You are on page 1of 9

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT TERHADAP IKAN

PATIN (Pangasius sp.) DENGAN METODE RENEWAL TEST

Queen Destya1), Shinta Elystia2), Elvi Yenie2)


1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2)Dosen Teknik Lingkungan
Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Program Studi Teknik Lingkungan S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru 28293
*E-mail: queen.destya@yahoo.com

ABSTRACT
Wastewater produced from palm oil industry could potentially cause pollution because it
contains the value of COD and high organic matter that can effect the death of aquatic biota.
Wastewater from the outlet Waste Treatment Unit PT. X is still above the quality standards
set by the government. Therefore research on acute toxicity test of palm oil industry to
determine the value of LC50 and to analyze the relationship of wastewater from the outlet
Waste Treatment Unit PT. X towards the experimental animal. This research was done by
renewal test method in 96 hours of observation by using Catfish (Pangasius sp.) as the test
animals. LC50 value was calculated by probit method which utilized the catfish mortality and
the parameters tested was DO, pH, temperature, COD,ammonia and nitrate. The
characteristic value of wastewater of palm oil PT. X is COD 1426,8 mg/l, ammonia 0,9909
mg/l, nitrate 0,0075 mg/l, pH 8, DO 3 mg/l, and temperature 28°C which the parameter of
COD passed the quality standar of the Environment Minister’s decision No.
51/MENLH/10/1995 about the Quality Standart of Waste Water for Palm Oil Industry. The
result showed the value of LC50 is 9,878% and TUa (Toxicity Unit Area) of palm oil industrial
wastewater is 10,22 showed that the wastewater of palm oil could make great acute toxicity.

Keywords: catfish, palm oil wastewater,the value of LC50, renewal test.

1. PENDAHULUAN
Industri kelapa sawit merupakan pencemaran lingkungan sekitar (Ahmad,
salah satu industri strategis yang bergerak 2011).
pada sektor pertanian yang banyak Limbah cair yang dihasilkan dari
berkembang di negara-negara tropis proses pengolahan kelapa sawit berupa
seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Palm Oil Mill Effluent (POME) air
Hasilnya biasa digunakan sebagai bahan buangan kondensat (8-12%) dan air hasil
dasar industri seperti industri makanan, pengolahan (13-23%). Limbah cair
kosmetika, dan industri sabun. tersebut dapat mencemari perairan karena
Perkembangan industri kelapa sawit saat kandungan zat organiknya tinggi, tingkat
ini sangat pesat, dimana terjadi keasaman yang rendah, dan mengandung
peningkatan jumlah produksi kelapa sawit unsur hara makro seperti Nitrogen (N),
seiring meningkatnya kebutuhan Posfor (P), dan Kalium (K) sehingga perlu
masyarakat (Agustina, 2006). Peningkatan penanganan sebelum dibuang ke badan
produksi kelapa sawit akan berdampak sungai (Azwir, 2006). Saat ini limbah cair
pada peningkatan jumlah limbah yang hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia
dihasilkan. Limbah pada industri kelapa mencapai 28,7 juta ton limbah/tahun.
sawit adalah suatu buangan yang Ketersediaan limbah itu merupakan
dihasilkan dari proses pengolahan kelapa potensi yang sangat besar jika dikelola dan
sawit yang berbentuk cair, padat, dan gas dimanfaatkan dengan baik. Namun
yang dapat berpotensi menyebabkan sebaliknya akan menimbulkan bencana

