Professional Documents
Culture Documents
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/288478993
CITATIONS READS
0 38
3 authors:
Aswati Mindaryani
Gadjah Mada University
7 PUBLICATIONS 16 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nur Indah Fajar Mukti on 15 September 2016.
Abstract
Abstrak
Etilen merupakan senyawa yang dihasilkan secara alami oleh buah yang dapat mempercepat
kematangan pada buah. Pengontrolan gas etilen sebagai produk metabolisme buah selama
penyimpanan akan memperpanjang masa simpan buah tersebut. Pengontrolan gas etilen dilakukan
dengan proses adsorpsi menggunakan karbon teremban oksida cobalt. Pada penelitian ini, karbon
sebagai pengemban dibuat dari pirolisis limbah kulit manggis sisa ekstraksi pada suhu 850oC selama
15 menit. Selanjutnya, proses pengembanan oksida cobalt pada permukaan karbon dibuat melalui
proses impregnasi dengan incipient wetness method yang dilakukan dengan menambahkan larutan
garam cobalt ke dalam jaringan pori karbon yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 110 oC
selama 8 jam dan kalsinasi pada suhu 200oC selama 6 jam. Uji adsorpsi etilen dilakukan pada suhu
30oC menggunakan alat uji static volumetric. Sedangkan proses pengawetan buah pisang Cavendish
dilakukan pada suhu lingkungan (20 – 32oC) dengan mengamati perubahan warna kulitnya dari hari
ke hari. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa semakin banyak komposisi oksida cobalt pada
permukaan karbon akan meningkatkan kapasitas penjerapan terhadap etilen. Hasil tertinggi sebesar
6,094 mmol/(gram adsorben) diperoleh dari adsorpsi etilen menggunakan karbon teremban 30%
oksida cobalt. Dari proses pengawetan buah menunjukkan bahwa jumlah karbon teremban oksida
cobalt yang semakin meningkat dapat meningkatkan umur simpan dari buah pisang Cavendish. Hasil
tertinggi diperoleh dari penambahan 15 gram karbon teremban cobalt dan silica gel dapat
memperpanjang umur simpan buah pisang Cavendish selama 15 hari.
165
Preparasi Karbon Teremban Oksida... (Mukti dkk.)
How to Cite This Article: Mukti, N.I.F., Prasetyo, I., dan Mindaryani, A., (2015), Preparasi Karbon Teremban
Oksida Cobalt dari Limbah Kulit Manggis sebagai Adsorben Penjerap Etilen untuk Pengawetan Buah, Reaktor,
15(3), 165-174, http://dx.doi.org/ 10.14710/reaktor.15.3.165-174
166
Reaktor, Vol. 15 No. 3, April 2015, Hal. 165-174
Tabel 2. Proximate analysis dan kadar karbon teremban oksida cobalt pada penyimpanan
lignoselulosa limbah sisa ekstraksi kulit manggis buah pisang Cavendish.
Proximate Analysis Komposisi Lignoselulosa
Komposisi, Komposisi, METODE PENELITIAN
Komponen Komponen
% % Bahan
Air 3,58 Selulosa 26,22 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Abu 1,85 Hemiselulosa 15,39 terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
Volatile Lignin 48,52 pendukung. Bahan baku utama yang digunakan
62,28
matter diantaranya adalah serbuk kulit manggis berukuran
Fixed
32,29 180-355 μm yang diperoleh dari Bina Agro Mandiri,
carbon
Bantul, D.I. Yogyakarta dengan komposisi terlihat
pada Tabel 2, cobalt nitrat hexahydrate dengan
Bahan baku pembuatan karbon berpori
kemurnian 99,98%, gas etilen dengan kemurnian
penyangga oksida logam yang digunakan pada
99,98% dan pisang Cavendish. Bahan baku
penelitian ini adalah kulit manggis yang telah
pendukung yang digunakan diantaranya etanol dengan
mengalami proses ekstraksi atau telah diambil
kadar 96% dan isopropil alcohol.
komponen antioksidannya. Hal ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
Cara Penelitian
karbon berpori dari limbah sisa ekstraksi kulit
Pembuatan karbon berpori dari limbah sisa
manggis dapat memberikan luas permukaan yang
ekstraksi kulit manggis
cukup tinggi. Selain itu, karbon berpori yang
Karbon berpori dibuat melalui ekstraksi serbuk
dihasilkan dari limbah sisa ekstraksi kulit manggis
kulit manggis yang dilakukan dengan melarutkan dan
merupakan karbon mesopori (Mukti dkk., 2015).
