You are on page 1of 10

E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

STUDI BERBAGAI JENIS BAHAN PENGEMBANG TERHADAP REABSORPSI TEKWAN KERING


IKAN GABUS

Rio Danar H.K , Dasir


Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang
Jln Jendral Ahmad Yani 13 Ulu Tlp.( 0711) 511731-Palembang

ABSTRACT
This study aims to determine the use of various types of developer materials to snakehead fish dry tekwan
reabsorption. This study was conducted in the laboratory of the Agriculture Faculty, University of Muhammadiyah
and Industrial Research and Standards, Palembang in June 2016 to August 2016. Research on the topic "The
Study of Various Types of Developer Materials to Snakehead Fish Dry Tekwan Reabsorption", using a randomized
block design (RAK) which were arranged in a nonfactorial with 5 (five) levels of treatment factor which repeated 4
(four) times. The parameters were observed in this study, chemical analysis includes water content and protein
content on a dry tekwan, physical tests include development volume and the level of elasticity using texture
analyzer. While the organoleptic tests include aroma, taste and color with preference level test which conducted on
dry tekwan which already reabsorbed and already cooked. The highest water content is in T2 treatment (CaCl2
addition of 1.0% by weight of snakehead fish and tapioca flour) has an average value of 5.73%. The highest protein
content was found in treatment T2 (CaCl2 addition of 1.0% by weight of snakehead fish and tapioca flour) has an
average value of 17.76%. The highest development volume percentage is in T1 treatment (NaHCO3 addition of
1.0% by weight of snakehead fish and tapioca flour) has an average value of 63.77. The highest level of elasticity
was found in the T0 (without the addition of developer materials/control) have an average value of 576.73 newton.
The value of the highest pleasure levels of snakehead fish tekwan aroma was found in the T4 treatment (addition of
instant yeast 1.0% by weight of snakehead fish and tapioca flour) with an average value of 4.25 (preferred criteria).
The value of the highest pleasure levels of snakehead fish tekwan taste was found in the T4 treatment (addition of
instant yeast 1.0% by weight of snakehead fish and tapioca flour) with an average value of 4.15 (preferred criteria).
The value of the highest pleasure levels of snakehead fish tekwan taste was found in the T2 treatment (CaCl2
addition of 1.0% of weight of snakehead fish and tapioca flour) with an average value of 4.20 (preferred criteria).

Keywords: tekwan, various types of developer materials, nahco3, cacl2, instant yeast

hanya tahan disimpan sekitar 3 hari pada suhu


I. PENDAHULUAN
kamar. Penyimpanan lebih dari 3 hari akan
A. Latar Belakang menyebabkan terbentuknya lendir pada permukaan
Tekwan adalah makanan khas Palembang produk serta menimbulkan citarasa yang tidak enak
yang berupa hidangan berkuah dengan bahan utama (Suryaningrum dan Muljanah, 2009). Salah satu
terbuat dari ikan gabus dan tepung tapioka seperti solusi dari masalah tersebut adalah dengan metode
halnya pempek tetapi berbeda pengolahannya. pengeringan yang memproses tekwan matang
Tekwan berbentuk bulat dengan ukuran kecil-kecil menjadi tekwan kering dengan tujuan
yang menyerupai pentol bakso dan disajikan dengan memperpanjang umur simpan tekwan.
kuah. Sebagai pelengkap kuah tekwan biasanya Pengeringan bertujuan untuk mengurangi
ditambahkan irisan bengkoang, jamur kuping, udang kadar air suatu bahan/produk melalui penguapan
dan daun bawang pada kuahnya, sedangkan pada yang dapat dilakukan dengan cara penjemuran
bagian atas tekwan ditaburi soun, ebi bubuk, daun dengan matahari, pengeringan dengan alat
seledri dan bawang goreng (Anugrah, 2014). pengering surya (solar dyer) atau alat pengering
Prinsip pengolahan tekwan terdiri dari mekanik, dengan menggunakan energy listrik atau
penggilingan daging ikan, pencampuran bahan (ikan bahan bakar lainnya. Keuntungan dari pengeringan
gabus, tapung tapioka, air dan garam), pembentukan adalah bahan menjadi lebih awet dengan volume
dan pemasakan. Pemasakan tekwan dilakukan bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah
dengan cara perebusan yaitu memasukkan tekwan distribusi dan memperluas pemasaran (Winarno et
ke dalam panci yang berisi air mendidih selama 5 al., 2010). Kadar air tekwan kering yang rendah juga
menit. Tekwan yang telah matang akan mengapung memberikan keuntungan pada jangkauan pemasaran
pada permukaan air rebusan dan jika ditekan dengan lebih luas, volume tekwan menjadi lebih kecil
tangan akan terasa lembut dan kenyal sampai bagian sehingga mempermudah dalam proses pengepakan,
dalamnya (Balai Penelitian dan Pengembangan pengangkutan dan menghemat tempat serta
Industri Palembang, 2002). beratnya menjadi lebih ringan dan dapat menghemat
Tekwan hampir sama dengan pempek dan biaya pengiriman.
merupakan jenis makanan basah dengan kadar air Tekwan yang dikeringkan mengandung
tinggi yang dapat mencapai 50-60% dari berat basah senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak
tekwan. Kadar air yang tinggi akan memicu aktivitas dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi,
enzim dan mikrobia yang menyebabkan tekwan akan tetapi kandungan vitamin-vitamin dan zat warna
36
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