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 1


bagi lingkungan dan manusia jika dilakukan sebelumnya oleh Syafriadiman
pengelolaannya tidak dilakukan dengan (2009) untuk melihat pertumbuhan harian
baik dan professional (Herniwati, 2012). ikan dengan menggunakan ikan nila
Limbah cair kelapa sawit (Oreochromis sp.) sebagai indikator. Dari
mengandung konsentrasi bahan organik hasil penelitian diperoleh nilai LC50-96
yang relatif tinggi dan secara alamiah jam selama kajian toksisitas adalah 126,06
dapat mengalami penguraian oleh ml/L dimana dapat menyebabkan kematian
mikroorganisme menjadi senyawa yang ikan nila sebesar 50% selama 96 jam
lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit terpapar. Metode uji toksisitas akut yang
umumnya berwarna kecoklatan dan digunakan adalah metode statis.
mengandung padatan terlarut dan Amalia (2013) juga pernah
tersuspensi berupa koloid serta residu melakukan penelitian mengenai uji
minyak dengan kandungan Biological toksisitas terhadap kelapa sawit dimana
Oxygen Demand (BOD) yang tinggi. Bila pengujian ini melihat bagaimana
limbah cair ini dibuang ke perairan akan pertumbuhan, perkembangan, dan tingkat
berpotensi mencemari lingkungan karena konsumsi oksigen dari ikan patin
akan mengurangi biota dan (Pangasius sp.). Dari hasil penelitian
mikroorganisme perairan, dapat diperoleh nilai LC50-96 jam selama kajian
menyebabkan keracunan, sehingga harus toksisitas adalah 14,12 mL.L-1. Nilai ini
diolah sebelum dibuang. Standar baku menunjukkan bahwa jika limbah cair
mutu lingkungan limbah yang dihasilkan minyak kelapa sawit ini masuk ke dalam
pabrik CPO adalah pH 6 – 9, BOD 250 perairan dengan konsentrasi 14,12 mL.L-1
ppm, COD 500 ppm, TSS (Total akan dapat menyebabkan kematian ikan
Suspended Solid) 300 ppm, NH3 – N 20 patin sebesar 50% selama 96 jam terpapar.
ppm, dan oil grease 30 ppm (Naibaho, Metode uji toksisitas akut yang digunakan
1996). Untuk mengidentifikasikan adalah metode statis.
karakteristik dan toksisitas akut limbah Tujuan penelitian ini adalah untuk
cair industri kelapa sawit perlu dilakukan menentukan nilai LC50 limbah cair industri
penelitian terhadap limbah cair industri kelapa sawit pada outlet UPL PT.X dengan
kelapa sawit dengan menggunakan hewan uji toksisitas akut terhadap ikan patin
uji berupa ikan. Uji toksisitas merupakan (Pangasius sp.) sebagai hewan uji dengan
uji hayati yang berguna untuk menentukan menggunakan metode renewal test.
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan
pencemar dan digunakan juga untuk 2. METODE PENELITIAN
pemantauan rutin suatu limbah (Husni, Limbah cair kelapa sawit yang
2012). digunakan pada penelitian ini berasal dari
Ikan dapat menunjukkan reaksi outlet UPL (Unit Pengolahan Limbah) dari
terhadap perubahan fisik air maupun salah satu industri kelapa sawit di provinsi
terhadap adanya senyawa pencemar yang Riau. Bahan yang digunakan pada
terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. penelitian ini adalah ikan patin (Pangasius
Dalam penelitian ini ikan yang digunakan sp.), limbah cair kelapa sawit, air kran
yaitu ikan patin (Pangasius sp.) karena yang tidak mengandung klor sebagai
sangat peka terhadap perubahan media pemeliharaan ikan, dan pakan ikan.
lingkungan. Sehingga dapat ditentukan Alat yang digunakan pada penelitian ini
kadar limbah yang dapat menyebabkan adalah akuarium dengan ukuran 30 cm x
efek toksik terhadap ikan patin sebagai 25 cm x 20 cm sebagai wadah uji
monitoring pencemaran kualitas air (early pendahuluan dan uji toksisitas sebanyak 6
warning system). buah, aerator sebanyak 6 buah, gayung
Penelitian tentang uji toksisitas plastik, perlengkapan untuk analisis
terhadap limbah kelapa sawit pernah karakteristik limbah cair industri kelapa

