You are on page 1of 8

Keamanan Bertransaksi Online

Wiji Agung Santosa1)


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1)
Jl. Kaliurang km. 14 Sleman Yogyakarta
E-mail : W.Agung12@yahoo.co.id1)
Abstrak
Purchase and sale transactions that were originally done by manual, the seller and the buyer is in one
place, at this time is changed, the process of buying and selling can be done anywhere and anytime.
Then introduced e-commerce, which is a means of conducting financial transactions online. Internet
merupakan media yang paling ekonomis untuk digunakan sebagai basis sistem informasi. Hal ini
menyebabkan internet menjadi media elektronik yang populer untuk menjalankan bisnis, yang
kemudian dikenal dengan istilah electronic commerce atau e-commerce (Dharma, 2006.Today
technology has revolutionized all the fields including banking. Driven by the internet phenomenon,
banks have introduced online banking. It allows the user to perform banking transactions online. Due to
the enormous development of e-commerce we are able to purchase anything online. But paying online is
still a challenge. Currently debit cards and credit cards are used to pay online which incur high
transaction cost and its not secure. Therefore, this study aims to provide more information to the public
some transaction or payment method used to do it online, as well as some aspects of security
surrounding it, so that people can choose a method which is the most secure online payment. The data
obtained from questionnaires distributed randomly in some places to the respondents had ever done an
online transaction, along with other data that was obtained from the internet, journals, and other data
from the literature review. Then it will be in the descriptive analysis in order to explain or answer the
problem of how the security of transactions on e-commerce or online shop.
Keyword : e-commerce, transactions, online

Pendahuluan
Internet merupakan media yang
paling ekonomis untuk digunakan
sebagai basis sistem informasi. Hal ini
menyebabkan internet menjadi media
elektronik
yang
populer
untuk
menjalankan bisnis, yang kemudian
dikenal dengan istilah electronic
commerce atau e-commerce (Dharma,
2006).
Electric
Commerce
(eCommerce) merupakan konsep baru
yang bisa digambarkan sebagai proses
jual beli barang atau jasa pada World
Wide Web atau yang biasa disebut
sebagai internet (Shim et al, 2000) atau
proses jual beli atau pertukaran informasi
melalui jaringan informasi termasuk
internet (Turban et al, 2000). Kotler
(2000) juga mengatakan bahwa transaksi
bisnis yang akan datang, diprediksi akan

berpindah dari market place (toko atau


sebuah tempat) menuju ke market space
(secara online) Hal ini terbukti dengan
munculnya situs-situs web yang menjual
produk-produk secara online seperti
kaskus.com,
tokobagus.com,
berniaga.com dan lain-lain. Seiring
meningkatnya industry online shop di
tanah
air,
tentu
mempengaruhi
kenyamanan bagi pengguna dan pembeli
online shop. Mulai dari tampilan, harga
hingga diskon menggiurkan menarik
minat masyarakat untuk membeli melalui
online shop. Selain itu, seorang costumer
mempertimbangkan secara mendalam
beberapa hal sebelum mereka membeli
di online shop, yaitu:
a.
Faktor keamanan (safety)
Kenyamanan pembeli terhadap penjual
online terkait dengan kemampuan penjual

online dalam menjamin keamanan bertransaksi


dan meyakinkan transaksi akan diproses setelah
pembayaran
dilakukan
oleh
pembeli.
Kemampuan ini terkait dengan keberadaan
penjual online. Semakin berkembangnya
teknologi, semakin berkembang pula modus
penipuan berbasis teknologi pada online shop.
Pada situs-situs online shop, tidak sedikit
penjual online fiktif yang memasarkan produk
fiktif juga. Seorang pembeli harus terlebih
dahulu untuk mengecek keberadaan penjual
online.
b.
Faktor kemudahan (ease of use)
Faktor kemudahan ini terkait
dengan bagaimana bertransaksi secara
online. Biasanya calon pembeli akan
mengalami kesulitan pada saat pertama
kali bertransaksi online, dan cenderung
mengurungkan niatnya karena faktor
keamanan serta tidak tahu cara
bertransaksi online. Di lain pihak, ada
juga calon pembeli yang berinisiatif
untuk
mencoba
karena
telah
mendapatkan informasi tentang cara
bertransaksi online. Suatu online shop
yang baik adalah yang menyediakan
petunjuk cara bertransaksi online, mulai
dari cara pembayaran, dan fitur pengisian
form pembelian.
c.