pada umumnya menjadi berkurang atau rusak. Selain yang menyebabkan roti bisa mengembang.
terjadi perubahan warna yang berbeda dari warna Komponen lain yang terbentuk selama proses
tekwan sebelum pengeringan, kekurangan dari fermentasi adalah asam dan alkohol yang
tekwan kering tersebut adalah perlu direabsorpsi berkontribusi terhadap rasa dan aroma roti, namun
(direndam dalam air) dan direbus kembali sebelum alkohol akan menguap dalam proses pemanggangan
disajikan. Salah satu bahan yang dapat digunakan roti. Penggunaan ragi sebanyak 1,5-2% dari total
untuk mempercepat rehidrasi dari pempek kering tepung dapat mengoptimalkan pengembangan
adalah dengan menambahkan bahan pengembang adonan dan produksi gas CO2, memberikan rasa dan
dalam adonan tekwan sebelum proses pemasakan. aroma serta memperlunak gluten (Setyo dan Yulianti,
Jenis bahan pengembang yang umum digunakan 2009).
adalah Natrium Bikarbonat (NaHCO3), Kalsium
B. Tujuan
Klorida (CaCl2) dan ragi roti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat
penggunaan berbagai jenis bahan pengembang
atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3,
terhadap reabsorpsi tekwan kering ikan gabus.
adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut
dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam
industri makanan/biskuit (sebagai baking powder), II. PELAKSANAAN PENELITIAN
pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika,
A. Tempat dan Waktu
pembuatan pasta gigi, pembuatan permen (candy)
Penelitian ini telah dilaksanakan di
dan industri pembuatan batik. Pada industri
laboratorium Fakultas Pertanian Universitas
makanan, seperti roti, NaHCO3 digunakan karena
Muhammadiyah dan Balai Riset dan Standarisasi
bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon
dioksida, yang menyebabkan roti “mengembang”. Industri Palembang pada bulan April 2016 sampai
Penggunaan NaHCO3 pada makanan berfungsi untuk dengan Agustus 2016.
meningkatkan volume dan memperingan tekstur B. Bahan dan Alat
makanan yang dipanggang seperti muffin, bolu dan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini
biskuit. NaHCO3 bekerja dengan melepaskan gas adalah kalsium klorida (CaCl2), natrium bikarbonat
karbon dioksida (gas CO2) ke dalam adonan melalui (NaHCO3), ragi instan, ikan gabus (Ophiocephallus
sebuah reaksi asam-basa, menyebabkan stratus Bloch) segar, tepung tapioka, garam, air
terbentuknya gelembung-gelembung CO2 di dalam bersih dan bahan-bahan untuk analisis kimia. Bahan-
adonan yang masih basah dan ketika dipanaskan bahan untuk analisis kimia kadar protein adalah
adonan akan memuai dan matang, gelembung- H2SO4, NaOH 0,1N, phenolpthalin 0,5%, formaldehid
gelembung itu terperangkap hingga menyebabkan 37%, K2SO4, aquades, dan air minum untuk uji
kue menjadi naik dan ringan (Veradila, 2005). organoleptik.
Selanjutnya dalam penelitian Zakaria (2015), Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah
penggunaan NaHCO3 sebanyak 1% dari berat baskom plastik, pisau, alat penggilingan ikan, alat
tapioka dan ikan gabus pada pembuatan pempek peniris, timbangan analitik, kompor, kukusan
menghasilkan pempek dengan volume stainless still, oven pengering dan aluminiumfoil. Alat
pengembangan dan daya serap tertinggi, tingkat untuk analisis kimia adalah labu kjeldhal, labu ukur,
kekenyalan terendah dan uji organoleptik yang erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes, biuret dan kertas
disukai panelis. saring serta alat-alat organoleptik berupa piring
Kalsium klorida (CaCl2) bersifat higroskopis, plastik, kertas label dan garpu kecil.
maka harus disimpan dalam tempat yang kedap
udara rapat dan tertutup. Kalsium klorida dapat C. Metode Penelitian
berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan, Penelitian dengan topik “Studi Berbagai
tidak seperti banyak senyawa kalsium lainnya, Jenis Bahan Pengembang terhadap Reabsorpsi
kalsium klorida mudah larut. Zat ini dapat berguna Tekwan Kering Ikan Gabus”, menggunakan metode
untuk menggantikan ion dari larutan (Fennema, Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun
2000). Sanjaya et al., (2013) menyatakan, secara non faktorial dengan 5 (lima) faktor perlakuan
penambahan level CaCl2 sebanyak 0,6% pada yang diulang sebanyak 4 (empat) kali, dengan
pembuatan keju dari susu kambing mampu mengikuti persamaan sebagai berikut:
meningkatkan kandungan kalsium pada keju. Jika
pemberian CaCl2 terlalu banyak atau dengan kata Yij = µ+Ki+Tj+∑ij
lain suplai kalsium menjadi berlebih, maka akan
menghasilkan rasa yang pahit dan tekstur yang Dimana:
terlalu keras pada keju yang dihasilkan. Yij = Nilai hasil pengamatan
Ragi adalah mikroorganisme yang hidup dan µ = Nilai tengah umum
berkembang biak dengan memanfaatkan gula K = Kelompok/ulangan ke i
sederhana atau glukosa yang terdapat pada bahan Tj = Perlakuan berbagai jenis bahan pengembang
yang difermentasi. Fungsi utama ragi adalah pada tekwan kering ke j
mengembangkan adonan. Pengembangan adonan ∑ij = Kesalahan pada perlakuan berbagai jenis
terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida bahan pengembang pada tekwan kering ke j dan
(CO2) selama fermentasi dan selanjutnya gas kelompok ke i
tersebut akan terperangkap dalam jaringan gluten
37
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

Adapun tingkatan faktor yang digunakan dalam 1. Analisis Kimia


penelitian ini yaitu: a. Kadar Air
T0 = Tanpa penambahan NaHCO3 (kontrol). Menurut Sudarmadji et al., (2004), kadar air
T1 = Penambahan NaHCO3 1,0% dari berat ikan ditetapkan dengan menggunakan metode gravimetri.
gabus dan tepung tapioka. Pada prinsipnya penentuan kadar air dengan metode
T2 = Penambahan CaCl2 1,0% dari berat ikan gabus gravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam
dan tepung tapioka. bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
T3 = Penambahan NaHCO3 0,5% CaCl20,5% dari menimbang bahan beberapa kali sampai diperoleh
berat ikan gabus dan tepung tapioka. berat konstan yang berarti semua air sudah
T4 = Penambahan ragi instan 1,0% dari berat ikan diuapkan. Cara kerja analisis kadar air metode
gabus dan tepung tapioka. gravimetri adalah:
1. Ditimbang sampel sebanyak 2 gram dengan
D. Cara Kerja
menggunakan cawan porselin yang telah
1. Cara Membuat Daging Ikan Gabus Giling
diketahui beratnya.
Adapun cara kerja pembuatan daging ikan
2. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu
gabus giling: 0
105 C selama 3 jam. Kemudian dinginkan dalam
1. Penyiapan ikan gabus segar sebanyak 5 ekor
eksikator dan ditimbang.
yang berukuran kurang lebih 200 g per ekor
3. Panaskan lagi dalam oven selama 30 menit,
sebanyak 1000g atau 1 kg pada masing-masing
dinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
perlakuan.
Perlakuan ini diulang sampai beberapa kali
2. Dilakukan penyiangan dengan membuang isi
hingga tercapai bobot tetap. Kadar air dihitung
perut dan insang
dengan rumus:
3. Pemisahan kepala, tulang dan kulit.
4. Pencucian daging ikan gabus menggukan air (B - A) (C - A)
Kadar air (%) = x 100%
bersih yang mengalir. (B - A)
5. Penggilingan daging ikan gabus menggunakan Keterangan:
blender sampai halus. A= Berat cawan porselin kosong
6. Penimbangan daging ikan gabus giling 500 g B= Berat cawan porselin+sampelsebelum
untuk setiap perlakuan. pemanasan
C= Berat cawan porselin+sampel setelah pemanasan
2. Cara Membuat Tekwan Kering
Adapun cara kerja pembuatan tekwan kering: b. Kadar Protein
1. Daging ikan gabus giling yang sudah ditimbang Menurut Sudarmadji et al., (2004), kadar
sebanyak 500 g, selanjutnya dilakukan protein pada bahan makanan dapat dihitung
pencampuran dengan air sebanyak 125 ml yang berdasarkan metode kjeldhal. Metode Kjeldahl
sudah ditambahkan bahan pengembang (sesuai merupakan metode yang sederhana untuk
perlakuan) dan ditambah garam sebanyak 20 g. penetapan nitrogen total pada asam amino, protein
2. Setelah tercampur merata, tambahkan tepung dan senyawa yang mengandung nitrogen. Cara
tapioka sedikit demi sedikit sebanyak 500 g dan Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein
diuleni sampai kalis. kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung,
3. Selanjutnya adonan tekwan dibentuk bulatan karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
kecil dengan diameter 2 cm dan tebal 1 cm. nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis
4. Tekwan mentah kemudian dikukus selama 5 tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai
menit yang dihitung mulai tekwan dimasukkan protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras,
setelah air mendidih. kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut
5. Tekwan masak kemudian ditiriskan dan sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25
didinginkan sampai suhu kamar selama 20 berasal dari angka konversi serum albumin yang
menit. biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara
6. Lakukan pengovenan tekwan masak pada suhu analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut:
0
40 C selama 4 jam dan pengovenan dilanjutkan 1. Bahan dihitung sebanyak 5 gram dan dimasukan
0
lagi pada suhu 50 C selama 10 jam. kedalam labu Kjeldhal 500ml, ditambahkan 25 ml
7. Tekwan kering yang dihasilkan dikemas dalam H2SO4 pekat. Kemudian dipanaskan sampai
kantong plastik untuk dilakukan analisa kimia, hilang uap putih dan didinginkan pada suhu
fisik dan organoleptik. kamar.
E. Parameter yang Diamati 2. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu takar
Adapun parameter yang diamati dalam 25ml dan di encerkan dengan aquades sampai
penelitian ini, analisis kimia meliputi kadar air dan tanda batas, diaduk hingga homogen.
kadar protein pada tekwan kering, uji fisik meliputi 3. Ambil 25ml larutan tadi kemudian dimasukan
volume pengembangan, daya serap tekwan kering kedalam Elenmeyer 25ml, tambahkan 3 tetes
dan tingkat kekenyalan menggunakan alat texture indikator phenolpthalin 0,5%.
analyzer. Sedangkan uji organoleptik meliputi 4. Ditambahkan 5 tetes formaladehid 37% diaduk
aroma, rasa dan warna dengan uji tingkat kesukaan dan ditetesi dengan larutan standar NaOH 0,1
yang dilakukan pada tekwan kering yang sudah sampai titik akhir atau warna merah.
direabsorbsi dan sudah dimasak.
38
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

