You are on page 1of 5

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG GAPLEK - UREA YANG


DIKUKUS TERHADAP KONSUMSI DAN KECERNAAN
PROTEIN SERTA NERACA NITROGEN PADA DOMBA
(The Effect of Cassava Meal-Steamed Urea on Crude Protein Intake,
Digestibility and Nitrogen Balance for Sheep)
SOEHARSONO, SUPRIADI dan ERNA WINARTI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta

ABSTRACT
This research was conducted in order to evaluate the effect of cassava meal- steamed urea on crude
protein (CP) intake and digestibility and N retention in vivo for sheep. The substitution of concentrate feed
with cassava meal- steamed urea steamed for treatments were R-1 (0%), R-2 (20%), R-3 (40%) and R-4
(80%). The ration was given in the form of complete feed with an average 12% crude protein and 64% TDN
contents. The research used the Latin square design. Four female local sheep were reared in a metabolic cage.
Feed intake, feces, and urine were collected. CP intake, digestibility and N balance were analyzed for their
variance and if there were significant differences it was then continued with Turkey test. The results indicate
that the CP intake treatment R-2 (44.17 g/day) is significantly different (P<0.05) from R-1 (32.68 g/day) and
R-3 (35.12 g/day), but it does not significantly differ from the R-4 (41.27 g/day). CP digestibility treatment
R-2 (51.63%) is significantly different (P<0.05) from R-1 (34.84%) and R-3 (41.77%), but does not differ
significantly from the R-4 (45.59%). The best N retention was achieved by treatment R-3 (2.95 g/day)
followed by R-2 (2.93 g/day); R-4 (2.73 g/day) and R-1 (2.50 g/day). The research concluded that the
utilization of cassava meal-steamed urea as concentrate components can increase intake and CP digestibly
and has a positive effect on N balance in sheep. The treatment R-2 induces the highest response on the CP
intake and digestibility and also has good N retention.
Key Words: Cassava meal, Urea, Steamed, Crude Protein, N Balance, In Vivo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan tepung gaplek-urea yang diolah dengan metode
pengkukusan terhadap konsumsi dan kecernaan protein kasar (PK) serta retensi N secara in vivo pada domba.
Substitusi pakan konsentrat dengan tepung gaplek-urea yang dikukus masing-masing R-1 (0%), R-2 (20%),
R-3 (40%) dan R-4 (80%). Pakan diberikan dalam bentuk complete feed dengan rata-rata kandungan protein
kasar 12% dan TDN 64%. Penelitian menggunakan rancangan bujur sangkar latin (RBSL). Empat ekor
domba lokal betina dipelihara di dalam kandang metabolis. Konsumsi pakan, feses, dan urine dikoleksi.
Konsumsi protein kasar, kecernaan protein kasar (KcPK) serta neraca N dianalisis variansi apabila terdapat
perbedaan nyata dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
protein kasar (PK) ransum R-2 (44,17 g/hari) berbeda nyata (P<0,05) dengan R-1 (32,68 g/hari) dan R-3
(35,12 g/hari) namun tidak berbeda dengan R-4 (41,27 g/hari). Kecernaan PK ransum R-2 (51,63%) berbeda
nyata (P<0,05) dengan R-1 (34,84%) dan R-3 (41,77%) namun tidak berbeda dengan R-4 (45,59%). Retensi
N terbaik dicapai pada perlakuan R3 (2,95 g/hari) diikuti R2 (2,93 g/hari); R4 (2,73 g/hari) dan R1 (2,50
g/hari). Disimpulkan bahwa pemberian tepung gaplek-urea yang dikukus sebagai komponen pakan konsentrat
dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan PK serta berpengaruh positif terhadap neraca N pada ternak
domba. Ransum R-2 merupakan perlakuan terbaik dengan nilai konsumsi dan kecernaan PK tertinggi serta
retensi N yang baik
Kata Kunci: Gaplek, Urea, Pengukusan, Protein kasar, Retensi Nitrogen, In Vivo

