Professional Documents
Culture Documents
Uji Antagonis Trichoderma Harzianum Terhadap Fusarium Spp. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Secara in Vitro
Uji Antagonis Trichoderma Harzianum Terhadap Fusarium Spp. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Secara in Vitro
Penyebab Penyakit
Layu pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) Secara In Vitro
[Antagonistic Test of Trichoderma harzianum Against Fusarium spp., a Causal Agent of
Wilt Disease on Pepper (Capsicum annum)]
MUKARLINA, SITI KHOTIMAH, DAN RENY RIANTI
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Tanjungpura
Jl. Ahmad Yani, Pontianak Kalimantan Barat
81
JURNAL FITOMEDIKA
82
83
JURNAL FITOMEDIKA
adanya persaingan ruang tumbuh dan nutrisi. Persaingan terjadi ketika terdapat dua mikroorganisme
atau lebih yang secara langsung memerlukan sumber
nutrisi yang sama (Soesanto 2008, Maryono 2007,
dan Raka 2006). Persaingan yang terlihat di ruang uji
antagonis antara T. harzianum dan Fusarium spp.
disebabkan adanya kebutuhan cendawan-cendawan
tersebut akan nutrisi yang terkandung di dalam
media uji antagonis untuk keber langsungan hidupnya
yaitu berupa karbohidrat, protein, asam amino esensial,
mineral dan elemen-elemen mikro seperti fosfor (P),
magnesium (Mg) dan Kalium (K), vitamin C (asam
askorbat), beberapa vitamin B (tiamin, niasin, vitamin
B6). Karbohidrat dan gula memiliki peran sebagai
sumber karbon untuk menghasilkan energi dan juga
untuk biosintesis senyawa-senyawa karbon. Karbohidrat dirombak menjadi asam oganik tertentu dan
karbon dioksida. Perombakan ini melibatkan enzim
ekstraseluler yang terikat di dinding sel dan hanya
beberapa organisme tanah saja yang dapat melakukan perombakan tersebut, salah satunya adalah T.
harzianum (Chalvignac 1953 dalam Imas & Setiadi,
1987). Gula dan karbohidrat dimanfaatkan oleh T.
harzianum sebagai sumber karbon yang memiliki
peran sebagai prekursor dari metabolit sekunder
untuk menghambat perkecambahan spora cendawan
patogen (Soesanto 2008, Maryono 2007, Hilme &
Shark 1970 dalam Suwahyono 2000). Miselium T.
harzianum cenderung lebih luas dibandingkan miselium Fusarium spp. diduga karena adanya kemampuan T. harzianum untuk menghasilkan asam
organik tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan Fusarium spp. serta adanya kemampuan dari T. harzianum
untuk menghasilkan metabolit sekunder berupa antibiotika yang bersifat menghambat perkecambahan
spora cendawan Fusarium spp. (Soesanto 2008,
Suwahyono 2000).
T. harzianum menghasilkan beberapa antibiotik,
di antaranya antibiotik peptaibol yang bekerja secara
sinergis dengan enzim (1,3) glukanase, senyawa 3(2-hidroksipropil)-4-(2-heksadienil)-2(5H) furanon
yang membantu proses penghambatan terhadap F.
oxysporum dan senyawa alkil piron (6-n-pentil-2Hpiran-2-on atau 6PP) yang bersifat fungistasis dan
mampu mengubah penyebaran biomassa cendawan
dengan kisaran luas. Asam amino bebas seperti asam
aspartat, asam glutamat, alanin, leusin dan valin serta
dua senyawa ninhidrin positif lainnya yang dihasilkan
T. harzianum secara in vitro juga dapat menurunkan patogenitas cendawan patogen (Soesanto 2008,
Suwahyono 2000).
Antagonis T. harzianum terhadap Fusarium spp.
diduga turut melibatkan mekanisme mikoparasitisme.
T. harzianum mulai membentuk cabang-cabang hifa
yang tumbuh ke arah Fusarium spp. pada tahap pertumbuhan kemotrof. Tahap pengenalan bersifat khusus
yaitu cendawan antagonis hanya menyerang patogen
84
serangan dari T. harzianum. T. harzianum membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mematikan
inangnya dalam proses mikoparasitisme maupun dalam
proses antibiosis.
Kesimpulan dan Saran
T. harzianum dalam kondisi in vitro mampu menekan pertumbuhan Fusarium spp. yang menginfeksi tanaman cabai dengan persentase antagonis
yang bervariasi, yaitu :
a. Fusarium sambucinum yang diisolasi dari jaringan
batang mampu dikendalikan secara in vitro dengan
persentase antagonis 94,2%.
b. Fusarium sambucinum yang diisolasi dari jaringan
bunga mampu dikendalikan secara in vitro dengan
persentase antagonis 85,5%.
c. Fusarium oxysporum yang diisolasi dari jaringan
daun mampu dikendalikan secara in vitro dengan
persentase antagonis 81,2%.
d. Fusarium sambucinum yang diisolasi dari jaringan
buah mampu dikendalikan secara in vitro dengan
persentase antagonis 79,8%.
e. Fusarium sambucinum yang diisolasi dari organ
buah mampu dikendalikan secara in vitro dengan
persentase antagonis 71,2%.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in
vivo terhadap keefektifan T. harzianum dalam mengendalikan F. sambucinum dan F. oxysporum yang menginfeksi organ-organ tanaman cabai.
Daftar Pustaka
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Edisi
ke-3). Terjemahan oleh M. Busnia, 1997. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G.. Mitchell. 2002.
Biologi, Jilid I, Edisi Kelima, Erlangga,. Jakarta.
Dharmaputra, O. S., A. S. R. Putri, I. Retnowati,
dan S. Ambarwati. 2001. Soil Mycobiota of Peanut
Field in Wonogiri Regency Central Java: Their
Effect on the Growth and Aflatoxin Production of
Aspergillus flavus In Vitro, J. Biotropia, Seameo
Biotrop, Bogor.
Ernawati. 2003. Potensi Mikroorganisme Tanah
Antagonis Untuk Menekan Pseudomonas sollanacearum pada Tanaman Pisang Secara in Vitro Di
Pulau Lombok. Makalah Falsafah Sains Program
Rerata
Persentase Antagonis
(%)
94,2
85,5
81,2
79,8
71,2
85
JURNAL FITOMEDIKA