Professional Documents
Culture Documents
Menjadi Fenol Berupa Asap Cair Dengan Variasi Waktu Dan Ukuran
Partikel Bahan
Chaira Ummatin1* dan Alivia Alfiarty2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang, Jalan Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang,
65415
IRGSC, Jalan WR Monginsidi II No. 2, Kupang, 85226
e-mail: chairaummatin14@gmail.com 1, a.alfiarty@gmail.com 2
Abstract
Indonesia was an agricultural country that mostly used as farmland regions, one of which was a coffee
plantation. Agricultural site and factory of coffee at Bangelan Malang produced waste in the form of coffee
leather which were leather shell and skin pulp that has not been used optimally. One way was by the utilization
of the waste gasification method which produced products such as liquid smoke, charcoal, and tar. The liquid
smoke contained phenolic compounds that can be used as disinfectant and preservative wood. This study focused
on the liquid smoke which aims to analyze the influence of the process time of gasification and particle size of
the material to the quantity (yield liquid smoke, yield charcoal, yield tar, and weight loss) and quality (pH,
acidity, phenolic ccontent, and color) that used to determine the optimal treatment of these processes. Coffee
leather waste gasification performed using material size 6 mesh, 8 mesh and 10 mesh for 30 minutes, 60
minutes, 90 minutes, 120 minutes and 150 minutes. The best results were obtained by gasification at the time of
150 minutes and a size 8 mesh material with phenol content 4,28%, 27.9% acidity, with a pH value of 2.
Keywords: Phenol, Gasification, Leather Coffee, Liquid Smoke, Yield, Quality
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar daerahnya digunakan sebagai lahan pertanian.
Seiring dengan peningkatan penduduk, perkembangan sektor industri maupun sektor pertanian akan berdampak
pula kepada sampah dan limbah yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Tentu saja hal tersebut menimbulkan
pencemaran baik pencemaran udara yang disebabkan pembakaran sampah dan limbah, pencemaran tanah karena
penimbunan di dalam tanah, pencemaran air, mengganggu aktivitas lingkungan lainnya serta kelangsungan
hidup bagi makhluk hidup di sekitarnya.
Limbah kulit kopi jenis cangkang dan kulit ari biasanya dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan
sisanya dikembalikan ke alam bersama kulit pulp sehingga dalam beberapa waktu sebagian diolah menjadi
kompos organik. Tetapi pada prosesnya, pengolahan tersebut masih memerlukan waktu yang relatif lama yaitu
sekitar 14 hari, sedangkan pemanfaatan kulit cangkang dan ari sebagai campuran pakan ternak juga masih sangat
minim sekali.
Mengingat kandungan dari kulit kopi diantaranya adalah pentosa, selulosa, hexosa, dan lignin, lemak maka
kulit kopi dapat dikonversi menjadi fenol dengan melalui proses pembakaran yang asapnya dikondensasi
menjadi asap cair sehingga pembakaran tersebut ramah lingkungan, proses tersebut disebut sebagai proses
gasifikasi. Sedangkan residu hasil pembakaran berupa karbon yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar padat
yang biasa disebut briket arang.
Fenol yang dihasilkan dari kondensasi asap cair berbahan biomassa yang mengandung lignin memiliki
banyak manfaat diantaranya dalam industri pangan, asap cair memberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai
pengawet karena sifat anti mikroba dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan
tradisional dengan menggunakan asap secara langsung dapat dihindarkan. Pada Industri perkebunan asap cair
dapat digunakan sebagai koagulan seperti perkebunan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti anti jamur,
anti bakteri dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan, sedangkan untuk
Industri kayu, kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap, sehingga akan
memperpanjang usia pemakaian kayu.
Kulit Kopi merupakan limbah dari perkebunan kopi dan pabrik kopi yang dapat mempengaruhi kestabilan
lingkungan bila mana limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Limbah kulit kopi biasanya dibiarkan dalam
beberapa waktu yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos organik sehingga limbah tersebut dalam beberapa
waktu tersebut dapat mengganggu aktivitas lingkungan berupa bau yang ditimbulkannya.
W1 (30)
M1W1
M2W1
M3W1
M4W1
M5W1
W2 (60)
M1W2
M2W2
M3W2
M4W2
M5W2
W5 (150)
M1W5
M2W5
M3W5
M4W5
M5W5
Persiapan dan Pretreatment bahan, kulit kopi di keringkan untuk mengurangi kadar airnya seminimal
kemudian diayak hingga menghasilkan ukuran yang seragam sesuai variable. Analisa pendahuluan, selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Persiapan Alat meliputi persiapan bahan bakar, tempat yang memadai, dan tidak
mudah terbakar serta dengan ventilasi yang cukup. Persiapan Bahan Bakar meliputi penyulutan bahan bakar
berupa kayu kayuan atau limbah ranting hingga menjadi arang untuk memudahkan proses gasifikasi.
