Professional Documents
Culture Documents
Abdul Gani Haji1), Zainal Alim Masud2), Bibiana W. Lay3), Surjono H. Sutjahjo3)
dan Gustan Pari4)
1)
Program Studi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
2)
Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor, Bogor
3)
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs IPB, Bogor
4)
Pusat Penelitian dan pengembangan Hasil Hutan, Bogor
Abstract
The liquid smoke had been produced from raw material of solid organic waste using pyrolysis
reactor. The composition of organic waste as 30% bamboo, 30% wood, 20% small branch and 20% fruit
peel was separated and coped manually, and then put into pyrolysis reactor. Pyrolysing processing at
350-510 oC for 5 hours and liquid smoke produced was characterized by means of rendement, total
phenol and pH parameter. Besides that, the liquid smoke component was identified by GCMS. The result
of this research showed that the liquid smoke was generally brownish-red color, with rendement 22.87-
34.67 %, pH 3.8-4.8, and total phenolic 6.15x10-3-2.24x10-2 %. Increasing pyrolysis temperature up to
505 oC tended to increase total phenolic compound. GCMS analysis on the liquid smoke identified 61
compound, i.e. ketone (17 compounds), phenolic (14 compounds), carboxylic acid (8 compounds),
alcohols (7 compounds), ester (4 compounds), aldehyde (3 compounds), and other 1 compounds.
II
III
IV
2. Nilai pH Keterangan :
BL = Volume Blanko
Untuk mengetahui nilai pH asap cair yang C = Volume Contoh
dihasilkan, maka pada penelitian ini dilakukan N-tio = Normalitas Tiosulfat
penetapan pH menggunakan pH meter digital BMf = berat molekul Fenol
Waterproof Hanna dengan cara mencelupkan
elektroda ke dalam aquades terlebih dahulu, lalu Selanjutnya, dianalisis jenis komponen
dilap dengan tissue. Selanjutnya elektroda di kimia penyusun asap cair dengan teknik GCMS
masukkan ke dalam contoh asap cair. Dicatat menggunakan kolom HP Ultra 2, temperatur
nilai pH yang muncul dilayar monitor. oven 280 oC/10 menit, injeksi 250 oC, dan
interface 280 oC, gas pembawa helium, laju alir
3. Kadar total fenol 0,6 L/menit, dan volume injeksi 1 L.
Rendemen Asap Cair rasa maupun aroma sebagai ciri khas yang
dimiliki asap ditentukan oleh golongan senyawa
Rendemen merupakan salah satu para- kimia yang dikandungnya. Senyawa-senyawa
meter yang penting untuk mengetahui hasil dari kimia yang terdapat di dalam asap cair sangat
suatu proses. Asap cair pada penelitian ini di- bergantung pada kondisi pirolisis dan bahan baku
hasilkan melalui proses kondensasi asap yang yang digunakan (Nakai et al., 2006). Di samping
dikeluarkan reaktor pirolisis. Selama proses itu, proses pirolisis suatu bahan yang tidak
pirolisis terjadi penguapan berbagai macam berlangsung sempurna dapat menyebabkan
senyawa kimia. Data asap cair yang dihasilkan komponen-komponen kimia yang dihasilkan
pada proses pirolisis sampah organik padat dalam asap cair kurang lengkap. Komponen
disajikan pada Tabel 1. kimia yang telah diidentifikasi pada asap cair
Rendemen asap cair yang dihasilkan pada antara lain dijumpai senyawa-senyawa golongan
proses pirolisis sampah organik padat selama 5 fenol, karbonil, asam-asam karboksilat, furan,
jam berkisar 32,87-37,83% dan kisaran suhu hidrokarbon, alkohol, dan lakton (Girard, 1992).
350-510 oC (Tabel 1). Rendemen asap cair yang
dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah Kadar Fenol
dibanding hasil asap cair yang diperoleh
Tranggono et al. (1996) pada pirolisis beberapa Identifikasi senyawaan fenolik dalam asap
jenis kayu dengan kisaran suhu 350-400 oC cair hasil pirolisis sampah organik padat
menghasilkan asap cair dengan rendemen rata- diharapkan dapat mewakili kriteria mutunya,
rata 49,1%. Jumlah rendemen asap cair yang sehingga sasaran penggunaannya akan lebih
dihasilkan pada proses pirolisis sangat ber- tepat. Hasil analisis total fenol dalam asap cair
gantung pada jenis bahan baku yang digunakan. disajikan pada Tabel 2. Data Tabel 2
Persentase rendemen yang diperoleh juga sangat menunjukkan bahwa kadar total fenol dalam asap
bergantung pada sistim kondensasi yang di-pakai. cair hasil pirolisis sampah organik padat berkisar
Kondisi ini sesuai dengan yang dikemu-kakan 6,15x10-3-2,24x10-2 %. Kadar total fenol paling
Tranggono et al (1996), bahwa untuk tinggi terdapat dalam asap cair contoh 5, dan
pembentukan asap cair digunakan air sebagai yang terendah terdapat dalam asap cair contoh 1.