400

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PENDAHULUAN
Pada saat ini tidak jarang gaplek digunakan
sebagai pakan ternak sumber energi, namun
demikian sistem pemberian pada ternak sangat
terbatas. Gaplek merupakan bahan pakan
sumber energi yang baik, dengan kandungan
energi 3000 kcal per kg, protein kasar 3,3%,
lemak kasar 5,3%, phospor 0,17%, dan kalsium
0,57% (TILLMAN et al., 1991). Tingginya
kandungan
karbohidrat
dalam
gaplek
mengakibatkan tingkat degradasi di dalam
rumen juga tinggi dan berlangsung cepat.
Keberhasilan
penggunaan
NPN
dapat
dilakukan dengan mengontrol pembentukan
dan penggunaan NH3 oleh mikrobia rumen.
Sehingga produksi NH3 dan penggunaannya
seimbang dalam kondisi aktifitas mikrobia
maksimum.
Dalam
memperlambat
pembentukan NH3 dari urea, beberapa usaha
dapat dilakukan dengan pembuatan biuret,
preparat ini dibuat dari pemanasan urea secara
berlebihan (overheating), pembuatan pellet dan
usaha menyelaputi atau coating urea yang
bersifat lilin (PARAKKASI, 1999). Efisiensi
penggunaan urea sebagai sumber N tergantung
pada fermentabilitas karbohidrat oleh mikrobia
rumen untuk sintesis protein mikrobia.
Penggunaan pati sebagai pakan ruminansia
kurang efisien, namun demikian secara tidak
langsung gelatinisasi pati dapat meningkatkan
degradasi di dalam rumen. Gelatinisasi akan
meningkatkan kecepatan kecernaan, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan non
protein nitrogen serta meningkatkan kecernaan
pati di rumen dan mengurangi fermentasi asam
laktat dan acidosis (VAN SOEST, 1994).
Efek
degradasi
protein
bervariasi
tergantung pada sumber protein. Protein yang
terikat dalam struktur karbohidrat memiliki
degradasi yang rendah (STRAALEN dan
TAMMINGA, 1990). Efisiensi pemanfaatan NH3
untuk sintesis protein mikroba sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan energi, yang dari
beberapa penelitian dinyatakan bahwa 3578%
N mikroba berasal dari NH3. Pemanfaatan NNH3
cairan
rumen
tergantung
pada
ketersediaan energi di dalam rumen, yaitu
apabila pakan yang diberikan sebagian besar
terdiri dari material yang mudah terfermentasi

maka 8085% N-NH3 di dalam rumen


digunakan untuk sintesis protein mikroba.
Namun apabila pakan yang diberikan sangat
sulit difermentasi, maka hanya 4555% N-NH3
di dalam rumen yang dapat digunakan untuk
sintesis protein mikrobia rumen (ORSKOV,
1992).
PRIHANTINI (1997) menyatakan bahwa
retensi N dihitung untuk mengetahui N yang
tertinggal di dalam tubuh ternak yang
diasumsikan akan dimanfaatkan ternak untuk
sintesis protein di dalam tubuhnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi retensi N, selain
tersedianya N dalam pakan juga dipengaruhi
oleh kemampuan mikroba rumen untuk
mengubah N pakan menjadi protein serta
kemampuan ternak untuk memanfaatkan
protein baik yang berasal dari mikroba maupun
protein pakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
retensi N juga dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan energi berupa VFA untuk sintesis
N menjadi protein. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi penggunaan tepung
gaplek-urea yang diolah dengan metode
pengkukusan terhadap konsumsi dan kecernaan
protein kasar (PK) serta retensi N secara in
vivo pada domba.
MATERI DAN METODE
Penelitian
menggunakan
rancangan
percobaan bujur sangkar latin 4 x 4,
menggunakan 4 ekor domba lokal betina
dengan bobot hidup sekitar 15 kg yang
diletakkan pada kandang metabolik yang
diberikan pakan konsentrat. Tepung gaplek
urea 9% yang dikukus dengan tingkat
penggunaan masingmasing: R-1 (0%); R-2
(20%); R-3 (40%) dan R-4 (60%) dalam pakan
konsentrat. Penggunaan tepung gaplekurea
9% yang dikukus merupakan hasil yang terbaik
pada proses pengolahan gaplekurea tersebut.
Ransum disusun iso protein dengan imbangan
50% jerami padi fermentasi dan 50%
konsentrat. Pakan diberikan dalam bentuk
campuran antara hijauan dengan konsentrat.
Air minum diberikan secara ad libitum.
Komposisi
nutrien
ransum
penelitian
ditunjukkan pada Tabel 1.