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 2


sawit (pH meter, termometer, alat limbah dan satu sebagai kontrol untuk
pengukur DO, pH, COD, nitrat, dan outlet. Setiap akuarium berkapasitas 10 L.
amonia), Gelas ukur 1000 ml, beacker USEPA merekomendasikan konsentrasi
glass serta jerigen yang tertutup untuk limbahnya antara lain 6,25%, 12,5%, 25%,
menyimpan sampel limbah yang diuji. 50%, dan 100%.
Variabel tetap dalam penelitian ini Uji dasar atau toksisitas akut
adalah ukuran akuarium dengan ukuran 30 dilakukan setelah uji pendahuluan dengan
cm x 25 cm x 20 cm, jenis ikan yang menggunakan range konsentrasi limbah
digunakan adalah ikan patin (Pangasius yang menyebabkan kematian ikan patin
sp.) berukuran 3-5 cm dengan berat 0,5 - 50% berdasarkan uji pendahuluan yang
2,5 gr, dan waktu pengamatan selama 96 telah dilakukan sebelumnya. Batas
jam. Sedangkan variabel berubah dalam konsentrasi terendah dan tertinggi limbah
penelitian ini adalah variasi konsentrasi pada uji pendahuluan digunakan sebagai
limbah cair kelapa sawit pada uji rentang konsentrasi pada uji dasar. Uji
pendahuluan dan uji dasar. Metode yang toksisitas akut ini dilakukan dengan waktu
digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan sampai 24 jam. Uji toksisitas
renewal test dengan pergantian larutan 24 dilakukan terhadap limbah industri kelapa
jam selama 96 jam. sawit pada outlet UPL Industri Kelapa
Aklimatisasi hewan uji dilakukan Sawit. Hasil uji dapat diterima apabila
untuk mengkondisikannya pada kultur 90% hewan uji pada kontrol di akhir
media air memberikan waktu hewan uji pengamatan masih hidup. Apabila yang
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. bertahan hidup lebih kecil dari 90% maka
Kultur media ini dikondisikan untuk uji harus diulang.
selalu mempunyai temperatur antara 250C- Percobaan dilakukan terhadap Ikan
300C. Penggantian kultur media dilakukan Patin (Pangasius sp.) di dalam akuarium
apabila kondisinya sudah terlalu keruh. dengan hewan uji sebanyak 10 ekor setiap
Selama aklimatisasi hewan uji diberi akuarium. Masing-masing akuarium diberi
pakan pelet ikan setiap tiga hari sekali aerator untuk mendapatkan oksigen
serta diberi aerasi yang cukup, hal ini selama percobaan berlangsung. Setelah
bertujuan mempertahankan kadar oksigen seluruh akuarium diisi sampel limbah dan
terlarut. Aklimatisasi dilakukan selama ikan, selanjutnya supply oksigen diberikan
tiga hari pada setiap uji pendahuluan dan dengan menggunakan aerator untuk
uji dasar. mempertahankan kadar oksigen terlarut.
Uji pendahuluan dilakukan untuk Sampel yang berada di dalam akuarium
menentukan batas kisaran kritis (critical diganti dengan larutan uji dalam komposisi
range test) yang menjadi dasar dari yang sama secara periodik berulang
penentuan konsentrasi yang digunakan selama uji berlangsung dengan interval
dalam uji lanjutan atau uji toksisitas waktu setiap 24 jam selama 96 jam. Data
sesungguhnya, yaitu konsentrasi yang kematian ikan yang diperoleh dianalisis
dapat menyebabkan kematian terbesar dengan metode analisis probit.
mendekati 50% dan kematian terkecil
mendekati 50%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan uji pendahuluan Karakteristik limbah cair kelapa
dilakukan dengan sampel air limbah yang sawit yang diukur pada penelitian ini
diambil dari outlet dari UPL Industri adalah COD, amonia, dan nitrat. Sampel
Kelapa Sawit dengan metode renewal test yang digunakan pada penelitian ini diambil
dimana dilakukan penggantian larutan pada saluran effluent dari PT. X. Tabel 1
setiap 24 jam sekali selama 96 jam berikut memperlihatkan hasil analsisis
pengamatan. Perlakuan percobaan karakteristik sampel awal limbah cair
dilakukan dengan 5 variasi pengenceran kelapa sawit sebelum dilakukan uji