mengaduk serbuk kulit manggis pada etanol 96%
Karbon mesopori diharapkan dapat memudahkan
selama 24 jam. Dilanjutkan dengan memisahkan
proses difusi garam cobalt yang berukuran 7-8 Å di
residu kulit manggis dengan larutan ekstraknya dan
dalam jaringan pori karbon. Karbon mesopori
pengeringan menggunakan oven pada suhu 110oC
merupakan karbon dengan ukuran 2 – 50 nm, menurut
selama 6 jam. Residu sisa ekstraksi dikarbonisasi pada
klasifikasi ukuran pori IUPAC.
reaktor furnace dengan aliran N2 (inert) dari suhu
Pada penelitian ini akan mempelajari
kamar sampai suhu karbonisasi 575oC dan proses
pembuatan karbon teremban oksida cobalt untuk dapat
ditahan selama 3 jam, dilanjutkan pemanasan sampai
digunakan sebagai adsorben penjerap etilen pada
suhu 850oC dan proses ditahan selama 15 menit
proses pengawetan buah. Karbon berpori sebagai
dengan mengalirkan gas N2 dan steam. Karbon yang
penyangga oksida cobalt diperoleh melalui proses
dihasilkan dikarakterisasi dengan Adsorpsi-desorpsi
pirolisis limbah sisa ekstraksi kulit manggis dengan
N2 dikarakterisasi menggunakan NOVA 2000
penambahan steam untuk meningkatkan porositasnya.
adsorption analyzer (Quantachrome) pada77 K. Luas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
permukaan spesifik (S) dihitung dari isoterm data pada
dari perbedaan garam cobalt, komposisi cobalt dan
rentang tekanan relatif (P/Po) antara 0.05-0.30 dengan
suhu adsorpsi terhadap kapasitas penjerapan etilen.
model adsorpsi Brunauer-Emmet-Teller (BET) (Do,
Selain itu, dipelajari juga pengaruh penambahan
1998).
167
Preparasi Karbon Teremban Oksida... (Mukti dkk.)
P 1 C H −1 P
= + (1)
Kinerja Adsorben dalam Penjerapan Etilen
V A P 0 −P Vm CH Vm CH P0
Volum pori total (V) diestimasi dari jumlah Uji adsorpsi etilen pada adsorben yang
adsorbat terjerap pada P/Po sebesar 0.99 dan luas dihasilkan dilakukan untuk mengetahui kemampuan
permukaan spesifik micro (Smic), volum micro kinerja dari adsorben tersebut dalam menjerap etilen.
(Vmic) ditentukan menggunakan t-plot method (Do, Uji adsorpsi dilakukan menggunakan alat uji adsorpsi
1998). secara static volumetric yang dirangkai menggunakan
1 ultra high vacuum valves and fittings Swagelok®.
5 3
t c = 3,54 (2) Rangkaian alat uji adsorspsi dapat dilihat pada
2.303 log P 0 P
Gambar 1. Tahap persiapan dilakukan dengan
Luas permukaan dan volum pori dari setiap degassing material karbon pada suhu 150 ºC selama
ketebalan, t, sampai batas mikropori < 2 nm dihitung ±6 jam. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji
dengan Persamaan (3) (Do, 1998). adsorpsi gas etilen secara volumetric. Sistem adsorpsi
V STP ads .15,47 dikondisikan pada suhu 30oC. Uji adsorpsi gas secara
st = (3) volumetric diawali dengan memastikan semua valve
tc
dalam keadaan tertutup (V1, V2 dan V3). Untuk
Distribusi ukuran pori dipelajari dengan metode
mengisi loading cell, valve no V1 dibuka secara
Horvarth-Kawazoe (HK) yang digunakan untuk
perlahan hingga dicapai tekanan yang diinginkan dan
menggambarkan distribusi pori berukuran mikro dan
dicatat sebagai P1, lalu ditutup kembali. Selanjutnya
metode Barret-Joyner-Haleda (BJH) yang digunakan
untuk melakukan proses adsorpsi, valve no. V2 dibuka
untuk menggambarkan distribusi pori berukuran meso.
