You are on page 1of 9

Jurnal Tekonologi Pertanian Volume 5, Nomor 2, Mei 2010

EFEK SUHU TERHADAP MOISTURE SORPTION ISOTHERM


DARI IKAN KERAPU (Epinephelus merra) ASIN KERING DAN
IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP

The Effect Of Temperature On Moisture Sorption Isotherm


Of Dried Salted Grouper (Epinephelus merra) and
Smoked Skipjack (Katsuwonus Pelamis L)

Albert R. Reo1)
1)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

ABSTRACT

Smoked and salted fish are a traditional processing that many


commercially practiced in centers of fishing activity in Indonesia. Free
water content known as water activity (Aw) is used to determine the
ability of water on the destruction process of food. Moisture sorption
isotherm (MSI) of a food product shows the balanced relationship
between the water content and the relative humidity (RH) at a certain
temperature. The purpose of this research is to determine the
adsorption and desorption isotherms of dried salted fish and smoked
skipjack. The MSI curve of dried salted fish and the effect of
temperature on the MSI curves of dried salted fish and smoked
skipjack is compared. Six concentrations of saturated salt solution in
the range of Aw 0.30 to 0.60 at 25˚C ± 2˚C and 10˚C ± 2˚C were
applied in this research. The data were analyzed using the randomized
block design arranged in factorial. Dried salted fish is more
hygroscopic when compared with smoked skipjack. Equilibrium
moisture content of dried salted fish and smoked skipjack were
influenced by temperature at 25˚C. The increase in temperature causes
smaller difference between adsorption and desorption curves.The
temperature did not significantly affect the equilibrium moisture
content but the process.

Keywords: Moisture sorption isotherm, dried salted fish, smoked fish,


grouper, skipjack.

PENDAHULUAN Pengolahan ikan asap


merupakan saah satu pengolahan
Ikan merupakan komoditi hasil tradisional yang mempunyai prospek
peikanan yang dikenal sebagai bahan baik ditinjau dari potensi yang
makanan yang mudah membusuk, tersedia, teknk yang sederhana,
dimana terutama disebabkan oleh kebutuhan modal yang relatif kecil,
kegiatan bakteri dan enzim. Sifat ini tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca
mengakibatkan ikan tidak dapat juga tidak tergantung pada spesies
dikonsumsi ditempat yang jauh dari dan ukuran ikan. Selain itu
tempat produksi, maka perlu mempunyai rasa yang dapat diterima
dilakukan usaha pengolahan yang oleh rakyat Indonesia pada umumnya,
termasuk juga pengawetan (Lakoro, dan disamping itu pengasinan dan
2009). pengeringan ikan juga salah satu

