You are on page 1of 8

11

Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ASAP CAIR DARI


TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA
IKAN SEGAR

S.P. Abrina Anggraini1) dan Susy Yuniningsih2)


1,2) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
email1) : sinar_abrina@yahoo.co.id

ABSTRACT

During this cooling fish handling is only done by fishermen because it is considered the
most effective. But with the rise in fuel prices, the purchasing power of ice fishermen has
become even more severe, so the need to find alternative ways of preserving fish that is
inexpensive, easy to obtain and have a noticeable effect on the quality of fresh fish as well as
safe for the preservation of fresh fish. Liquid smoke technology is an effective potential to help
maintain the quality of fresh fish with coconut shell as raw materials. The purpose of this study
was to obtain the optimum moisture content of the length of time drying the coconut shell into
liquid smoke.
This research used an experimental method with long time drying the coconut shell.
This study begins with cleansing, enumeration, and drying coconut shell for 0 day, 1 day, 2 days,
and 3 days. Then do the pyrolysis process until the process redestilasi and filtration column.
Results of liquid smoke grade 3 and grade 1 was analyzed by GC-MS and LC-MS. Treatment on
fresh fish is done using a variable length of time drying the coconut shell and the results
conducted organoleptic tests include color, aroma, texture and taste.
The result of this research is a long time optimal drying for 3 days, with a water content
of 1.96%, 6.25% acid concentration, and pH value of 1.9. While the magnitude of the yield of
35.8% at 0 days
Keywords : drying, pyrolysis, liquid smoke, preservation, fish

PENDAHULUAN sedangkan pada suhu 0oC dapat


Proses penanganan ikan dengan mencapai 9-14 hari, tergantung spesies
pendinginan merupakan metode yang ikan. Penanganan ikan perlu dilakukan
paling efektif dan banyak dilakukan oleh proses pengawetan agar ikan dapat tetap
para nelayan. Ikan merupakan produk dikonsumsi dalam keadaan yang baik.
pangan yang sangat mudah rusak. Pada dasarnya pengawetan ikan
Pembusukan ikan terjadi segera setelah bertujuan untuk mencegah bakteri
ikan ditangkap atau mati. Pada kondisi pembusuk masuk ke dalam ikan.
suhu tropik, ikan membusuk dalam waktu Kerusakan ini disebabkan antara lain
12-20 jam tergantung spesies, alat atau karena tubuh ikan memiliki kadar air
cara penangkapan. Pendinginan akan yang tinggi yaitu 80%, pH tubuh
memper-panjang masa simpan ikan. mendekati netral, kandungan gizi yang
Pada suhu 15 -200C, ikan dapat tinggi sehingga ikan merupakan media
disimpan hingga sekitar 2 hari, pada yang baik untuk pertumbuhan
suhu 5 0C tahan selama 5-6 hari, bakteri/ mikroorganisme lainnya.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki
12
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