dan diamati penurunan tekanan di alat pengukur
Persamaan untuk metode HK dapat dilihat pada
tekanan hingga diperoleh tekanan dalam keadaan
Persamaan (4) dan untuk metode BJH dapat dilihat
setimbang dan dicatat sebagai P2. Kesetimbangan
pada Persamaan (5) (Barret, 1951; Do, 1998).
adsorpsi ditunjukkan dengan stabilnya tekanan di
dalam sistem adsorpsi. Untuk melanjutkan pada titik
Proses Impregnasi Oksida Cobalt pada
kesetimbangan berikutnya, valve no. V2 ditutup
Permukaan Karbon
kembali dan langkah-langkah tersebut diulangi sampai
Tahap pertama proses impregnasi dilakukan
tekanan maksimal yang mampu dioperasikan (± 1,2
dengan degassing karbon berpori pada suhu 150ºC
atm) (Do, 1998).
selama 1 jam dalam keadaan vakum. Proses
Beberapa model kesetimbangan adsorpsi
dilanjutkan dengan mengalirkan larutan garam secara
digunakan untuk mengevaluasi data hasil percobaan,
perlahan-lahan ke dalam karbon. Kemudian dilakukan
diantaranya (Do, 1998):
pemanasan pada suhu 110oC selama 6 jam dan bP
kalsinasi pada suhu 200oC selama 6 jam. Variasi Persamaan Langmuir : Cμ = Cμs (6)
1+bP
komposisi oksida cobalt yang digunakan alah 5%, Persamaan Freundlich : Cμ = KP 1 n
(7)
10%, 20%, dan 30% berat cobalt terhadap berat 𝐶𝜇𝑆 1+𝑏𝑒 𝑆 𝑃
karbon. Sedangkan variasi garam yang digunakan Persamaan Unilan : 𝐶𝜇 = 𝑙𝑛 (8)
2𝑠 1+𝑏𝑒 −𝑆 𝑃
adalah CoCl2, CoSO4 dan Co(NO3)2.Variasi komposisi 𝑏𝑃 1 𝑛
Persamaan Sips : 𝐶𝜇 = 𝐶 𝜇𝑆 1+ 𝑏𝑃 1 𝑛 (9)
dilakukan untuk mengetahui jumlah cobalt maksimum
𝑏𝑃
yang dapat diimpregkan ke dalam karbon berpori. Persamaan Toth : 𝐶𝜇 = 𝐶𝜇𝑆 (10)
1+ 𝑏𝑃 𝑡 1 𝑡
Jumlah komposisi cobalt yang sedikit akan menjerap
etilen sedikit, sedangkan jumlah komposisi cobalt HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terlalu banyak akan dapat menyebabkan Karakteristik Karbon Berpori
aglomerasi logam pada permukaan karbon yang Struktur dari suatu karbon berpori yang
menyebabkan efektifitas penjerapannya menjadi meliputi luas permukaan spesifik, diameter pori rata-
berkurang. Variasi garam cobalt dilakukan untuk rata dan volume pori disajikan pada Tabel 3.
mengetahui garam yang paling mudah terdekomposisi Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa karbon
menjadi oksida cobalt pada proses kalsinasi (Mukti, berpori yang dihasilkan dari limbah sisa ekstraksi kulit
2015). Penamaan hasil impregnasi cobalt pada karbon manggis merupakan karbon mesopori. Hal tersebut
masing-masing yaitu C, C-5Co, C-10Co, C-20Co dan dapat dilihat dari luas permukaan dan volume
C-30Co disesuaikan dengan komposisi cobalt yang mesopori lebih dominan dari luas permukaan dan
teremban dan C-Co(NO3)2, C-CoCl2, C-CoSO4 dan C- volume mikroporinya. Sedangkan karbon yang
KMnO4 disesuaikan dengan garam yang digunakan.