39
Efek Suhu Terhadap Moisture ......................... A. R. Reo

pengolahan tradisional yang banyak maupun penampakannya selalu


dipraktekkan secara komersial di disukai (Ruus, 2009).
pusat-pusat kegiatan perikanan di Moisture Sorption Isotherm
Indonesia (Adawyah, 2008). suatu produk makanan menunjukkan
Air di dalam bahan pangan hubungan antaran kadar air
terdapat dalam 3 bentuk yaitu: air keseimbangan dari makanan tersebut
bebas yang terdapat dipermukaan dengan tekanan uap air atau
benda dan mudah menguap; air terikat kelembaban relatif keseimbangannya
secara fisik yaitu air yang terikat pada suhu tertentu. Dimana mencakup
menurut sistem kapiler atau air proses adsorpsi dan desorpsi molekul-
adsorpsi, misalnya air yang terdapat di molekul air pada suhu tetap. Proses
jaringan tanama atau air diantara adsorpsi merupakan mobiitas molekul
struktur molekuler, serta air terikat air dari keadaan bebas ke keadaan
secara kimia yaitu air kristal, air polar, terikat dalam bahan, sedangkan proses
dan air terikat dalam sistem dispersi desorpsi merupakan mobilitas
(Muchtadi dkk., 2010). molekul-molekul air dari keadaan
Air yang terdapat dalam terikat ke keadaan bebas (Muchtadi
bentuk bebas dapat menyebabkan dkk., 2010).
terjadinya kerusakan bahan makan Menurut Sing dan Ojha dalam
baik secara mikrobiologis maupun Berhimpon (1990), pengukurn
ensimatis. Tetapi kadar air bukan keseimbangan kadar air penting untuk:
merupakan parameter yang absolut 1. mengetahui perubahan kadar air
untuk dapat dipakai meramalkan produk pada bermacam temperatur
kecepatan jerjadinya kerusakan bahan dan kondisi kelembaban relatif, 2.
makanan. Dalam hal ini dapat menentukan bats minimum kadar air
digunakan pengertian aktivitas air bahan yang dikeringkan.
(Aw) untuk menentukan kemampuan Moisture Sorption Isotherm
air dalam proses –proses kerusakan juga penting untuk mengetahui
bahan makanan (Muchtadi dan perubahan-perubahan selama
Ayustaningwarno, 2010). penyimpanan dan untuk penentuan
Aw mempunyai hubungan erat kebutuhan pengemasan bahan pangan
dengan kelembaban retatif udara yang kering (Muchtadi dkk., 2010).
adalah perbandingan antara tekanan Untuk meningkatkan mutu
uap di udara dengan tekanan uap air ikan asin kering dan ikan asap perlu
jenuh pada suhu yang sama, dimana penelitian-peneitian tentang cara
menunjukkan atmosfir disekeliling pengeringan dan pengemasan produk
material atau larutan. Nilai Aw akhir. Untuk itu data tetang moisture
menunjukkan sifat dari suatu larutan Sorption Isotherm dari produk tersebut
yatu perbandingan antara tekanan uap sangat diperlukan.
air dari larutan dengan tekanan uap air
murni pada suhu yang sama (Muchtadi METODOLOGI PENELITIAN
dan Ayustaningwarno, 2010).
Besar kecilnya Aw dapat Bahan dan Alat
disesuaikan untuk memperolah tingkat Bahan :
pengawetan yang lebih baik. Untuk Bahan yang digunakan dalam
setiap macam bahan pangan, peneltitian ini adalah ikan cakalang
perubahan Aw samapai pada keadaan (Katsuwonus pelamis L) asap dan ikan
yang paling sesuai (optimum) asin kering dari jenis ikan kerapu
bertujuan untuk mendapatkan bahan (Ephinephelus merra), yang dibeli di
pada kondisi yang baik sehingga Pasar Bersehati Manado. Bahan kimia
selama penyimpanan, baik isi, bentuk yang digunakan adalah enam macam
garam untuk mencakup kisaran nilai
Jurnal Tekonologi Pertanian Volume 5, Nomor 2, Mei 2010

