You are on page 1of 8

STUDY VACUUM AND NON VACUUM PACKAGING ON THE QUALITY

OF FISH BALLS MALONG (Muarenesox talabon) DURING COLD

STORAGE TEMPERATURE (±50C)


By:
Zainuddin Nasution1),Mirna Ilza2),N Ira Sari2)
E-mail: Zainuddin.jnasution@Student.Unri.ac.id

ABSTRACT

A Study vacuum and non vacuum packaging on the quality of fish balls malong
(Muarenesox talabon) during cold storage temperature (±50C), has been carried out in
June-July 2016. This research aim to understand the different of vacuum and non
vacuum packaging on the quality of fish balls malong (Muarenesox talabon) during
cold storage temperature (±50). The method used is an experimental method that
perform method processing comperative malong fish balls are packed in a vacuum and
non vacuum during cold storage temperature (±50C). The treatment in this study is a
vacuum and non vacuum packaging. Meanwhile, as replication is the shelf life of
0,7,14,21 and 28 days, with the number of experimental units is 7 units. Parameter
test in the organoleptic (appearance, aroma, flavour, and texture), chemical analysis
(water and fat), and analysis of total plate count test (TPC). Furthermore, the data were
analyzed using t-test. Treatment of the best views of the organoleptic test are on
treatment with a value of such a vacuum packaging appearance value (5,55), aroma
(5,11), flavour (4,66), texture (5,68), with a water content (59,13%), fat content
(2,31%), ( TPC 5,20 cfu/gram).

Keywors: Meatball, Muarenesox talabon, vacum package and non vacum package,
quality

1
Student of Faculty of Fisheries and Marine Science University of Riau
2
Lecture of Faculty of Fisheries and Marine University of Riu
STUDI PENGEMASAN VAKUM DAN NON VAKUM TERHADAP MUTU
BAKSO IKAN MALONG (Muarenesox talabon) SELAMA PENYIMPANAN
SUHU DINGIN (±50C)
Oleh:
Zainuddin Nasution1),Mirna Ilza2),N Ira Sari2)
E-mail: Zainuddin.jnasution@Student.Unri.ac.id

ABSTRAK

Studi pengemasan vakum dan non vakum terhadap mutu bakso ikan malong
(Muarenesox talabon) selama penyimpanan suhu dingin (±50C), telah dilakukan pada
bulan juni-juli 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengemasan
vakum dan non vakum terhadap mutu bakso ikan malong (Muarenesox talabon) selama
penyimpanan suhu dingin (±50C). Metode yang digunakan adalah metode eksperimen
comperative yaitu melakukan pengolahan bakso ikan malong yang di kemas secara
vakum dan non vakum selama penyimpanan suhu dingin (±5 0C). Perlakuan dalam
penelitian ini adalah pengemasan vakum dan non vakum. Sedangkan, sebagai ulangan
adalah masa simpan 0,7,14,21 dan 28 hari, dengan jumlah unit percobaan adalah 7 unit.
Prameter yang di uji adalah organoleptik (rupa, aroma, rasa dan tektur), analisis kimia
(air dan lemak) dan analisis Total Plate Count (TPC). Selanjutnya data yang diperoleh
dianalisis menggunkan uji-t. Perlakuan terbaik dilihat dari uji organoleptik adalah pada
perlakuan pengemasan vakum dengan nilai rupa (5,55), aroma (5,11), rasa (4,66),
tekstur (5,68), dengan nilai kadar air (59,13%), kadar lemak (2,31%,), (TPC 5,20
cfu/gram).