5. Dikerjakan blanko seperti cara kerja diatas tanpa perbandingan 1: 4 (1 bagian tekwan: 4 bagian
sampel. Kadar protein dihitung dengan rumus: air).
Kadar Protein (%) = 2. Perendaman dilakukan pada setiap perlakuan
A - B  N  14,001 6,25  FP  100% selama 6 jam.
3. Pengamatan tingkat daya serap pempek kering
W x 100 dilakukan setiap 60 menit dengan cara
Keterangan: menimbang berat tekwan kering sebelum dan
N = Normalitas larutan NaOH setelah perendaman.
FP = Faktor Pengencer (250/4) 4. Perendamaan dihentikan jika sudah mencapai
W = Jumlah Sampel (gram) waktu selama 6 jam.
A = Jumlah larutan NaOH 0,1 N untuk titrasi contoh
B = Jumlah larutan NaOH untuk titrasi blanko (ml)
5. Hitung selisih berat tekwan sesudah perendaman
yang dikurangi berat tekwan sebelum
pengeringan dan dibagi barat tekwan sebelum
2. Uji Fisik pengeringan dikali 100%. Hasil persentase dibagi
a. Volume Pengembangan 6 dan diperoleh kecepatan daya serap air per jam.
Menentukan volume pengembangan produk
dengan bentuk tidak beraturan seperti tekwan kering 3. Uji Organoleptik
berbentuk bulat dengan menggunakan air dan gelas a. Rasa, Aroma dan Warna
ukur. Tekwan kering yang mentah sebanyak 10 buah Menurut Susiwi (2009), uji organoleptik
dimasukkan dalam gelas ukur yang sudah diisi air mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu.
sebanyak 50 mililiter (V1). Selanjutnya tekwan kering Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi
tersebut direndam selama 6 jam dan diukur kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya
volumenya (V2). Persentase dari perbandingan dari produk. Metode yang dipakai untuk uji
antara selisih V2 dengan V1 yang dibagi dengan V1 organoleptik dalam penelitian ini adalah uji
serta dikali 100% merupakan volume pengembangan hedonik.Panelis diminta untuk memberikan kesan
tekwan kering. suka atau tidak suka terhadap suatu karakteristik
b. Tingkat Kekenyalan mutu yang disajikan. Dalam analisis datanya, skala
Kekenyalan elasticity,menyatakan kemampuan hedonik ditransformasikan ke dalam angka. Dengan
bahan untuk menerima tegangan tanpa data ini dapat dilakukan dengan analisa statistik.
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang Uji organoleptik yang dilakukan terhadap rasa,
permanen setelah tegangan dihilangkan. Kekenyalan aroma dan warna pada tekwan kering yang sudah
juga menyatakan seberapa banyak perubahan direabsorbsi dan dimasak menggunakan metode uji
bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan hedonik atau uji kesukaan. Panelis diminta untuk
bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat memberikan kesan suka atau tidak suka terhadap
dikatakan dengan kata lain adalah kekenyalan suatu karakteristik daripempek tekwan yang sudah
menyatakankemampuan bahan untuk kembali ke dimasak yang disajikan. Dalam pengujian ini panelis
bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang digunakan minimal sebanyak 20 orang,
yang menimbulkan deformasi (Nur, 2009). kemudian dari masing-masing panelis diberi formulir
Kekenyalan diukur dengan menggunakan alat yang menilai contoh yang disajikan (Pratama, F
texture analyzer. Cara kerja pengujian kekenyalan 2012). Contoh yang diuji diberi kode tiga angka,
adalah sebagai berikut: kemudian untuk memberikan penilaian sesuai
1. Sampel diletakan ditempat sampel yang tersedia. dengan tingkat kesukaan masing-masing. Setiap
2. Probe jenis jarum dipilih dan probe dipasang pada pengamatan terhadap tekwan kering setelah direbus
tempatnya. yang diberi nilai antara 1 sampai 5, dengan nilai
3. Tombol start ditekan untuk memulai pengujian. tertinggi menunjukkan derajat kesukaan yang
4. Trigger, distance dan speed yang muncul pada tertinggi pula.
layar diatur, selanjutnya sampel akan ditekan oleh Adapun tingkat kesukaan panelis adalah
probe. sebagai berikut:
5. Besarnya gaya probe yang digunakan untuk Skala Hedonik Skala Numerik
menekan sampel dicatat. Sangat suka 5
Kekenyalan dinyatakan dalam satuan gram Suka 4
force (gf). Nilai yang diperoleh merupakan hasil rata- Agak suka 3
rata pengukuran pada lima bagian pempek yang Tidak suka 2
berbeda. Sangat tidak suka 1
Analisis Statistik
c. Kecepatan Daya Serap Tekwan Kering 1. Analisis Keragaman
Menurut M. Miljohardjo (2008) Tekwan masak Dari hasil pengamatan kimia dan uji
yang sudah dikeringkan, selanjutnya diukur organoleptik yang diperoleh dianalisa dengan
kecepatan daya serap tekwan kering tersebut. menggunakan analisis keragaman Rancangan Acak
Pengukuran kecepatan daya serap dilakukan dengan Kelompok (RAK) non faktorial seperti tercantum pada
cara sebagai berikut: Tabel 4.
1. Sepuluh buah tekwan kering untuk setiap Analisis keragaman dilakukan dengan cara
perlakuan direndam dalam airbersih dengan membandingkan FHitung dengan FTabel pada taraf uji
39
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