401

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Tabel 1. Komposisi nutrien ransum penelitian


Kandungan
nutrien
ransum
percobaan
(%)*

Perlakuan
R1

R2

R3

R4

89,18

87,31

88,58

88,44

Bahan organik
88,17
(BO)

88,74

89,49

89,86

Protein kasar
(PK)

11,74

12,00

11,70

11,97

Lemak kasar
(LK)

4,23

3,81

3,54

3,07

Serat kasar
(SK)

27,38

24,87

22,74

20,21

Abu

11,83

11,26

10,57

10,14

Total
digestible
nutrient
(TDN)

65,68

66,38

67,20

67,83

Bahan kering
(BK)

* Hasil analisis proksimat di Laboratorium


Peternakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta, 2002

Penelitian dilakukan dua tahap yaitu


periode adaptasi pakan dan periode koleksi.
Periode adaptasi pakan dilakukan selama 15
hari terhadap ransum perlakuan sampai didapat
konsumsi pakan yang konstan. Periode koleksi
dilakukan selama 7 hari koleksi data. Data
konsumsi dan kecernaan protein kasar serta
neraca N dianalisis variansi dan apabila
terdapat perbedaan yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) (STEEL dan TORRIE, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi dan kecernaan protein kasar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus dalam ransum konsentrat dapat
meningkatkan konsumsi dan kecernaan protein
kasar. Konsumsi dan kecernaan protein kasar
perlakuan R1; R2; R3 dan R4
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Ransum R2 mempunyai tingkat palatabilitas
yang tertinggi diikuti dengan ransum R4; R3
dan R1 (Tabel 2).

402

Respon terbaik pada rata-rata konsumsi dan


kecernaan protein kasar pada tingkat
penggunaan tepung gaplekurea 9% yang
dikukus dalam ransum konsentrat sebesar 20%
(R2) sebesar 44,17 g/hari dan 51,63%.
Meningkatnya kecernaan PK diduga juga
karena adanya peningkatan populasi mikroba
rumen.
Bertambahnya
proporsi
pakan
konsentrat dan karbohidrat yang mudah larut
maka akan semakin baik pertumbuhan bakteri
sehingga jumlah bakteri akan semakin banyak.
Peningkatan kecernaan ini diduga karena
adanya proses gelatinisasi. Proses ini
menyebabkan urea terselaputi oleh tepung
gaplek sehingga ukuran partikel menjadi lebih
besar, tidak mudah terdegradasi dalam rumen
dan dapat bertahan lebih lama di dalam rumen.
Dengan
pengukusan
tersebut
akan
memperlambat proses pelepasan NH3 dari urea
di dalam rumen sehingga akan mengurangi
kelebihan NH3 di dalam rumen. Dengan
demikian NH3 yang terbentuk tidak terlalu
banyak dan dapat digunakan dengan efisien
oleh mikrobia rumen untuk sintesa protein
mikrobia. RAHAYU (2004) melaporkan bahwa
pengukusan gaplek dengan berbagai aras urea
dapat memperlambat laju degradasi bahan
kering dan bahan organik sekitar 24 jam
pertama. Hasil olahan gaplek-urea mempunyai
kualitas lebih baik dengan kandungan protein
kasar, KcBK, KcBO in vitro dan in sacco yang
tinggi. Penggunaan urea dalam pengukusan
tepung gaplek dapat memproteksi nilai fraksi
yang mudah larut (a) dan degradasi teori (Dt)
serta meningkatkan fraksi tidak larut namun
potensial terdegradasi, (b) pada bahan kering
dan bahan organik.
Neraca nitrogen
Hasil penelitian terhadap neraca nitrogen
menunjukkan bahwa penggunaan tepung
gaplek-urea 9% yang dikukus dalam ransum
konsentrat terhadap konsumsi N; Nfeses,
kecernaan semu N; Nurine dan retensi N tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
Rata-rata neraca N dari perlakuan R1; R2;
R3 dan R4 ditunjukkan pada Tabel 3.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa
pemanfaatan tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus dalam ransum konsentrat menunjukkan
nilai retensi N lebih tinggi dibandingkan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Tabel 2. Konsumsi dan kecernaan harian protein kasar pada domba yang diberikan konsentrat yang disusun
dari tepung gaplek-urea 9% yang dikukus dengan level yang berbeda
Ransum

