You are on page 1of 11

Jurnal Peternakan Vol 9 No 1 Februari 2012 (35 - 45) ISSN 1829 – 8729

KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN ORGANOLEPTIK


TELUR ASIN ASAP BERBAHAN BAKAR SABUT KELAPA
D. NOVIA, I. JULIYARSI DAN G. FUADI
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
Kampus Limau Manis, Padang
Email : deni_novia@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aims to determine the effect different smoking and storaging time to protein content, fat content and
organoleptic value smoked salted eggs. This study used duck eggs as many as 240 eggs, powdered brick 3600 grams, 2400
grams of ash, 1200 grams salt and 60 kg of coconut husk. The method used in this study was the experimental method using
a randomized block design with a 4x3 factorial with two groups as replicates. As the first factor (A) was different smoking A1
= 8 hours, A2 = 10 hour, A3 = 12 hours and A4 = 14 hours, whereas the second factor (B) was storaging time : B1 = 23
days, B2 = 30 days and B3 = 37 days. Variables measured were protein content, fat content, and organoleptic values (colour,
flavor, aroma, texture) of smoked salted eggs. The results of this study different smoking and storaging time was no
interaction to all variables smoked salted eggs. It did not affect the flavor and aroma, but the longer smoking decreased
protein content and colors but increased fat content. The longer it was stored the smoke salted eggs, increased fat content and
decreased texture. Based on the results of this study concluded that 8 hour smoking was the best treatment in the
manufacture of smoked salted eggs with protein content 48,99%, fat content 45,82%, color 3,35 (ordinary), flavor 3,49 (like),
aroma 2,73 (ordinary) dan texture 3,16 (ordinary).

Keywords : fat content, organoleptic value, protein content, smoked salted eggs, storaging

PENDAHULUAN juga menciptakan warna, cita rasa yang


spesifik dan menghambat mikroba. Tahap
Telur merupakan salah satu produk penting dalam pengasapan adalah
pangan berasal dari ternak unggas yang memilih jenis bahan bakar yang akan
mudah rusak dan busuk, oleh karena itu digunakan. Bahan bakar yang bisa
perlu penanganan yang cermat sejak digunakan dalam pengasapan adalah
pemungutan dan pengumpulan telur dari kayu petai cina, batok kelapa, sekam,
kandang hingga penyimpanan oleh serbuk gergaji, serutan kayu, dan sabut
konsumen. Salah satu langkah yang dapat kelapa. Hasil penelitian Kucukgulmez, et
dilakukan adalah dengan cara al. (2010) bahan bakar lain sebagai
pengawetan, sehingga dengan cara ini, alternatif berurutan dari yang terbaik
telur dapat disimpan lebih lama. dalam pengasapan panas potongan ikan
Kerusakan telur dapat terjadi akibat adalah serbuk gergaji batang lemon,
menguapnya air dan karbon dioksida poplar, tongkol jagung, oak, dan vine.
(CO2) yang terdapat dalam telur apabila
Sabut kelapa merupakan hasil
disimpan dalam jangka waktu yang lama.
limbah pertanian yang murah dan mudah
Pengawetan telur yang paling mudah dan
didapatkan, dan belum ada pemanfaatan
umum dilakukan oleh masyarakat adalah
yang maksimal serta ketersediaannya
pengasinan atau pembuatan telur asin.
sangat melimpah di daerah Sumatera
Pembuatan telur asin dengan Barat. Menurut Dinas Perkebunan Rakyat
merendam telur itik dalam larutan garam Propinsi Sumatera Barat (2009) mencatat
jenuh hanya bisa mempertahankan umur bahwa luas perkebunan tanaman kelapa
telur asin sampai 3 hari saja. Salah per tahun menurut Kabupaten/Kota di
satu cara yang dilakukan untuk Sumatera Barat tahun 2008, yakni seluas
memperpanjang umur simpan telur asin 90.951 hektar. Pada satu buah kelapa
adalah dengan pengasapan. Pengasapan terdapat 35% sabut dari berat
ini berfungsi selain menurunkan kadar air keseluruhan, yang mengandung