P N S A S +N A A A σ4 σ 10 σ4 σ 10
RT ln =K d 3
− d 9
− d 3
+ d 9
(4)
P0 σ 4 1−d
3 1− 9 1− 3 9
2 2 2 2
P −2σV −4,14
log = = (5)
P0 8,316x10 7 x2,303 T r k rk
168
Reaktor, Vol. 15 No. 3, April 2015, Hal. 165-174
dihasilkan dari kulit manggis sebelum proses ekstraksi Sedangkan karbon yang dihasilkan dari kulit manggis
memperlihatkan bahwa karbon tersebut merupakan merupakan karbon mikropori dengan luas permukaan
karbon mikropori yang terlihat dari luas permukaan spesifik sebesar 1184,66 m2/gram dengan diameter
dan volume mikroporinya yang lebih dominan dari rata-rata 3,13 nm.
luas permukaan dan volume mesoporinya. Karbon Distribusi ukuran pori dari kedua karbon
mesopori merupakan karbon dengan ukuran 2-50 nm, dipelajari menggunakan metode HK dan metode BJH.
sedangkan karbon mikropori merupakan karbon Metode HK dapat digunakan untuk menggambarkan
dengan ukuran 0-2 nm, menurut klasifikasi ukuran distribusi ukuran pori dari material berpori yang
pori IUPAC (Do, 1998). memiliki ukuran mikro atau mikropori. Metode HK
dikembangkan dari Persamaan yang independen dari
Tabel 3. Karakteristik karbon berpori Persamaan Kelvin dan menganggap bahwa bentuk
Karakter
Kulit Manggis Kulit pori yang dimiliki karbon berpori tersebut adalah slit
Sisa Ekstraksi Manggis (Do, 1998). Sedangkan untuk Metode BJH
Luas permukaan spesifik dikembangkan dari Persamaan Kelvin dengan
1066,77 1184,66
(SBET), m2/gram mengasumsikan pada tekanan relatif (P/Po) mendekati
Luas mikropori (Smic),
463,16 827,32 1 seluruh pori terisi oleh cairan, maka volum dari pori
m2/gram
%Smic 43,42 69,84
dan volum yang terjadi kondensasi kapiler dapat
Total volume pori, cm3/g 1,276 0,925 diperkirakan. Persamaan untuk distribusi ukuran pori
Volum mikropori (Vmic), dengan metode BJH ditentukan dengan dasar
0,207 0,368
cm3/g pengurangan volum pori dan ketebalan adsorbat yang
%Vmic 16,22 45,08 mengalami kondensasi kapiler karena adanya
Diameter pori rata-rata, penurunan tekanan relatif (Barrett dkk., 1951). Metode
4,79 3,13
nm BJH baik digunakan untuk menggambarkan distribusi
ukuran pori antara 2-50 nm (meso) dengan bentuk pori
Dari uji proximate analysis dan kadar berupa silinder.
lignoselulosa untuk kulit manggis dan limbah kulit Dilihat dari karakteristik karbon dari kulit
manggis sisa ekstraksi memiliki karakteristik yang manggis dan limbah sisa ekstraksi kulit manggis pada
sama namun menghasilkan karakter karbon berpori Tabel 2, metode HK baik digunakan untuk
yang berbeda. Perbedaan yang mendasar dari menggambarkan distribusi ukuran pori karbon dari
karakteristik karbon dari limbah sisa ekstraksi kulit kulit manggis karena merupakan karbon mikropori.
manggis dengan karbon dari kulit manggis disebabkan Sedangkan untuk karbon dari limbah sisa ekstraksi
oleh adanya zat-zat dari kulit manggis yang ikut kulit manggis merupakan karbon mesopori sehingga
terekstrak dalam etanol selama proses ekstraksi. Zat metode BJH lebih tepat digunakan untuk
ekstraktif ini bukan merupakan bagian dari struktur menggambarkan distribusi ukuran porinya.
dinding sel namun terdapat dalam rongga sel dengan Gambar 2(a) merupakan penggambaran
kisaran jumlah antara 3-8% dari berat kering bahan distribusi ukuran pori untuk karbon dari kulit manggis
baku. Beberapa contoh zat ekstraktif diantaranya dan limbah sisa ekstraksi kulit manggis menggunakan
berupa getah, resin, lilin, tannin, pati, zat warna, dll metode HK dan Gambar 2(b) merupakan
(Mukti dkk., 2015). Dari karakteristik tersebut maka penggambaran distribusi ukuran pori untuk karbon
dapat disimpulkan bahwa karbon yang dihasilkan dari dari limbah sisa ekstraksi kulit manggis menggunakan
limbah sisa ekstraksi kulit manggis merupakan karbon metode BJH.
mesopori dengan luas permukaan spesifik sebesar
1066,77 m2/gram dengan diameter rata-rata 4,79 nm.