Aw 0,30 – 0,86, pada temperatur 25OC pertumbuhan mikroorganisme dan


± 2OC dan 10OC 2OC. Tabel 2 pembusukkan sampel, dietakkan 1 ml
menunjukkan beberapa larutan garam toluen dalam botol kecil pada setiap
dan RH yang diberikannya dalam desikator yang mempunyai RH 60 %
keadaan jenuh, pada temperatur 25OC atau lebih. Karena toluen mudah
dan 10OC. Bahan kimia lainnya adalah menguap maka dapat ditambah jika
toluen dan vaselin. telah habis. Percobaan dilakukan pada
Alat : temperatur 25OC dan 10OC. Setiap
Alat yang digunakan dalam tujuh hari larutan diperiksa untuk
penelitian ini adalah oven, inkubator, memperoleh kepastian akan
desikator, botol gelas, pisau, sedok kejenuhannya. Berat sampel ditimbang
pengaduk, pinggan nilin, cawan petri, beberapa kali sampai tidak ada
gelas kimia, gelas ukur, tabung raksi, perubahan yang berarti (kurng dari
timbangan o’hause, bender, penjepit, 0,001 gram). Waktu keseimbangan ini
aluminium foil, lebel selotip, cawan diperkirakan antara tiga minggu
porselin, karet penghisap, pipet sampai lima minggu. Setelah
gondok. keseimbangan beratnya diperoleh,
masing-masing sempel dianalisa kadar
Tata Laksana Penelitian airnya.
a. Percobaan Adsorpsi Isotherm
Bagian kepala, ekor, kulit dan b. Percobaan Desorpsi Isotherm
tulang dari ikan yang akan diteliti Pada dasarnya percobaan
dibuan, kemudian ikan dipotong kecil desorpsi isotherm sama dengan
dan dimasukkan ke dalam botol gelas. percobaan adsorpsi isotherm, hanya
Contoh tersebut kemudian dikeringkan sampel yang digunakan dalam
dengan freeze dryer pada temperatur - keadaan awal/beku (tanpa
40OC dengan tekanan 0,44 kPa, dikeringkan). Bagi sampel yang
selama kurang lebih delapan jam. Ikan kering, untuk kelembaban yang tinggi
yang telah dikeringkan, digiling (70% atau lebih), dilakukan rehidrasi
sampai halus, kemudian masukkan ke dengan menggunakan air suling.
dalam botol gelas, disegel dan Dalam penelitian ini rehidrasi
selanjutnya disimpan dalam desikator dilakukan pada sampel ikan asin
yang berisi silika gel, sampai kering.
waktunya digunakan.
Desikator (diameter 15 cm)
diisi larutan garam jenuh yang HASIL DAN PEMBAHASAN
mempynyai RH tertentu sampai
setengah bagian dasarnya. Untuk Data Moistore Sorption
menjamin kejenuhannya, larutan- Isotherm dari ikan asin kering dan
larutan tersebut diberikan kristal ikan cakalang asap dapat dilihat pada
garam yang sesuai secara berlebihan Lampiran 1 dan 2 serta pada Gambar 1
(± 200 gram). Desikator yang telah sampai 14. Dari keseluruhan isotherm,
berisi larutan garam jenuh ditutup terlihat bahwa ikan asin kering bersifat
rapat dan diberi vaselin kemudian di lebih higroskopis bila dibandingkan
simpan sampai dengan waktunya akan dengan ikan cakalang asap.
digunakan. Keseimbangan kadar air dari ikan
kurang lebih 1 gram duplikat kering dan cakalang asap dapat
sampel diletakkan dalam Aw disk dipengaruhi oleh temperatur, Aw dan
yang telah diberikan nomor kode jenis bahan yang dikeringkan. Gambar
dengan menggunkan label dan 9, memperlihatkan bahwa pada
diletakkan dalam masing-masing tmperatur yang lebih tinggi
desikator. Untuk mencegah keseimbangan kadar air dari ikan asin
41
Efek Suhu Terhadap Moisture ......................... A. R. Reo

