You are on page 1of 7

Optimalisasi Proses Gasifikasi Dari Limbah Kulit Kopi (Coffea robusta)

Menjadi Fenol Berupa Asap Cair Dengan Variasi Waktu Dan Ukuran
Partikel Bahan
Chaira Ummatin1* dan Alivia Alfiarty2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang, Jalan Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang,
65415
IRGSC, Jalan WR Monginsidi II No. 2, Kupang, 85226
e-mail: chairaummatin14@gmail.com 1, a.alfiarty@gmail.com 2
Abstract
Indonesia was an agricultural country that mostly used as farmland regions, one of which was a coffee
plantation. Agricultural site and factory of coffee at Bangelan Malang produced waste in the form of coffee
leather which were leather shell and skin pulp that has not been used optimally. One way was by the utilization
of the waste gasification method which produced products such as liquid smoke, charcoal, and tar. The liquid
smoke contained phenolic compounds that can be used as disinfectant and preservative wood. This study focused
on the liquid smoke which aims to analyze the influence of the process time of gasification and particle size of
the material to the quantity (yield liquid smoke, yield charcoal, yield tar, and weight loss) and quality (pH,
acidity, phenolic ccontent, and color) that used to determine the optimal treatment of these processes. Coffee
leather waste gasification performed using material size 6 mesh, 8 mesh and 10 mesh for 30 minutes, 60
minutes, 90 minutes, 120 minutes and 150 minutes. The best results were obtained by gasification at the time of
150 minutes and a size 8 mesh material with phenol content 4,28%, 27.9% acidity, with a pH value of 2.
Keywords: Phenol, Gasification, Leather Coffee, Liquid Smoke, Yield, Quality

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar daerahnya digunakan sebagai lahan pertanian.
Seiring dengan peningkatan penduduk, perkembangan sektor industri maupun sektor pertanian akan berdampak
pula kepada sampah dan limbah yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Tentu saja hal tersebut menimbulkan
pencemaran baik pencemaran udara yang disebabkan pembakaran sampah dan limbah, pencemaran tanah karena
penimbunan di dalam tanah, pencemaran air, mengganggu aktivitas lingkungan lainnya serta kelangsungan
hidup bagi makhluk hidup di sekitarnya.
Limbah kulit kopi jenis cangkang dan kulit ari biasanya dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan
sisanya dikembalikan ke alam bersama kulit pulp sehingga dalam beberapa waktu sebagian diolah menjadi
kompos organik. Tetapi pada prosesnya, pengolahan tersebut masih memerlukan waktu yang relatif lama yaitu
sekitar 14 hari, sedangkan pemanfaatan kulit cangkang dan ari sebagai campuran pakan ternak juga masih sangat
minim sekali.
Mengingat kandungan dari kulit kopi diantaranya adalah pentosa, selulosa, hexosa, dan lignin, lemak maka
kulit kopi dapat dikonversi menjadi fenol dengan melalui proses pembakaran yang asapnya dikondensasi
menjadi asap cair sehingga pembakaran tersebut ramah lingkungan, proses tersebut disebut sebagai proses
gasifikasi. Sedangkan residu hasil pembakaran berupa karbon yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar padat
yang biasa disebut briket arang.
Fenol yang dihasilkan dari kondensasi asap cair berbahan biomassa yang mengandung lignin memiliki
banyak manfaat diantaranya dalam industri pangan, asap cair memberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai
pengawet karena sifat anti mikroba dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan
tradisional dengan menggunakan asap secara langsung dapat dihindarkan. Pada Industri perkebunan asap cair
dapat digunakan sebagai koagulan seperti perkebunan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti anti jamur,
anti bakteri dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan, sedangkan untuk
Industri kayu, kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap, sehingga akan
memperpanjang usia pemakaian kayu.
Kulit Kopi merupakan limbah dari perkebunan kopi dan pabrik kopi yang dapat mempengaruhi kestabilan
lingkungan bila mana limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Limbah kulit kopi biasanya dibiarkan dalam
beberapa waktu yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos organik sehingga limbah tersebut dalam beberapa
waktu tersebut dapat mengganggu aktivitas lingkungan berupa bau yang ditimbulkannya.

Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015


Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan Indonesia Tahun 2012, menyatakan bahwa luas area
perkebunan kopi di indonesia mencapai 1.193.149 Ha dengan 669.064 ton, dengan demikian produktivitas
produksi kopi di indonesia mencapai 753 kg/ha per tahun.
Sedangkan menurut PTPN XII Jawa Timur pada tahun 2013 didapatkan bahwa luas area perkebunan di
perkebunan kopi Bangelan, Malang- Jawa Timur adalah 883,2 ha dan yang ditanami kopi jenis Robusta seluas
636,59 ha. Produksi per ha lahan perkebunan rata - rata menghasilkan kopi basah sebanyak 574336 ton/tahun,
yang mana bahwa satu buah kopi memiliki 42,5% kulit kopi sehingga kulit kopi yang dihasilkan pada tahun
2013 sekitar adalah sebesar 244092 ton/tahun yang terbagi atas 240464 ton kulit kopi jenis pulp dan 3446,016
ton kulit cangkang serta kulit ari dan kulit cangkang sehingga jumlah limbah kulit kopi yang cukup banyak
tersebut kurang efektif jika hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos organik yang harus dibiarkan terlebih
dahulu dalam waktu tertentu (selama14 hari).
Biomassa yang digunakan dalam proses gasifikasi adalah kulit kopi jenis robusta dimana secara umum, kulit
kopi mengandung pentosa 20,30 % berat, selulosa 8, 3 % berat, hexosa 45,90 % berat, dan lignin 24,40 % berat,
lemak 0,6 % berat serta kadar abu sebesar 0,5% berat.
Hemiselulosa melalui proses gasifikasi akan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya serta satu seri
panjang asam-asam karboksilat, asam asetat dan homologennya pada suhu 200-2500C, kemudian gasifikasi
selulosa yang menghasilkan asam asetat dan homologennya serta sejumlah kecil furan dan fenol pada suhu 2803200C, dan gasifikasi lignin yang menghasilkan fenol-fenol dan eter-eter fenol pada hingga suhu 6000C.
Berdasarkan hasil analisa pendahuluan, dengan bahan yang didominasi mengandung lignin maka gasifikasi dari
lignin menjadi fenol tersebut yang akan kami lakukan pada penelitian ini. Gasifikasi biomassa merupakan
konversi secara termokimia dari biomassa yang menghasilkan gas sebagai produk (combustible gas) melalui
proses pembakaran dengan kontrol oksigen.
Umumnya, identifikasi hasil proses gasifikasi dilakukan menggunakan gas kromatografi spektra massa/Gas
Chromatography Mass Spectra (GC-MS). Secara bertahap, gasifikasi kayu akan mengalami peruraian,
hemiselulosa terdegradasi pada 200-250oC, selulosa pada 280oC-320oC, dan lignin sampai suhu 600oC. Yang
membedakan antara sasifikasi dan pirolisis adalah jumlah udara yang dibutuhkan yaitu Air Fuel Ratio (AFR).
Pirolisis sama sekali tidak melibatkan udara dalam prosesnya dengan kata lain AFR pada pirolisis adalan 0 (nol),
gasifikasi memerlukan AFR kurang dari 1,5, sedangkan jika lebih dari itu maka disebut proses pembakaran.
Asap cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran. Asap cair mampu menjadi
desinfektan. Asap cair akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2% akan
mampu mengawetkan makanan maupun biomassa lain sehingga mampu bertahan lama karena memiliki fungsi
utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri. Pengawetan dengan asap cair memiliki beberapa
keunggulan antara lain yaitu lebih ramah dengan lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran udara, bisa
diaplikasi secara cepat dan mudah, tidak membutuhkan instalasi pengasapan, peralatan yang digunakan lebih
sederhana.
Hasil studi sebelumnya dikemukakan oleh Yovita (2009) mengenai distribusi suhu pada gasifikasi
menggunakan kulit kopi bagian hull (cangkang) kering dengan ukuran rata rata 5x5x0,5 mm3. Parameter yang
divariasikan adalah kecepatan aliran umpan udara terhadap suhu reaktor yang diamati dalam interval 5 menit,
pembacaan suhu menggunakan termocouple pada 3 titik ketinggian bahan yaitu 0, 12 dan 24 cm dari dasar
silinder gasifier. Hasilnya, kondisi suhu mulai stabil dimulai pada pada menit ke 30; 20 dan 15 untuk masingmasing kecepatan aliran udara 32.0444; 37.4718; 39.7684 kg/s. Selain itu dapat teramati bahwa suhu reaktor
stabil pada suhu 450-6000C. Dengan massa bahan sebanyak 140 gram dengan alasan menyesuaikan dengan
kondisi reaktor gasifier yang digunakan.
Sunarsih pada tahun 2012 menggunakan limbah padat pati aren sebagai bahan gasifikasi menjadi asap cair
dengan variasi suhu, waktu, dan kadar air. Diperoleh kondisi optimum dilihat dari kuantitas maupun kadar fenol
asap cair pada suhu 300oC dengan volume sebanyak 326,7 ml dan kadar fenol sebesar 8,43%. Analisa tersebut
dilakukan dengan menggunakan GC-MS.
Sedangkan Ratnawati pada tahun 2010 melakukan penelitian tentang gasifikasi terhadap cangkang sawit
untuk mengetahui kualitas dan kuantitas asap cair yang dihasilkan. Hal yang divariasikan dalam penelitianya
adalah suhu. Ratnawati menggunakan ukuran bahan + 2 cm dan massanya sebanyak 5 kg, dengan waktu masingmasing selama 4 jam dengan mengkondensasi asap yang dihasilkan dari reaktor gasifikasi dan hasilnya dianalisa
menggunakan GC MS. Kondisi optimal secara kuantitas diperoleh suhu 400 oC, sedangkan secara kualitas asap
cair sebagai antioksidan kondisi optimalnya pada suhu 200 oC. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suhu, maka semakin banyak asap cair yang terbentuk tetapi semakin tinggi suhu maka senyawa akan
terdekomposisi menjadi senyawa senyawa lain.
Metodologi Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
2 faktor, dimana faktor pertama yaitu ukuran mesh bahan yang terdiri dari 3 taraf (6, 8, dan 10 mesh) untuk
Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015