35
Vol 9 No 1 KADAR PROTEIN

komposisi kimia selulosa, lignin, Anduring Padang. Sabut kelapa


pyroligenous, acid, gas, arang, tar, tanin digunakan sebanyak 60 kg, kemudian
dan potasium. 3600 gram bubuk bata (halus), 2400 gram
abu gosok dan 1200 gram garam dapur
Proses pengasapan pada telur asin
jenis butiran kasar yang dibeli di Pasar
dapat memperpanjang umur simpan
Raya Padang, dan air sebanyak 1500 ml.
telur asin sampai 1 bulan. Selain
Bahan pembantu untuk analisis adalah
memperpanjang umur simpan, proses
selenium, H2SO4 pekat, NaOH 50%, HCl
pengasapan pada telur asin berfungsi
0,1N, Indikator metil merah, NaOH 0,1N,
untuk mengeluarkan warna kulit yang
aquades, kertas lemak, benzena, aqua.
menarik, bau tidak amis serta aroma
Peralatan yang digunakan adalah
khas asap yang menggugah selera.
seperangkat tungku dan oven
Penggunaan sabut kelapa sebagai
pengasapan, timbangan analitik, sendok
bahan dasar pengasapan merupakan
stainlees steel, oven listrik, desikator,
pemanfaatan limbah rumah tangga. Sabut
cawan porselin, lumpang dan alu, penjepit
kelapa mudah didapat juga tersedia
cawan, kompor listrik, labu Kjeldahl,
sepanjang tahun.
seperangkat alat destilasi, seperangkat alat
Berdasarkan hasil penelitian Soxletasi, Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur
pendahuluan, telur asin mentah yang 100 ml.
diasapi selama 8 jam telah matang,
Metode yang digunakan dalam
kemudian disimpan selama 23 hari,
penelitian ini adalah metode eksperimen
didapati keadaan telur asin asap yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok
belum menunjukkan perubahan
(RAK) faktorial 4 x 3 dengan 2 kelompok
(pembusukan).
sebagai ulangan. Data yang diperoleh
Penelitian ini bertujuan untuk diolah secara statistik dan dilanjutkan
mengetahui interaksi lama pengasapan dengan uji lanjutan Duncan’s Multiple
dengan bahan bakar sabut kelapa dan Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
penyimpanan telur asin asap terhadap Faktor pertama (A) adalah lama
nilai gizi dan organoleptik. Penelitian ini pengasapan : A1 yaitu lama pengasapan 8
diharapkan dapat memberikan informasi jam,, A2 yaitu lama pengasapan 10 jam,
tentang lama pengasapan dan lama A3 yaitu lama pengasapan 12 jam, A4
penyimpanan yang bisa digunakan yaitu lama pengasapan 14 jam. Adapun
sehingga kualitas telur asin asap masih faktor kedua (B) adalah lama
bisa dipertahankan dan disukai penyimpanan : B1 yaitu lama
konsumen. penyimpanan 23 hari, B2 yaitu lama
penyimpanan 30 hari, B3 yaitu lama
MATERI DAN METODE penyimpanan 37 hari.
Jika dari penelitian ini diperoleh
Penelitian ini dilakukan di
hasil (F tabel 0,05 < F hitung < F tabel 0,01)
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak
berarti berbeda nyata atau signifikan, dan
Fakultas Peternakan dan Laboratorium
(F hitung > F tabel 0,01) berarti berbeda
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Andalas pada sangat nyata (P< 0,01), maka pengujian
tanggal 2 Oktober 2009 sampai 26 Maret dilanjutkan dengan menggunakan Uji
2010. Duncan’s (Duncan’s Multi Range Test).

Bahan utama yang digunakan Model linear dari rancangan yang


digunakan adalah :
adalah telur itik maksimal umur 24 jam
sebanyak 240 butir dengan berat 65-75
gram, didapatkan dari peternakan itik di

36
NOVIA, dkk Jurnal Peternakan

Yijk = µ + Si +Ej + SEij + Kk + ∑ijk


Telur Itik
Keterangan :
i = Banyak taraf faktor S (1, 2, 3, 4)
j = Banyak taraf faktor E (1, 2, 3)
k = Kelompok (1 dan 2) Perbandingan garam : campuran
bubuk bata : abugosok
Yijk = Nilai pengamatan dari faktor S
1 : 3 : 2 dan diperam selama 8 hari
pada taraf ke-i, faktor E pada agar proses pengasinan berlangsung
taraf ke-j, pada kelompok ke-k sempurna
µ = Nilai tengah umum
Si = Pengaruh taraf ke-i dari faktor S
(1, 2, 3 dan 4)
Ej = Pengaruh taraf ke-j dari faktor E Telur Asin
(1,2, dan 3) (mentah)
Seij = Pengaruh interaksi dari taraf ke-i
dari faktor S taraf ke-j faktor E
Kk = Pengaruh kelompok K pada
taraf ke-k
Pengasapan Pengasapan Pengasapan
∑ijk = Galat Dilakukan Dilakukan Dilakukan
dengan dengan dengan
Pengamatan yang dilakukan terhadap Perlakuan Faktor Perlakuan Perlakuan
A (8, 10, 12, 14 Faktor A (8, 10, Faktor A (8, 10,
telur asin asap meliputi : kadar protein jam), 12, 14 jam), 12, 14 jam),
menggunakan metode makro-Kjeldahl, menggunakan menggunakan menggunakan
kadar lemak menggunakan metode sabut kelapa. sabut kelapa. sabut kelapa.
Untuk Untuk Untuk
ekstraksi Soxhlet dan nilai organoleptik. penyimpanan penyimpanan penyimpanan
Nilai organoleptik merupakan salah 37 hari 30 hari 23 hari
satu jenis uji penerimaan terhadap suatu
produk. Uji organoleptik yang digunakan
dengan metode hedonik dengan jumlah
panelis 20 orang agak terlatih.
Telur Asin
Cara penyajian uji organoleptik Asap
yaitu secara acak, telur asin asap yang (telah
akan disajikan diletakkan dalam wadah matang)