0.7
KM 1.6 KMSE
0.6 KMSE
1.4
dV/d(logD), cm3/g
0.5 1.2
dV/dD [cc/A/g]
0.4 1
0.3 0.8
0.6
0.2
0.4
0.1 0.2
0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 1 10 100
lebar pori [nm] Diameter Pori, nm
(a) (b)
Gambar 2. Distribusi ukuran pori karbon hasil pirolisis kulit manggis dan limbah sisa ekstraksi kulit manggis:
(a) Metode HK dan (b) Metode BJH
169
Preparasi Karbon Teremban Oksida... (Mukti dkk.)
Pada Gambar 2(a) terlihat bahwa karbon dari untuk menjerap akan berkurang sehingga
kulit manggis memiliki distribusi ukuran pori yang penjerapannya menjadi kurang efektif yang berakibat
seragam dan terletak pada daerah 0,7-0,9 nm. pada jumlah etilen yang terjerap menjadi lebih sedikit.
Sedangkan untuk karbon dari limbah sisa ekstraksi Oleh karena itu distribusi logam pada permukaan
kulit manggis tidak memperlihatkan adanya puncak karbon penting untuk diketahui. Untuk melihat
pada daerah tersebut karena karbon tersebut pemetaan logam pada permukaan karbon dilakukan
merupakan karbon mesopori. Pada Gambar 2(b) dapat analisis menggunakan analisis SEM-EDX. Hasil
dilihat bahwa untuk karbon dari limbah sisa ekstraksi analisis SEM-EDX dapat dilihat pada Gambar 3.
kulit manggis memiliki daerah diantara 2-100 nm Gambar 3(a) merupakan foto SEM dari karbon
dengan puncak tertinggi terletak pada daerah 9 nm. yang telah teremban cobalt. Gambar 3(b) merupakan
Selain itu, dapat diketahui bahwa karbon dari limbah analisis elemental mapping SEM-EDX untuk Co pada
kulit manggis sisa ekstraksi memiliki porsi yang besar permukaan karbon. Warna hijau menunjukkan
pada bagian meso atau diameter antara 2-50 nm. keberadaan Co pada permukaan karbon. Dari Gambar
dapat dilihat bahwa Cobalt dapat tersebar cukup baik
Karakteristik Karbon Teremban Cobalt pada permukaan karbon.
7
Mol Etilen terjerap, mmol/g adsorben
(a) C-30Co
6 C-KMSE
C-KM
5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Tekanan, atm
Gambar 4. Kurva isoterm adsorpsi etilen pada
berbagai jenis karbon pada T = 30oC
(b)
Gambar 3. Pemetaan cobalt pada permukaan karbon Gambar 4 memberikan informasi bahwa
dengan analisis SEM-EDX karbon dari kulit manggis memiliki kemampuan
menjerap etilen lebih baik dibandingkan karbon dari
Distribusi oksida cobalt pada permukaan limbah sisa ekstraksi kulit manggis. Hal ini
karbon merupakan aspek yang cukup penting dalam dikarenakan karbon dari kulit manggis merupakan
proses impregnasi oksida cobalt pada permukaan karbon mikropori dengan distribusi ukuran pori dari
karbon. Distribusi logam yang merata pada permukaan karbon kulit manggis (7-9 Å atau 0,7-0,9 nm)
karbon akan memaksimalkan proses penjerapannya. mendekati ukuran molekul etilen (4,163 Å). Pada
Untuk jumlah komposisi yang sama, jika terjadi karbon dari limbah sisa ekstraksi kulit manggis yang
aglomerasi pada permukaan karbon maka jumlah merupakan karbon mesopori dengan distribusi ukuran
etilen yang terjerap akan berkurang dibandingkan jika porinya terletak antara 2-50 nm, jarak antara etilen
logam dapat tersebar merata pada permukaan karbon. dengan permukaan karbon lebih jauh yang
Hal ini dikarenakan permukaan aktif yang digunakan menyebabkan afinitas adsorben terhadap adsorbat
170
Reaktor, Vol. 15 No. 3, April 2015, Hal. 165-174
Tabel 4. Nilai parameter kesetimbangan adsorpsi etilen berbagai karbon pada suhu 30oC
Parameter kesetimbangan Adsorpsi Jenis Karbon
C-KM C-KMSE C-30Co
Persamaan Langmuir
Cμs, mmol/ g adsorben 4,1307 3,1808 6,4457
b, atm-1 1,5120 1,1998 12,5488
Persamaan Freundlich
K, mmol/(g adsorben.atm) 2,2057 1,6196 7,2519
n 2,1541 1,8361 2,3374
Persamaan Toth
Cμs, mmol/ g adsorben 19,9594 14,4335 5,9365
b, atm-1 0,8456 0,5834 9,5910
t 0,3508 0,3805 1,5730
Persamaan Sips
Cμs, mmol/ g adsorben 11,4646 8,7359 6,090
b, atm-1 0,1623 0,1479 14,3798
n 1,4545 1,3929 0,8033
Persamaan Unilan
Cμs, mmol/ g adsorben 4,1308 3,1809 6,4457
b, atm-1 1,5119 1,1998 12,5487
s 0,0119 0,0143 0,0083
menjadi rendah sehingga jumlah etilen yang terjerap digunakan garam Co(NO3)2, CoCl2, CoSO4 dan
lebih sedikit. Jarak antara adsorbat dengan adsorben KMnO4. Perbedaan kapasitas penjerapan dari
yang semakin dekat akan meningkatkan afinitas dari beberapa garam tersebut disajikan pada Gambar 5.
