You are on page 1of 86

Perencanaan

HFC Network

HFC Network Planning


Map of
Network
Eksisting

Demand
Per
Fiber Node

Spec
Technic
HFC

Fundamental
Technical Plan

Early Survey

Basic Design HFC Network

Output of Basic Design HFC Network :


1. Project configuration for long-range goals,
covering : Location, Service type
and HFC Network
2. Project configuration for short-range,
covering : Location, Service type
and HFC Network

Master Plan
City

Final Activity of HFC Network


Planning
Output of Basic Design HFC Network :
1.

Project configuration for long-range goals

2.

Project configuration for short-range


Survey :
Survey Demand
Technical Survey
Completion of Network Planning
( Adapted by a result survey)
Comparing result of Basic Design
with result survey,
To later;then be completed
Calculation of BoQ HFC Network
Compilation Enlist Material And Service
that is needed according to result
last scheme

TAHAP-TAHAP PERENCANAAN
JARINGAN HFC

Penentuan Network Scope


Penentuan kebutuhan bandwidth
Penentuan Struktur jaringan
Penentuan standar kualitas sinyal

MENENTUKAN KEBUTUHAN
BANDWIDTH
Bandwidth

= kapasitas
Ditentukan oleh Layanan yang ditawarkan

Analog Video
Digital Video
Telephony
Interactive Services

LAYANAN ?
ANALOG

VIDEO
DIGITAL VIDEO
TELEPHONY
INTERACTIVE SERVICES

PILIHAN LEBAR PITA


FORWARD
JARINGAN

216, 270, 300, 330, 400, 450

MHz
JARINGAN 550 MHz
JARINGAN 750 MHz
JARINGAN 870 MHZ
JARINGAN 1000 MHz

BANDWIDTH TERSEDIA
870

85 = 785 MHz true bandwidth

Pita radio FM : 85 108 = 23 MHz


Frekuensi yang dilarang : 108 120 = 12 MHz

785

MHz 23 MHz 12 MHz = 750 MHz

VIDEO ANALOG
25

kanal TV analog dengan lebar pita tiap


kanal adalah 7 MHz untuk jangkauan
frekuensi 120 300 MHz
31 kanal TV analog dengan lebar pita tiap
kanal adalah 8 MHz untuk jangkauan
frekuensi 300 550 MHz
(25 x 7) + (31 x 8) = 423 MHz
706 MHz 423 MHz = 283 MHz

Penentuan Struktur jaringan


Ukuran jaringan
Layanan yang ditawarkan
Ukuran daerah layanan (service area)

Planning, Design and Traffic


Enggineering

Dasar-dasar Perencanaan

Survey
Lokasi
Definisi Parameter
Layanan yang diberikan

Design

Parameter Status
Penentuan Perangkat
Penentuan Parameter
Perhitungan jaringan yang
didesain
Plotting

Data planning

Pengetahuan DOCSIS
Parameter-parameter DOCSIS
Modeling untuk Data network
Traffic enggineering
IP knowledge
Konfigurasi DOCSIS
MIB untuk maintenance

Voice Planning

Pengetahuan Packet Cable


Parameter untuk Packet Cable
Modeling untuk Voice network
Definisi NCS/LCS
Dasar-dasar Softswitch
Traffic enggineering untuk
voice over packet

Survey
Apa yang dibutuhkan penduduk (calon
pelanggan) dari teknologi HFC ?
Kenapa penduduk di daerah tersebut
butuh layanan dari jaringan HFC ?
Dimana jaringan HFC tersebut akan
digelar ?
Kapan daerah tersebut memerlukan
layanan dari jaringan HFC ?
Bagaiamana Jaringan HFC direncanakan
untuk suatu daerah tertentu ?

Bagaimana ?

Penentuan jangkauan dari suatu jaringan


Penentuan kebutuhan Bandwidth
Analisa layout geografis
Pemilihan Struktur Jaringan
Penentuan Standar Qualitas Sinyal
Pemilihan perangkat
Desain dan Bagan

Lokasi
Lokasi yang berbeda akan mempunyai
konfigurasi jaringan yang berbeda pula
Lokasi juga mempengaruhi penentuan
penempatan beberapa perangkat dalam sistem
HFC.
Beberapa perangkat dimana penempatannya
sangat dipengaruhi oleh lokasi, yaitu Headend,
Distribution Hub, Fiber Node

LokasiHeadend

Berada ditengah-tengah (sentrum) dari daerah


yang mempunyai kepadatan demand yang tinggi
dan merata dalam suatu daerah layanan headend
Lokasi harus berada pada jalan besar (utama)
yang jauh dari jalur rel kereta api, sungai besar,
dan tempat lain yang dapat merusak sinyal
ataupun merusak jaringan.