Faktor kepercayaan (trust)


Ketika
seorang
berbelanja
online, hal yang menjadi pertimbangan
seorang pembeli adalah kepercayaan
akan kepada yang menyediakan online
shop. Trust terhadap penjual bergantung
pada keahlian, kemampuan untuk
menyenangkan dan kesamaan penjual
dengan konsumen (Jarvenpaa &
Tractinsky 1999). Kepercayaan pembeli
terhadap online shop biasanya terletak
pada popularitas online shop tersebut.
Semakin popular online shop, maka
pembeli lebih yakin dan percaya
terhadap online shop tersebut.
Sistem pembayaran online
dapat didefinisikan secara luas sebagai
cara dan proses dalam melakukan
pembayaran secara online. Berbagai
pilihan jenis pembayaran online yang
tersedia
sebenarnya
mencerminkan
metode pembayaran yang disediakan
dalam perdagangan non online. (Lowry,

Wells, Moody, & Humpherys, 2006).


Salah satu permasalahan ada pada cara
dan jaminan bertransaksi, bertransaksi
secara online pun dapat menimbulkan
ketidakpastian
dalam
bertransaksi
dengan perusahaan sehingga pelanggan
memiliki risiko kehilangan uang dan
privasinya
(Pavlou,
2003).
Ketidakpastian sosial dan risiko dengan
elektronik perusahaan menjadi tinggi
karena perilaku perusahaan tidak dapat
dimonitor (Reichheld & Schefter 2000).
Untuk itu peneliti meneliti mengenai
jenis-jenis dan keamanan bertransaksi
online shop.
Tinjauan Pustaka
1. E-commerce
E-commerce adalah aktifitas
penjualan dan pembelian barang atau
jasa melalui fasilitas internet. Ecommerce dapat dilakukan oleh siapa
saja, tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Dalam
aktifitas
e-commerce
sesungguhnya
mengandung
makna
adanya hubungan antara penjual dan
pembeli, transaksi antar pelaku bisnis,
dan proses internal yang mendukung
transaksi dengan perusahaan (Javalgi dan
Ramsey, 2001). E-commerce telah
merubah
cara
perusahaan
dalam
melakukan bisnis (Darch dan Lucas,
2002).
Dalam praktiknya, e-commerce
dikelompokkan menjadi dua segmen,
yaitu business to business (B2B) dan
business to consumer (B2C). B2B ecommerce merupakan bentuk transaksi
perdagangan melalui internet yang
dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan, sedangkan B2C e-commerce
merupakan transaksi jual beli melalui
internet antara penjual dengan konsumen
(end user) (Ustadiyanto, 2001). Transaksi
B2B melibatkan relatif lebih sedikit
orang. Orang yang terlibat dalam
transaksi B2B biasanya orang yang
terlatih dalam mempergunakan sistem
informasi dan telah terbiasa dengan
proses bisnis yang dipengaruhi oleh
transaksi. Jumlah transaksi lebih kecil
tetapi memiliki nilai transaksi yang
tinggi (McLeod dan Schell, 2004).

