 untuk mengetahui hubungan antara
pengaruh fisik karbon aktif dengan konsentrasi activator. Hasil karbon aktif
kemudian dianalisa kandungan bilangan iodin. Analisa bilangan iodin dilakukan
untuk menunjukkan stuktur pori karbon aktif, dan bilangan iod dapat diterima
sebagai salah satu parameter untuk mengkarakterisasi karbon aktif [24]. Hasil
perbandingan konsentrasi aktivator terhadap bilangan iodin dapat dilihat pada
Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat pada konsentrasi aktivator 10% sampai
50 % menunjukkan adanya penurunan bilangan iodin. Semakin besar konsentrasi
ZnCl2 maka nilai bilangan iodin nya semakin turun. Karbon aktif yang memiliki
bilangan iod tinggi menunjukkan karbon aktif memiliki luas permukaan yang lebih
besar dan memiliki struktur mikro dan mesoporous yang lebih besar [23]. Pada
penelitian ini konsentrasi activator 10% mempunyai nilai bilangan iodin tertinggi
yaitu mencapai 999,9720 mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan agen
aktivasi sebesar 10% sudah dapat mengaktivasi bahan baku berupa ampas tebu.
Beberapa penelitian menyebutkan dalam aktivasi kimia, peningkatan massa
aktivator dapat meningkatkan aktivasi sampai rasio impregnasi optimum.
Peningkatkan rasio impregnasi yang terlalu besar memiliki pengaruh yang
merugikan, yaitu menyebabkan terjadinya pembakaran dan membuat pori – pori
tersumbat karena reagen yang berlebihan sehingga akses area menjadi berkurang
[25].
Analisa data bilangna iodin dilakukan dengan menggunakan statistika
deskriptif, hasil analisa statistika deskriptif yaitu sebagai berikut, rata – rata data
yaitu sebesar 989,079; median 988,234; standar deviasi 10,494; dan sampel
varian sebesar 110,141. Dari hasil analisa statistika deskriptif juga dapat
digunakan untuk penentuan normalitas suatu data, yaitu dengan melihat nilai
skewness atau kemiringan data yang didapatkan. Nilai skewness dari bilangan
iodin yaitu sebesar 0,3603 dengan standar error 6,059. Dengan membandingkan
antara nilai skewness dibagi dengan standar error, maka apabila hasilnya berada
diantara -2 sampai 2 dapat disimpulkan bahwa data terdistibusi normal [26]. Hasil
dari penelitian ini didapatkan nilai skewness dibagai standar errornya sebesar
0,0594 sehingga dapat dikatakan data tersebut terdistibusi normal.
Hasil analisa bilangan iodin pada AC10, AC30, dan AC50 dapat dilihat pada
Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat nilai bilangan iodin berkisar pada 979 samapi
999 mg/g. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa nilai bilangan iod telah
memenuhi SNI 06-3730-1995 tentang arang aktif teknis yang menyebutkan
bahwa daya serap terhadap iodin minimum yaitu 750 mg/g.

Tabel 2. Rata – rata bilangan iod pada masing – masing konsentrasi


Karbon Aktif Konsentrasi activator (%) Rata – rata Bilangan iod
(mg/g)
AC10 10 999,9720
AC30 30 988,2338
AC50 50 979,0335
BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
113
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

1005.0000

1000.0000

995.0000

Bilangan iod (mg/g)


990.0000

985.0000

980.0000

975.0000

970.0000

965.0000
10 30 50
Konsentrasi Aktivator (%)