kering dan cakalang asap akan lebih dan desorpsi pada temperatur tertentu.
rendah. Untuk ikan asin peruahan Pada Aw yang sama, kadar air
kadar air lebih kritis dibandingkan seimbang pada proses desorpsi lebih
dengan ikan cakalang asap, dan terjadi besar dari pada proses adsorpsi. Pada
pada Aw sekitra 0,60 ke atas. penelitian ini gejala hesterisis untuk
ikan asin kering terlihat jelas pada Aw
Pengaruh Temperatur Terhadap sekitar 0,60 ke atas dan ika cakalang
Keseimbangan Kadar Air Bahan asp pada Aw 0,30 ke atas. Dengan
Pada temperatur 10OC, kurva menigkatkan temperatur, perbedaan
adsorpsi dan desorpsi ikan asin kering antara kurva adsorpsi dan desorpsi
dan cakalang asap lebih tinggi dari menjadi semakin kecil (Gambar 11
pada temperatur 25OC (Gambar 9 dan sampai 14). Keadaan ini sesuai hasil
10). Dengan kenaikan temperatur penelitian dari Altman dan Benson
pengurangan air akan semakin rendah. (1960) yang meneliti isothermal sorpsi
Ikan asin kering lebih higroskopis air, alkohol dan eter oleh suatu protein
dibandingkan dengan ikan cakalang yang terdenaturasi, Berhimpon (1990)
asap pada temperatur rendah. Hal ini yang meneliti Moisture Sorption
disebabkan pengaruh garam, akan Isotherm dari ikan asin kering dan
lebih mudah menyerap air dari udara Apituley (1991) yang meneliti MSI
sekitarnya pada temperatur yang dari ikan cakalang dan julung-julung
rendah. Caden dalam Apituley (1991) asap.
mengemukakan bahwa kebayakan
bahan pangan akan berkurang sfat
higroskopis jika temperatur dinaikan.
Hal ini juga dikemukakan olah Haynes
(1961) yang meneliti keseimbangan.
Kadar air gabah pada tiga tingkatan
suhu dan Berhimpon (1990) yang
meneliti MSI dari ian asin kering.
Adanya perubahan temperatur
berpengaruh terhadap perubahan
bentuk interaksi molekul air dalam
bahan makanan pangan. Hal tersebut Gambar 1. Grafik Adsorpsi Dari
dijelaskan oleh Rockland dan Nishi Ikan Asin Kering Pada
dalam Taib dkk. (1988), bahwa Temperatur 10OC
perubahan tersebut disebabkan oleh
adanya perubahan energi ikatan
molekul air.
Ikatan hidrogen mempermudah
kemungkinan interaksi berantai di
antara moekul-molekul air, sehingga
membentuk semacam polimer moleku
air. Kecendrungan berpoimerisasi
tersebut, akan menyebabkan molekul
air dapat teradsorpsi olah bahan
pangan sempai pada bagian yang
paling jauh. Gambar 2. Grafik Desorpsi Dari
Histerisis di perlihatkan oleh Ikan Asin Kering Pada
perbedaan harga kadar air seimbang Temperatur 10OC
yang diperolah dari proses adsorpsi
Jurnal Tekonologi Pertanian Volume 5, Nomor 2, Mei 2010

Gambar 3. Grafik Adsorpsi Dari


Ikan Asin Kering Pada Gambar 7. Grafik Adsorpsi Dari
Temperatur 25OC Ikan Cakalang Asap Pada
Temperatur 25OC

Gambar 4. Grafik Desorpsi Dari


Ikan Asin Kering Pada Gambar 8. Grafik Desorpsi Dari
Temperatur 25OC Ikan Cakalang Asap Pada
Temperatur 25OC

Gambar 13 dan 14,


memperlihatkan bahwa Aw di atas
0,70 kurva adsorpsi ikan cakaang asap
lebih besar dari kurva desorpsi pada
temperatur 10OC. Hal demikian juga
dapat dilihat pada Aw 0,60 sampai
0,70 untuk ikan cakalang asap pada
temperatur 25OC. Penyimpanan dari
Gambar 5. Grafik Adsorpsi Dari keadaan normal tersebut merupakan
Ikan Cakalang Asap Pada penyimpanan hesterisis isotherm. Hal
Temperatur 10OC ini disebabkan pada Aw di atas 0,60
dalam kondisi yang lembab
penyerapan air pada kurva adsorpsi
akan semakin besar dibandingkan
dengan pelepasan air pada kurva
desorpsi. Penyimpanan dari keadaan
norma tersebut akan berbeda pada
setiap kenaikan temperatur.
Turunnya kadar air bahan pada
setiap kenaikan temperatur akan
menyebabkan jumlah air bebas yang
Gambar 6. Grafik Desorpsi Dari dapat dipergunakan oleh
Ikan Cakalang Asap Pada mikroorganisme berkurang, sehingga
Temperatur 10OC perkembangan mikroorganisme
43
Efek Suhu Terhadap Moisture ......................... A. R. Reo