5% dan 1 %. Bila FHitung lebih besar dari FTabel 5 % n  1 . B - {n . k . (k  1)2 / 4}


tetapi lebih kecil atau sama dengan FTabel 1% berarti T –kritik =
berpengaruh nyata (). Bila FHitung lebih besar dari A  B
FTabel 1% berarti berpengaruh sangat nyata (). Jika Keterangan:
FHitung lebih kecil atau sama dengan FTabel 5% berarti n = Jumlah panelis
berpengaruh tidak nyata (tn). B = Jumlah pangkat dua perlakuan
Untuk melihat tingkat ketelitian dilakukan uji k = Perlakuan
koefisien keragaman (KK) dengan rumus: A = Jumlah pangkat dua
Peubah T menyebar menurut sebaran F
KTG dengan derajat bebas K1 = k-1 dan K2 = (n-1) (k-
KK = x100%
X 1), jika nilai T-kritik lebih kecil atau sama dengan F-
Keterangan: tabel, maka kesimpulannya adalah menerima H0 (H0
KK = Koefisien Keragaman yang benar). Jika T-kritik lebih besar dari nilai F-
KTG = Kuadrat Tengah Galat tabel, maka H1 yang benar, maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan rumus menurut Soekarto
X = Nilai Rata-rata (1985) sebagai berikut:

 2n . A  B 
1
2
2. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
U = t0,950  
 n  1 . k  1
Apabila perlakuan berpengaruh nyata atau
sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Jujur (BNJ). BNJ digunakan untuk mengetahui Keterangan:
perbedaan antar perlakuan, dengan rumus: U = Konstanta Conover
BNJ (α) = Qα (T, K). Sx A = Jumlah pangkat dua
B = Jumlah pangkat dua perlakuan
KTG n = Jumlah panelis
Sx =
r k = Perlakuan
Keterangan: Jika nilai selisih dari dua perlakuan lebih
Sx = Kesalahan baku besar dari nilai Conover, maka dua perlakuan
Qα = Nilai baku pada taraf 5 % dan 1 % tersebut berbeda nyata, jika nilai selisih dari
R = Jumlah perlakuan perlakuan lebih kecil atau sama dengan nilai Conover
K = Kelompok maka dua perlakuan tersebut berbeda tidak nyata.
KTG = Kuadrat tengah galat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika selisih antar perlakuan lebih kecil atau
sama dengan (≤) BNJ 5% berarti berbeda tidak nyata A. Analisis Kimia
(tn). Jika selisih antar perlakuan lebih besar (>) dari 1. Kadar Air.
BNJ taraf 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan (≤) Data hasil uji BNJ pada Tabel 5 perlakuan
BNJ taraf 1% berarti berbeda nyata (). Jika selisih berbagai jenis bahan pengembang terhadap kadar
antar perlakuan lebih besar (>) dari BNJ 1% berarti air tekwan kering ikan gabus, menunjukkan bahwa
berbeda sangat nyata (). perlakuan T2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan T3,T1, T4 dan T0. Perlakuan T3 berbeda
3. Uji Friedman sangat nyata dengan perlakuan T1, T4 dan T0.
Data hasil uji organoleptik dianalisis dengan Perlakuan T1 berbeda sangat nyata dengan
menggunakan analisis statistik non parametrik yaitu perlakuan T4 dan T0 dan perlakuan T4 berbeda tidak
dengan uji Friedman. Menurut Conover dalam karya nyata dengan perlakuan T 0. Kadar air tertinggi
Imam dan Devenfort (1980) dalam Soekarto (1985), terdapat pada perlakuan T2 (penambahan CaCl2
setelah semua hasil penilaian organoleptik (rasa, 1,0% dari berat ikan gabus dan tepung tapioka)
aroma dan warna) diberi pangkat, kemudian masing- mempunyai nilai rata-rata 5,73%. Sedangkan kadar
masing pangkat perlakuan tersebut dipangkat air terendahpada perlakuan T0 (tanpa penambahan
duakan dan hasilnya dijumlahkan. bahan pengembang /kontrol) mempunyai nilai rata-
2 2
A = P1 + P2 + ..... + Pn
2 rata 3,15%.
Keterangan: Kalsium klorida (CaCl2) mempunyai sifat
A = Jumlah pangkat higroskopis yang dapat menyerap atau berikatan
P = Pangkat dengan molekul air yang terdapat di dalam suatu
Kemudian dihitung jumlah pangkat dua bahan. Perlakuan T2 dengan penambahan CaCl2
perlakuan (B): sebanyak 1% dari berat daging ikan gabus dan
2
B = (1/n) ∑ R J tepung tapioka dapat memaksimalkan molekul air
Keterangan: yang berikatan dengan CaCl2 dan hal ini akan
n = Jumlah panelis menghasilkan kadar air tertinggi pada tekwan kering
2
∑ R J = Jumlah pangkat dua masing-masing ikan gabus yang dihasilkan. Perlakuan T1 (NaHCO3
perlakuan yang dipangkat duakan. 1,0%), T3 (NaHCO3 0,5% dan CaCl2 0,5%) dan T4
Selanjutnya dihitung T-kritik: (ragi instan 1,0%) juga menggunakan bahan
pengembang mempunyai kadar air yang lebih rendah
dari perlakuan T2. Hal ini disebabkan bahan
40
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