Dalam hal ini e-commerce yang


dimaksud dikhususkan pada penggunaan
online store, atau yang berkaitan dengan
online shopping saja.
2. Online Store
Online store sebagai suatu
bentuk e-tailing menyediakan produk
atau jasa kepada konsumen melalui
internet. Menurut Turban et al., (2006),
online store dan e-commerce dapat
mengambil beberapa bentuk tergantung
pada
degree
of
digitalization
(transformasi dari fisik ke digital) dari
penjualan produk (jasa), proses dan agen
pengirim (perantara). Ada dua tipe online
store, yaitu pure player dan click-andmortar. Pure player adalah retailer yang
mengarahkan aktifitas bisnis mereka
semata-mata dengan cara online, dalam
hal ini retailer hanya mempunyai satu
outlet online. Click-and-mortar adalah
retailer yang mengarahkan beberapa
aktifitas e-commerce, akan tetapi mereka
melakukan bisnis utama di dunia fisik.
Mereka memiliki toko secara fisik dan
suatu outlet online sebagai perluasan dari
toko fisik mereka. Proses tersebut
mengarah pada pembelian produk dan
jasa lewat internet yang disebut online
shopping. Online shop, internet shop,
web shop atau online store menimbulkan
analogi secara fisik atau pembelian
produk atau jasa pada suatu retailer
tradisional atau di suatu pusat
perbelanjaan. Ini adalah aplikasi ecommerce yang digunakan untuk B2B
dan B2C.
2.1.
Mekanisme
Penawaran
dan
Penerimaan Toko Online
Pada transaksi e-commerce
yang dipergunakan adalah media
elektronik yaitu internet. Sehingga
kesepakatan ataupun perjanjian yang
tercipta adalah melalui online, perjanjian
jual beli online tersebut juga terdiri dari
penawaran dan penerimaan. Sebab suatu
kesepakatan selalu diawali dengan
adanya penawaran oleh salah satu pihak
dan penerimaan oleh pihak lain.
a. Penawaran
Penawaran Yang melakukan di
dalam transaksi e-commerce khususnya
jenis B2C adalah pedagang atau

produsen/penjual, sehingga toko online


memanfaatkan
website
dengan
menyediakan
semacam storefront yang berisikan katolog
produk dan layanan yang diberikan.
Keuntungannya jika melakukan belanja di
took online adalah kita dapat melihat dan
berbelanja kapan saja dan dimana saja.
Dalam website
tersebut biasanya ditampilkan barang-barang yang
ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis
tentang barang itu yang diiisi oleh pembeli
sebelumnya, spesifikasi tentang barang tersebut, dan
produk lain yang berhubungan. Penawaran ini terbuka
bagi semua orang, yang tertarik dapat melakukan
windows shopping di toko online. Dan jika ada produk
yang menarik maka transaksi dapat dilakukan.
b. Penerimaan
Toko online dalam transaksi ecommerce melalui website, biasanya
pengunjung/calon pembeli akan memilih
barang tertentu yang ditawarkan toko
online. Jika calon pembeli tertarik maka
shopping cart akan menyimpan terlebih
dahulu barang yang calon pembeli
inginkan sampai calon pembeli yakin
akan pilihannya. Setelah yakin dengan
pilihannya maka calon pembeli akan
memasuki tahap pembayaran. Dalam ecommerce terdapat banyak metode
pembayaran. Dengan menyelesaikan
tahapan transaksi ini maka dengan
demikian pengunjung toko online telah
melakukan penerimaan (acceptance).
Dan dengan demikian terciptalah kontrak
online.
2.2.
Metode
pembayaran
dalam
transaksi e-commerce
Beberapa motivasi bagi pebisnis
untuk
memfasilitasi pembayaran online bagi
pelanggannya melalui suatu penyedia layanan
pembayaran online adalah sebagai berikut (Lowry
et al, 2006):
1. Meningkatkan efisiensi cash
flow.
2. Transaksi yang terjamin.
3. Biaya operasional yang lebih
hemat.
4.
Meningkatkan
proteksi
informasi sensitif.
Sementara itu, bentuk pembayaran pada toko
online menggunakan media internet, tata cara