Uraian
Konsumsi protein kasar (g/hari)
Kecernaan protein kasar (%)
a,b,c

R1

R2

R3

R4

32,68 7,91a
34,84 4,74a

44,17 4,24c
51,63 3,93c

35,12 8,93ab
41,77 8,91ab

41,27 4,89bc
45,59 3,77bc

superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5%

Tabel 3. Neraca nitrogen domba yang diberikan konsentrat yang disusun dari tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus dengan level yang berbeda
Ransum

Uraian
KonsumsiN (g/hari)
Nfeses (g/hari)
Kecernaan semuN (g/hari)
Nurine (g/hari)
RetensiN (g/hari)

R1

R2

R3

R4

7,71
4,96
2,75
0,25
2,50

8,51
5,25
3,26
0,32
2,93

7,90
4,72
3,18
0,23
2,95

7,24
4,23
3,01
0,28
2,73

dengan ransum kontrol (R1). Retensi N


terbaik dicapai pada perlakuan R3 (2,95
g/hari) diikuti R2 (2,93 g/hari); R4 (2,73
g/hari) dan R1 (2,50 g/hari). Hal ini berkaitan
erat dengan tingkat konsumsi dan kecernaan
protein kasar yang semakin meningkat (Tabel
2). Ketersediaan dan efisiensi penggunaan
nitrogen suatu ransum oleh ternak dapat
diketahui dari selisih antara jumlah nitrogen
yang dikonsumsi dan yang dikeluarkan oleh
tubuh baik melalui feses maupun urine. Protein
kasar tersusun dari unsur nitrogen maka
peningkatan konsumsi protein kasar dapat
diartikan sebagai peningkatan konsumsi
nitrogen sehingga semakin meningkat pula
retensi nitrogen (MATHIUS et al., 2002). BONDI
(1987) menyatakan bahwa ternak mempunyai
kapasitas maksimal untuk menyimpan protein
tubuhnya tergantung pada umur bobot hidup
dan kondisi fisiologis, disamping keseimbangan
suplai energi dan protein.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus dapat meningkatkan secara nyata
konsumsi dan kecernaan protein kasar pada
domba dan mempnyai nilai efisiensi yang lebih

baik ditinjau dari nilai neraca-nitrogen. Tingkat


penggunaan tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus sebesar 20% (R2) dalam konsentrat
merupakan yang terbaik dibandingkan dengan
ransum kontrol (R1); R3 dan R4.
DAFTAR PUSTAKA
BONDI, A.A. 1987. Animal Nutrition. John Wiley
and Sons Publ. New York.
KAMAL, M. 1994. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
MATHIUS, I-W, I.B. GAGA dan I-K. SUTAMA. 2002.
Kebutuhan Kambing PE Jantan Muda akan
Energi dan Protein Kasar: Konsumsi,
Kecernaan, Ketersediaan dan Pemanfaatan
Nitrogen. JITV 7(2): 99109.
ORSKOV, E.R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants.
2nd ed. Academic Press Limited, London.
PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan
Tenak Ruminansia. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
PRIHARTINI, I. 1997. Pengaruh Penggunaan Bungkil
Biji Kapuk (Ceiba petandra) Terhadap
Konsumsi dan Kecernaan Ransum pada Sapi
Peranakan Ongole yang Sedang Tumbuh.
Thesis. Program Pascasarjana. Universitas
Brawijaya. Malang.

403

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

RAHAYU, N. 2004. Pengaruh Aras Urea pada


Pengukusan
Tepung
Gaplek
terhadap
Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik
Secara In Sacco. Skripsi. Fak. Pertanian Univ.
Wangsa Manggala. Yogyakarta.

TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO,


S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan
ke-5. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

STRAALEN, W.M. and S. TAMMINGA. 1990. Protein


degradation of ruminant diet. In: Feedstuff
Evaluation. WISEMAN, J. and D.J.A. COLE
(Eds.). Butterworths. London.

VAN SOEST, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the


Ruminants. 2nd Edition. Comstocct Publised
Associated. A Devition of Cornell University
Press, Ithaca.

STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1995. Prinsip dan


Prosedur
Statistik
Suatu
Pendekatan
Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

404

You might also like