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 3


toksisitas akut. Nilai konsentrasi yang tidak terlalu jauh berbeda, berkisar dari 6,4
didapatkan kemudian dibandingkan mg/l – 6,3 mg/l dimana kadar oksigen
dengan Keputusan Menteri Negara terlarut tersebut masih berada dalam batas
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 toleransi untuk kehidupan ikan yaitu
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi minimal 3 mg/l - 7 mg/l (Ghufran, 2005).
Industri Kelapa Sawit. Hasil pengukuran suhu setiap harinya tidak
menunjukkan perbedaan yang terlalu
Tabel 1. Perbandingan Parameter berarti yaitu berkisar antara 27,5°C-
Pencemaran Limbah Cair Kelapa Sawit 27,8°C. Keadaan suhu ini masih dalam
PT. X dengan Baku Mutu batas toleransi untuk kehidupan ikan.
Sampel Awal Baku Mutu Menurut Kordi (2010), suhu optimal untuk
Parameter
(mg/l) (mg/l) kehidupan ikan patin adalah berkisar pada
COD 1426,80 500 rentang 25°C-32°C. Hasil pengukuran
Amonia 0,9909 20 nilai pH berkisar pada rentang 7,07-7,12.
Nitrat 0,0075 20-30 Nilai pH tersebut masih berada dalam
batas pH untuk kehidupan ikan patin yaitu
Pada Tabel 1 terlihat bahwa 6,5-9 (Khairuman, 2008). Dengan
parameter COD berada diatas baku mutu demikian, aklimatisasi berlangsung dalam
yang telah ditetapkan, kecuali parameter kondisi pH, DO, dan suhu yang
amonia dan nitrat. Nilai parameter yang mendukung bagi kehidupan ikan patin.
berada diatas baku mutu tersebut apabila
dibuang ke lingkungan perairan akan 3.2 Nilai LC50 Pada Uji Pendahuluan
memberikan dampak negatif terhadap Jumlah kematian ikan patin pada uji
organisme air. pendahuluan limbah cair kelapa sawit
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
3.1 Aklimatisasi Ikan Patin
Aklimatisasi ikan patin (Pangasius Tabel 3. Jumlah Kematian Ikan Patin
sp.) bertujuan untuk mengkondisikannya pada Uji Pendahuluan Limbah Cair Kelapa
pada kultur media air di dalam akuarium Sawit pada Outlet UPL PT. X selama 96
sehingga ikan patin dapat beradaptasi Jam
dengan lingkungan yang baru. Selama Mortalitas
Konsentrasi Jumlah
aklimatisasi, dilakukan pengukuran 24 48 72 96
Limbah Total
kandungan pH, DO (Dissolved Oxygen), jam jam jam jam
dan suhu setiap harinya selama 3 hari 0% - - - - 0
berturut-turut. Hasil pengukuran parameter 6,25% - - - 1 1
12,5% 1 7 - 1 9
fisik (pH, DO, dan suhu) pada saat
25% 10 - - - 10
aklimatisasi di dalam akuarium dapat 50% 10 - - - 10
dilihat pada Tabel 2. 100% 10 - - - 10