pembayaran (transaksi) dapat dibagi menjadi lima


mekanisme utama yaitu :
a. Transaksi model ATM. Transaksi ini
hanya
melibatkan toko online dan pemegang
account yang akan melakukan pembayaran
dari account masing-masing.
b. Pembayaran dua pihak tanpa perantara,
transaksi dilakukan langsung pada kasir
toko
online (Cash Money).
c. Pembayaran dengan perantaran pihak
ketiga,
umumnya proses pembayaran yang
menyangkut debit, kredit maupun cek
masuk dalam kategori ini. Ada beberapa
metode pembayaran yang dapat digunakan,
yaitu :
1) Sistem pembayaran kartu kredit online
2) Sistem pembayaran check online
d. Micropayment, transaksi ini penting
dikembangkan karena sangat diperlukan
pembayaran receh yang kecil tanpa
overhead transaksi yang tinggi pada toko
online.
e. Anonymous digital cash, uang elektronik
yang
di enkripsi, di dahului oleh David Chaum
dengan
Digicash-nya
(http://www.digicash.com). Uang elektronik
menjamin privacy dari user cash tetap
terjamin sama seperti uang kertas maupun
coin yang kita kenal.
Dari
kelima
mekanisme
pembayaran tersebut, sistem pembayaran
yang sering digunakan pada toko online
adalah dengan kartu kredit. Hal yang
sering menjadikan masalah dalam
transaksi melalui elektronik. Pembajakan
kartu kredit serta penipuan kartu kredit
terjadi dalam transaksi e-commerce.
Sejumlah konsumen yang berbelanja
lewat internet pernah mengalami
pencurian nomor kartu kredit. Pencuri
dapat saja mendapatkan nomor kartu
kredit dengan cara menyusup server atau
juga
ke
sebuah
PC,
sehingga
berpengaruh terhadap pendapatan dan
kepercayaan pembeli ketika melakukan
transaksi pada toko online.
2.3.
Metode
Pengamanan
Dalam
Transaksi E-Commerce Pada Toko
Online

Untuk keamanan di dalam


transaksi e-commerce pada toko online,
saat ini ada dua metode yang dipakai
yaitu :
a. SSL (Secure Socket Layer) dan TLS
(Transport Layer Secure)
Secure Socket Layers (SSL)
merupakan protokol untuk pengamanan
data transfer dari browser pembeli ke
web server toko online. Untuk menjamin
keamanannya diperlukan lembaga resmi
yang mengeluarkan digital certificate
Ada beberapa lembaga seperti ini,
diantaranya adalah Verisign dan Thawte.
SSL melindungi informasi pribadi dalam
kontrak antara konsumen dengan toko
online. Keamana data yang dikirim
melalui
jaringan
juga
terjamin.
Konsumen dalam melakukan transaksi
harus memastikan bahwa data-data
tersebut sudah dalam bentuk terenkripsi
dengan baik. Hal tersebut dapat diperiksa
kepastiannya melalui tampilan sebuah
icon kecil dalam bentuk gambar sebuah
kunci saat melakukan browsing pada
situs toko online, gambar kunci tersebut
tidak boleh rusak, atau patah. Selain
melihat gambar kunci tersebut, dapat
juga diperiksa situs penjual yang
biasanya diawali dengan http harus
menjadi https pada saat proses transaksi.
b. Metoda yang kedua adalah Secure
Elektronic Transaction (SET)
SET menggunakan sertifikasi
digital untuk membuktikan bahwa
konsumen dan toko online memiliki hak
untuk menggunakan dan menerima
kartu. SET alat elektronik yang berfungsi
untuk memverifikasi toko online di layar,
dan juga berfungsi bagi penjual dan toko
online untuk memeriksa tanda tangan
konsumen pada bagian belakang kartu
visa. SET memberikan cara bagi
pemegang kartu dan toko online untuk
mengidentifikasi satu sama lain sebelum
melakukan
transaksi
sehingga
pembayaran dapat terjamin
Kebenarannya.
c. PGP (Pretty Good Privacy)
PGP adalah software enkripsi
yang digunakan oleh toko online. PGP
biasa dipergunakan untuk mengenkripsi
(mengacak dengan pola tertentu) e-mail