medium pendingin agar proses pertukaran panas Kadar total fenol dalam asap cair tidak
dapat terjadi dengan cepat. Pirolisis pada suhu bergantung pada kadar air bahan baku dan
yang terlalu tinggi dan waktu yang terlalu lama persentase rendemen yang dihasilkan. Jumlah
akan menyebabkan pembentukan asap cair asap yang dihasilkan sangat bergantung pada
berkurang karena suhu dalam air pendingin karakteristik bahan baku yang digunakan dan
semakin meningkat sehingga asap yang dihasil- suhu yang dicapai selama proses. Hal ini sesuai
kan tidak terkondensasi secara sempurna. Proses dengan pendapat Djatmiko et al. (1985) yang
kondensasi akan berlangsung optimal apabila air mengemukakan keberadaan senyawa-senyawa
di dalam sistim pendingin dialiri secara konti-nyu kimia dalam asap cair dipengaruhi oleh
sehingga suhu dalam sistim tersebut tidak kandungan kimia dari bahan baku yang
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan digunakan dan suhu yang dicapai pada proses
Demirbas (2005) bahwa asap cair hasil proses pirolisis. Berkaitan dengan hal tersebut, Byrne
pirolisis bahan kayu dapat dihasilkan secara dan Nagle (1997) mengatakan penguapan,
maksimum jika proses kondensasinya berlang- penguraian atau dekomposisi komponen kimia
sung secara sempurna. kayu pada proses pirolisis terjadi secara bertahap,
yaitu pada suhu 100-150 oC hanya terjadi
Kualitas Asap Cair penguapan molekul air; pada suhu 200 oC mulai
terjadi penguraian hemiselulosa; pada suhu 240
o
Kualitas asap cair sangat bergantung pada C mulai terdekomposisi selulosa
komposisi senyawa-senyawa kimia yang
dikandungnya. Kriteria mutu asap cair baik cita
Tabel 2. Kadar total fenol dalam asap cair hasil pirolisis sampah organik padat
Percobaan Kadar air contoh Suhu pirolisis Kadar total fenol
(%) (oC) (%)
1 20,76 350 6,15x10-3
2 28,00 355 7,02x10-3
3 29,32 375 8,25x10-3
4 25,40 405 1,28x10-2
5 23,59 505 2,24x10-2
6 25,41 510 1,29x10-2
menjadi larutan pirolignat, gas CO, CO2, dan komponen kimia dalam masing-masing bahan
sedikit ter; pada suhu 240-400 oC, terjadi proses baku semakin sempurna dengan meningkatnya
dekomposisi selulosa dan lignin menjadi larutan suhu. Nilai pH yang terendah terdapat pada asap
pirolignat, gas CO, CH4, H2 dan ter lebih banyak; cair hasil pirolisis pada suhu 510oC. Jika nilai pH
dan pada suhu di atas 400 oC terjadi rendah berarti asap yang dihasilkan ber-kualitas
pembentukan lapisan aromatik. tinggi terutama dalam hal penggunaan-nya
Kadar total fenol dalam asap cair pada sebagai bahan pengawet makanan. Nilai pH yang
penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan kadar rendah secara keseluruhan berpengaruh terhadap
total fenol yang diperoleh Tranggono, et al. nilai awet dan daya simpan produk asap ataupun
(1996) pada proses pirolisis berbagai jenis kayu sifat organoleptiknya. Jika nilai pH ini dikaitkan
pada suhu 350-400 oC dengan menghasil-kan dengan kandungan total fenol dalam asap cair
total fenol rata-rata 2,90%. Kadar senyawa pada masing-masing perlakuan diperoleh
fenolik yang didapat Yulistiani (1997) dalam hubungan yaitu semakin tinggi kadar total fenol
asap cair hasil pirolisis tempurung kelapa adalah dalam asap cair maka nilai pHnya semakin
1,28%, sedangkan Nurhayati (2000) ber-hasil rendah (asap cair semakin asam).
memperoleh kadar fenol 3,24% dalam asap cair
hasil pirolisis kayu tusam. Kadar total fenol yang 6
lebih tinggi didapat oleh Darmadji (1995), yaitu 5
4.78
4.25 4.09 4.13
berkisar 2,10-5,13%. 4
3.88 3.84
Nilai pH