adsoben terhadap adsorbat. Peningkatan afinitas
tersebut menyebabkan jumlah adsorbat yang terjerap 7
Mol Etilen terjerap, mmol/g adsorben
171
Preparasi Karbon Teremban Oksida... (Mukti dkk.)
6
2. Pengaruh Perbedaan Komposisi Cobalt Teremban
C-5Co
6 C-10Co berbagai suhu dan panas adsorpsi disajikan pada Tabel
C-20Co 5 dan disajikan pula dalam bentuk grafik hubungan
5 C-30Co antara ln(Kp) versus (1/T) seperti terlihat pada
4 Gambar 8.
172
Reaktor, Vol. 15 No. 3, April 2015, Hal. 165-174
1 = hijau; 2 = hijau > kuning; 3 = hijau < kuning; 4 = kuning; 5 = kuning kecoklatan
173
Preparasi Karbon Teremban Oksida... (Mukti dkk.)
Li, W., Qiu, Z., Chen, H., Wang, J., Long, D., Qiao, Shawal, N.N., Jibril, M., Abbas, A.Z.M., Dadum,
W., and Ling, L., (2013), Preparation of Cobalt Oxide H.U., Husna, M.Z., and Nasir, A.F., (2014),
Supported Mesoporous Carbon Spheres for Ethylene Characteristics of Potassium Acetate–Activated
Removal. Coconut Shell Carbon, Advanced Materials Research,
1043, pp. 193-197.
Mukti, N.I.F., Prasetyo, I., and Mindaryani, A.,
(2015), Preparation of Ethylene Adsorbent by Smith, A.W.J., Poulston, S., and Rowsell, L., (2009),
Pyrolysis of Mangosteen Peels, Prosiding Seminar New Palladium-Based Ehylene Scavanger to Control
SNTKI V, Yogyakarta. Ethylene-Induced Ripening of Climateric Fruit,
Platinum Metal Rev., 53, pp. 112-122.
Okhovat, A., Ahmadpour, A., Ahmadpour, F., and
Yadegar, Z.K., (2012), Pore Size Distribution Stern, K.H., (1972), High Temperature Properties and
Analysis of Coal-Based Activated Carbons: Decomposition of Inorganic Salts Part 3.Nitrates and
Investigating the Effects of Activating Agent and Nitrites, J. Phys. Chem. Ref. Data, 1(3), pp. 747-772.
Chemical Ratio, International Scholary Research
Network, 2012 (10), pp. 1-10. Sue-Aok, N., Srithanratana, T., Rangsriwatananon, K.,
and Hengrasmee, S., (2010), Study of Ethylene
Saidur, R., Abdelaziz, E. A., Demirbas, A., Hossain, Adsorption on Zeolite NaY Modified With Group I
M. S., and Mekhilef, S., (2011), A Review on Metal Ion, Applied Surface Science, 256, pp. 3997-
Biomass as a Fuel for Boilers, Renewable an 4002.
Sustainable Energy Reviews, 15, pp. 2262–2289.
World Health Organization, (1991), Cobalt and Cobalt
Setyadjit, Sukasih, E., dan Permana, A.W., (2012), Compound, Iarc Monographs, 52, pp. 363-473.
Aplikasi 1-MCP Dapat Memperpanjang Umur Segar
Komoditas Hortikultura, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
174