sehingga hanya yang memegang


kuncinya lah yang bisa membuka e-mail
tersebut. Cara kerja dari PGP adalah
dengan membuat Public key dan Private
key. Keduanya dibuat bersama-sama
dalam satu proses. Gunanya adalah
bahwa e-mail yang dienkripsi dengan
public key tersebut hanya dapat dibuka
private key. Tidak bisa tanpa private key
ataupun dengan private key milik orang
lain. Maka aplikasinya adalah, pembeli
dapat memberikan publik key kepada
pembeli yang lain, sementara pembeli
sendiri harus menyimpan rapat-rapat
Private keynya, jangan sampai jatuh
ketangan yang tidak berhak. Siapapun
yang ingin mengirimkan pesan rahasia,
hanya pembeli yang bersangkutan yang
bisa
membukanya,
hendaknya
mengirimkan e-mail tersebut dengan
mengenkripsi menggunakan Public key
pembeli tersebut.
Dengan prinsip yang sama, jika
pembeli ingin keamanan transaksi data,
maka pembeli mengirimkan public
keynya kepada operator toko online
untuk dipasangkan di situs web toko
online. Semua e-mail yang dikirim hanya
bisa dibuka dengan menggunakan
private key yang ada pada pembeli
tersebut.
2.4. Keamanan Pembayaran
Toko
online
tidak
mau
mengambil resiko untuk transaksi kartu
kredit via web, disamping membutuhkan
biaya operasional lebih tinggi, harus
ditunjang dengan kualitas sumberdaya
manusia yang benar-benar mengerti
tentang masalah keamanan jaringan.
Transaksi e-commerce berjalan pada
jaringan skala internasional. Oleh
karenanya, sangat dimungkinkan adanya
pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab yang bermaksud mengacaukan
jalannya transaksi e-commerce dengan
beragam tujuan. Untuk kelancaran bisnis
e-commerce ini, tak dapat dipungkiri
bahwa keamanan merupakan masalah
yang harus diperhatikan.
Tidak seperti perdagangan
biasa, prosedur pembayaran pada
transaksi e-commerce sangat berbeda.
Ada beberapa jenis pembayaran yang

dapat dipakai pada transaksi e-commerce


baik yang online realtime (kartu kredit
kartu debit, e-wallet, dsb) maupun yang
tradisional (transfer, wesel pos, dsb).
Karena memerlukan kecepatan dan
kepraktisan, maka prosedur pembayaran
yang banyak dipakai e-commerce adalah
yang online realtime. Akan tetapi metode
pembayaran
tersebut
memerlukan
perhatian khusus karena rentan dalam hal
keamanan.
Pada metode pembayaran toko
online ini, akan terjadi hubungan tiga
pihak yang berkaitan, yaitu pembeli,
pedagang dan institusi keuangan tertentu.
Proses tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut, pertama pembeli melakukan
proses
pembelian
dan
kemudian
membayar dengan memasukkan nomor
kartu. Kedua, web server perusahaan
akan meneruskan identitas dan nomor
kartu pembeli ke acquirer payment
gateway. Selanjutnya acquirer payment
gateway akan mengecek keabsahan kartu
yang dipakai. Jika sah, maka data akan
diteruskan ke acquirer (pihak bank) dan
kemudian akan diteruskan juga ke issuer
(pihak yang mengeluarkan kartu). Issuer
kemudian akan mengeluarkan nomor
otorisasi pembayaran transaksi tersebut yang
dikirimkan ke acquirer. Setelah memperoleh nomor
otorisasi, acquirer mengirimkan data tersebut ke
pedagang, dan memberitahukan bahwa proses
pembayaran telah sukses. Sehingga kemudian
pedagang dapat mengirimkan barang ke pembeli.
Karena proses pembayaran ini harus aman, maka
semua hubungan tersebut harus menggunakan
perangkat pengaman. Saat ini untuk mengamankan
data yang berhubungan dengan transaksi dipakai
metode enkripsi.
Sehingga segala hal yang
berhubungan dengan masalah bisnis pada
toko online, didasari pada satu
hal yang paling pokok, yaitu kepercayaan.
Perdagangan pada e-commerce ini merupakan sistem
perdagangan dimana antara pembeli dan penjual tidak
bertemu secara langsung. Oleh karenanya, bisnis ecommerce memerlukan suatu tanda bukti untuk
menjamin kepercayaan antara penjual dengan pembeli.
Salah satu metode yang dapat
dipakai sebagai jaminan tersebut adalah
dengan sertifikasi keaslian (Certification
of Authenticity). Ada banyak lembaga

yang mengeluarkan sertifikasi tersebut,


diantaranya Verisign dan Thawte.
Lembaga tersebut memberikan jaminan
keaslian dengan cara memberikan
identifikasi bahwa pemilik suatu website
adalah benar/asli dan bukan pemilik
palsu. Di samping itu, lembaga tersebut
juga mengeluarkan suatu kunci publik
bagi pemilik website, sehingga data-data
yang akan dikirimkan kepada pemilik
situs dapat dienkripsi menggunakan
kunci publik dari sang pemilik situs.
Sedangkan untuk menjamin keaslian dari
pembeli, maka lembaga sertifikasi
tersebut juga menyediakan layanan untuk
mengeluarkan
tandatangan
digital.
Dengan memakai tandatangan digital,
maka pedagang mempunyai jaminan
bahwa pembeli tersebut dapat dipercaya.