yang diberi kode, kemudian panelis


diminta untuk mencicipinya dan setelah
itu mengisi formulir penilaian yang
dilakukan secara spontan. Setelah 2 kali Dilakukan penyimpanan dengan perlakuan
Faktor B (23, 30, 37 hari).
ulangan, hasil uji hedonik ditabulasikan
dalam suatu tabel, untuk dianalisis
dengan anova dan uji lanjutan
menggunakan Duncan’s Multiple Range Dianalisis :
Test (DMRT). 1. Nilai gizi (kadar protein, kadar
lemak)
Prosedur kerja pembuatan telur asin 2. Nilai organoleptik (warna, rasa,
aroma, tekstur)
modifikasi Warisno (2005) untuk satu kali
ulangan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan


penelitian

37
Vol 9 No 1 KADAR PROTEIN

HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi pematangan produk, biasanya


setelah 5-7 jam pengasapan berlangsung.
Kadar Protein
Telur asin asap yang telah disimpan
Rata-rata kadar protein telur asin dari 23 hari (B1), 30 hari (B2) dan 37 hari
asap berdasarkan perhitungan berat (B3), tidak mempengaruhi kadar protein
kering (BK) pada lama pengasapan (faktor yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh
A) dan lama penyimpanan (faktor B) yang sempurnanya proses pengasapan
berbeda terlihat pada Tabel 1. Hasil terhadap telur asin karena komponen-
analisis keragaman menunjukkan bahwa komponen asap yang menempel pada
tidak terdapat interaksi antara lama kerabang telur bersifat sebagai antibakteri.
pengasapan telur asin asap menggunakan Komponen asap tersebut berasal dari hasil
bahan bakar sabut kelapa (faktor A) pembakaran sabut kelapa. Yefrida dkk.
dengan lama penyimpanan (faktor B) (2008) menjelaskan bahwa komponen asap
terhadap kadar protein telur asin asap. hasil pembakaran sabut kelapa terdiri dari
Hasil uji lanjut Duncan’s terhadap faktor A fenol 25,99%, asam asetat 42,00% yang
menunjukkan bahwa lama pengasapan berfungsi sebagai antoksidan dan
mempengaruhi kadar protein masing- antibakteri. Fenol yang terkandung dari
masingnya, dimana semakin lama hasil pembakaran sabut kelapa sangat
pengasapan akan menurunkan kadar tinggi. Adawyah (2008) menambahkan
protein dari telur asin asap. bahwa adanya senyawa fenol dalam
Kadar protein tertinggi terdapat senyawa asap bersifat bakteriostatik yang
pada lama pengasapan 8 jam (A1), hal ini tinggi sehingga menyebabkan bakteri
disebabkan karena hasil pembakaran tidak berkembang biak, fungisidal
sabut kelapa yang menghasilkan asap dan sehingga jamur tidak tumbuh. Berbeda
uap panas yang berkisar antara 70-80°C tidak nyatanya hasil kadar protein
telah mematangkan produk dimulai pada terhadap lama penyimpanan sesuai
lama pengasapan 7 jam, sehingga dengan hasil penelitian Marasabessy
pemanasan 8 jam dengan interval waktu 1 (2007), bahwa kadar protein berbeda tidak
jam dapat mempertahankan kadar protein nyata pada produk ikan tongkol asap dan
telur asin asap paling tinggi. Dijelaskan juga hasil dari penelitian Maruddin (2004)
oleh Adawyah (2008) bahwa pengasapan pada produk daging sapi asap.
dilakukan tiga tahap, pada tahap ketiga