Keywors: Bakso, ikan malong, pengemasan vakum dan non vakum, mutu
1
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universits Riu
PENDAHULUAN ketiadaan udara dalam proses penyimpanan,
maka kerusakan akibat oksidasi dapat
Ikan malong (Muarenesox dihilangkan sehingga kesegaran produk akan
Talabon) merupakan ikan hasil tangkapan lebih bertahan 3 - 5 kali lebih lama daripada
laut dan banyak terdapat di daerah Selat produk yang yang disimpan dengan
Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, nonvakum (Jay, 1996).
Provinsi Riau dan produksi ikan malong pada Pengemasan nonvakum adalah
tahun 2013 lebih kurang 2,8 ton (Suprianto, pengemasan biasa, kelemahan metode masa
2015). Ikan malong juga memiliki potensi simpan ini adalah ada kemungkinan sealing
pasar yang cukup baik, karena selain dijual yang kurang sempurna, masih ada celah
kepada konsumen dan juga diekspor ke luar sehingga udara atau uap air dapat masuk,
negeri. Ikan malong dapat dikonsumsi dalam karena heat sealer dioperasikan secara
bentuk segar, awetan, dan olahannya adalah manual (Rahmadana, 2013).
ikan malong goreng, ikan asap, abon dan Berdasarkan uraian di atas, maka
lain-lainnya (Suhaeri, 2008). penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Masyarakat pada umumnya tentang pengaruh pengemasan vakum dan
mengkonsumsi ikan malong dalam keadaan nonvakum terhadap mutu bakso ikan malong
segar dan masih sedikit dimanfaatkan untuk (Muarenesox talabon) selama penyimpanan
pengeringan, pengasapan, dan lain-lain. Pada suhu dingin (±50).
saat musim ikan malong akan melimpah
dipasaran dengan daya beli masyarakat yang METODE PENELITIAN
tetap sehingga menyebabkan nilai ekonomis
ikan malong tersebut akan menurun, maka Bahan utama yang digunakan dalam
dari itu adanya diversifikasi pemanfaatan pembuatan bakso adalah daging ikan malong,
ikan malong perlu dilakukan dalam bentuk tepung sagu, tepung tapioka, dan bumbu-
olahan seperti bakso. bumbu (bawang merah, bawang putih,
Menurut Suprianto (2015), tentang garam, telur, merica, plastic HDPE dan
pembuatan bakso ikan malong dengan bahan penyedap rasa). Bahan yang digunakan untuk
pengikat berbeda menunjukkan bahwa analisis adalah asam sulfat pekat, Cu
kombinasi 50% tepung tapioka dan 50% kompleks, aquades, indikator pp, natrium
tepung sagu sebagai bahan pengikat klorida, natrium hidroksida, pelarut dielit
memberikan hasil tebaik, tetapi belum eter, indikator campuran (metilen merah-
diketahui masa simpan bakso tersebut. Untuk biru), asam klorida.
itu perlu dilakukan studi mengenai masa Alat-alat yang digunakan yaitu
simpan menggunakan sistem pengemasan talenan, blender, sendok, baskom, panci,
vakum dan non vakum terhadap bakso ikan kompor, timbangan, telenan, pisau, lap,
malong tersebut. mangkuk, saringan, plastik PP, kulkas, dan
lain-lain, sedangkan alat analisis proksimat
Untuk mempertahankan mutu bakso antara lain labu ukur, erlenmeyer, cawan
ikan malong perlu dilakukan dengan porselin, soxlet, oven, timbangan analitik,
pengemasan. Ada 2 Metode pengemasan cawan petri, labu kjeldahl, tabung reaksi,
produk yang dikenal yaitu vakum dan non kertas saring, kompor listrik
vakum.
Pengemasan vakum adalah sistem Metode yang digunakan dalam
pengemasan hampa udara dimana penelitian ini adalah eksperimen
tekanannya kurang dari 1 atm dengan cara comperative, yaitu melakukan pengolahan
mengeluarkan O2 dari proses masa simpan, bakso ikan malong yang di kemas secara
sehingga memperpanjang umur simpan. vakum dan non vakum selama penyimpanan
Proses pengemasan vakum ini dilakukan suhu dingin (±50C). Perlakuan dalam
dengan cara memasukkan produk ke dalam penelitian ini adalah pengemasan vakum dan
kemasan plastik yang diikuti dengan non vakum. Sedangkan, sebagai ulangan
pengontrolan udara menggunakan mesin adalah masa simpan 0,7,14,21 dan 28 hari,
pengemas vakum (Vacum Packager), dengan jumlah unit percobaan adalah 7 unit.
kemudian ditutup dan disealer. Dengan Prameter yang di uji adalah
organoleptik (rupa, aroma, rasa dan tektur),
analisis kimia (air dan lemak) dan analisis ikan. Namun demikian penurunan nilai rupa
Total Plate Count (TPC). Selanjutnya data selama penyimpanan diduga akibat
yang diperoleh dianalisis menggunkan uji – t. terbentuknya pigmen metmioglobin yang
berwarna coklat. Sedangkan pada bakso ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang dikemas non vakum penurunan nilai
Nilai rupa rupa akan cepat terjadi karena peran oksigen
Nilai rupa bakso ikan malong yang akan memungkinkan terjadinya reaksi kimia
dikemas dalam kemasan vakum dan non sehingga dapat menaikkan jumlah mikroba
vakum (Gambar 1) menurun selama dan menyebabkan terjadinya denaturasi
penyimpanan suhu dingin, Nilai rupa bakso heme serta dekomposisi dan polimerisasi
ikan malong yang dikemas vakum masih bisa gula dan lemak bakso ikan.
diterima sampai batas akhir penelitian (14 Rupa atau warna merupakan suatau
hari) akan tetapi bakso ikan yang dikemas parameter yang penting pada makanan baik
dalam non vakum mencapai batas penolakan itu makanan yang dilalui proses
pada hari ke (14). pembauatannya maupun yang tidak melalui
suatu proses pembuatan. Rupa atau warna
108.67 dapat memberikan informasi atau petunjuk
9 8.22 mengenai kondisi suatu makanan apakah
8 terjadi perubahan kimia dalam makanan
7 6.05 6.33 tersebut (Mustain, 2002).
Nilai rupa