Tabel 2. Pengukuran Parameter Fisik (pH, Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
DO, dan Suhu) Aklimatisasi pada konsentrasi limbah 25% , 50%, dan
Parameter Fisik 100% jumlah kematian ikan patin adalah
No. Hari DO Suhu 100%. Berdasarkan data diatas, semakin
pH
(mg/l) (°C) tinggi konsentrasi limbah maka semakin
1 ke-1 7,12 6,40 27,80 besar pula jumlah kematian pada ikan
2 ke-2 7,10 6,35 27,60 patin. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
3 ke-3 7,07 6,30 27,50 air limbah yang menghambat laju
pertumbuhan ikan patin. Pada uji ini dapat
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa terlihat gejala fisik yang timbul akibat
kadar DO (Dissolved Oxygen) tiap harinya keracunan pada ikan patin yaitu ikan
Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 4
menjadi hiper aktif, hilangnya setiap harinya tidak menunjukkan
keseimbangan, megap-megap hingga perbedaan karena selalu berada pada suhu
akhirnya mati. Sedangkan pada bak 28°C. Derajat keasaman (pH) air berada
kontrol (0% limbah), tidak ditemukan dalam batas tolerani kehidupan ikan patin
kematian ikan patin selama waktu yaitu 7,0-8,0.
pengamatan 96 jam. Hal ini menunjukkan Dari data jumlah kematian hewan uji
bahwa kualitas media pemeliharaan ikan yang diperoleh maka nilai LC50 uji
patin selama pengujian dalam kondisi yang pendahuluan dapat ditentukan dengan
baik. menggunakan metode probit. Dimana nilai
LC50 akan didapat dengan memasukkan
Tabel 4. Hasil Pengukuran DO, pH, dan jumlah kematian hewan uji pada tiap-tiap
Suhu Pada Variasi Konsentrasi Limbah konsentrasi dan kontrol ke dalam program
Outlet UPL Industri Kelapa Sawit PT. X probit, sehingga diperoleh nilai LC50 uji
Selama Uji Pendahuluan pendahuluan sebesar 8,838% dengan batas
Parameter konsentrasi terendah dan tertinggi berkisar
Waktu Konsentrasi
No. DO Suhu
Pengamatan Limbah pH antara 6,887% - 11,324%. Batas
(mg/l) (°C)
1. 24 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 konsentrasi terendah dan tertinggi dari uji
6,25% 5,8 28,0 7,2
12,5% 5,3 28,0 7,3 pendahuluan inilah yang akan digunakan
25% 4,7 28,0 7,7 sebagai konsentrasi pada uji dasar
50% 3,6 28,0 7,9
100% 3,0 28,0 8,0 berikutnya.
2. 48 Jam 0% 6,3 28,0 7,0
6,25% 5,7 28,0 7,1
12,5% 5,2 28,0 7,3 3.3 Uji Dasar
25% - - - Uji dasar atau uji toksisitas
50% - - -
100% - - - dilakukan setelah uji pendahuluan dengan
3. 72 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 menggunakan range konsentrasi limbah
6,25% 5,8 28,0 7,1
12,5% 5,2 28,0 7,3 yang menyebabkan kematian ikan patin
25% - - - 50% berdasarkan uji pendahuluan yang
50% - - -
100% - - - telah dilakukan sebelumnya. Batas
4. 96 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 konsentrasi terendah dan tertinggi limbah
6,25% 5,8 28,0 7,1
12,5% 5,3 28,0 7,4 pada uji pendahuluan digunakan sebagai
25% - - - rentang konsentrasi pada uji dasar. Untuk
50% - - -
100% - - - memudahkan dalam pengenceran limbah
maka dipilihlah konsentrasi 6,5%; 8%;
Pada Tabel 4 diatas menunjukkan 9,5%; 10,5%; 11,5%; dan konsentrasi 0%
hasil pengukuran parameter fisik pada sebagai bak kontrol.
pengamatan yang dilakukan selama 96
jam. Parameter fisik tersebut berupa pH, 3.3.1 Aklimatisasi Hewan Uji
DO, dan suhu yang juga dapat Sebelum uji dasar dilakukan, ikan
mempengaruhi kehidupan ikan patin. patin diaklimatisasi terlebih dahulu seperti
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada uji pendahuluan. Adapun data
nilai pH, DO, dan suhu tidak menunjukkan parameter fisik (DO, pH, dan Suhu)
perubahan yang signifikan dan cenderung selama 3 hari berturut-turut pada saat
sama setiap harinya. Hal ini disebabkan aklimatisasi dapat dilihat pada Tabel 5.
penggunaan metode renewal test dengan
pergantian larutan sampel setiap 24 jam
sekali selama 96 jam. Berdasarkan Tabel
4, nilai DO pada masing-masing
konsentrasi masih berada dalam batas
toleransi untuk pertumbuhan ikan patin
yaitu diatas 3 mg/l. Hasil pengukuran suhu