pengembang pada ketiga perlakuan tersebut protein tersebut sudah berikatan dengan bahan
2+
mempunyai daya higroskopis yang lebih rendah dari pengembang CaCl2. Selain itu ion Ca yang berasal
perlakuan T2 (CaCl2 1,0%), sehingga daya ikatnya dari ditambahkan CaCl2 pada bahan akan berikatan
dengan molekul air juga rendah. dengan protein dari ikan gabus, sehingga protein
Higroskopis adalah kemampuan suatu zat tidak mudah terdestruksi selama proses pembuatan
untuk menyerap molekulair dari lingkungannya baik tekwan ikan gabus.
melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut Kadar protein terendah terdapat pada T0 yaitu
higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan perlakuan tanpa penambahan bahan
menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat pengembang/kontrol. Tanpa adanya penambahan
higroskopis adalah madu, gliserin, etanol, metanol, bahan pengembang, maka molekul protein tidak
asam sulfat pekat, natrium karbonat, kalsium klorida berikatan dengan salah satu bahan pengembang,
(CaCl2) dan natrium hidrokida (soda kaustik) pekat. sehingga protein ikan gabus mudah terdestruksi
Kalsium klorida bersifat higroskopis, larut dalam selama proses pengolahan. Artinya molekul protein
asam asetat, etanol, dan aseton dan sebagai sumber tekwan kering ikan gabus yang terdapat pada
kalsium (Kuncoro, 2009). Molekul air mempunyai perlakuan T0 mempunyai kadar terendah dibanding
kemampuan membentuk ikatan hidrogen, baik keempat perlakuan lainnya yang menggunakan
dengan sesama molekul air maupun dengan molekul penambahan bahan pengembang.
substansi lain. Ikatan hidrogen terjadi antara molekul
B. Uji Fisik
air dengan karboksil pada rantai samping karbohidrat
1. Volume Pengembangan
dan lemak, maupun dengan ikatan peptida dan
Volume pengembang yang maksimal pada
gugus amino pada protein (Gaman dan Sherrington,
tekwan diakibatkan adanya penambahan natrium
1992).
bikarbonat/NaHCO3 yang bersifat higroskopis
Kadar air terendah terdapat pada T0 yaitu
sehingga dapat menyerap atau berikatan dengan
perlakuan tanpa penambahan bahan
molekul air yang terdapat di dalam suatu bahan. Air
pengembang/kontrol. Penambahan bahan
yang terikat dalam gel pati akan berubah menjadi
pengembang merupakan salah satu bahan yang
uap akibat meningkatnya suhu pemasakan pada
berfungsi mempercepat rehidrasi dan waktu
proses perebusan. Uap air akan mendesak jaringan
reabsorpsi dari tekwan kering sebelum proses
sel untuk keluar sehingga terbentuk kantung udara
pemasakan. Jenis bahan pengembang yang
yang berasal dari terbentuknya gas CO2 yang
digunakan pada penelitian ini adalah natrium
mengakibatkan produk berongga atau membentuk
bikarbonat (NaHCO3), kalsium klorida (CaCl2) dan
pori-pori dan mengalami pemekaran.
ragi roti. Tanpa adanya penambahan bahan
Penggunaan natrium bikarbonat/NaHCO3
pengembang, maka molekul air hanya berikatan
(perlakuan T1) dalam adonan menghasilkan volume
dengan pati pada tepung tapioka. Artinya molekul air
pengembangan tertinggi. Natrium bikarbonat akan
tekwan kering ikan gabus yang terdapat pada
menghasilkan gas CO2 dengan adanya panas. Air
perlakuan T0 mempunyai kadar terendah dibanding
yang terikat dalam gel pati akan berubah menjadi
keempat perlakuan lainnya yang menggunakan
uap akibat meningkatnya suhu pemasakan pada
penambahan bahan pengembang.
proses perebusan. Uap air akan mendesak jaringan
2. Kadar Protein
sel untuk keluar sehingga terbentuk kantung udara
Data hasil uji BNJ perlakuan berbagai jenis
yang berasal dari terbentuknya gas CO 2.Gas CO2
bahan pengembang terhadap kadar protein tekwan
yang dihasilkan tersebut akan mengisi rongga-
kering ikan gabus, menunjukkan bahwa perlakuan T2
rongga matriks yang terbentuk dari ikatan antara pati
berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3, T4, T1
dengan air sehingga volume dari produk akan lebih
dan T0. Perlakuan T3 berbeda sangat nyata dengan
mengembang (Purnamasari, 2015). Menurut Tiven et
perlakuan T4, T1 dan T0. Perlakuan T4 berbeda
al., (2011), soda kue atau natrium bikarbonat yang
sangat nyata dengan perlakuan T 1 dan T0 dan
ditambahkan dalam pembuatan bakso dapat
perlakuan T1 berbeda sangat nyata dengan
membuat bakso mempunyai tekstur agak lembut
perlakuan T0. Kadar protein tertinggi terdapat pada
sehingga saat digigit mudah putus, dan pori-pori
perlakuan T2 (penambahan CaCl2 1,0% dari berat
banyak sehingga volumenya bertambah ketika
ikan gabus dan tepung tapioka) mempunyai nilai
direbus. Menurut Pambudi (2014), natrium bikarbonat
rata-rata 17,76%. Sedangkan kadar protein terendah
biasa digunakan ke dalam adonan kue fungsinya
pada perlakuan T0 (tanpa penambahan bahan
sebagai pengembang, sehingga produk yang
pengembang/kontrol) mempunyai nilai rata-rata
dihasilkan mempunyai volume besar, dan memiliki
14,59%.
tekstur agak lembut. Menurut (Winarno, 1992)
Kadar protein tertinggi diperoleh dari tekwan
natrium bikarbonat dapat menghasilkan gas CO2
kering dengan penambahan bahan pengembang
apabila kontak dengan air dan panas sehingga
CaCl2 sebanyak 1,0% dari berat ikan gabus dan
menyebabkan kue yang diberi natrium bikarbonat
tepung tapioka, sedangkan kadar protein terendah
akan mempunyai pori-pori.
diperoleh dari tekwan kering tanpa penambahan
Perlakuan T0 tanpa penambahan bahan
bahan pengembang/kontrol. Bahan pengembang
pengembang menyebabkan tidak adanya rongga-
CaCl2 yang digunakan bersifat higroskopis dan dapat
rongga yang berisi gas CO2. Rongga atau pori-pori
mengenyalkan dan mengompakkan tekwan,
yang terbentuk pada perlakuan T 0 hanya berasal dari
sehingga zat-zat termasuk protein tidak banyak
proses gelatinisasi dari tepung tapioka dan rongga
terekstraksi keluar selama proses pemasakan karena
41
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