6
4.55 Nilai aroma
5
4 3.22 Nilai aroma bakso ikan malong yang
2.44 dikemas dalam kemasan vakum dan non
3
2 1.33
1 vakum (Gambar 2) menurun selama
1 penyimpanan suhu dingin, Nilai aroma bakso
0 ikan malong yang dikemas vakum dan non
0 7 14 21 28 35 vakum mencapai batas penolakan pada hari
ke (14).
Lama Penyimpanan (hari)
9 8.17 8.22

vakum nonvakum 8
7
5.44
Gambar 1. Nilai rupa bakso ikan malong 6 4.89
dalam kemasan vakum dan non
Nilai aroma

5 3.78
vakum selama penyimpanan 4 3.33
suhu dingin ( ±50C). 3 2
Hasil analisis uji-t nilai mutu rupa, 2 1
pada bakso ikan malong dalam kemasan 1
vakum dan non vakum selama penyimpanan 0
suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (0,309) < 0 7 14 21 28 35
dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat Lama penyimpanan (hari)
kepercayaan 95% sehingga hipotesis
diterima dan tidak berbeda nyata. vakum nonvakum
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa semakin lama penyimpanan maka Gambar 2. Nilai aroma bakso ikan malong
nilai rupa suatu produk akan mengalami dalam kemasan vakum dan non
penurunan. penurunan nilai rata – rata rupa vakum selama penyimpanan
bakso ikan malong dalam kemasan vakum suhu dingin ( ±50C).
lebih rendah dibandingkan dengan yang
dikemas non vakum. Hasil analisis uji-t nilai mutu aroma,
Hal ini disebabkan karena produk pada bakso ikan malong dalam kemasan
yang dikemas vakum tidak adanya peranan vakum dan non vakum selama penyimpanan
oksigen (O2) dalam perubahan rupa bakso suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (2,148) >
dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat Hasil analisis uji-t nilai mutu rasa,
kepercayaan 95% sehingga hipotesis ditolak pada bakso ikan malong dalam kemasan
dan berbeda nyata. vakum dan non vakum selama penyimpanan
Dari hasil penelitian dapat dilihat suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (2,4373) >
bahwa panelis lebih menyukai aroma bakso dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat
ikan malong pada perlakuan yang dikemas kepercayaan 95% sehingga hipotesis ditolak
vakum. Dan dari hasil penelitian dapat dilihat dan berbeda nyata.
bahwa panelis lebih menyukai aroma bakso Dari hasil penelitian dapat dilihat
ikan malong pada perlakuan yang dikemas bahwa panelis lebih menyukai rasa bakso
vakum karena pada perlakuan ini lebih tahan ikan malong pada perlakuan yang dikemas
lama dan pertumbuhan bakteri lumayan vakum, karena pada perlakuan ini lebih tahan
lambat sehingga aroma khas bakso ikan tetap lama dan pertumbuhan bakteri lumayan
terjaga dibandingkan dengan yang dikemas lambat sehingga rasa khas bakso ikan tetap
dalam bentuk non vakum lebih cepat terjaga dibandingkan dengan yang dikemas
ditumbuhi bakteri sehingga aroma yang dalam bentuk non vakum pertumbuhan
dihasilkan berubah menjadi tengik. Kemasan bakteri lebih cepat sehingga rasa yang di
juga berpengaruh menjaga ketahanan aroma hasilkan berubah. Pengemasan vakum dan
pada bakso, yaitu mempertahankan aroma non vakum mepengaruhi rasa pada bakso
khas bakso ikan. ikan hal ini terjadi, karna terjadi penguapan
Peranan aroma dalam suatu produk udara pada kemasan yang merubah rasa khas
pangan sangatlah penting karena turut bakso ikan.
menentukan daya terima konsumen terhadap pada setiap perlakuan di
produk tersebut. Aroma tidak hanya tambahkan bahan tambahan atau penyedap
ditentukan oleh suatu kompenen, tetapi rasa merica, garam, bawang merah, bawang
merupakan perpaduan dari bahan-bahan putih. Rasa merupakan faktor penting untuk
pembentuknya (Hunaefi, 2002). menentukan diterima atau tidaknya suatu
Nilai rasa produk makanan. Walaupun semua
Nilai rasa bakso ikan malong yang parameter normal, tetapi tidak diikuti oleh
dikemas dalam kemasan vakum dan non rasa yang enak maka makanan tersebut tidak
vakum (Gambar 3) menurun selama akan diterima oleh konsumen atau panelis.
penyimpanan suhu dingin, Nilai rasa bakso Rasa lebih banyak melibatkan indera
ikan malong yang dikemas vakum dan non pengecap (Winarno, 1997).
vakum mencapai batas penolakan pada hari
ke (14). Nilai tekstur
9 8.33 Nilai tekstur bakso ikan malong yang
8
dikemas dalam kemasan vakum dan non
6.67 vakum (Gambar 4) menurun selama
7
5.55 penyimpanan suhu dingin, Nilai tekstur
6 bakso ikan malong yang dikemas vakum dan
Nilai rasa