Tabel 1. Rataan kadar protein telur asin asap (berat kering) dengan bahan bakar sabut kelapa (%)
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 52,83 50,31 43,82 48,99 A
A2 (10 jam) 46,90 42,17 40,25 43,10 B
A3 (12 jam) 40,32 40,24 38,92 39,82 C
A4 (14 jam) 34,16 36,90 34,74 35,27 D
Rata-rata 43,55 42,40 39,43
KK (%) 7,81
Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda sangat nyata (P<0,01)
A1 : pengasapan 8 jam , A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1 : penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

38
NOVIA, dkk Jurnal Peternakan

Kadar Lemak senyawa asap hasil pembakaran sabut


kelapa yakni 25,99%. Senyawa ini
Rataan kadar lemak telur asin asap
berperan dalam memberikan aroma dan
berdasarkan perhitungan berat kering
antioksidan.
(BK) pada lama pengasapan (faktor A) dan
lama penyimpanan (faktor B) yang Senyawa fenol yang terdapat dalam
berbeda terlihat pada Tabel 2. asap sabut kelapa mampu
mempertahankan lemak dari kerusakan.
Hasil analisis keragaman
Hal ini juga sejalan dengan penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat
Djaafar (2007) yang menyatakan bahwa
interaksi antara lama pengasapan dan
penambahan asap cair sebagai senyawa
penyimpanan telur asin asap
yang berperan sebagai antioksidan yaitu
menggunakan bahan bakar sabut kelapa,
fenol, menghasilkan telur asin dengan
namun, berpengaruh pada lama
kandungan lemak omega-3 lebih tinggi
pengasapan (faktor A) dan lama
dibandingkan tanpa asap cair.
penyimpanan (faktor B) terhadap kadar
lemak telur asin asap. Penyimpanan telur asin asap yang
berbeda berpengaruh terhadap kadar
Tabel 2 menunjukkan bahwa lama
lemak. Terlihat pada Tabel 2 bahwa lama
pengasapan (faktor A) mempengaruhi
penyimpanan yang baik terdapat pada
kadar lemak telur asin asap hasil
lama penyimpanan 37 hari (B3) dengan
penelitian. Penggunaan suhu interval 70-
kadar lemak 54,45% yang disebabkan oleh
80°C selama proses pengasapan terhadap
sempurnanya komponen asap yang
masing-masing perlakuan telur asin asap
melapisi kerabang telur, sehingga oksigen
akan meningkatkan kadar lemak yang
tidak dapat masuk maupun keluar.
terdapat pada kuning telur. Selama proses
Oksigen dikenal dapat menyebabkan
pengasapan interval waktu yang berbeda
oksidasi lemak. Hasil penelitian dari
yakni 8 jam (A1), 10 jam (A2), 12 jam (A3),
Djaafar (2007) menyatakan bahwa
dan 14 jam (A4) menggunakan suhu di
senyawa yang berperan sebagai
bawah 80°C memberikan pengaruh
antioksidan adalah fenol. Senyawa ini
terhadap perubahan kadar lemak pada
dapat menghambat oksidasi lemak
telur asin. Hal ini disebabkan oleh
dengan menstabilkan radikal bebas.
semakin lamanya telur kontak dengan
Kandungan senyawa fenol yang terdapat
asap panas bersuhu 80°C menyebabkan
pada sabut kelapa sangat tinggi. Yefrida
terjadinya perubahan setelah pengasapan
dkk. (2008) menerangkan bahwa
14 jam. Hal ini disebabkan oleh semakin
kandungan fenol yang terdapat pada
lama telur asin asap kontak dengan suhu
sabut kelapa 25,99% lebih tinggi dari
panas 80°C menyebabkan semakin
kandungan fenol tempurung kelapa yakni
kurangnya kadar air mengakibatkan total
19,9%.
solid meningkat, dengan meningkatnya
total solid maka kadar lemak turut Adapun berbeda nyatanya kadar
meningkat. lemak B1 dengan B2 dengan peningkatan
kadar lemak pada rataan lama
Adapun bahan bakar yang
penyimpanan (Faktor B) yakni dari lama
digunakan untuk pengasapan adalah
penyimpanan 23 hari (B1) ke lama
sabut kelapa. Salah satu kandungan atau
penyimpanan 30 hari (B2). Hal ini sesuai
senyawa asap yang dihasilkan yaitu fenol,
dengan hasil penelitian Maruddin (2004)
yang mengandung antioksidan
bahwa menurunnya kadar air dapat
memungkinkan meminimalisir pengaruh
meningkatkan total solid (kadar gizi) dari
bakteri yang menyebabkan oksidasi lemak
produk daging sapi asap. Kadar air
Ditambahkan oleh Yefrida dkk. (2008)
daging sapi asap semakin menurun
bahwa fenol yang terkandung dalam
seiring dengan peningkatan periode