oleh ikan tersebut dapat menghambat sehingga dapat mengganggu kesehatan


usaha pemasaran hasil perikanan manusia.
sehingga menimbulkan kerugian yang Menurut Girard (1992), dua
besar bagi pedagang. Oleh karena itu, senyawa utama dalam asap cair yang
perlu dilakukan usaha untuk diketahui mempunyai efek bakterisidal/
meningkatkan daya simpan dan daya bakteriostatik adalah fenol dan asam-
awet produk perikanan pada pasca asam organik. Kombinasi antara
panen melalui proses pengolahan komponen fungsional fenol dan asam-
maupun pengawetan. Nelayan biasanya asam organik yang bekerja secara
memberi es sebagai pendingin agar sinergis mencegah dan mengontrol
memperpanjang masa simpan ikan pertumbuhan mikroba (Pszczola dan
sebelum sampai pada konsumen. Astuti, 2000). Pada asap cair dapat
Penggunaan anti mikroba yang mempengaruhi flavor, pH dan daya
tepat dapat memperpanjang umur simpan produk, karbonil yang akan
simpan dan menjamin keamanan bereaksi dengan protein dan menghasilkan
produk pangan untuk itu diperlukan warna produk dan fenol yang merupakan
bahan anti mikroba alternatif lain dari sumber utama dari flavor dan
bahan alami yang tidak berbahaya bila menunjukkan aktivitas bakteriostatik dan
dikonsumsi serta dapat menghambat antioksidan. Tujuan yang diharapkan dari
pertumbuhan mikroba dalam produk pelaksanaan penelitian ini adalah
sehingga berfungsi untuk menghambat menentukan lama waktu penjemuran
kerusakan pangan akibat aktivitas bahan baku untuk pembuatan asap cair
mikroba. Untuk itu dibutuhkan bahan yang bermutu pada ikan segar.
alternatif lain sebagai anti mikroba yang
alami sehingga tidak membahayakan bagi METODE PENELITIAN
kesehatan yaitu penggunaan asap cair Bahan baku yang digunakan dalam
untuk menghambat aktifitas mikroba. penelitian ini adalah tempurung kelapa
Asap cair merupakan bahan kimia sebanyak 3 kg. Bahan bakar pada proses
hasil destilasi asap hasil pembakaran. pirolisis ini digunakan bahan bakar elpiji.
Asap cair yang mengandung sejumlah Bahan-bahan kimia yang digunakan
senyawa kimia diperkirakan berpotensi untuk analisis antara lain SeO2, K2SO4,
sebagai bahan baku zat pengawet, CuSO4.5H2O, HCl pekat, NaOH 2 N,
antioksidan, desinfektan, ataupun sebagai H3BO3, NaCl, mm (indikator metil
biopestisida (Nurhayati, 2000). Bahan merah), pp (indikator phenophthaliein),
baku asap cair yang digunakan adalah aquades, H2SO4 pekat, pelarut Hexane,
dari tempurung kelapa. Indonesia alkohol, Bromat Bromida 0,2 N, KI dan
merupakan salah satu sentra komoditas Na2S203 0,1 N. Peralatan yang
perkebunan utama yaitu kelapa (Cocos
digunakan meliputi reaktor pirolisis
nucifera). Peningkatan produksi kelapa
terbuat dari pipa stainless steel,
juga menimbulkan beberapa masalah
dilengkapi dengan alat penangkap tar
antara lain banyak sampah cangkang
dan seperangkat alat kondensasi. Reaktor
atau batok kelapa yang terbuang
ini berfungsi untuk rnernbakar bahan
dengan sia-sia terus menumpuk
13
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