Gambar 1. Hubungan konsentrasi aktivator dengan bilangan iod

Kadar Air Arang Aktif


Analisa kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture meter. Hasil analisa
kadar yaitu pada AC10 mempunyai kadar air sebesar 7,04%; AC30 7,73%, dan
AC50 8,48%. Kadar air yang dihasilkan dari karbon aktif yaitu berkisar antara 7
sampai 8 persen. Kadar air pada karbon aktif yang relatif rendah menunjukkan
bahwa kandungan air yang terdapat pada karbon telah menguap selama proses
karbonasi dan aktivasi. Kandungan air dalam karbon aktif mempengaruhi proses
adsorpsi. Semakin kecil kandungan air pada karbon aktif maka semakin banyak
pori – pori kosong yang dapat ditempati oleh adsorbat, sehingga proses adsorpsi
dapat berlangsung secara optimal [27]. Pada penelitian yang dilakukan kadar air
pada semua variabel telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-
1995, dimana menyebutkan bahwa kadar air maksimal pada karbon aktif serbuk
yaitu sebesar 15%.
Analisa data kadar air arang aktif dilakukan dengan menggunakan statistika
deskriptif, hasil analisa statistika deskriptif yaitu sebagai berikut, rata – rata data
yaitu sebesar 7,75; median 7,73; standar deviasi 0,7202; dan sampel varian
sebesar 0,5187. Dari hasil statistika deskriptif juga dapat digunakan untuk
penentuan normalitas suatu data, yaitu dengan melihat nilai skewness atau
kemiringan data yang didapatkan. Nilai skewness yaitu sebesar 1,124 dengan
standar error 0,415. Dengan membandingkan antara nilai skewness dibagi dengan
standar error, maka apabila hasilnya berada diantara -2 sampai 2 dapat
disimpulkan bahwa data terdistibusi normal [26]. Hasil dari penelitian ini
didapatkan nilai skewness dibagai standar errornya sebesar 0,3 sehingga dapat
dikatakan data terdistibusi normal.

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
114
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Kesimpulan
Sintetis karbon aktif dari limbah ampas tebu menggunakan aktivasi kimia ZnCl2
diawali dengan proses karbonisasi. Pada proses karbonisasi suhu optimal pada
suhu 500 °C selama 1 jam dengan yield sebesar 28,33%. Proses sintetis karbon aktif
dengan aktivasi kimia memberikan hasil konsentrasi aktivator yang memberikan
nilai bilangan iodin tertinggi yaitu pada konsentrasi 10% ZnCl 2. Hasil analisa
statistika menunjukkan bahwa data hasil penelitian baik bilangan iod maupun
kadar air terdistribusi normal. Hasil uji bilangan iod pada AC10, AC30, dan AC50
memberikan hasil sebesar 999,972; 988,234; dan 979,034 mg/g berturut - turut,
dimana hasil bilangan iod tersebut telah memenuhi SNI 06-3739-1995 tentang
arang aktif teknis yang menyebutkan nilai bilangan iod minimum 750 mg/g. Hasil
uji kadar air pada karbon aktif yaitu pada AC10 sebesar 7,04%; AC30 7,73%, dan
AC50 8,48%. Hasil tersebut juga memberikan hasil yang sesuai dengan SNI 06-
3739-1995 yang menyebutkan bahwa kadar air maksimal untuk karbon aktif
serbuk sebesar 15%. Hasil analisa statistika menunjukkan bahwa data hasil
penelitian terdistribusi normal.