39
Vol 9 No 1 KADAR PROTEIN

waktu penyimpanan (masa simpan). kehilangan bobotnya. Sejalan dengan hasil


Ditambahkan Wulandari (2004) bahwa penelitian Marabessy (2007) bahwa kadar
lama penyimpanan telur asin sangat nyata lemak cenderung meningkat selama
terhadap perubahan bobot telur, semakin penyimpanan terhadap ikan tongkol asap.
lama telur disimpan semakin besar

Tabel 2. Rataan kadar lemak telur asin asap (berat kering) dengan bahan bakar sabut kelapa (%)
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 42,77 45,19 49,49 45,82B
A2 (10 jam) 45,89 49,99 55,05 50,31AB
A3 (12 jam) 49,58 50,42 57,24 52,41AB
A4 (14 jam) 50,63 54,30 56,01 53,65A
Rata-rata 47,22b 49,97ab 54,45a
KK (%) 3,38
Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05)
A1 : pengasapan 8 jam , A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1 : penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

Nilai Organoleptik Hasil uji jarak berganda Duncan’s


menunjukkan bahwa nilai organoleptik
Warna untuk warna pada telur asin asap pada
Hasil rataan lama pengasapan telur lama pengasapan 8 jam tidak
asin asap dengan bahan bakar sabut mempengaruhi pengasapan 10 jam, dan
kelapa dan penyimpanan terhadap nilai pengasapan 12 jam tidak mempengaruhi
organoleptik untuk warna terlihat pada pengasapan 14 jam. Nilai rata-rata untuk
Tabel 3. lama pengasapan dapat dilihat berkisar
antara 2,92 sampai 3,36, hal ini
Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan nilai rataan tertinggi
bahwa tidak terdapat interaksi antara berada pada lama pengasapan 10 jam
lama pengasapan (faktor A) dengan bahan (A2) yaitu 3,36 yang menentukan bahwa
bakar sabut kelapa dan lama hasil tersebut disukai oleh panelis. Rataan
penyimpanan (faktor B) terhadap warna nilai organoleptik untuk nilai warna yang
telur asin asap. Pada Tabel 3 terlihat dari terendah pada pada lama pengasapan 12
rata-rata nilai organoleptik untuk warna jam yaitu 2,92 dengan arti masih disukai.
telur asin asap untuk masing-masing Peningkatan ini terjadi akibat penyerapan
perlakuan mempunyai deskripsi warna senyawa yang terdapat pada asap hasil
kuning pada telur yang sedikit mengkilap dari proses pembakaran sabut kelapa
dan warna putih yang agak sedikit mulai diserap oleh telur yang dapat
kecoklatan. Pada pengasapan 8 jam (A1) merubah sebagian besar dari produk.
sampai 10 jam (A2) produk telur asin yang Pada proses pengasapan selanjutnya yaitu
diasapi belum menunjukkan perubahan, pada lama pengasapan 14 jam (A4) tidak
setelah pengasapan yang ke 12 jam (A3) menunjukkan perubahan dari
produk mulai menampakkan perubahan penampakan warna yang telah berubah
warna dan diikuti dengan pengasapan 14 dari lama pengasapan 12 jam (A3). Selama
jam (A4) perubahan warna pada produk pengasapan pada putih telur menjadi agak
tidak berbeda dari pengasapan A3. kecoklatan yang disebabkan oleh

40
NOVIA, dkk Jurnal Peternakan

Tabel 3. Rataan nilai organoleptik warna telur asin asap dengan bahan bakar sabut kelapa
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 3,42 3,20 3,45 3,35A
A2 (10 jam) 3,42 3,17 3,50 3,36A
A3 (12 jam) 3,27 3,12 2,37 2,92B
A4 (14 jam) 3,17 3,02 2,70 2,96B
Rata-rata 3,32 3,13 3,00
KK (%) 8,40
Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05)
A1 : pengasapan 8 jam, A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1 : penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