baku yang akan dipakai. Pada proses tinggi, 2. Fraksi berat berupa Tar, 3.
pirolisis menghasilkan zat dalam tiga Fraksi ringan berupa asap dan gas
bentuk yaitu padat, gas dan cairan. Hasil methane. Dari fraksi ringan kita alirkan
yang dikeluarkan dari proses kondensasi ke pipa kondensasi sehingga diperoleh
yaitu berupa asap cair grade 3. Kemudian asap cair sedangkan gas methane tetap
diendapkan selama seminggu untuk dan menjadi gas tak takterkondensasi. Asap
hasil atasnya didestilasi untuk cair yang diperoleh belum bisa
mendapatkan grade 2. Setelah proses dipergunakan untuk pengawet makanan
destilasi dialirkan ke dalam kolom karena masih mengandung bahan
filtrasi zeolit aktif dan kolom fiktrsi berbahaya, sehingga perlu dilakukan
karbon aktif sehingga akan mendapatkan pemurnian asap cair bertujuan untuk
hasil asap cair grade 1. Setelah meminimalisir jumlah tar pada asap cair.
mendapatkan asap cair grade 2 dan Asap cair yang diperoleh dari
grade 1 dilakukan aplikasi pada ikan kondensasi asap pada proses pirolisis
segar. Metode penelitian yang akan diendapkan lebih dahulu satu minggu
digunakan dalam penelitian ini kemudian cairan diatas kita ambil dan
menggunakan metode eksperimental dimasukkan ke dalam alat destilasi pada
laboratorium. Peralatan untuk analisa suhu sekitar 1500C, hasil destilat kita
hasil asap cair menggunakan antara lain tampung. Hasil dari filtrasi distilat
pH meter merk Waterproof, Erlenmeyer dilewati dengan zeolit akitif bertujuan
bertutup, termometer, botol pisah, untuk mendapatkan asap cair yang
perangkat titrasi, dan peralatan gelas yang benar-benar bebas dari zat berbahaya
umum terdapat di laboratorium kimia, seperti benzopyrene. Caranya dengan
sedangkan peralatan utama yang mengalirkan asap cair distilat kedalam
digunakan adalah spektrometer Gas kolom zeolit aktif sehingga diperoleh
Chromatography and Mass Spectrometri filtrat asap cair yang benar-benar aman
(GCMS) merk Hewlett Packard GC 6890 dari zat berbahaya seperti benzopyrene.
MSD 5973 yang dilengkapi data base Proses filtrasi selanjutnya dilewatkan
sistem Chemstation dan LCMS (Liquid melalui kolom karbon aktif untuk
Chromatography Mass Spectrometri) merk mendapatkan filtrate asap cair dengan
Shimadzu dengan kolom HP5 panjang 30 bau asap yang ringan dan tidak
meter. menyengat, caranya filtrate dari filtrasi
Pelaksanaan Penelitian zeolit aktif dialirkan ke dalam kolom
Mula-mula bahan baku yang berisi karbon aktif sehingga filtrate
(tempurung kelapa) yang sudah yang kita peroleh berupa asap cair
dibersihkan dari sabutnya dan telah dengan bau asap yang ringan dan tidak
diperkecil ukurannya dilakukan menyengat, maka sempurnalah asap cair
penjemuran yang divariabelkan (0 hari, 1 sebagai bahan pengawet makanan yang
hari, 2 hari, 3 hari). Selanjutnya aman dan efektif serta alami.
dimasukan ke reaktor pirolisis, dipanasi Asap cair yang diperoleh
dengan suhu yaitu 2500C selama 5 jam, dikarakterisasi dengan metode standar
akan diperoleh 3 fraksi : 1. Fraksi padat meli puti total fenol, asam dan
berupa arang tempurung dengan kualitas kandungan benzo(a)pyrene. Analisa yang
14
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

digunakan untuk menjaga kualitas asap yang terkandung di dalam tempurung


cair yaitu di uji dengan menggunakan semakin berkurang yaitu 1,96%. Hal ini
GC/MS dan LC/MS. dikarenakan terjadi penguapan dari suhu
lingkungan. Jadi semakin lama waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN penjemuran maka jumlah kadar air pada
Kadar Air bahan semakin berkurang seirirng lama
Kadar air merupakan salah faktor penjemuran.
yang penting dalam menentukan Adanya air dalam kayu
kuantitas asap cair yang dihasilkan berhubungan erat dengan sifat
karena semakin semakin menurunnya higroskopis kayu sehingga kayu memiliki
kadar air maka pada saat proses pirolisis sifat afinitas terhadap air sehingga kayu
terjadi pembakaran yang semakin cepat tidak akan kering sama sekali. Jadi
sehingga rendemen dari kadar air yang semakin tinggi kadar air maka semakin
rendah akan menghasilkan asap cair yang besar energi yang dibutuhkan untuk
rendah ksrena kandungan air yang menguapkan air.
terdapat pada bahan baku banyak yang
berkurang Rendemen
Pada hasil penelitian ini, ada Rendemen merupakan salah satu
beberapa parameter untuk mengetahui parameter yang penting untuk
kualitas asap cair yang dihasilkan dari mengetahui hasil dari suatu proses. Asap
tempurung kelapa yaitu pada awalnya cair pada penelitian ini dihasilkan melalui
mengetahui lama penjemuran terhadap proses kondensasi asap yang dikeluarkan
kadar air seperti ditunjukkan pada reaktor pirolisis. Selama proses pirolisis
Gambar 1 di bawah ini. Pada Gambar 1 terjadi penguapan berbagai macam
menunjukkan bahwa garis grafik semakin senyawa kimia. Data asap cair yang
turun, hal ini menunjukkan bahwa dihasilkan pada proses pirolisis disajikan
semakin lama waktu penjemuran yang Gambar 2 di bawah ini.
dilakukan untuk mengeringkan bahan
40
baku sebelum dilakukan proses pirolisis
35 35.8
maka kadar air 30 28.8
Rendemen (%)