Daftar Pustaka
[1] A. S. D. S. Hidayati, S. Kurniawan, N. W. Restu, and B. Ismuyanto, “Potensi
Ampas Tebu Sebagai Alternatif Bahan Baku Pembuatan Karbon Aktif,”
Natural B, vol. 3, no. 4, pp. 311–317, 2016.
[2] G. S. Pambayun, R. Y. E. Yulianto, M. Rachimoellah, and E. M. M. Putri,
“Pembuatan karbon aktif dari arang tempurung kelapa dengan aktivator
ZnCl2 dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol dalam
air limbah,” Jurnal Teknik Pomits, vol. 2, no. 1, pp. 116–120, 2013, doi:
10.12962/j23373539.v2i1.2437.
[3] M. J. Puchana-Rosero et al., “Microwave-assisted activated carbon obtained
from the sludge of tannery-treatment effluent plant for removal of leather
dyes,” Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects,
vol. 504, pp. 105–115, 2016, doi: 10.1016/j.colsurfa.2016.05.059.
[4] P. Verma and S. K. Samanta, “Microwave-enhanced advanced oxidation
processes for the degradation of dyes in water,” Environmental Chemistry
Letters, vol. 16, no. 3. Springer Verlag, pp. 969–1007, Sep. 01, 2018. doi:
10.1007/s10311-018-0739-2.
[5] M. I. Khoir, “Adsorpsi Logam Kromium (Cr) pada Limbah Cair Industri
Penyamakan Kulit Menggunakan Biomassa Mikroalga Chlorella sp,” 2018.
[6] S. Indah, D. Helard, and D. Ramadhan, “Penerapan kolom adsorpsi seri
dengan adsorben sekam padi pada penyisihan logam seng (Zn) dari air
tanah,” Jurnal Riset Kimia, vol. 12, no. 1, pp. 19–26, Apr. 2021, doi:
10.25077/jrk.v12i1.389.
[7] M. Mohammad, I. Yakub, Z. Yaakob, N. Asim, and K. Sopian, “Adsorption
Isotherm of Chromium (VI) into Zncl2 Impregnated Activated Carbon
Derived by Jatropha Curcas Seed Hull,” in IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, Jan. 2018, vol. 293, no. 1. doi: 10.1088/1757-
899X/293/1/012013.

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
115
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

[8] T. Widayatno, T. Yuliawati, and A. A. Susilo, “ADSORPSI LOGAM BERAT (Pb)


DARI LIMBAH CAIR DENGAN ADSORBEN ARANG BAMBU AKTIF,” Jurnal
Teknologi Bahan Alam, vol. 1, no. 1, 2017.
[9] R. Delaroza, “Adsorpsi logam berat menggunakan adsorben alami pada air
limbah industri,” 2018.
[10] Wardalia, “KARAKTERISASI PEMBUATAN ADSORBEN DARI SEKAM PADI
SEBAGAI PENGADSORP LOGAM TIMBAL PADA LIMBAH CAIR,” 2016.
[Online]. Available: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
[11] H. Kristianto, “REVIEW: SINTESIS KARBON AKTIF DENGAN MENGGUNAKAN
AKTIVASI KIMIA ZnCL2,” 2017. [Online]. Available:
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
[12] R. Fachria, H. Ramdan, and I. Aryantha, “Efektivitas pengolahan limbah cair
industri penyamakan kulit Sukaregang Garut dengan adsorben karbon aktif
dan ijuk,” Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of
Environmental Sustainability Management), vol. 3, no. 3, pp. 379–388,
2020, doi: 10.36813/jplb.3.3.379-388.
[13] Wardalia, “Karakterisasi Pembuatan Adsorben Dari Sekam Padi Sebagai
Pengadsorp Logam Timbal Pada Limbah Cair,” Jurnal Integrasi Proses, vol.
6, no. 2, pp. 83–88, 2016.
[14] Y. Alhamed, “Activated Carbon from Dates’ Stone by ZnCl2 Activation,”
Journal of King Abdulaziz University-Engineering Sciences, vol. 17, no. 2, pp.
75–98, 2006, doi: 10.4197/eng.17-2.4.
[15] Suhdi and S. C. Wang, “Fine activated carbon from rubber fruit shell
prepared by using zncl2 and koh activation,” Applied Sciences (Switzerland),
vol. 11, no. 9, May 2021, doi: 10.3390/app11093994.
[16] O. Pezoti Junior et al., “Synthesis of ZnCl2-activated carbon from
macadamia nut endocarp (Macadamia integrifolia) by microwave-assisted
pyrolysis: Optimization using RSM and methylene blue adsorption,” Journal
of Analytical and Applied Pyrolysis, vol. 105, pp. 166–176, 2014, doi:
10.1016/j.jaap.2013.10.015.
[17] V. Thịnh Phạm Ho Chi, H. Thanh Cong, and L. Giang Bach, “Production of
Activated Carbon from Sugarcane Bagasse by Chemical Activation with
ZnCl2: Preparation and Characterization Study Preparation of bioactive
solution based on the chitosan incorporated with natural extract for
extending the postharvest shelf-life of the agricultural products View
project,” 2016. [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/publication/311912580
[18] X. Luo, Y. Cai, L. Liu, and J. Zeng, “Cr(VI) adsorption performance and
mechanism of an effective activated carbon prepared from bagasse with a
one-step pyrolysis and ZnCl2 activation method,” Cellulose, vol. 26, no. 8,
pp. 4921–4934, 2019, doi: 10.1007/s10570-019-02418-9.
[19] A. el Nemr, R. M. Aboughaly, A. el Sikaily, M. S. Masoud, M. S. Ramadan, and
S. Ragab, “Microporous-activated carbons of type I adsorption isotherm
derived from sugarcane bagasse impregnated with zinc chloride,” Carbon
Letters, Feb. 2021, doi: 10.1007/s42823-021-00270-1.