komponen asap yang masuk ke dalam Rasa


telur yaitu senyawa karbonil dan fenol. Hasil rataan lama pengasapan telur
Menurut hasil penelitian Suhaili dkk. asin asap dengan bahan bakar sabut
(2010) proses pengasapan dingin akan kelapa dan penyimpanan terhadap nilai
memberikan warna coklat pada produk, organoleptik rasa terlihat pada Tabel 4.
hal ini disebabkan oleh kandungan
karbonil. Ditambahkan hasil penelitian Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Yefrida dkk. (2008) bahwa kandungan lama pengasapan tidak mempengaruhi
karbonil asap dari sabut kelapa lama peyimpanan terhadap rasa telur asin
mempunyai persentase yang cukup tinggi asap pada masing-masing perlakuan.
dan berperan dalam pewarnaan. Pengaruh Hasil rata-rata lama pengasapan dari A1
pengasapan dingin juga berperan penting sampai A4 yang terdapat pada Tabel 4
dalam penyerapan senyawa-senyawa asap berturut-turut 3,49, 3,53, 3,47, 3,42. Hal ini
yang dapat merubah warna dari produk, menyatakan bahwa pengaruh lama
hal ini karena proses pematangan yang pengasapan dinilai disukai oleh panelis
cukup memakan waktu sehingga proses karena rasa yang tidak begitu asin, gurih
penyerapan warna dapat terjadi. karena pengaruh komponen asap yang
memberikan sedikit gurih pada rasa telur
Lama penyimpanan tidak asin asap.
mempengaruhi nilai warna dengan rataan
3,32, 3,13, 3,00 masing-masing untuk Lama penyimpanan dari B1 sampai
penyimpanan 23 hari (B1), 30 hari (B2), 37 B3 pada Tabel 4 berturut-turut 3,50, 3,49,
hari (B3) dengan arti disukai oleh panelis, 3,44, yang artinya produk disukai oleh
hal ini disebabkan oleh penyerapan panelis. Berdasarkan kisaran rata-rata nilai
senyawa komponen-komponen asap organoleptik untuk rasa pada masing-
selama pengasapan oleh telur asin asap masing perlakuan yang disukai oleh
dapat menghambat kerusakan komposisi panelis dapat menentukan bahwa kualitas
produk oleh bakteri. Secara visual faktor telur asin asap belum mengalami
warna merupakan hal yang sangat perubahan yang berarti dengan lama
menentukan mutu bahan suatu pangan. pengasapan (faktor A) dan lama
Suatu bahan pangan yang bernilai gizi penyimpanan (faktor B) yang dilakukan.
tinggi, enak dan tekstur yang sangat baik Selama proses pengasapan tidak menutup
tidak akan dimakan apabila memiliki kemungkinan bahwa sejumlah senyawa
warna yang tidak baik. asap dapat masuk ke dalam telur asin
sehingga memberikan cita rasa yang khas

41
Vol 9 No 1 KADAR PROTEIN

dan disukai oleh beberapa panelis. komponen asap yang mempengaruhi cita
Berbeda tidak nyatanya telur asin asap rasa paroduk adalah senyawa karbonil
dengan lama pengasapan dan dan asam. Menurut Yefrida dkk. (2008)
penyimpanan yang berbeda disebabkan senyawa golongan karbonil dan asam
oleh tidak adanya komponen berbahaya yang terdapat dalam asap sabut kelapa
lain yang mempengaruhi rasa, masuk ke dengan persentase yang cukup tinggi dan
dalam telur sehingga rasa dari telur asin berperan dalam citarasa produk. Hasil
asap hampir sama. Hasil penelitian Novia penelitian dari Djaafar (2007)
dan Melia (2010) uji formaldehid telur asin menambahkan bahwa fenol yang
asap adalah negatif. terkandung pada senyawa asap dengan
titik didih rendah merupakan antioksidan
Selama pengasapan terjadi
sehingga dapat menghambat oksidasi
penambahan cita rasa pada produk yang
lemak dan efektif mencegah kehilangan
disebabkan oleh komponen asap yang
cita rasa akibat oksidasi lemak.
berinteraksi dengan produk. Adapun

Tabel 4. Rataan nilai organoleptik rasa telur asin asap dengan bahan bakar sabut kelapa
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 3,52 3,50 3,45 3,49
A2 (10 jam) 3,57 3,53 3,50 3,53
A3 (12 jam) 3,40 3,60 3,42 3,47
A4 (14 jam) 3,52 3,35 3,40 3,42
Rata-rata 3,50 3,49 3,44
KK (%) 5,50
Keterangan : A1: pengasapan 8 jam , A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1 : penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