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 5


Tabel 5. Data Parameter Fisik (DO, pH, Dari Tabel 6 dapat dilihat jumlah
dan Suhu) Aklimatisasi Uji Dasar Limbah kematian hewan uji yang terjadi selama
Cair Kelapa Sawit pada Outlet UPL PT. X empat hari uji dasar dilakukan. Kematian
Parameter Fisik ikan patin terbanyak berada pada
No. Hari DO Suhu konsentrasi limbah 11,5%. Pada
pH
(mg/l) (°C) konsentrasi 6,5% dan 8%, ikan patin
1 ke-1 7,08 6,37 28,00 mengalami kematian pada jam ke-96
2 ke-2 7,05 6,22 27,90 setelah terpapar limbah sehingga di hari
3 ke-3 7,02 6,13 27,80 terakhir pengamatan hanya terdapat 1 ekor
ikan patin yang mati pada masing-masing
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa konsentrasi. Sedangkan pada konsentrasi
kadar DO mengalami penurunan setiap 9,5% sampai dengan konsentrasi 11,5%,
harinya yang tidak terlalu signifikan yaitu ikan patin mulai mengalami kematian pada
berkisar antara 6,13 mg/l – 6,37 mg/l waktu ke-72 jam setelah terpapar limbah.
dimana kadar oksigen terlarut tersebut Pada bak kontrol (0% limbah), tidak
masih berada dalam batas toleransi untuk ditemukan kematian ikan patin selama
kehidupan ikan. Hal ini dapat disebabkan waktu pengamatan 96 jam. Hal ini
oleh proses dekomposisi yang menunjukkan bahwa kualitas media
membutuhkan oksigen terlarut dalam air pemeliharaan ikan patin selama pengujian
sehingga terjadi penurunan kadar DO. dalam kondisi yang baik. Reaksi lain
Hasil pengukuran suhu berkisar antara ditunjukkan pada bak yang berisi sampel
27,8°C-28°C dan hasil tersebut masih limbah, sebelum terjadi kematian terhadap
berada dalam batas toleransi kehidupan ikan patin, ikan memberikan respon antara
ikan patin. Hasil pengukuran nilai pH lain menjadi hiper aktif, hilangnya
berada antara 7,02-7,08 dan nilai ini masih keseimbangan, dan megap-megap hingga
berada dalam batas toleransi untuk akhirnya mati. Respon ini sama seperti
kehidupan ikan patin yaitu berkisar antara respon Clarias gariepinus yang dilaporkan
6,5-9 (Minggawati dan Saptono, 2012). oleh Guedenon et al. (2012).
Dari hasil pengukuran pada Tabel 5 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat
diatas dapat dilihat bahwa nilai pH, DO, bahwa semakin tinggi konsentrasi limbah
dan suhu masih berada dalam batas maka semakin besar pula jumlah kematian
toleransi sehingga aklimatisasi pada hewan uji. Hal ini disebabkan oleh
berlangsung dalam kondisi yang karakteristik limbah cair kelapa sawit
mendukung bagi kehidupan ikan patin. memiliki bahan organik yang tinggi
sehingga pada proses dekomposisinya
3.3.2 Nilai LC50 Pada Uji Dasar menghasilkan amonia. Nilai amonia yang
tinggi dapat menyebabkan kematian ikan
Tabel 6. Jumlah Kematian Ikan Patin pada yang tinggi (Amalia, 2013).
Uji Dasar Limbah Cair Kelapa Sawit pada
Outlet UPL PT. X selama 96 Jam
Mortalitas
Konsentrasi Jumlah
24 48 72 96
Limbah Total
jam jam jam jam
0% - - - - 0
6,5% - - - 1 1
8% - - - 1 1
9,5% - - 3 - 3
10,5% - - 3 2 5
11,5% - - 4 6 10

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 6


Tabel 7. Hasil Pengukuran DO, pH, dan menyebabkan kematian ikan patin
Suhu Pada Variasi Konsentrasi Limbah sebanyak 50% dalam jangka waktu 96
Outlet UPL Industri Kelapa Sawit PT. X jam. Hal ini sesuai dengan Husni (2012),
Selama Uji Dasar konsentrasi limbah yang dapat
Parameter menyebabkan toksisitas akut pada badan
Waktu Konsentrasi
No. DO Suhu
Pengamatan Limbah pH perairan apabila kematian hewan uji
(mg/l) (°C)
1. 24 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 sebesar 50% dalam waktu yang relatif
6,5% 5,7 28,0 7,1
8,0% 5,5 28,0 7,2 pendek yaitu satu sampai empat hari.
9,5% 5,2 28,0 7,2 Nilai LC50 yang didapat dari analisis
10,5% 5,0 28,0 7,3
11,5% 4,8 28,0 7,4 probit digunakan untuk menentukan nilai
2. 48 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 TUa (Toxicity Unit Area) dengan
6,5% 5,6 28,0 7,2
8,0% 5,4 28,0 7,3 mengkonversi nilai LC50 menggunakan
9,5% 5,2 28,0 7,3 persamaan sebagai berikut.
10,5% 4,9 28,0 7,4 1
11,5% 4,7 28,0 7,4 TUa = LC × 100%
3. 72 Jam 0% 6,3 28,0 7,0 50
6,5% 5,6 28,0 7,2 Sehingga didapatkan nilai TUa limbah cair
8,0% 5,4 28,0 7,3
9,5% 5,1 28,0 7,2
kelapa sawit:
1
10,5% 4,8 28,0 7,3 TUa = 9,787% × 100%
11,5% 4,7 28,0 7,4
4. 96 Jam 0% 6,4 28,0 7,0 = 10,22
6,5% 5,5 28,0 7,1
8,0% 5,4 28,0 7,2 Adapun klasifikasi toksisitas akut
9,5% 5,1 28,0 7,3 (USEPA, 2002) dapat dilihat pada Tabel 8
10,5% 4,9 28,0 7,3
11,5% 4,6 28,0 7,4 berikut.