LokasiDistribution Hub
Sedekat mungkin dengan sistem catu daya
Pengkondisian suhu ruangan dimana
perangkat diletakkan
Penempatan diatur sedemikian rupa agar
jarak kabel penghubung antara node dengan
ODF/FDF sependek mungkin
Tersedianya perangkat yang dapat
mengatasi bencana seperti kebakaran

LokasiFiber Node

Panjang kabel koaksial untuk menjangkau pelanggan


yang berada dalam derah pelayanan FN relatif pendek
Penempatannya sebisa mungkin ditengah-tengah
daerah layanan sehingga jangkauannya optimum.
Aman dari gangguan
Untuk penempatan pada gedung
bertingakat/apartemen, FN dapat diletakkan di
basement (di ruang perangkat telekomunikasi)
maupun ditiap-tiap lantai gedung dengan
mempertimbangkan kemudahan dalam penyediaan
power supply, instalasi, operasional dan maintanance.

Penentuan Signal Quality


Standar
Carrier-to-Noise

(CNR)
Composite Second Order (CSO)
Composite Triple Beat (CTB)
Cross-Modulation (XMOD)
Modulasi Hum (HMOD)
FCC menetapkan tidak kurang dari 0 dBmV
di terminal pelanggan.

Menentukan Parameter Operasi Hasil


Rancangan

Menentuan Tap level


Performansi Jaringan (Menghitung nilai-nilai
akhir saluran (EOL) )
Express feeder design
Reverse design
Network powering
Plot

Penentuan Tap level

Menetapkan level di customer premisesFCC menetapkan level 0


dBmV
Jumlah TV
Loss splitter 2-way
Memilih tipe dan panjang kabel untuk digunakan pada customer premises
Memilih kabel drop
Penentuan level di Tap

Frekuensi (MHz)

120

453

823

Level Terminal/HCT (dBmV)

3.00

3.00

3.00

Jumlah Terminal Splitter (dB)

4.30

4.50

5.50

Rugi-rugi Kabel dlm Rumah (dB)

1.09

2.06

2.83

Rugi-rugi Kabel Drop (dB)

2.13

3.98

5.52

Level Tap yang Dibutuhkan (dBmV)

10.52 13.54 16.84

Performansi Jaringan

Performansi Jaringan
CNR

gabungan (CNREOL)

CNREOL 10 log 10

CTB

55
10

10

50
10

10

57
10

69
10

10 48.2dB

gabungan (CTBEOL)

CTBEOL 20 log 10

70
20

10

65
20

10

70
20

64
20

10 54.8dBc

Performansi Jaringan
CNR

dan CTB pada Express Amplifier

CNRamplifier 57 10 log(3)
CNRamplifier 61.8dB
CTBamplifier 70 20log(3)
CTBamplifier 79.5dBc

Performansi Jaringan
CNR

dan input amplifier


Linput CNRAmplifier N t N f
Linput 61.8 (59.21) 9.4
Linput 61.8 59.21 9.4
Linput 11.99dBmV 12dBmV

Performansi Jaringan
CTB

dan amplifier output

Ooper

CTBamplifier CTBspec
Oref

Express feeder design


tidak terdapat tap dalam bagian jaringan
memudahkan upgrading dari sistem
Misalnya dalam suatu jaringan express koaksial
terdapat nilai parameter CNR, CSO, CTB, XMOD, Hum
Moulation maka dengan mengasumsikan amplifier
identik jumlah maksimal amplifier yang diijinkan dapat
dicari dengan rumus performansi kaskade.

Express feeder design


Contoh tabel hasil perhitungan desain
express feeder
Target
No Parameter Performansi (dB) Nilai N

Nilai N
(dibulatkan ke
bawah)

1 CNR

48

3.86

2 CSO

53

76.84

76

3 CTB

53

7.95

XMOD (Cross
4
Modulation)

53

3.11

HMOD (Hum
5
Modulation)

53

5.08

Reverse design
rancangan

harus dicek kembali dalam arah


reverse untuk memastikan bahwa rancangan
tersebut juga bekerja dalam arah tersebut.
dalam arah reverse, perangkat pada tiap
rumah pelanggan harus mampu
berkomunikasi secara mandiri dengan
perangkat penerima karena tiap rumah
pelanggan berada pada jarak yang berbeda
dari penguat

Reverse design
Pj. Kabel (m)
Sinyal Pembawa Reverse
Rugi Splitter

65 MHz

Satuan

50.0

dBmV

4.2

dB

Redaman Kabel RG-6

15

0.7

dB

Redaman Kabel RG-11

45

1.3

dB

261

2.6

dB

Tap 4 dB 2-Port

4.0

dB

Tap 11 dB 4-Port

3.0

dB

Rugi In-line Equalizer

1.0

dB

Redaman Kabel Total 0.750

Pj. Kabel (m)

65 MHz

Satuan

Tap 17 dB 4-Port

1.4

dB

Tap 26 dB 4-Port

0.9

dB

Tap 29 dB 2-Port

0.5

dB

Rugi-rugi Total

20.6

dB

Masukan Penguat Reverse

29.4

dBmV

Network powering

Perancangan pencatuan arus bolak-balik (AC)


dilakukan secara terpisah dari perancangan RF
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk
memanfaatkan kemampuan penuh dari catu daya
(arus) tanpa kekurangan atau kehabisan tegangan
Sistem TV kabel tradisional biasanya dicatu oleh
catu daya 60 VAC, baik konvensional maupun
stand-by
menggunakan hukum Ohm untuk menghitung
tegangan jatuh yaitu dengan menggunakan
persamaan Evoltage=Icurrent*Rresistance,
Rresistance merupakan resistansi loop dari kabel.