Aroma
menghasilkan senyawa fenol, senyawa ini
Hasil rataan lama pengasapan telur berperan dalam memberikan aroma.
asin asap dengan bahan bakar sabut
Pada Tabel 5 dapat dilihat kisaran
kelapa dan penyimpanan terhadap nilai
rata-rata aroma untuk lama pengasapan
organoleptik untuk aroma dapat dilihat
berkisar antara 2,63 sampai dengan 2,80
pada Tabel 5. Hasil analisis keragaman
dan lama penyimpanan berkisar dari 2,61
menunjukkan bahwa lama pengasapan
sampai dengan 2,86. Hal ini menerangkan
telur asin menggunakan bahan bakar
bahwa rata-rata tingkat nilai kesukaan
sabut kelapa tidak mempengaruhi lama
panelis menyatakan agak suka terhadap
pengasapan. Penyerapan aroma asap yang
aroma khas yang terkandung pada telur
dimulai sejak proses pengasapan awal A1
asin asap. Tidak terlalu tingginya
dan tidak mengalami perubahan sampai
penilaian aroma disebabkan oleh aroma
pada lama pengasapan A4. Penyerapan
yang dihasilkan dari asap hasil
aroma pada telur asin asap disebabkan
pembakaran sabut kelapa tidak sebagus
oleh adanya senyawa fenol yang terserap
yang berasal dari asap hasil pembakaran
oleh produk sebelum penutupan pori-pori
kayu keras.
pada kerabang telur oleh komponen asap
lainnya sehingga ketengikan dan bau amis Nilai rata-rata lama pengasapan
pada telur dapat diminimalisir. Menurut yang hampir sama dengan lama
hasil penelitian Yefrida dkk. (2008) hasil penyimpanan. Hal ini karena perubahan
pirolisis lignin dari sabut kelapa akan yang dialami produk dari lama

42
NOVIA, dkk Jurnal Peternakan

pengasapan awal yaitu pada A1 (8 Jam) dengan baik dan untuk lama pengasapan
penyerapan flavor atau aroma yang selanjutnya perubahan yang dialami oleh
khas telah terserap ke dalam produk produk tidak begitu besar atau non
signifikan.

Tabel 5. Rataan nilai organoleptik aroma telur asin asap dengan bahan bakar sabut kelapa
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 2,80 2,60 2,80 2,73
A2 (10 jam) 2,77 2,57 2,87 2,74
A3 (12 jam) 272 2,67 3,00 2,80
A4 (14 jam) 2,50 2,62 2,77 2,63
Rata-rata 2,70 2,61 2,86
KK (%) 8,80
Keterangan : A1: pengasapan 8 jam, A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1: penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

Tekstur
Hasil rataan lama pengasapan telur kelapa dan penyimpanan terhadap nilai
asin asap dengan bahan bakar sabut organoleptik untuk tekstur dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan nilai organoleptik tekstur telur asin asap dengan bahan bakar sabut kelapa
Lama Pengasapan Lama Penyimpanan (Faktor B)
Rata-rata
(Faktor A) B1 (23 hari) B2 (30 hari) B3 (37 hari)
A1 (8 jam) 3,27 3,20 3,02 3,16
A2 (10 jam) 3,35 3,05 2,85 3,08
A3 (12 jam) 3,37 3,07 2,77 3,07
A4 (14 jam) 3,12 2,85 2,80 2,92
Rata-rata 3,28A 3,04AB 2,86B
KK (%) 7,30
Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05)
A1 : pengasapan 8 jam, A2 : 10 jam, A3 : 12 jam, A4 : 14 jam
B1 : penyimpanan 23 hari, B2 : 30 hari, B3 : 37 hari

Hasil analisis keragaman Tabel 6 berturut-turut 3,16, 3,08, 3,07, 2,92,


menunjukkan bahwa pengasapan telur yang menunjukkan bahwa pengaruh lama
asin menggunakan bahan bakar sabut pengasapan dinilai disukai oleh panelis
kelapa tidak mempengaruhi pengasapan karena tekstur pada telur asin asap telah
(faktor A) namun, mempengaruhi lama mengalami pematangan akibat pemberian
penyimpanan (faktor B) terhadap nilai suhu panas dengan lama pengasapan
tekstur telur asin asap. Pada Tabel 6 yang dilakukan 8 jam, 10 jam, 12 jam, 14
terlihat bahwa lama pengasapan (faktor A) jam. Adawyah (2008) menjelaskan bahwa
berpengaruh terhadap tekstur telur asin pengasapan merupakan pengawetan
asap. Hasil rata-rata lama pengasapan dari dengan memanfaatkan kombinasi
A1 sampai A4 yang terdapat pada perlakuan pengeringan dan pemberian