yang terbentuk jumlahnya lebih rendah dari Data hasil uji BNJ pada Tabel 9 perlakuan
perlakuan T1, T2, T3 dan T4 yang diberi bahan berbagai jenis bahan pengembang terhadap
pengembang. Rendahnya jumlah rongga tersebut kecepatan daya serap tekwan kering ikan gabus,
akan menurunkan volume pengembangan tekwan menunjukkan bahwa perlakuan T1 berbeda sangat
ikan gabus pada perlakuan T0. nyata dengan perlakuan T4,T3, T2 dan T0. Perlakuan
2. Tingkat Kekenyalan. T4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3, T2
Perlakuan T0 tanpa penambahan bahan dan T0. Perlakuan T3 berbeda sangat nyata dengan
pengembang menyebabkan tidak adanya pori-pori perlakuan T2 dan T0 dan perlakuan T2 berbeda sangat
yang terbentuk yang berasal dari gas CO2. Pori-pori nyata dengan perlakuan T0. Kecepatan daya serap
yang terbentuk pada perlakuan T 0 hanya berasal dari tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (penambahan
proses gelatinisasi dari tepung tapioka dan pori-pori NaHCO3 1,0% dari berat ikan gabus dan tepung
yang terbentuk jumlahnya lebih rendah dari tapioka) mempunyai nilai rata-rata 4,44%/ jam.
perlakuan lainnya yang menggunakan bahan Sedangkan kecepatan daya serap terendahpada
pengembang (perlakuan T1, T2, T3 dan T4). perlakuan T0 (tanpa penambahan bahan
Menurunnnya jumlah pori-pori akan menaikkan pengembang /kontrol) mempunyai nilai rata-rata
tingkat kepadatan pada bahan dan hal ini akan 2,73%/jam.
menambah jumlah gaya yang dihasilkan pada alat Kecepatan daya serap yang maksimal pada
texture analyzer. Penambahan nilai tersebut tekwan diakibatkan adanya penambahan natrium
menunjukkan bahwa tekwan kering ikan gabus pada bikarbonat/NaHCO3 yang membentuk rongga-rongga
perlakuan T0 mempunyai tingkat kekenyalan matriks atau pori-pori dalam jumlah yang lebih
tertinggi. banyak pada tekwan selama proses pemasakan.
Ragi yang ditambahkan sebagai pengembang Selanjutnya rongga-rongga matriks tekwan yang
kue dapat membentuk pori-pori yang berasal dari semula berisi air, selama proses pengeringan akan
terbentuknya gas CO2. Pembentukan pori-pori mengalami penguapan dan meninggalkan rongga-
tersebut dapat menurunkan tingkat kekenyalan dari rongga matriks kosong pada tekwan tersebut.
tekwan ikan gabus. Penambahan ragi pada Adanya sifat higroskopis dari NaHCO3, maka selama
perlakuan T4 dalam bahan dapat meningkatkan proses perendaman dalam air atau proses reabsorpsi
jumlah pori-pori yang terbentuk. Meningkatnya ruang-ruang kosong tersebut akan diisi oleh molekul
jumlah pori-pori akan menurunkan tingkat kepadatan air. Semakin banyak ruang-ruang kosong yang
pada bahan dan hal ini akan menurunkan gaya yang terbentuk maka semakin banyak molekul air yang
dihasilkan pada alat texture analyzer. Penurunan nilai terserap dan hal ini dapat meningkatkan daya serap
tersebut menunjukkan bahwa tekwan ikan gabus air dari tekwan kering pada perlakuan T 1. Menurut
pada perlakuan T4 mempunyai tingkat kekenyalan (Winarno, 1992) natrium bikarbonat dapat
terendah. menghasilkan gas CO2 apabila kontak dengan air
Ragi adalah tumbuhan bersel satu yang dan panas sehingga menyebabkan kue yang diberi
tergolong dalam keluarga cendawan. Ragi natrium bikarbonat akan mempunyai pori-pori.
berkembang biak dengan suatu proses yang dikenal Menurut Tiven et al., (2011), soda kue atau natrium
dengan istilah pertunasan, yangmenyebabkan bikarbonat yang ditambahkan dalam pembuatan
terjadinya peragian. Peragian adalah istilah umum bakso dapat membuat bakso mempunyai tekstur
yang mencangkup perubahan gelembung udara dan agak lembut sehingga saat digigit mudah putus, dan
yang bukan gelembung udara (aerobik dan pori-pori banyak sehingga volumenya bertambah
anaerobik) yang disebabkan oleh mikroorganisme. ketika direbus.
Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal Higroskopis adalah kemampuan suatu zat
dari mikroba jenis Saccharomyces cerevisiae. Ragi untuk menyerap molekulair dari lingkungannya baik
merupakan bahan pengembang adonan dengan melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut
produksi gas karbondioksida (Setyo dan Yulianti, higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan
2009). menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat
Proses pengembangan adonan dapat terjadi higroskopis adalah madu, gliserin, etanol, metanol,
apabila ragi dicampur dengan bahan-bahan lain asam sulfat pekat, natrium karbonat, kalsium klorida
dalam pembuatan roti, maka ragi akan menghasilkan (CaCl2) dan natrium hidrokida (soda kaustik) pekat.
CO2. Gas inilah yang menjadikan adonan roti (Kuncoro, 2009). Molekul air mempunyai
menjadi mengembang. Proses pengembangan kemampuan membentuk ikatan hidrogen, baik
adonan yang dilakukan oleh ragi ditunjang oleh dengan sesama molekul air maupun dengan molekul
penggunaan bahan lain yaitu gula sebagai sumber substansi lain. Ikatan hidrogen terjadi antara molekul
energi (Sangjin Ko, 2012). Banyaknya gas CO2 air dengan karboksil pada rantai samping karbohidrat
dalam bahan akan meningkatkan jumlah rongga dan lemak, maupun dengan ikatan peptida dan
yang terbentuk, sehingga menyebabkan massa gugus amino pada protein (Gaman dan Sherrington,
bahan menjadi rendah dan bahan akan mudah rapuh 1992).
terhadap beban atau gaya dari luar yang diberikan Perlakuan T0 tanpa penambahan bahan
kepadanya. Semakin banyak pori-pori yang terbentuk pengembang menyebabkan tidak adanya rongga-
maka tingkat kekenyalan akan menurun, karena rongga yang berisi gas CO2. Rongga atau pori-pori
tekstur pada produk yang dihasilkan akan semakin yang terbentuk pada perlakuan T 0 hanya berasal dari
renyah (Shinta dkk, 1995). proses gelatinisasi dari tepung tapioka dan rongga
3. Kecepatan Daya Serap Tekwan Kering yang terbentuk jumlahnya lebih rendah dari
42
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