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
116
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

[20] A. S. D. Saptati, N. Hidayati, S. Kurniawan, N. W. Restu, and B. Ismuyanto,


“Potensi Ampas Tebu Sebagai Alternatif Bahan Baku Pembuatan Karbon
Aktif,” vol. 3, no. 4, 2016.
[21] M. A. Elsayed and O. A. Zalat, “Factor Affecting Microwave Assisted
Preparation of Activated Carbon from Local Raw Materials,” International
Letters of Chemistry, Physics and Astronomy, vol. 47, pp. 15–23, Feb. 2015,
doi: 10.18052/www.scipress.com/ilcpa.47.15.
[22] K. S. Ukanwa, K. Patchigolla, R. Sakrabani, E. Anthony, and S. Mandavgane,
“A review of chemicals to produce activated carbon from agricultural waste
biomass,” Sustainability (Switzerland), vol. 11, no. 22. MDPI, Nov. 01, 2019.
doi: 10.3390/su11226204.
[23] I. S. Anggraeni and L. E. Yuliana, “PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH
TEMPURUNG SIWALAN (BORASSUS FLABELLIFER L.) DENGAN
MENGGUNAKAN AKTIVATOR SENG KLORIDA (ZnCl2) DAN NATRIUM
KARBONAT (Na2CO3),” 2016.
[24] Ş. Ö. TEĞİN, Ö. ŞAHİN, O. BAYTAR, and M. S. İZGİ, “PREPARATION AND
CHARACTERIZATION OF ACTIVATED CARBON FROM ALMOND SHELL BY
MICROWAVE-ASSISTED USING ZnCI2 ACTIVATOR,” International Journal of
Chemistry and Technology, Aug. 2020, doi: 10.32571/ijct.747943.
[25] W. Ao et al., “Microwave assisted preparation of activated carbon from
biomass: A review,” Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 92.
Elsevier Ltd, pp. 958–979, Sep. 01, 2018. doi: 10.1016/j.rser.2018.04.051.
[26] andhika wicaksono, adam gibran, and dimas irmansyah, “UKURAN
PENYEBARAN DATA (KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN),” Jurnal Ukuran
Penyebaran Data, 2012.
[27] R. Tasanif, I. Isa, and W. Rewini Kunusa, “Potensi Ampas Tebu Sebagai
Adsorben Logam Berat Cd, Cu dan Cr,” Jamb.J.Chem, vol. 01, pp. 33–43,
2020.

BERKALA PENELITIAN TEKNOLOGI KULIT, SEPATU, DAN PRODUK KULIT POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA, VOL. 21, EDISI 1 (2022)
117

You might also like