25 26.8
9 8,5
8 20
7,49
7 15
11.2
Kadar Air (%)

6 10
5,69
5 5
4 0
3 0 1 2 3 4
2 1,96 Lama Penjemuran (hari)
1
0 Gambar 2. Hubungan antara rendemen
0 1 2 3 4 asap cair terhadap lama penjemuran
Lama Penjemuran (hari) tempurung kelapa
Gambar 1. Hubungan antara kadar air
tempurung kelapa terhadap lama
penjemuran bahan baku
15
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

Hasil pengukuran rendemen semakin tinggi kandungan air dalam


asap cair pada tempurung kelapa bahan baku maka semakin tinggi pula
menunjukkan rendemen asap cair jumlah rendemen distilat air yang
tertinggi 35,8% yaitu lama penjemuran dihasilkan. Perbedaan rendemen asap
pada 0 hari. Jumlah rendemen asap cair cair lebih disebabkan oleh lama waktu
yang dihasilkan pada proses pirolisis penjemuran bahan baku karena memiliki
sangat bergantung pada lama penjemuran kadar air yang berbeda yang terkandung
tempurung kelapa. Hal ini karena di dalam tempurung kalapa saat proses
banyaknya kandungan air yang terdapat pengeringan.
pada tempurung mempengaruhi jumlah
rendemen. Kadar air tempurung kelapa Nilai pH dan Konsentrasi Keasaman
pada lama penjemuran 0 hari lebih besar Kualitas asap cair sangat
daripada lama penjemuran pada 3 hari bergantung pada komposisi senyawa-
yang menyebabkan persen kondensat senyawa kimia yang terdapat dalam asap
yang didapatkan lebih besar. Hal ini cair. Kualitas asap cair yang dihasilkan
disebabkan pada saat pembakaran pada penelitian ini ditentukan oleh nilai
berlangsung, kandungan air pada bahan pH dan konsentrasi keasaman karena
akan ikut menguap pada suhu 1000C dan pada kedua indikator tersebut saling
mengalami kondensasi ketika uap air memiliki peranan paling besar sebagai
melalui kondensor sehingga zat antimikroba. Data ini dapat
meningkatkan jumlah kondensat asap ditunjukkan pada Gambar 3 dibawah ini.
cair yang dihasilkan. Perbedaan jumlah
rendemen distilat asap disebabkan oleh

7
Persentase nilai pH dan konsentrasi

6 6.25

5
keasaman (%)

4
Nilai pH
3.14
3 2.87 2.53
1.97 Konsentrasi
2 1.85 Keasaman

1
0.73
0.45
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Lama Penjemuran (hari)

Gambar 3. Hubungan antara nilai pH dan konsentrasi keasaman terhadap lama

Penjemuran diatas menunjukkan bahwa semakin


Asap cair yang telah dihasilkan dari tinggi konsentrasi keasaman maka
proses pirolisis akan meningkatkan semakin rendah nilai pH. Pada lama
konsentrasi keasaman. Pada Gambar 3 penjemuran 0 hari menunjukkan kadar
16
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