perlakuan T1, T2, T3 dan T4 yang diberi bahan terdapat pada perlakuan T0(tanpa penambahan
pengembang. Rendahnya jumlah rongga yang bahan pengembang/kontrol) dengan nilai rata-rata
terbentuk tersebut akan menurunkan volume 3,00 (kriteria agak disukai).
pengembangan tekwan ikan gabus pada perlakuan Penambahan ragi instan 1,0% dari berat ikan
T0. Wijajaseputra (2010) menyatakan, terbentuknya gabus dan tepung tapioka pada perlakuan T 4
pori-pori atau rongga- rongga matriks, disebabkan merupakan penambahan bahan pengembang yang
terhambatnya pelepasan uap air pada lokasi yang baik untuk mengoptimalkan rasa pada tekwan ikan
mengalami gelatinisasi, maka pada lokasi tersebut gabus yang dihasilkan. Bahan pengembang ragi
akan terbentuk gelembung. Bila gelembung yang yang ditambahkan pada bahan adonan tekwan dapat
berisi uap air ini pecah karena tekanan yang ada, meningkatkan rasa gurih pada tekwan ikan gabus
maka akan terbentuk lubang yang disebut dengan yang dihasilkan, sehingga rasa tekwan ikan gabus
pori-pori. pada perlakuan T4 lebih disukai oleh panelis
dibanding perlakuan lainnya.
C. Uji Organoleptik
3. Warna
1. Aroma
Hasil uji Conover pada Tabel 12, menunjukkan
Hasil uji Conover pada Tabel 10, menunjukkan bahwa perlakuan T2 berbeda nyata dengan
bahwa perlakuan T4 berbeda nyata dengan perlakuan T1,T0,T4dan T3. Perlakuan T1 berbeda
perlakuan T1,T2,T3dan T0. Perlakuan T1 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan T 0, tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan T2,T3dan T0 dan perlakuan
nyata dengan perlakuanT4 dan T3dan perlakuan T0
T2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan T 3 danT0.
berbeda tidak nyata dengan perlakuan T4 dan T3.
Nilai tingkat kesukaan tertinggi yang menghasilkan
Nilai tingkat kesukaan tertinggi yang menghasilkan
aroma khas tekwan ikan gabus tanpa bau amis dari warna putih kekuningan khas tekwan ikan gabus
ikan gabus terdapat pada perlakuan T 4 (penambahan pada perlakuan T2 (penambahan CaCl2 1,0% dari
ragi instan 1,0% dari berat ikan gabus dan tepung
berat ikan gabus dan tepung tapioka) dengan nilai
tapioka) dengan nilai rata-rata 4,25 (kriteria disukai).
rata-rata 4,20 (kriteria disukai). Sedangkan nilai
Sedangkan nilai tingkat kesukaan terendah yang
tingkat kesukaan terendah yang menghasilkan
menghasilkan tekwan dengan sedikit aroma amis
tekwan dengan warna kuning kecoklatan terdapat
dari ikan gabuspada perlakuan T 0 (tanpa pada perlakuan T3 (Penambahan NaHCO3 0,5%
penambahan bahan pengembang/kontrol) dengan CaCl2 0,5% dari berat ikan gabus dan tepung
nilai rata-rata 2,65 (kriteria tidak disukai).
tapioka) dengan nilai rata-rata 2,85 (kriteria tidak
Penambahan ragi instan 1,0% dari berat ikan
disukai).
gabus dan tepung tapioka pada perlakuan T 4
Penambahan CaCl2 1,0% dari berat ikan
merupakan penambahan bahan pengembang yang gabus dan tepung tapioka pada perlakuan T 2
baik untuk mengoptimalkan aroma pada tekwan ikan merupakan penambahan bahan pengembang yang
gabus yang dihasilkan. Bahan pengembang ragi
baik untuk mengoptimalkan warna pada tekwan ikan
yang ditambahkan pada bahan adonan tekwan dapat
gabus yang dihasilkan. Bahan pengembang CaCl2
mengurangi intensitas bau amia yang berasal dari
yang ditambahkan pada bahan adonan tekwan dapat
ikan gabus, sehingga aroma tekwan ikan gabus pada
menurunkanterjadinya reaksi maillard selama proses
perlakuan T4 lebih disukai oleh panelis dibanding pengeringan tekwan ikan gabus dan hal tersebut
perlakuan lainnya. Enzim invertase pada ragi dapat
dapat mempengaruhi warna pada tekwan ikan gabus
mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air
yang sudah dilakukan reabsorpsi dan warna yang
menjadi gula sederhana yang terdiri atas glukosa dan
dihasilkan lebih putih dibanding perlakuan lainnya.
fruktosa. Gula sederhana kemudian dipecah menjadi
Dengan demikian tekwan ikan gabus yang dihasilkan
karbondioksida dan alcohol (Sangjin Ko, 2012). Zat-
pada perlakuan T2 lebih disukai oleh panelis
zat yang menyebabkan bau (aroma) antara lain dibanding perlakuan lainnya.
adalah ester, alkohol, asam, aldehid, keton, atsiri,
diasetil kardinol dan geranit (Apandi, 1984).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
2. Rasa
A. Kesimpulan
Hasil uji Conover pada Tabel 10, menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
bahwa perlakuan T4 berbeda tidak nyata dengan
dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan
perlakuan T1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
sebagai berikut:
T3,T0dan T2. Perlakuan T1 berbeda tidak nyata
1. Penambahan jenis bahan pengembang
dengan perlakuan T3 dan T0, tetapi berbeda nyata
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air,
dengan perlakuan T2 dan perlakuan T3 berbeda
kadar protein, volume pengembangan dan tingkat
tidak nyata dengan perlakuan T 0 dan T2..Nilai tingkat
kekenyalan tekwan ikan gabus. Kadar air tertinggi
kesukaan tertinggi yang menghasilkan rasa khas
terdapat pada perlakuan mempunyai nilai rata-
tekwan ikan gabusyang gurih terdapat pada
rata 5,73%, kadar protein tertinggi terdapat pada
perlakuan T4 (penambahan ragi instan 1,0% dari
perlakuan T2 mempunyai nilai rata-rata 17,76%,
berat ikan gabus dan tepung tapioka) dengan nilai
persentase volume pengembangan tertinggi
rata-rata 4,15 (kriteria disukai). Sedangkan nilai
terdapat pada perlakuan T1 mempunyai nilai rata-
tingkat kesukaan terendah yang menghasilkan
rata 63,77% dan tingkat kekenyalan tertinggi
tekwan dengan rasa gurih rendah dari ikan gabus
terdapat pada perlakuan T0 mempunyai nilai rata-
43
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