bahan kulit kopi jenis cangkang (A) serta dibandingkan dengan bahan jenis pulp (B) dengan ukuran 6 dan 8
mesh. Sedangkan faktor kedua yaitu waktu gasifikasi yang terdiri dari 5 taraf (30, 60, 90, 120, 150 menit).
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini:
1. Faktor Ukuran Mesh (M) terdiri dari :
M1 = 6
M2 = 8
M3 = 10
2. Faktor Waktu Gasifikasi (W) terdiri dari:
W1 = 30 menit
W2 = 60 menit
W3 = 90 menit
W4 = 120 menit
W5 = 150 menit
Tabel 1. Interaksi Perlakuan Percobaan
Ukuran Mesh (M)
M1 (6) A
M2 (8) A
M3 (10) A
M4 (6) B
M5 (8) B

W1 (30)
M1W1
M2W1
M3W1
M4W1
M5W1

W2 (60)
M1W2
M2W2
M3W2
M4W2
M5W2

Waktu Gasifikasi (W) (Menit)


W3 (90)
W4 (120)
M1W3
M1W4
M2W3
M2W4
M3W3
M3W4
M4W3
M4W4
M5W3
M5W4

W5 (150)
M1W5
M2W5
M3W5
M4W5
M5W5

Persiapan dan Pretreatment bahan, kulit kopi di keringkan untuk mengurangi kadar airnya seminimal
kemudian diayak hingga menghasilkan ukuran yang seragam sesuai variable. Analisa pendahuluan, selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Persiapan Alat meliputi persiapan bahan bakar, tempat yang memadai, dan tidak
mudah terbakar serta dengan ventilasi yang cukup. Persiapan Bahan Bakar meliputi penyulutan bahan bakar
berupa kayu kayuan atau limbah ranting hingga menjadi arang untuk memudahkan proses gasifikasi.
Gasifikasi dengan mula mula memasukkan sampel kedalam reaktor gasifire sesuai dengan variabel yang
ditentukan kemudian menutup kembali dengan kondensor, mengkondensasi asap yang tebentuk. Selama proses
berlangsung, reaktor dilengkapi dengan indikator suhu yang telah diprogram secara komputerisasi. Asap cair
yang dihasilkan ditampung dan kemudian disimpan pada suhu rendah (lemari pendingin). Analisa kadar fenol
dilakukan baik secara manual maupun dengan GC MS
Untuk mengetahui kesesuaian suhu proses gasifikasi untuk menghasilkan fenol sebagai produk utama yang
terdekomposisi pada suhu 240-600 C, maka perubahan suhu selama proses dapat diketahui melalui termocople
yang terdapat pada bagian dalam gasifire maupun bagian luar sebagai ruang bakar yang dihubungkan langsung
terhadap komputer melaui sebuah alat detector suhu (TC-08). Alat tesebut dapat menampilkan sekaligus dengan
sistem record baik secara manual maupun grafik, dimana pengaturan pembacaan suhunya dapat diatur dalam
rentang waktu tertentu. Misalnya rentang pembacaan setiap detik, atau setiap menit dan seterusnya, serta
pengaturan lama record misalnya 30 menit, 60 menit, 5400 detik, 9000 detik, dan lain sebagainya. Berikut adalah
salah satu pembacaan suhu dari beberapa sampel gasifikasi.
Hasil dan Pembahasan
Bahan baku yang digunakan untuk proses gasifikasi pada penelitian ini adalah kulit kopi robusta. Sebelum