refrensi baik dari buku ataupun dari jurnal jurnal


yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengetahuan
masyarakat tentang keamanan bertransaksi online shop
atau e-commerce. Responden dari penelitian ini adalah
masyarakat yang dilakukan dengan cara penelitian
secara langsung di lapangan dengan cara membagikan
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya secara
langsung. Jumlah responden yang dibutuhkan adalah
30 orang. Hal ini untuk menghindari kurang validnya
data yang diperoleh. Kuesioner mengandung 8
pertanyaan dan pertanyaan tersebut tidak boleh
menyimpang dari tujuan yang diharapkan.

Hasil
Kepercayaan Terhadap Toko Online

Rumusan masalah
1.
2.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka


dapat di rumuskan sebuah masalah:
Apa saja jenis-jenis pembayaran online shop
atau e-commerce?
Bagaimana keamanan bertransaksi online
shop atau e-commerce?

Metodologi
Dalam penelitian ini data
dikumpulkan melalui dua cara, yaitu (1)
riset kepustakaan dan (2) riset lapangan.
Pengumpulan data di lapangan dilakukan
dengan survei menggunakan kuesioner.
A.Data Primer; menyebarkan
daftar pertanyaan kepada responden,
dengan
harapan
mereka
akan
memberikan
respon
atas
daftar
pertanyaan yang diberikan peneliti
kepada responden (Umar, 2002; 167).
B. Data Sekunder ; melalui
studi literature yang dilakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari teoriteori yang bersumber dari literature yang
berhubungan dengan masalah yang
dibahas. Data sekunder dikumpulkan
dari berbagai sumber eksternal seperti
literatur jurnal.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah kuesioner untuk mendapatkan data primer.
Kuesioner berisi 8 pertanyaan yang dapat menjawab
tujuan dari penelitian yang dilakukan. Kuesioner di
buat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan refrensi

Sangat Tidak
Setuju

Tidak Setuju

Ragu-ragu

Setuju

Ragu-ragu;
7; 23%
TidakSetuju;
Setuju;
17%
Setuju;
9;Setuju;
30% 4; 13%
Sangat
Sangat Tidak
5;5;17%

Sangat Setuju

gambar 1. Kepercayaan terhadap toko online


Dari grafik di atas, menurut responden 13%
menjawab toko online sangat dapat dipercaya, 30%
menjawab dapat dipercaya, 23% menjawab ragu-ragu
dan 17% menjawab toko online tidak dapat dipercaya
serta sangat tidak dapat dipercaya. Dari data tersebut
menunjukan bahwa mayoritas responden kurang
mempercayai toko online.
Pemenuhan Janji Toko Online

Sangat Tidak
Setuju

10% 7%
23%
33%

Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju

27%

Sangat Setuju

Gambar 2: Pemenuhan janji toko online


Dari grafik di atas 10% responden sangat
setuju, 33% responden setuju, 27% responden raguragu, 23% tidak setuju dan 7% responden menjawab
sangat tidak setuju bahwa toko online memenuhi
janjinya.

Jaminan Informasi Pribadi

7%

Sangat Tidak
Setuju

33%

Tidak Setuju

30%

Ragu-ragu

Membeli Online Di Masa Yang Akan Datang


Sangat Tidak Setuju

Setuju
Sangat Setuju

Tidak Setuju

10% 10%
Ragu-ragu

30%

20%Setuju

43%

17%

Sangat Setuju

Gambar 3: Membeli online di masa yang akan datang


Menurut responden, 10% sangat
setuju, 43% setuju, 17% ragu-ragu, 20%
tidak setuju dan 10% sangat tidak setuju
untuk membeli secara online di masa
yang akan dating. Grafik menunjukan
bahwa 53% ingin melakukan pembelian
secara online.