air yang tinggi karena bahan masih tahap awal, selanjutnya pada tahap
belum kering benar yang mengakibatkan kedua terjadi pembentukan asam asetat
hasil konsentrasi keasaman yang lebih dan homolognya bersama-sama dengan
rendah (0,45%) sehingga nilai pH akan air serta sejumlah kecil furan dan fenol
tinggi (3,14). Sebaliknya pada lama (Girard, 1992).
penjemuran 3 hari, menunjukkan kadar Ini berarti bahwa banyaknya kadar
air yang rendah karena saat proses air pada bahan saat lama penjemuran
kondensasi hasil rendemen yang keluar mempengaruhi konsentrasi keasaman
semakin pekat sehingga meningkatkan dan nilai pH dari asap cair yang
kepekatan dari zat aktif di dalamnya diperoleh. Kadar asam merupakan
seperti asam asetat maka mengakibatkan salah satu sifat kimia yang menentukan
hasil konsentrasi keasaman yang tinggi kualitas dari asap cair yang diproduksi.
(6,25%) dan nilai pH yang semakin Asam organik yang memiliki peranan
rendah (1,97). Hal ini menunjukkan tinggi dalam asap cair adalah asam
bahwa asap cair yang dihasilkan bersifat asetat. Hal ini dikarenakan tempurung
asam. Sifat asam ini berasal dari kelapa memiliki komponen hemiselulosa
senyawa-senyawa asam yang terkandung yaitu 27,7% sehingga jumlah asam yang
dalam asap cair terutama asam asetat dan dihasilkan besar. Hemiselulosa adalah
juga kandungan asam lainnya. Senyawa- komponen kayu yang apabila
senyawa asam yang dihasilkan dari asap terdekomposisi akan menghasilkan
cair terdapat pada proses hassil pirolisis senyawa-senyawa asam organik seperti
selulosa (Vivas, 2006). asam asetat. Selain itu perbedaan nilai
Makin tinggi konsentrasi pH dari sabut dan tempurung kelapa
keasaman dari asap cair, maka juga dipengaruhi oleh konsentrasi
kemampuan menekan pertumbuhan keasaman.
mikroorganisme dari asap cair tersebut Bila asap cair memiliki nilai pH
akan semakin tinggi. Hal ini di perkuat yang rendah, maka kualitas asap cair
dengan nilai pH pada asap cair yang yang dihasilkan tinggi karena secara
semakin rendah. Hal ini sesuai dengan keseluruhan berpengaruh terhadap nilai
pendapat Pszczola (1995) bahwa awet dan daya simpan produk asap
terdapat dua senyawa yang paling maupun sifat organoleptiknya. Menurut
penting yang mampu menekan Yatagai (2004) dalam Pujilestari (2010),
mikroorganisme bahwa pH asap cair yang baik berkisar
(bakterisida/bakteriostatik) yaitu fenol antara 1,5 - 3,7 karena pada kondisi pH
dan senyawa asam organik karena yang rendah, mikroba yang berspora
gabungan senyawa tersebut mampu tidak dapat hidup dan berkembangbiak
untu menghambat berkembangnya sehingga dapat berperan menghambat
mikroba sehingga dapat dikatakan pertumbuhan mikroba pembusuk.
bahwa keduanya peran yang kuat
sebagai antioksidan. Pada tahapan Uji daya simpan ikan segar
proses pirolisis terjadi proses selulosa Kemunduran mutu ikan yang
dan hemiselulosa, dimana proses mengarah kepada terjadinya pembusukan
tersebut menghasilkan glukosa pada terutama disebabklan karena adanya
17
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

aktivitas enzim, kimiawi dan bakteri. Pada Gambar 4b-1 sampai dengan
Aktivitas enzimatik terjadi dengan Gambar 4b-3 warna kulit badan ikan
merombak bagian-bagian tubuh ikan lebih gelap tetapi bau masih segar. Pada
yang akan mengakibatkan perubahan penyimpanan selama 2 hari ini ikan
rasa (flavor), bau (odor), penampakan masih bertahan meskipun tidak sesegar
(appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas penyimpanan 1 hari dan kulit masih
kimiawi adalah terjadinya oksidasi lemak terasa lebih kering. Hal ini berarti terjadi
daging karena oksigen udara proses pengawetan yaitu berkurangnya
mengoksidasi lemak daging ikan kadar air yang menyebabkan
menimbulkan bau tengik (rancid). pembusukkan karena pada hari ke-2
masih ada sisa kandungan asam yang
dapat menghambat bakteri terus
berkembang.