dilakukan proses gasifikasi dilakukan analisis komponen kimia bahan baku yang meliputi analisis kadar
hemiselulosa, selulosa, lignin kadar air, dan kadar air. Adapun komposisi kimia kulit kopi dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 2. Komposisi Kimia Kulit Kopi
Komponen Kimia
Abu
Lignin
Selulosa
Hemiselulosa
Hot water solube
Kadar air

Kadar (%) Pulp


4
32
22
14
28
84

Kadar (%) Cangkang


1
53
20
16
10
12

Hasil analisis kadar hemiselulosa kulit kopi jenis cangkang sebesar 16%. Kadar hemiselulosa cangkang kulit
kopi lebih rendah dibandingkan dengan kadar hemiselulosa cangkang buah karet sebesar 18,00% [6], cangkang
kelapa sawit sebesar 27,70% [15]. Pada proses gasifikasi, komponen hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200250 oC menghasilkan asam asetat dan homolognya serta air dan sejumlah kecil furan dan fenol [16].
Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015


Hasil analisis kadar selulosa kulit kopi jenis cangkang adalah 20%. Kadar selulosa kulit kopi jenis cangkang
lebih rendah dibandingkan dengan kadar selulosa cangkang buah karet sebesar 61,04% [6], kayu karet sebesar
47,81% [6], cangkang kelapa sawit sebesar 26,60% [15] dan tempurung kelapa sebesar 27,32% [17]. Pada proses
gasifikasi, komponen selulosa terdekomposisi pada suhu 280-320 oC menghasilkan asam-asam organik [14].
Kandungan lignin pada kulit kopi jenis cangkang sebesar 53%. Kadar lignin kulit kopi jenis cangkang lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar lignin cangkang buah karet yaitu
21,60% [6], kayu karet yaitu sebesar
[6]
[15]
30,60% , cangkang kelapa sawit yaitu 29,4%
dan tempurung kelapa 34-37 % [17]. Pada proses gasifikasi,
komponen lignin terdekomposisi pada suhu 320-400C menghasilkan senyawa fenol-fenol dan eter-eter fenol,
seperti: guaiakol (2-metoksi fenol), siringol (2,6-dimetoksi fenol), homolog-homolognya [18].
Rendemen Hasil Gasifikasi Kulit Kopi
Penetapan rendemen hasil gasifikasi bertujuan untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan dari proses
gasifikasi kulit kopi. Rendemen hasil gasifikasi kulit kopi yang dianalisa meliputi rendemen asap cair, tar, dan
arang. Namun dalam penelitian ini, difokuskan pada rendemen asap cair.
1.1.1. Rendemen asap cair
Asap cair merupakan hasil kondensasi asap dari proses gasifikasi. Rendemen asap cair hasil gasifikasi kulit
kopi selama 30 menit hingga 150 menit berkisar antara 2% - 31% (% b/b). Hasil perhitungan rendemen asap
cair pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Rendemen (%b/b)

35%
30%
25%

Ukuran 6
Mesh A
Ukuran 8
Mesh A
Ukuran 10
Mesh A

20%
15%
10%
5%
0%
0

30
60
90
120
Waktu Pirolisis (menit)