Dari hasil pengukuran parameter Tabel 8. Klasifikasi Toksisitas Akut


fisik yang dilakukan pengamatan selama No. Tingkat Toksisitas Akut Nilai TUa
96 jam pada Tabel 7 diatas dapat dilihat 1. Tidak menyebabkan
TUa < 0,4
bahwa nilai pH, DO, dan suhu tidak toksisitas akut
menunjukkan perubahan yang signifikan
2. Kecil menyebabkan 0,4 < TUa <
dan cenderung sama setiap harinya. Hal ini
disebabkan penggunaan metode renewal toksisitas akut 1
test dengan pergantian larutan sampel 3. Menyebabkan toksisitas 1 ≤ TUa <
setiap 24 jam sekali selama 96 jam. Nilai akut 100
DO pada masing-masing konsentrasi
4. Besar menyebabkan 10 ≤ TUa <
masih berada dalam batas toleransi untuk
pertumbuhan ikan patin. Hasil pengukuran toksisitas akut 100
suhu setiap harinya tidak menunjukkan 5. Sangat menyebabkan
TUa ≥ 100
perbedaan karena selalu berada pada suhu toksisitas akut
28°C. Derajat keasaman (pH) air berada
dalam batas tolerani kehidupan ikan patin
yaitu 7,0-7,8. Berdasarkan Tabel 8 diatas, nilai
Dari data jumlah kematian hewan uji TUa (Toxicity Unit Area) limbah cair
yang diperoleh maka nilai LC50 dapat kelapa sawit sebesar 10,22 menunjukkan
ditentukan dengan menggunakan metode bahwa limbah cair kelapa sawit pada outlet
probit. Dimana nilai LC50 akan didapat UPL PT. X masuk dalam kategori besar
dengan memasukkan jumlah kematian menyebabkan toksisitas akut. Nilai
hewan uji pada tiap-tiap konsentrasi dan toksisitas akut limbah cair kelapa sawit
kontrol ke dalam program probit, sehingga yang tinggi ini dapat mengakibatkan
diperoleh nilai LC50 sebesar 9,787%. Nilai terganggunya kehidupan biotik perairan,
tersebut dapat diartikan bahwa pada turunnya kualitas air perairan,
konsentrasi limbah 9,787% dapat menimbulkan gangguan terhadap

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 7


keindahan (gangguan estetika) yang Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku
berupa rasa tidak nyaman dan Mutu Limbah Cair Bagi Industri Kelapa
menimbulkan bau (Herlambang, 2002). Sawit, parameter COD berada diatas
Oleh karena itu, untuk baku mutu kecuali parameter amonia
meminimalisir pencemaran limbah cair dan nitrat.
kelapa sawit terhadap badan perairan Berdasarkan penelitian yang telah
disekitar lokasi industri perlu dilakukan dilakukan, saran yang dapat diberikan
pengawasan dan perhatian yang lebih dari adalah sebagai berikut:
PT. X agar lebih meningkatkan kinerja 1. Untuk melengkapi penelitian mengenai
Unit Pengolahan Limbahnya sehingga uji toksisitas akut limbah cair kelapa
diperoleh hasil outlet yang benar-benar sawit terhadap ikan patin (Pangasius
memenuhi baku mutu yang telah sp.), perlu dilakukan penelitian
ditetapkan oleh pemerintah. Dan perlu selanjutnya dengan metode flow
dilakukan alternatif dalam pengaplikasian through test (aliran kontinu).
limbah cair kelapa sawit dengan 2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
mengaplikasikan limbah cair tersebut ke dalam melakukan uji toksisitas akut
areal perkebunan kelapa sawit atau yang limbah cair kelapa sawit dengan
lebih dikenal dengan land application, karakteristik yang berbeda dan hewan
sebagai sumber pupuk dan air irigasi untuk uji dengan jenis lainnya.
perkebunan. Pada prinsipnya konsep 3. Sebaiknya PT. X lebih meningkatkan
pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa kinerja Unit Pengolahan Limbahnya
sawit adalah pemanfaatan dan bukan sehingga diperoleh hasil outlet yang
pembuangan atau mengalirkan sewenang- benar-benar memenuhi baku mutu yang
wenang. Pemanfaatan ini meliputi telah ditetapkan oleh pemerintah.
pengawasan terhadap pemakaian limbah di 4. Sebaiknya pemerintah melakukan
areal agar diperoleh keuntungan dari segi pengawasan dan pamantauan pada tiap-
agronomis dan tidak menimbulkan tiap pabrik industri kelapa sawit agar
dampak yang merugikan (Departemen tidak lagi membuang limbah cair yang
Pertanian, 2006). telah diolah ke dalam badan air
sehingga menghindari kemungkinan
4. KESIMPULAN DAN SARAN pencemaran pada badan air.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai DAFTAR PUSTAKA
berikut:
1. Nilai LC50 96 jam limbah cair kelapa Ahmad, A. 2011. Penyisihan Kandungan
sawit PT. X terhadap ikan patin dengan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa
metode renewal test yang dianalisis Sawit dengan Bioreaktor Hibrid
menggunakan metode Probit adalah Anaerob Bermedia Cangkang Sawit.
sebesar 9,787% dan TUa (Toxicity Unit Laboratorium Rekayasa Bioproses
Area) limbah cair kelapa sawit ialah Jurusan Teknik Kimia Universitas
sebesar 10,22. Riau: Pekanbaru.
2. Limbah cair kelapa sawit pada outlet Amalia, Resti. 2013. Kelangsungan Hidup,
Unit Pengolahan Limbah PT. X masuk Pertumbuhan, dan Tingkat
dalam klasifikasi toksisitas besar yang Konsumsi Oksigen Ikan Patin
berpengaruh besar menyebabkan (Pangasius sp.) yang Terpapar
toksisitas akut. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit.
3. Hasil uji karakteristik limbah cair Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.
kelapa sawit yaitu COD, amonia, dan Fakultas Pertanian Universitas
nitrat yang dibandingkan dengan Sriwijaya: Ogan Ilir.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 8