5 4.33
non vakum masih bisa diterima sampai akhir
4 3.33 penelitian (14 hari) dan mencapai batas
2.99
3 1.78
penolakan pada hari ke (21).
2 1
1
0
0 7 14 21 28 35
Lama penyimpanan (hari)
vakum nonvakum

Gambar 3. Nilai rasa bakso ikan malong


dalam kemasan vakum dan non
vakum selama penyimpanan
suhu dingin ( ±50C).
108.67 63 62.44 62.53
9 62.5
7.55 61.66
8 62

Nilai air (%)


6.33 61.5
7 5.78 61
Nilai tekstur

5.33 60.33
6 60.5
5 59.66
3.67 60 59.32 59.22
4 59.5 58.86
2.22 59 58.63
3
1.44 58.5
2 1
58
1
0 7 14 21 28 35
0
0 7 14 21 28 35 Lama penyimpanan (hari)
Lama penyimpanan (hari)
vakum nonvakum
vakum nonvakum
Gambar 5. Nilai kadar air (%) bakso ikan
Gambar 4. Nilai tekstur bakso ikan malong malong dalam kemasan vakum
dalam kemasan vakum dan non dan non vakum selama
vakum selama penyimpanan penyimpanan suhu dingin (±50C).
suhu dingin ( ±50C). Hasil analisis uji-t nilai mutu kadar
Hasil analisis uji-t nilai mutu tekstur , air, pada bakso ikan malong dalam kemasan
vakum dan non vakum selama penyimpanan
pada bakso ikan malong dalam kemasan suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (3,949) >
vakum dan non vakum selama penyimpanan dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat
suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (2,369) > kepercayaan 95% sehingga hipotesis ditolak
dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat dan berbeda nyata.
kepercayaan 95% sehingga hipotesis ditolak Kadar air sangat penting untuk diuji
dan berbeda nyata. karena berkaitan dengan pertumbuhan
Tekstur mempunyai peranan penting mikroorganisme. Penurunan kadar air bahan
pada daya terima makanan. Penilaian (aw) dapat menghindarkan bahan pangan dari
terhadap tekstur antara lain dengan cara
kerusakan pertumbuhan mikroorganisme.
menilai kehalusan dan kekenyalan terhadap
produk yang dihasilkan dan merupakan salah Selain itu kadar air berpengaruh terhadap
tekstur bakso ikan. Jumlah kadar air
satu parameter yang merupakan kombinasi selanjutnya menentukan kualitas proses
dari keadaan fisik suatu makanan dan
diindera oleh sentuhan penglihatan dan pengemasan dan penyimpanan (Widianarko,
2006).
perabaan (Carpenter et al, 2000).
Kadar air Kadar Lemak
Nilai kadar air (%) bakso ikan malong Nilai kadar lemak (%) bakso ikan
yang dikemas dalam kemasan vakum dan malong yang dikemas dalam kemasan vakum
non vakum menurun selama penyimpanan dan non vakum menurun selama
suhu dingin dapat dilihat pada (Gamabar 5). penyimpanan suhu dingin dapat dilihat pada
Nilai kadar air bakso ikan malong yang (Gamabar 6).
dikemas vakum mengalami penurunan yaitu
59,32-58,63%. Akan tetapi pada pengemasan
non vakum mengalami kenaikan yaitu 60,33-
62,53%.
3.5 3.04 (Gambar 7). Nilai TPC bakso ikan malong
2.9 2.95
3 2.75 2.67 yang dikemas vakum dan non vakum pada
2.43 2.45
2.5 2.15 hari ke 14 yaitu vakum 5,22 log Cfu/gram
1.85 dan non vakum 5,42 log Cfu/gram.
Nilai lemak (%)