rata 576,73 newton. Kecepatan daya serap DAFTAR PUSTAKA


tertinggi terdapat pada perlakuan mempunyai nilai Ahfiladzum.2011. KalsiumKlorida.http://naynienay.
rata-rata 4,44%/jam wordpress.com/2010/03/04/kalsium- klorida/. 5
2. Nilai tingkat kesukaan tertinggi aroma tekwan ikan Mei 2016.
gabus terdapat pada perlakuan T4 dengan nilai
Anugrah, W. 2014. Cara Membuat Tekwan
rata-rata 4,25 (kriteria disukai). Sedangkan nilai
Palembang yang Enak. http://widhiaanugrah.
tingkat kesukaan terendah pada perlakuan T 0
com/cara-membuat-tekwan-palembang-yang-
dengan nilai rata-rata 2,65 (kriteria tidak disukai).
enak/. Diakses 8 Mei 2016.
Nilai tingkat kesukaan tertinggi rasa tekwan ikan
gabus terdapat pada perlakuan dengan nilai rata- Apandi, M., 1984. Teknologi Buah dan Sayur.
rata 4,15 (kriteria disukai). Sedangkan nilai tingkat Alumni, Bandung
kesukaan terendah pada perlakuan T 0 dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 2002.
nilai rata-rata 3,00 (kriteria agak disukai). Nilai Hasil Penelitian Pasca Panen. Palembang
tingkat kesukaan tertinggi warna tekwan ikan DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. ITB, Bandung.
gabus pada perlakuan T2 dengan nilai rata-rata Desrosier, N.W., 2008. Teknologi Pengawetan
4,20 (kriteria disukai). Sedangkan nilai tingkat Pangan. Edisi Ketiga. Penerjemah, M.
kesukaan terendah pada perlakuan T 3 dengan Miljohardjo. UI-Press, Jakarta.
nilai rata-rata 2,85 (kriteria tidak disukai). Dewi S.K. 2008. Pembuatan produk nasi instan
B. Saran berbasis Fermented Cassava Flour Sebagai
Untuk memperoleh tekwan kering ikan gabus Bahan Pangan Alternatif. Skripsi Fakultas
yang baik dan agak disukai oleh panelis disarankan Teknologi Pertanian IPB.
menggunakan perlakuan T2 (penambahan CaCl2 Ekayani, I.A.P. 2011. Efisiensi Penggunaan Telur
1,0% dari berat ikan gabus dan tepung tapioka). dalam Pembuatan Sponge Cake. Jurnal
UNDIKSHA 8 (2): 59-74.
Farahita, Y., Junianto, dan N. Kurniawati. 2012.
Karakteristik kimia caviar nilem dalam
perendaman campuran larutan asam asetat
dengan larutan garam selama penyimpanan
o
suhu dingin (5-10 C). Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 3(4):165 170
Fatsecret. 2016. Kalori dalam Tekwan dan Fakta
Gizi. http://www. fatsecret. co.id. Diakses 21
Juni 2016.
Fennema, O.R.2000. Principle of Food Scient. Part I
Food Chemistry. Marcell Dekker, inc. New
York and Bassel.
Frans, M. 2013. Pengolahan Makanan Khas
Palembang. UI Press. Palembang.
Gaman, P.M. dan Sherrington, K.B. 1992. Ilmu
Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Gardjito, M., Anton D danEni H. 2013.Pangan
Nusantara. Karakteristik Prospek untuk
Percepatan Diversifikasi Pangan. Penerbit
Kencana. Jakarta.
Isnaini, L, dan Khamidah, A. 2012. Kajian Lama
Blanching dan Konsentrasi CaClterhadap
Sifat Fisik Pembuatan French Fries Ubi Jalar
(IpomoeaBatatas L.)
Litbang, Deptan. 2012. Kajian Penggunaan dan
Kosentrasi CaCl2 Terhadap Sifat Fisik
Pangan Tradisional. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.

44
E d I b l e VI -1: 36-45, Juli 2017 ISSN 2301 - 4199

Kartika, B. dan Supartono, W. 1988. Pedoman Uji Sudarmadji, S., Haryono, Bdan Suhardi. 2004.
Inderawi Bahan. Pangan. Yogyakarta. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Lemak Pangan. Jakarta. Sugesti. M. 2013. Rumus Lengkap Matematika.
Kuncoro, H. 2009. Pemanfaatan CaCl2 Terhadap Niaga Swadaya. Jakarta.
berbagai jenis pangan Nasional. Swadaya Suryaningrum, T. D dan Ijah Muljanah. 2009.
Sejahtera. Jakarta. Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan
Muchtadi, D. 2011. Karbohidrat Pangan dan Pempek Palembang. Balai Besar Riset
Kesehatan. Alfabeta, Bandung. Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan
Mudjajanto, Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti. 2004. dan Perikanan. 4(1).
Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya. Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Jurusan
Jakarta. Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Nandhani, S, D., & Yunianta.2014. Pengaruh Tepung Indonesia.
Labu Kuning, Tepung Lele Dumbo, Natrium Tiven, N.C & M. Veerman. 2011. Pengaruh Bahan
Bikarbonat, Terhadap Sifat Fisiko, Kimia, Pengenyal yang Berbeda Terahadap
Organoleptic Cookies. Jurnal Pangandan Komposisi Kimia, Sifat Fisik dan Organoleptik
Agroindustri 3 (3): 918-927. Bakso Daging Ayam. Jurnal Agrinimal 1 (2):
Nur, A. 2009.KarakteristikNata De Cottonii Dengan 76-83.
Penambahan Dimetil Amino Fosfat (DAP) dan Wijajaseputra, I. A. 2010. Peran Amilosa dan
Asam Asetat Glacial. Skripsi. Institut Pertanian Seberapa Kondisi Proses Pada Karateristik
Bogor. (tidak dipublikasikan) Kulit Lumpia Beras Basah. Disertasi. Fakultas
Pambudi, S. & S.B. Widjanarko.2014. Pengaruh Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Proporsi Natrium Bikarbonat Dan Ammonium Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Bikarbonat Sebagai Pengembang Terhadap Gramedia, Jakarta.
Karakteristik Kue Bagiak. Jurnal Pangan dan Winarno, F.G., Fardiaz, D., dan Fardiaz, S. 2010.
Agroindustri 3 (4): 1596-1607. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia,
Patnaik, Pradyot. 2003. Handbook of Inorganic Jakarta.
Chemical Compounds. New York: The Veradila, P. E. W. 2005. Pengaruh Penambahan
McGraw Hill Companies, Inc. Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan Kuning
Pratama, F. 2012. Evaluasi Sensoris. Unsri Press. Telur Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan
Palembang. Organoleptik Biskuit Ambon.Skripsi. Jurusan
Purnamasari dkk.2015. Karakteristik Flake Talas. Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(4): 1375- Pertanian.Universitas Brawijaya.Malang.
1385. Zakaria, A. 2015.Peranan Natirum Bikarbonat
Rahmawati, I.S., Endah Dwi Hastuti dan Sri terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia
Darmanti. 2011.Pengaruh Perlakuan Pempek.Program Studi Ilmu Dan Teknologi
Konsentrasi Kalsium Klorida (CaCl2) dan Pangan Fakultas Pertanian Universitas
Lama Penyimpanan terhadap Kadar Asam Muhammadiyah Palembang. (skripsi tidak
Askorbat Buah Tomat dipublikasikan).
(Lycopersicumesculentum Mill.) Buletin
Anatomi dan Fisiologi. XIX, No. 1, Maret 2011
Sangjin Ko. 2012. Rahasia membuat Roti Sehat dan
Lezat dengan Ragi Alami. Penerbit Indonesia
Tera Jakarta.
Sanjaya, P.A., Juni Sumarmono dan Kusuma
Widayaka. 2013. Pengaruh Level CaCl2
yang Berbeda Terhadap Kandungan
Kalsium, Kekerasan, Dan Meltability Pada
Keju Susu Kambing. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.Banyumas. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1(1):47-53.
Shinta, D. S., Susilowati dan Buhasor, T. K. 1995.
Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng
Secara Berulang Terhadap Mutu Keripik Ubi
Kayu. Warta Industri Hasil Pertanian.Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri Kecil
hasil Pertanian.Bogor
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil Pertanian.IPB-
Press, Bogor.

45

You might also like