APHA. 1995. Standar Method for The Kordi, K.M.G.H. 2010. Pengelolaan
Examination of Water and Waste Kualitas Air Dalam Budidaya
water. American Public Health Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.
Association,American Water Works Minggawati, I dan Saptono. 2012.
Association and Water Polution Parameter Kualitas Air Untuk
Control Federation 19th edition. Budidaya Ikan Patin (Pangasius
Washington D.C. pangasius) di Karamba Sungai
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Kahayan, Kota Palangka Raya.
Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Jurnal Fakultas Perikanan
Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Universitas Kristen Palangka Raya:
Masterindo di Kabupaten Kampar. Palangka Raya.
Program Magister Ilmu Lingkungan Naibaho, P.M. 1996. Teknologi
Program Pasca Sarjana Universitas Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat
Diponegoro: Semarang. Penelitian Kelapa Sawit: Medan.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Syafriadiman. 2009. Toksisitas Limbah
Pengolahan Limbah Industri Kelapa Cair Minyak Kelapa Sawit dan Uji
Sawit. Jakarta. Sub Lethal Terhadap Ikan Nila
EPA. 1992. Methods for Measuring The (Oreochromis sp.). Berkala
Acute Toxicity of Effluents and Perikanan Terubuk. Fakultas
Receiving Waters to Freshwater Perikanan dan Ilmu Kelautan
Organisms 14th edition. Weber, C. I, Univertas Riau: Pekanbaru.
Editor, USEPA: Ohio. USEPA (United States Environmental
Ghufran, M. H dan Kordi, K. 2005. Protection Agency). 2002. Method
Budidaya Ikan Patin, Biologi, for Measuring the Acute Toxicity of
Pembenihan dan Pembesaran. Effluents and Receiving Waters to
Yayasan Pustaka Nusatama: Freshwater and Marine Organism.
Yogyakarta. Fifth Edition. EPA-821-R-02-012.
Herniwati. 2012. Uji Kelayakan Limbah Office of Water (43035).
Cair Kelapa Sawit PT. Perkebunan Washington, DC.
Nusantara II Prafi-Manokwari.
Program Studi Kimia Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Papua:
Manokwari.
Husni, Hayatul. 2012. Uji Toksisitas Akut
Limbah Cair Industri Tahu
Terhadap Ikan Mas (Cyprinus
Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik
Lingkungan Universitas Andalas:
Padang.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri.
Khairuman dan Khairul. 2008. Buku
Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Agromedia Pustaka: Jakarta.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 9

You might also like