150

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Ukuran Mesh Dan Waktu Gasifikasi Terhadap Rendemen
Data yang digambarkan melalui gambar 1 menunjukkan terjadi peningkatan nilai rendemen seiring dengan
bertambahnya lama waktu gasifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Haris (2013), Sri Sunarsih
(2012), dan Ratnawati (2010), namun untuk pengaruh ukuran mesh terhadap nilai rendemen asap cair
menghasilkan tren line acak. Variabel ukuran mesh memberikan hasil terbaik pada ukuran 8 mesh, sedangkan
waktu berbaik adalah 150 menit. Jika dibandingkan, Haris (2013) dengan lama waktu 120 menit menghasilkan
nilai rendemen sebesar 37% b/b, sedangkan penelitian ini menghasilkan rendemen sebesar 31% pada lama waktu
150 menit. Perbedaan desain alat merupakan alasan perbedaan tersebut.
Kualitas Asap Cair Kulit Kopi
Kualitas asap cair sangat bergantung pada komposisi senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya. Kriteria
mutu asap cair baik cita rasa maupun aroma sebagai ciri khas yang dimiliki asap ditentukan oleh golongan
senyawa asam dan fenol yang dikandungnya [12]. Pengujian kualitas asap cair terdiri dari pengujian sifat asap cair
secara fisik maupun kimia. Sifat fisik yang dapat diamati pada asap cair adalah kepekatan warna yang
mengalami kepekatan warna seiring bertambahnya waktu gasifikasi, sedangkan sifat kimia yang diamati meliputi
hasil analisa komponen, pH, kadar asam, dan kadar total fenol.
Komponen Kimia Asap Cair
Berdasarkan data analisa GC-MS terdapat 40 jenis komponen. Dalam analisa setiap komponen, dilakukan
pendekatan sebanyak 5 kali. 5 komponen utama dalam asap cair adalah 2-METHOXY PHENOL; 2,6DIMETHOXY PHENOL; 4-METHYL PHENOL; 3-METHYL PHENOL; 2-METHYL PHENOL.
Senyawa fenolik merupakan komponen utama dalam asap cair. Terdapat jenis senyawa fenolik lain seperti 4METHOXY PHENOL; 2,4-DIMETHOXY PHENOL; 3,4-DIMETHOXY PHENOL.

Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015

Gambar 2. Pembacaan GC-MS Terhadap Sampel S1W3 Sebagai Patokan


Nilai pH
Pengukuran nilai pH dalam asap cair bertujuan untuk mengetahui tingkat proses penguraian bahan baku
untuk menghasilkan asam organik pada asap cair. Nilai pH asap cair hasil gasifikasi kulit kopi dengan interaksi
ukuran mesh dan waktu gasifikasi berkisar antara 2-5. Nilai pH asap cair pada penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 3.
6

Ukuran 6
Mesh A

Ukuran 8
Mesh A

pH

4
3

Ukuran 10
Mesh A

2
1

Ukuran 6
Mesh B

0
0

30 60 90 120 150
Waktu Gasifikasi (menit)

Ukuran 8
Mesh B

Gambar 3. Hubungan antara variabel berubah terhadap nilai pH


Nilai pH pada asap cair semua hasil perlakuan tergolong asam. Nilai pH rendah berarti asap yang dihasilkan
berkualitas tinggi terutama dalam hal penggunaanya sebagai bahan pengawet. Nilai pH yang rendah secara
keseluruhan berpengaruh terhadap nilai awet dan daya simpan produk asap ataupun sifat organoleptiknya [13].
Nilai pH berhubungan dengan kadar total fenol yang dihasilkan, dimana semakin tinggi kandungan total fenol
dalam asap cair, maka nilai pHnya semakin rendah (asap cair semakin asam) [12]. Nilai pH cenderung turun
seiring dengan penambahan lama waktu gasifikasi dan pengecilan ukuran mesh bahan. Berdasarkan hasil
penelitian Haris (2010) penambahan waktu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pH, namun
dalam penelitian ini, tren penurunan tergambar dengan jelas. Semakin kecil ukuran mesh dan semakin lama
waktu, kualitas asap cair akan semakin bagus jika ditinjau dari nilai pH. Dalam penelitian ini, hasil terbaik
diberikan oleh sampel M2W5 (ukuran 8 mesh, lama waktu 150 menit) dan M1W5 (ukuran 6 mesh, lama waktu
150 menit) dengan nilai pH 2.
Kadar Asam
Kadar asam merupakan salah satu sifat kimia yang menentukan kualitas dari asap cair. Asam organik yang
memiliki peranan tinggi dalam pemanfaatan asap cair adalah asam asetat. Asam asetat terbentuk sebagian dari
lignin dan sebagian lagi dari komponen karbohidrat dari selulosa. Senyawa asam organik terbentuk dari
gasifikasi komponen-komponen kayu seperti hemiselulosa dan selulosa pada suhu tertentu. Penentuan kadar
asam ini dengan menggunakan metode total asam tertitrasi yang dihitung sebagai jumlah asam asetat dalam asap
cair.

Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Kadar Asam (%)

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015


35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%

Ukuran 6
Mesh A
Ukuran 8
Mesh A
Ukuran 10
Mesh A
Ukuran 6
Mesh B
0

30 60 90 120 150
Waktu Gasifikasi (menit)

Ukuran 8
Mesh B

Gambar 4. Kadar Asam Asap Cair Kulit Kopi


Kadar asam mengkondisikan nilai pH asap cair [13] dan berhubungan erat dengan total fenol yang dihasilkan,
dimana Luditama (2006) menyatakan sifat antimikroba asap cair akan semakin meningkat apabila asam organik
ada bersama-sama dengan senyawa fenol. Berbanding terbalik dengan pH, kadar asam meningkat seiring dengan
penambahan waktu, namun ukuran mesh tidak memberikan trend yang teratur. Kualitas asap cair terbaik
diperoleh dari ukuran 8 mesh bahan A.
Kadar total fenol
Fenol merupakan zat aktif yang dapat memberikan efek antibakteri dan antimikroba pada asap cair. Selain
itu, fenol juga dapat memberikan efek antioksidan kepada bahan yang akan diawetkan.
Total kadar fenol asap cair mengalami peningkatan seiring kenaikan suhu dan waktu gasifikasi, hal ini
dikarenakan komponen selulosa dan lignin yang menghasilkan fenol baru terdekomposisi pada suhu 240-600 C.
Total kadar fenol yang dihasilkan juga berhubungan dengan nilai pH yang dihasilkan, dimana semakin tinggi
kadar fenol berarti asap cair semakin asam atau memiliki nilai pH yang rendah [12].
Kadar total fenol (%)

5,00%
4,00%
3,00%

6 mesh
bahan A
8 mesh
bahan A
10 mesh
bahan A

2,00%
1,00%
0,00%
0

50
100
150
Waktu gasifikasi (menit)

200

Gambar 4.5. Kadar total fenol dalam asap cair


Ditinjau dari kadar total fenol, kualitas asap cair terbaik diperoleh dari ukuran 8 mesh bahan A dengan waktu
120 menit dan 150 menit dengan total kadar fenol sebesar 4,28%.
Indikator Suhu/ Termocouple Secara Komputerisasi
Untuk mengetahui kesesuaian suhu proses gasifikasi untuk menghasilkan fenol sebagai produk utama yang
terdekomposisi pada suhu 240-600 C, maka perubahan suhu selama proses dapat diketahui melalui termocople
yang terdapat pada bagian dalam gasifire maupun bagian luar sebagai ruang bakar yang dihubungkan langsung
terhadap komputer melaui sebuah alat detector suhu (TC-08). Alat tesebut dapat menampilkan sekaligus dengan
sistem record baik secara manual maupun grafik, dimana pengaturan pembacaan suhunya dapat diatur dalam
rentang waktu tertentu. Misalnya rentang pembacaan setiap detik, atau setiap menit dan seterusnya, serta
pengaturan lama record misalnya 30 menit, 60 menit, 5400 detik, 9000 detik, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dan pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:

Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

Ummatin, C., and Alfiarty, A. / Journal of Chemical Engginering 2015


1. Lama waktu gasifikasi berpengaruh nyata terhadap rendemen asap cair, nilai pH, kadar asam, dan kadar fenol
dengan trend line yang teratur, sedangkan variasi ukuran mesh bahan memberikan pengaruh dengan trend
line acak.
2. Secara kuantitas, rendemen asap cair terbaik diberikan oleh sampel M2W5 yang dilakukan dengan
menggunakan bahan kulit kopi jenis cangkang pada lama waktu 150 menit dan ukuran bahan 8 mesh
menghasilkan rendemen asap cair sebesar 31%.
3. Secara kualitas, sampel M2W5 memberikan kualitas terbaik dengan nilai pH 2, kadar asam 27,9%, dan kadar
total fenol 4,28%.
4. Semakin tinggi kasar fenol, nilai pH semakin rendah, dan kadar asam semakin tinggi.
5. Interaksi perlakuan gasifikasi ukuran bahan 8 mesh, waktu 150 menit, bahan kulit kopi jenis cangkang
merupakan hasil terbaik.
Perlu dilakukan perhitungan kuantitas dari rendemen arang, rendemen tar, dan bobot hilang untuk
pengembangan penelitian yang lebih lanjut.
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2013. Profil PT. Perkebuanan Nusantara XII (Persero), Bangelan Wonosari - Malang,
Perkebunan Nusantara XII, Malang, 2013.
2. Yovita Reiny Arisanty,Yuni Kusumastuti, Annisa Widya Utami. 2009. GasifikasiLimbah Kulit Kopi dalam
Reaktor Fixed Bed dengan Sistem Inverted Downdraft Gasifier: Distribusi Suhu, Simposium Nasional RAPI
VIII, p. 99-104.
3. Nisandi. 2007. Pengolahan dan pemanfaatan Sampah organik menjadi Briket Arang dan Asap Cair, SNT
2007, p. E1 E7
4. Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan Indonesia,
Jakarta, 2012.
5. V Belgiorno. 2002. Energy From Gasification of Solid Waste,Pergamon Italy, Waste Management 23, p. 115
6. Haris F. 2013. Pengaruh Suhu dan Waktu Gasifikasi terhadap Rendemen dan Kualitas Asap cair cangkang
Buah Karet (Havea brasiliensis), Universitas lambung mangkurat.
7. Budi Y. 2011. Pemanfaatan Kulit Kacang Tanah Menjadi Asap Cair Menggunakan Proses Gasifikasi Guna
Untuk Pengasapan Ikan Pindang Layang (Decapterus Spp), Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Surabaya.
8. Sri Sunarsih,Yuli P, Yordanesa S. 2012. Pengaruh Suhu, Waktu, dan Kadar Air Pada Pembuatan Asap cair
Dari Limbah Padat pati Aren, SNAST Periode III,p. 290-297.
9. Ratnawati,Singgih Hartanto. 2010. Pengaruh Suhu Gasifikasi Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Asap cair, LIPI Mei 2010, p. 8-11.
10. Agung, W. 2010. Perancangan dan Uji Kinetika Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil, ISSN Vol.9
Nomor 1, p.29-33
11. Sinarep. 2011. Perancangan Reaktor Gasifikasi Batu Bara Pada Pengeringan Daun Tembakau Virginia di
NTB, EKULIBRIUM Vol.1Nomor 2, Edisi Juli 2011
12. Haji, A.G., Masud, Z.A., Bibiana, W.L., Sujahjo, S.H., Pari, G. 2007. Karakterisasi Asap Cair Hasil
Gasifikasi Sampah Organik Padat (Charakterization of Liquid Smoke Pyrolizet from Solid Organic Waste).
Jurnal Tek. Ind. Pert., 2008, 16 (3) : 111-118
13. Wijaya, M., Erliza, N., Irwadi, T.T., Pari, G. 2008 B. Perubahan Suhu Gasifikasi Terhadap Struktur Kimia
Asap Cair dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 1 (2) : 73-77
14. Luditama, C. 2006. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar Tempurung dan Sabut Kelapa Secara
Gasifikasi dan Distilasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
15. Riana, E. 2011. Pemanfaatan Cangkang Sawit yang Berlebih. http://eki-riana-s.blog.ugm.ac.id. Diakses
tanggal 21 September 2013. Pukul 09.28 wita.
16. Darmadji, P. 2002. Optimasi Pemurnian Asap Cair dengan Metode Redistilasi. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan 8 (3): 267-171.
17. Nayoan, C.R., Berek, N.C. 2006. Perbedaan Efektifitas Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan Arang Kayu
Dalam Menurunkan Tingkat Kekeruhan pada Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Semarang.
18. Marasabessy, I. 2007. Produksi Asap Cair dari Limbah Pertanian dan Penggunaannya dalam Pembuatan
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Openly accessible at https://independent.academia.edu/AliviaAlfiarty

You might also like