4a-1. Penjemuran 4a-2. Penjemuran 4a-3. Penjemuran


3 hari 2 hari 1 hari

Gambar 4a. Lama penyimpanan selama 0 – 1 hari


4c-1. Penjemuran 4c-2. Penjemuran
3 hari 2 hari
Pada Gambar 4a-1 sampai
dengan Gambar 4a-3 dengan
penjemuran 1 hari sampai dengan 3 hari
selama penyimpanan 0-1 hari
menunjukkan bahwa ikan terlihat dari 4c-3. Penjemuran
mata lebih cerah dan bening, insang 1 hari
berbau segar, warna ikan lebih terang,
baunya segar, dan daging lebih kenyal.
Hal ini dikarenakan zat-zat yang terdapat
dalam asap cair seperti formaldehid, Gambar 4c. Lama penyimpanan 3 hari
asetaldehid, asam karboksilat (asam
formiat, asetat, dan butirat), fenol, Pada Gambar 4c-1 menunjukkan
kresol, alkohol-alkohol primer dan bahwa ikan pada hari 1 terlihat mata
sekunder, keton dll, dapat menghambat lebih merah jika dibandingkan dengan
aktivitas bakteri (bakteriostatik). penjemuran 2 hari maupun 3 hari.
Sedangkan pada ikan yang
penjemurannya selama 2 hari tampak
lebih merah daripada ikan dengan
penjemuran selama 3 hari seiring dengan
warna badannya yang lebih agak cerah
4b-1. Penjemuran 4b-2.Penjemuran 4b-3. Penjemuran dibandingkan dengan ikan penjemuran 2
3 hari 2 hari 1 hari
18
Jurnal Reka Buana Volume 2 No 1, September 2016 – Februari 2017

hari dan 1 hari. Pada penjemuran selama ikan dengan penjemuran tempurung
3 hari berbau lebih menyengat asam selama 2 hari maupun 1 hari.
busuk jikan dinandingkan dengan ikan
dengan penjemuran selama 2 hari DAFTAR PUSTAKA
maupun 3 hari. Hal ini dikarenakan Astuti, 2000. Pembuatan Asap Cair dari
aktivitas bakteri akan lebih aktif pada Tempurung Kelapa. Laporan
saat ikan mulai mati. Bakteri menyerang Penelitian, Jakarta
dengan merusak jaringan-jaringan tubuh
ikan sehingga komposisi daging ikan Girard, J.P., 1992, Smoking In:
akan berubah. Pembusukan terjadi Technology of Meat and Meat
karena adanya penguraian lemak Products, J.P Girard and I.
sehingga timbul bau yang tidak disukai Morton (ed) Ellis horword
karena terjadi proses oksidasi atau Limited, New York.
hidrolisa lemak yang keduanya terjadi Nurhayati T. 2000. Sifat destilat hasi!
karena kegiatan mikroba. Oksidasi lemak Destilasi kering 4 jenis kayu dan
yang terjadi merupakan penyebab utama kemungkinan pemanfaatannya
kualitas daging ikan pada jaringan sebagai pestisida. Buletin
makanan. Sedangkan pada ikan dengan Penelitian Hasil Hutan 17: 160-
penjemuran lebih lama yaitu 3 hari 168.
menujukkan hasil yang lebih baik, hal ini
Pszezola, D. E. 1995. Tour highlights
disebabkan karena asap cair tempurung
produc-tion and uses of smoke-
kelapa memiliki senyawa asam yang lebih
based flavors. Liquid smoke a
tinggi, serta nilai pH yang lebih rendah
natural aqueous condensate of
dari pada ikan dengan penjemuran
wood smoke provides various
selama 2 hari maupun 1 hari, sehingga
advantages in addition to flavors
daya simpannya akan lebih lama pada
and aroma. J Food Tech 1:70-74
proses penjemuran selama 3 hari
daripada 2 hari maupun 1 hari. Asap cair Pujilestari, T. 2010. Analisa Sifat Fisiko
tempurung kelapa ternyata lebih awet 2 Kimia dan Anti Bakteri Asap Cair
hari pada suhu kamar. Lebih dari 2 hari, Cangkang Kelapa Sawit Untuk
maka ikan segar akan mengalami proses Pengawet Pangan. Samarinda.
pembusukan. JRTI Vol 4 No.8
Vivas, N., Absalon, C., Soulie, Ph.,
KESIMPULAN Fouquet, E., 2006, Pyrolysis-gas
chromatography / mass
Asap cair dari tempurung kelapa spectrometry of Quercus sp.
yang mengalami proses penjemuran wood, J. of Anal. and App. Pyrol.,
selama 3 hari memiliki daya simpan lebih 75: 181-193
lama (2 hari) pada suhu kamar dari pada

You might also like