2 Berdasarkan nilai TPC pada SNI 01-3819-


1.5 1995 untuk produk bakso ikan yaitu 1,0x105
1 Cfu/gram yang sama dengan 5,00 log
0.5
Cfu/gram, maka produk bakso ikan malong
pada hari 14 secara microbiologis sudah
0 ditolak.
0 7 14 21 28 35
Lama penyimpanan (hari) 8 7.32
7.36 7.45
7.46

Nilai TPC (Cfu/ gram)


vakum nonvakum 7
5.42
6 5.22
5 4.41
Gambar 6. Nilai kadar lemak (%) bakso ikan 3.31
42.53
malong dalam kemasan vakum 2.68
dan non vakum selama 3
penyimpanan suhu dingin 2
(±50C). 1
Hasil analisis uji-t nilai mutu kadar 0
lemak (Lampiran 8), pada bakso ikan malong 0 7 14 21 28 35
dalam kemasan vakum dan non vakum
selama penyimpanan suhu dingin, yaitu Lama Penyimpanan (hari)
dimana t-hitung (1,021) < dari pada t- tabel
(2,132), pada tingkat kepercayaan 95% vakum nonvakum
sehingga hipotesis diterima dan tidak
berbeda nyata. Gambar 7. Nilai TPC (Cfu/gram) bakso ikan
Nilai kadar lemak sangat erat kaitannya malong dalam kemasan vakum
dengan nilai kadar air. Semakin tinggi nilai dan non vakum selama
kadar air bakso ikan malong akan membuat penyimpanan suhu dingin
nilai lemak semakin rendah. Karena pada saat (±50C).
pembuatan bakso ikan malong, lama Hasil analisis uji-t nilai mutu TPC,
pencucian daging ikan malong dan juga pada pada bakso ikan malong dalam kemasan
saat ikan akan dicairkan (thawing), maka vakum dan non vakum selama penyimpanan
nilai lemak juga akan berpengaruh. suhu dingin, yaitu dimana t-hitung (1,427) <
Hal ini sesuai dengan analisis variansi dari pada t- tabel (2,132), pada tingkat
yang menunjukkan bahwa perlakuan lama kepercayaan 95% sehingga hipotesis
pencucian daging ikan malong dan juga pada diterima dan tidak berbeda nyata.
saat ikan akan dicairkan (thawing), Jenis pengemasan yang berbeda
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai memberikan perbedaan nyata terhadap TPC
kadar lemak bakso kan malong pada tingkat bakso ikan malong yang disimpan selama
kepercayaan 95%. Wibowo (1995), penyimpanan suhu dingin, hal ini karena
menambahkan bahwa susutnya air maka setiap bahan pangan selalu mengandung
kadar protein dan lemak meningkat. Lemak mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda.
merupakan bagian dari ikan yang memiliki Pencemaran mikroba pada bahan pangan
nilai lebih sedikit dibandingkan dengan merupakan hasil kontaminasi langsung atau
protein. tidak langsung dengan sumber-sumber
pencemar mikroba, seperti tanah, air, debu,
Total plate count ( TPC ) saluran pencernaan dan pernapasan manusia
Nilai TPC (Cfu/gram) bakso ikan dan hewan.
malong yang dikemas dalam kemasan vakum Dalam batas-batas tertentu
dan non vakum menurun selama kandungan mikroba pada bahan pangan tidak
penyimpanan suhu dingin dapat dilihat pada banyak berpengaruh terhadap ketahanan
bahan panagan tersebut. Akan tetapi, apabila Jay. 1996. Modren food microbiology