menjadi terhambat. Sebaliknya bila


temperatur di turunkan, kadar air Sedangkan pada keadaan Aw
bahan akan meningkat sehingga diatas 0,6 keadaan sebaliknya terjadi.
jumlah air bebas yang diperlukan Dengan demikian diharapkan pada
mikroorganisme majadi lebih banyak. penyimpanan di antara RH rendah
Hal ini akan mengakibatkan kerusakan tingkat keawetan ikan asin kering
pada bahan pangan yang disebabkan lebih baik dari ikan cakalang asap.
oleh pertumbuhan mikroorganisme. Pada Gambar 9 dan 10 dapat dilihat
bahwa peningkatan kadar air yang
Pengaruh Jenis Ikan Olahan sangat tinggi terjadi pada ikan asin
Terhadap Keseim-bangan Kadar kering, dimana nyata pada Aw di atas
Air 0,6. Hal ini merupakan Aw kritis
Dalam penelitian ini digunakan untuk ikan asin kering dibandingkan
dua jenis ikan yaitu ikan asin dan ikan dengan ikan cakalang asap, dimana
asap, dimana cara pengolahan dari diatas Aw tersebut kerusakan yang
kedua jenis ikan ini berbeda. Hasil disebabkan oleh pertumbuhan
peneitian menunjukkan bahwa pada mikroorganisme akan semakin cepat.
Aw di bawah 0,60 kadar ikan asin Peningkatan kadar air yang
kering pada adsorpsi meupun desorpsi sanga tinggi pada jenis ikan asin
lebih rendah dari pada ikan cakalang kering dibandingkan dengan ikan
asap. cakalang asap disebabkan adanya
garam di dalam tubuh ikan akan
menyerap air lebih banyak dan ini
terjadi apabila kelembaban relatif
tinggi (di atas 60%). Menurut Ilyas
(1972), garam dapur mengandung Mg
yang bersifat higroskopis yang dapat
menarik air dari udara menyebabkan
ikan menjadi lembab. Dengan
demikian untuk penyimpanan pada
RH yang tinggi, ikan asin kering perlu
dikemas dengan baik agar kadar
Gambar 9. Grafik Adsorpsi Dari airnya tidak meningkat akibat
Ikan Asin Kering dan penyerapan air dari udara sekitar.
Ikan Cakalang Asap Pada
Temperatur 10OC dan
25OC

Gambar 11. Grafik Adsorpsi dan


Gambar 10. Grafik Desorpsi Dari Desorpsi Dari Ikan Asin
Ikan Asin Kering dan Kering Pada Temperatur
Ikan Cakalang Asap Pada 10OC
Temperatur 10OC dan
25OC
Jurnal Tekonologi Pertanian Volume 5, Nomor 2, Mei 2010

temperatur 10OC dan 25OC menunjuk


kan bahwa perlakuan jenis ikan dan
temperatur tidak membeikan pengaruh
yang nyata terhadap keseimbangan
kadar air bahan (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam


Adsorpsi dari Ikan Asin
Kering dan Cakalang Asap
Pada Temperatur 10OC dan
25OC.
Gambar 12. Grafik Adsorpsi dan
Desorpsi Dari Ikan Asin SK
d
JK Kt Fhit
Ftabel
b 0,5 0,1
Kering Pada Temperatur Kelomp 5 18290,5 3658,11 4,4 2,9 4,5
25OC ok
3
719 43 1* 0 4

Perlaku 5958,11 1986,03 2,6 3,2 5,4


an 1 43 78 9 9 2

Faktor 1 4886,90 4886,90 6,6 4,5 8,6


A 42 42 3* 4 8
1
Faktor 745,823 745,823 1,0 4,5 8,6
B 5 5 2 4 8
1
Interak 5 325,385 325,385 0,4 4,5 8,6
si 7 7 4 4 8
AB