Gasifikasi dengan mula mula memasukkan sampel kedalam reaktor gasifire sesuai dengan variabel yang
ditentukan kemudian menutup kembali dengan kondensor, mengkondensasi asap yang tebentuk. Selama proses
berlangsung, reaktor dilengkapi dengan indikator suhu yang telah diprogram secara komputerisasi. Asap cair
yang dihasilkan ditampung dan kemudian disimpan pada suhu rendah (lemari pendingin). Analisa kadar fenol
dilakukan baik secara manual maupun dengan GC MS
Untuk mengetahui kesesuaian suhu proses gasifikasi untuk menghasilkan fenol sebagai produk utama yang
terdekomposisi pada suhu 240-600 C, maka perubahan suhu selama proses dapat diketahui melalui termocople
yang terdapat pada bagian dalam gasifire maupun bagian luar sebagai ruang bakar yang dihubungkan langsung
terhadap komputer melaui sebuah alat detector suhu (TC-08). Alat tesebut dapat menampilkan sekaligus dengan
sistem record baik secara manual maupun grafik, dimana pengaturan pembacaan suhunya dapat diatur dalam
rentang waktu tertentu. Misalnya rentang pembacaan setiap detik, atau setiap menit dan seterusnya, serta
pengaturan lama record misalnya 30 menit, 60 menit, 5400 detik, 9000 detik, dan lain sebagainya. Berikut adalah
salah satu pembacaan suhu dari beberapa sampel gasifikasi.
Hasil dan Pembahasan
Bahan baku yang digunakan untuk proses gasifikasi pada penelitian ini adalah kulit kopi robusta. Sebelum
dilakukan proses gasifikasi dilakukan analisis komponen kimia bahan baku yang meliputi analisis kadar
hemiselulosa, selulosa, lignin kadar air, dan kadar air. Adapun komposisi kimia kulit kopi dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 2. Komposisi Kimia Kulit Kopi
Komponen Kimia
Abu
Lignin
Selulosa
Hemiselulosa
Hot water solube
Kadar air
Hasil analisis kadar hemiselulosa kulit kopi jenis cangkang sebesar 16%. Kadar hemiselulosa cangkang kulit
kopi lebih rendah dibandingkan dengan kadar hemiselulosa cangkang buah karet sebesar 18,00% [6], cangkang
kelapa sawit sebesar 27,70% [15]. Pada proses gasifikasi, komponen hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200250 oC menghasilkan asam asetat dan homolognya serta air dan sejumlah kecil furan dan fenol [16].
Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty
Rendemen (%b/b)
35%
30%
25%
Ukuran 6
Mesh A
Ukuran 8
Mesh A
Ukuran 10
Mesh A
20%
15%
10%
5%
0%
0
30
60
90
120
Waktu Pirolisis (menit)
150
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Ukuran Mesh Dan Waktu Gasifikasi Terhadap Rendemen
Data yang digambarkan melalui gambar 1 menunjukkan terjadi peningkatan nilai rendemen seiring dengan
bertambahnya lama waktu gasifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Haris (2013), Sri Sunarsih
(2012), dan Ratnawati (2010), namun untuk pengaruh ukuran mesh terhadap nilai rendemen asap cair
menghasilkan tren line acak. Variabel ukuran mesh memberikan hasil terbaik pada ukuran 8 mesh, sedangkan
waktu berbaik adalah 150 menit. Jika dibandingkan, Haris (2013) dengan lama waktu 120 menit menghasilkan
nilai rendemen sebesar 37% b/b, sedangkan penelitian ini menghasilkan rendemen sebesar 31% pada lama waktu
150 menit. Perbedaan desain alat merupakan alasan perbedaan tersebut.
Kualitas Asap Cair Kulit Kopi
Kualitas asap cair sangat bergantung pada komposisi senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya. Kriteria
mutu asap cair baik cita rasa maupun aroma sebagai ciri khas yang dimiliki asap ditentukan oleh golongan
senyawa asam dan fenol yang dikandungnya [12]. Pengujian kualitas asap cair terdiri dari pengujian sifat asap cair
secara fisik maupun kimia. Sifat fisik yang dapat diamati pada asap cair adalah kepekatan warna yang
mengalami kepekatan warna seiring bertambahnya waktu gasifikasi, sedangkan sifat kimia yang diamati meliputi
hasil analisa komponen, pH, kadar asam, dan kadar total fenol.
Komponen Kimia Asap Cair
Berdasarkan data analisa GC-MS terdapat 40 jenis komponen. Dalam analisa setiap komponen, dilakukan
pendekatan sebanyak 5 kali. 5 komponen utama dalam asap cair adalah 2-METHOXY PHENOL; 2,6DIMETHOXY PHENOL; 4-METHYL PHENOL; 3-METHYL PHENOL; 2-METHYL PHENOL.
Senyawa fenolik merupakan komponen utama dalam asap cair. Terdapat jenis senyawa fenolik lain seperti 4METHOXY PHENOL; 2,4-DIMETHOXY PHENOL; 3,4-DIMETHOXY PHENOL.
Ukuran 6
Mesh A
Ukuran 8
Mesh A
pH
4
3
Ukuran 10
Mesh A
2
1
Ukuran 6
Mesh B
0
0
30 60 90 120 150
Waktu Gasifikasi (menit)
Ukuran 8
Mesh B
Ukuran 6
Mesh A
Ukuran 8
Mesh A
Ukuran 10
Mesh A
Ukuran 6
Mesh B
0
30 60 90 120 150
Waktu Gasifikasi (menit)
Ukuran 8
Mesh B
5,00%
4,00%
3,00%
6 mesh
bahan A
8 mesh
bahan A
10 mesh
bahan A
2,00%
1,00%
0,00%
0
50
100
150
Waktu gasifikasi (menit)
200