43
Vol 9 No 1 KADAR PROTEIN

senyawa kimia alami hasil pembakaran DAFTAR PUSTAKA


bahan bakar alami.
Hasil uji lanjut Duncan’s menyatakan Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan
produk yang disimpan 23 hari (B1) dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
30 hari (B2) belum menampakkan
Dinas Perkebunan Rakyat Propinsi Sumatera
perubahan, selanjutnya pada Barat. 2009. Luas tanaman perkebunan
penyimpanan 37 hari (B3) produk telur kelapa menurut Kabupaten/Kota di
asin asap menunjukkan perubahan yang Sumatera Barat (Hektar). Badan Pusat
berbeda dari penyimpanan awal (B1). Statistik Sumatera Barat. Padang.
Terjadinya berbedaan tekstur dari telur
asin asap yang telah disimpan disebabkan Djaafar, TF. 2007. Telur Asin Omega-3 Tinggi.
oleh kandungan lemak dari telur asin Warta Penelitian dan Pengembangan
asap. Sesuai dengan pendapat Djaafar Pertanian. 29(4) : 4-5. http:
(2007) bahwa lemak dalam telur berfungsi www.pustaka-deptan.go.id. 01.54 am.
27/01/2010.
meningkatkan citarasa, memperbaiki
tekstur dan sebagai pembawa flavor. Kucukgulmez, A., A.E. Kadak and M. Celik.
2010. Fatty Acid Composition and
KESIMPULAN DAN SARAN Sensory Properties of Wels Catfish
(Silurus glanis) Hot Smoked with
Kesimpulan Different Sawdust Materials.
Hasil penelitian kajian pengasapan International Journal of Food Science &
Technology. 45(12) : 2645-2649.
dan penyimpanan yang berbeda tidak ada
interaksi untuk semua perlakuan, tidak
Marasabessy, I. 2007. Produksi asap cair dari
mempengaruhi rasa dan aroma, namun limbah pertanian dan penggunaannya
semakin lama pengasapan menurunkan dalam pembuatan Ikan Tongkol
kadar protein dan warna tetapi (Euthynnus affinis) asap. Institut
meningkatkan kadar lemak. Semakin lama Pertanian Bogor. Bogor
disimpan telur asin asap, kadar lemak
meningkat dan tektur menurun. Maruddin, F. 2004. Kualitas Daging Sapi Asap
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan pada Lama Pengasapan dan
perlakuan terbaik adalah pengasapan Penyimpanan. J. Sains & Teknologi.
ISSN 1411-4674. Agustus 2004. 4(2) : 83-
selama 8 jam dengan hasil analisis kadar
90.
protein 48,99%, kadar lemak 45,82%,
warna 3,35 (biasa), rasa 3,49 (suka), aroma Novia, D dan S. Melia. 2010. The Effect Time of
2,73 (biasa) dan tekstur 3,16 (biasa). Smooking Process and Storage of Smoking
Saran Salting Egg with Material Coco Fiber for
Water, pH, Bacterial Colony Forming and
Disarankan lama pengasapan telur Formaldehyde. Proceeding : International
asin asap sebaiknya selama 8 jam dan Seminar on Food and Agricultural
dapat disimpan sampai 37 hari. Sciences 2010. 16-17 Februari 2010.
AgriTech Press. ISBN 978-602-96301-0-7.
Bukittinggi-Indonesia. Hal : 243-246.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih Kami Suhaili, R., Diana dan Indrawati. 2010. The Use
of Liquid Smoke as an alternative to
sampaikan kepada Lembaga Penelitian
change Traditional Smoking Process on
Universitas Andalas atas penyediaan dana Bilih Fish (Mystacoleuseus padangensis)
DIPA (088/H.16/PL/DIPA/I/2009 that live in Singkarak Lake. Proceeding :
tanggal 2 April 2009) dan semua pihak International Seminar on Food and
yang telah membantu dalam penelitian Agricultural Sciences 2010. 16-17
ini. Februari 2010. AgriTech Press. ISBN

44
NOVIA, dkk Jurnal Peternakan

978-602-96301-0-7.Bukittinggi-Indonesia. Yefrida, Kasuma,Y.P., Silvianti, R., Lucia, N.,


Hal : 134-136. Refilda dan Indrawati. 2008. Pembuatan
Asap Cair dari Limbah Kayu Suren
Warisno. 2005. Membuat Telur Asin Aneka (Toona sureni), Sabut Kelapa dan
Rasa. Agro Media Pustaka, Jakarta. Tempurung Kelapa (Cocos nucifera
Linn). Jurnal Ris Kim. 1(2) : 187-191.
Wulandari, Z. 2004. Sifat Fisikokimia dan Total
Mikroba Telur Itik Asin Hasil Teknik
Penggaraman dan Lama Penyimpanan
yang Berbeda. Jurnal Media Peternakan.
27(2) : 38-45.

45

You might also like