Eror 736,696 736,696


9 9
Total 2 35320,3
3 05

Gambar 13. Grafik Adsorpsi dan Berdasarkan analisis


Desorpsi Dari Ikan keragaman diatas, maka perlakuan
Cakalang Asap Pada jenis ikan dan temperatur
Temperatur 10OC memperlihatkan hasil Fhitung lebih kecil
dari Ftabel. Dengan demikian jenis ikan
dan temperatur tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap
keseimbangan kadar air. Jenis ikan
memberikan pengaruh yang nyata
terhadap keseimbangan kadar air dan
temperatur tidak memberikan
pengaruh yang nyata, sedangkan
interaksi antara jenis ikan dan
temperatur tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap
Gambar 14. Grafik Adsorpsi dan keseimbangan kadar air.
Desorpsi Dari Ikan Hasil analisis keragaman untuk
Cakalang Asap Pada desorpsi dari ikan asin kering dan
Temperatur 25OC cakalang asap masing-masing pada
temperatur 10OC dan 25OC
Pengaruh Temperatur dan Jenis
menunjukkan bahwa perlakuan jenis
Ikan Terhadap Keseimbangan
ikan dan temperatur tidak memberikan
Kadar Air
pengaruh yang nyata terhadap
Hasil analisis keragaman untuk
kesembangan kadar air bahan (Tabel
adsorpsi dari ikan asin kering dan
2).
cakalang asap masing-masing pada

45
Efek Suhu Terhadap Moisture ......................... A. R. Reo

Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam 0,3 ke atas dan kurva desorpsi labih
desorpsi dari Ikan Asin tinggi dari kurva adsorpsi.
Kering dan Cakalang Asap - Makin tinggi temperatur, histerisis
Pada Temperatur 10OC dan makin rendah.
25OC. - Penyimpangan histerisis isotherm
Ftabel
SK db JK Kt Fhit
0,5 0,1
terjadi pada daging ikan cakalang
Kelompok 5 18290,5719 3658,114 4,41* 2,90 4,54 asap pada temperatur 10OC dan
Perlakuan 3 5958,1143
3
2,66 3,29 5,42 25OC.
Faktor A 1 4886,9042
1986,037
8 6,54* 4,54 8,68
- Adanya kenaikan temperatur akan
menyebabkan kadar air seimbang
Faktor B 1 745,8235 4886,904 0,94 4,54 8,68
2 semakin berkurang.
Interaksi 1 325,3857 0,51 4,54 8,68
AB 745,8235
- Temperatur tidak memberikan
pengaruh yang nyata sedangkan
Eror 15 736,6969 325,3857
jenis ikan memberikan pengaruh
736,6969 yang nyata terhadap keseimbangan
kadar air.