kondisi lingkungan memungkinkan mikroba 44th edition. New York: D
untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, nostrand Compani.
maka bahan pangan akan rusak karenanya Mustamin, A. M. 2002. Mempelajari
(Dwidjoseputro, 2005). Penerimaan Bahan dan Proses
Kerusakan bahan pangan yang Pengemasan pada Produk
disebabkan oleh mikroorganisme terjadi Confetionary di PT. Sweet
akibat struktur seluler bahan pangan rusak Candy Indonesia (Skripsi).
sehingga mudah diserang mikroorganisme. Bogor: Fakultas Teknologi
Mikroorganisme akan memecah senyawa Pertanian Insitut Pertanian
kompleks menjadi senyawa sederhana agar Bogor.
disintesa yang pada akhinya akan
mempengaruhi perubahan tekstur,warna,bau, Rahmadana. 2013. Aanalisa Masa
dan rasa ( Buckle et al.,1987). Simpan Rendang ikan dalam
Fardiaz (1989), mengungkapkan kemasan Vakum selsma
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan suhu Ruang dan
pertumbuhan mikroorganisme antara lain Dingin. Skripsi Fakultas
meliputi faktor intrinsik dan factor pertanian.Universitas
eksterinsik, faktor proses, dan factor implisit. Hasanuddin. Makassar. 52-59
Faktor intrinsik meliputi PH, aktivitas air hal.
(aw), kemampuan mengoksidasi – reduksi, Suhaeri, S. 2008. Perkembangan Harga
kandungan nutrient, bahan antimikroba, dan Ikan Pada Proses Pemasaran.
struktur makanan. Faktor ekstrinsik yang Lembaga Penelitian Perikanan,
mempengaruhi pertumbuhan Jakarta.184 hal.
mikroorganisme adalah suhu penyimpanan, Suprianto. 2015. Proses pembuatan
kelembaban, tekanan gas (O2), cahaya dan bakso ikan malong
pengaruh sinar ultraviolet. (Muarenesox talabon) dengan
menggunakan bahan pengikat
DAFTAR PUSTAKA yang berbeda. Skripsi Program
Badan Satndarisasi Nasional. Study Teknologi Hasil
(BSN).1995a. Standar Nasional Perikanan Fakultas Perikanan
Indonesia. SNI 01-3819-1995. dan Ilmu Kelautan. Universitas
Bakso Ikan. Jakarta: Dewan Riau.
Standarisasi Nasional. Wibowo, S. 1995. Industri Pengasapan Ikan.
Buckle, K. A, Edward, R. A, Fleet, G. H Penebar Swadaya : Jakarta.
dan Wooton, M. 1987. Ilmu Widianarko, B., A. R. Pratiwi dan C.
pangan Terjemahan Purnomo Retnaningsih. 2006. Bahan Pangan
dan Adiono. Universitas Beku. http://panganplus.com/
Indonesia Press. Jakarata 365 hal. artikel.php?aid=17. Tanggal akses:
Carpenter dkk., 2000. Kualitas Fisik dan 15 Februari 2007.
Sensoris Daging. Gramedia Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Insitut Perikanan Bogor. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dwijoseputro. 2005. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Djambatan:
Malang.
Fardiaz, 1989. Mikrobiologi Pangan.
Pusat Antar Universitas.
Institut Pertanian Bogor. .
Hunaefi. 2002. Krakteristik Kimia dan
Fisika Tepung. Gramedia.
Jakarta.

You might also like