Gambar 5: Jaminan informasi pribadi


Dari grafik di atas 33% responden setuju,
30% responden ragu-ragu, 30% tidak setuju dan 7%
responden menjawab sangat tidak setuju bahwa toko
online menjamin informasi pribadi pembeli.
Rasa Aman Bertransaksi
Sangat Tidak Setuju
1; 3%

Tidak Setuju

5; 17%
Ragu-ragu

Setuju
16; 53%

8; 27%

Penuh Resiko Memberi Informasi Pribadi Pada Toko Online


Sangat Tidak Setuju
3%

Sangat Setuju

Tidak Setuju
20%

Ragu-ragu
43%

Setuju
7%

Sangat Setuju
27%

Gambar 4: Penuh resiko memberi informasi pribadi


pada toko online
Anggapan responden resiko pemberian
informasi pribadi, 3% dari total responden menjawab
sangat setuju, 43% responden setuju, 27% responden
ragu-ragu, 7% tidak setuju dan 20% responden
menjawab sangat tidak setuju beresiko.

Gambar 6: Rasa aman bertransaksi


Dari grafik di atas 3% responden sangat
setuju, 17% responden setuju, 27% responden raguragu dan 53% responden menjawab sangat tidak setuju
bahwa responden merasa aman bertransaksi online.
Pelayanan Toko Online Baik

8; 27%

Tidak Setuju
Ragu-ragu

14; 47%

Setuju

8; 27%
Gambar 7: Pelayanan toko online baik

Dari grafik di atas 46% responden setuju,


27% responden ragu-ragu dan 27% responden
menjawab tidak setuju bahwa responden merasa
pelayanan toko online baik.

Puas Bertransaksi Online

3; 10%
3; 10%
10;
10;
33%
33%
4; 13%

Sangat Tidak
Setuju

Tidak Setuju

Ragu-ragu

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 8: Puas bertransaksi online


Sedangkan dari data kepuasan responden
terhadap transaksi online menunjukan 10% responden
sangat setuju, 33% responden setuju, 13% responden
ragu-ragu, 34% tidak setuju dan 10% responden
menjawab sangat tidak setuju tentang rasa puas
bertransaksi online
Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dengan cara
menyebar kuesioner kepada responden sebanyak 30
orang, 44% responden merasa tidak puas dengan
transaksi online, hal ini berkaitan dengan rasa ketidak
amanan saat bertransaksi. Sedangkan sebanyak 53%

responden lainnya merasa tidak aman saat melakukan


transaksi online. Ketidakpuasan ini pun didukung oleh
jaminan keamanan informasi pribadi yang kurang
menurut responden dengan hasil survey sebanyak 37%.
Banyak resiko yang dapat merugikan konsumen jika
data pribadi seperti nomor kartu kredit yang bisa saja
dicuri oleh pelaku kejahatan, hal ini juga tercermin dari
sebanyak 70% responden menyatakan penuh resiko
jika memberikan informasi pribadinya.
Untuk meningkatkan kepuasan pembeli dan
meningkatkan rasa ingin berbelanja online, sebaiknya
penyedia online shop atau e-commerce perlu
menigkatkan keamanan baik itu data pribadi konsumen
maupun keamanan saat bertransaksi untuk mengurangi
tingkat kesalahan dan kejahatan dalam bertransaksi.
Penilaian responden terhadap penyedia online shop
atau e-commerce pun menjadi berkurang jika
keamanan transaksi serta costumer care terabaikan.
Untuk
mengatasi
kecurangan
atau
meningkatkan keamanan transaksi ada baiknya
Indonesia membangun lembaga yang dapat menjamin
keaslian dan keamanan konsumen seperti yang
digunakan pada metode SSL (Secure Socket Layer) dan
TLS (Transport Layer Secure).
Untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan
inovasi baru dalam hal jual beli online misalnya
dengan pembuatan kartu khusus transaksi jual beli
online dengan memperhitungkan tingkat keamanannya.

You might also like