DAFTAR PUSTAKA
Total 23 35320,305
Adawyah, R. 2008. Pengolahan
Pengawetan Ikan. Bumi
Berdasarkan analisa Aksara.
keragaman di atas, maka perlakuan Apituley, Y.. 1991. Moisture
jenis ikan dan temperatur Sorption Isotherm Dari Ikan
memperlihatkan hasil Fhitung labih kecil Cakalang (Katsuwonus pelamis
dari Ftabel. Dengan demikian jenis ikan L) dan Julung-julung
dan temperatur tidak membekan (Hemirhamphus sp) Asap.
pengaruh yang nyata terhadap Skripsi. Universitas Sam
keseimbangan kadar air. Jenis ikan Ratulangi Fakultas Perikanan.
memberikan pengaruh yang nyata Manado.
terhadap keseimbangan kadar air dan
temperatur tidak memberikan Berhimpon, S. 1990. Studies On
pengaruh yang nyata, sedangkan Salting and Dray-ing of
interaksi antara janis ikan dan Yellowatail (Trachurus
tmperatur tidak memberikan pengaruh mucullochi Nichiols).
yang nyata terhadap keseimbangan Departement of food science and
kadar air. technology, school of applied
bioscience, the niversity of New
South Wales; Tesis. Sydney.
KESIMPULAN Ilyas, S.. 1972. Pengantar
Pengolahan Ikan. Lemba-ga
Berdasarkan hasil penelitian, Teknologi Perikanan. Dirjen
dapatlah disimpukan bahwa: Perikanan. Jakarta.
- Kurva adsorpsi dan desorpsi daging
ikan cakalang asap pada Aw di atas Lakoro, M. 2009. Analisis Mutu Ikan
0.6. Kurva adsorpsi dan desorpsi Roa Asap dengan P..... yang
daging ikan cakalang asap lebih Berbeda di Desa Boras
tinggi dari ikan asin kering pada Kabupaten Banggai Sulawesi
Aw di bawah 0,6. Tengah. Skripsi Fakultas
- Histerisis untuk ikan asin kering Perikanan dan Ilmu Kelautan.
terlihat jelas pada Aw 0,60 ke atas Universitas Sam Ratulangi.
dan ikan cakalang asap pada Aw Manado.
Jurnal Tekonologi Pertanian Volume 5, Nomor 2, Mei 2010

Muchtadi, T. R. Dan F.
Ayustaningwarno. 2010. Lampiran 2. Data Moisture Sorption
Teknologi Proses Pengolahan Isotherm dari Ikan
Pangan. Alfabeta. Bandung. Cakalang Asap Pada
Suhu 10OC dan 25OC
Muchtadi, T. R., Sugiyono, dan F.
Ayustaningwarno. 2010. Ilmu 1. Data Moisture Sorption Isotherm
Pengetahuan Bahan Pangan. dari Ikan Cakalang Asap Pada
Ikatan Penerbit Indonesia. Suhu 10OC.
Ruus, O. 2009. Pengaruh Kadar Air (BK)
Aw
Konsentrasi Larutan Garam Asorpsi Desorpsi
dan Lama Pengeringan 0.342 8.9117 11.8849
terhadap Mutu Ikan Layang 0.455 11.3841 13.2332
Asin. Skripsi Fakultas Perikanan 0.578 16.4466 16.0791
dan Ilmu Kelautan. Universitas 0.673 19.4689 21.0913
Sam Ratulangi. Manado. 0.752 27.9405 22.7183
0.868 47.5335 42.6067
Thaib, G. G. Said dan Sutedja W..
1988. Operasi Pengeringan
Pada Pengolahan Hasil
Pertanian. Mediyatma Sarana 2. Data Moisture Sorption Isotherm
Perkasa Jakarta. dari Ikan Cakalang Asap Pada
Suhu 25OC.
Kadar Air (BK)
Lampiran 1. Data Moisture Sorption Aw
Asorpsi Desorpsi
Isotherm dari Ikan Asin
0.332 6.9372 9.5743
Kering Pada Suhu 10OC
0.443 9.289 10.8192
dan 25OC 0.543 11.5383 12.6046
0.644 19.6374 16.4181
1. Data Moisture Sorption Isotherm 0.758 19.669 22.5146
dari Ikan Asin Kering Pada Suhu 0.843 32.2135 32.3804
10OC.
Kadar Air (BK)
Aw
Asorpsi Desorpsi
0.342 7.5741 7.9748
0.455 9.9774 11.0285
0.578 15.1432 16.0603
0.673 54.6943 57.9445
0.752 100.2687 103.9824
0.868 173.0715 183.6643

2. Data Moisture Sorption Isotherm


dari Ikan Asin Kering Pada Suhu
25OC.
Kadar Air (BK)
Aw
Asorpsi Desorpsi
0.332 7.0213 7.0116
0.443 8.4655 9.6814
0.543 10.7622 11.1274
0.644 20.8681 25.8898
0.758 83.5085 84.9429
0.843 122.3516 124.9066

47

You might also like