Network powering
Contoh sederhana, misalkan catu daya
mempunyai tegangan 60 V dan arus keluaran
sebesar 6.3 A. resistansi loop dari kabel
koaksial sebelum amplifier sebesar 0.513 ohm.
Maka voltage drop dapat dicari drop tegangan
sebesar 6.3*0.513= 3.2 Volt. Maka sisa
tegangan untuk amplifier berikutnya adalah 603.2 = 56.8 V. misalkan satu amplifier
mengkonsumsi arus sebesar 0,9 mA maka arus
yang bisa ditansmisikan ke amplifier
selanjutnya sebesat 6.3-0.9=5.4 mA.

Plotting on design tools


Design and Draft

Pada Strand map akan ditunjukkan keadaan lokasi,


panjang kabel yang digunakan, dan jumlah rumah yang
diperlukan untuk melengkapi design yang dimaksud

Map Symbology

DOCSIS Overview

DOCSIS (Data Over Cable Service Interface Specification)


adalah standar yang digunakan untuk interface cable modem
dan Cable modem Termination System pada sistem kabel.
DOCSIS dikembangkan dari proyek MCNS (Multimedia Cable
Network System) yang merupakan milik konsorsium. .
DOCSIS distandarisasi oleh ANSI dengan bantuan dari SCTE.
Standar DOCSIS pada tahun 1997 dengan mengacu pada
system TV yang berlaku di Amerika. Sehingga DOCSIS lebih
dikenal sebagai standar Amerika. Dalam perkembangannya
MCSN telah mengeluarkan beberapa rekomendasi
diantaranya DOCSIS 1.0, DOCSIS 1.1, dan yang paling
mutakhir adalah DOCSIS 2.0

DOCSIS 1.0

MSCN membuat suatu standar yang dikenal dengan


DOCSIS 1.0 pada komunitas pabrik tahun 1997
Awal tahun 1998 Cablelabs mulai membentuk
program sertifikasi untuk peralatan DOCSIS untuk
memastikan produk cable modem dari pabrik yang
berbeda dapat sesuai.
Pada awal Maret 1998, International
Telecommunication Union (ITU) menerima DOCSIS
sebagai standar cable modem.
DOCSIS 1.0 merupakan spesifikasi pertama yang
dikeluarkan Cablelabs untuk cable modem dan telah
diperbaharui menjadi DOCSIS 1.1.

DOCSIS 1.1
DOCSIS 1.1 dibangun di atas 1.0, tetapi termasuk juga fitur-fitur di bawah
ini :
QoS (Quality of Service)
Dynamic Services
Concatenation
Fragmentation
Payload Header Supression
IP Multicast
CM Authentication
SNMPv3
View-based access control and management (VACM)
CM Account Management
Fault Management
Secure Software

DOCSIS 2.0
DOCSIS 2.0 dibangun di atas DOCSIS 1.1, dan
menyediakan semua fitur dan fungsi yang
disediakan DOCSIS 1.1. Dalam penambahannya,
menyediakan peningkatan seperti di bawah :

Kapasitas upstream yang diperbaiki dengan lebih baik


Kapasitas kanal upstream maksimum 30.72 Mbps
Lebar kanal maksimum upstream 6.4 MHz
Operasi Synchronous-CDMA
Meningkatkan ketahanan terhadap noise upstream dan
pengrusakan kanal
Reed-Solomon error correction yang diperbaiki
Modulasi Kode Trellis
Channel utilization statistics

EURODOCSIS
EURODOCSIS (EURO Data Over Cable Service
Interface Specification) merupakan standar yang
hampir sama dengan standar DOCSIS.
EURODOCSIS adalah standar DOCSIS yang
dikeluarkan oleh konsorsium Eropa untuk
menyesuaikan dengan system TV yang berlaku di
Eropa. Sehingga EURODOCSIS lebih dikenal
sebagai standar Eropa.

Komponen DOCSIS
Cable SystemCable System ini merupakan
jaringan HFC ataupun jaringan koaksial saja yang
menghubungkan antara CMTS (biasanya di
Headend) dan Cable Modem di pelanggan.
Cable Modem Termination System (CMTS)CMTS
merupakan perangkat yang memodulasi sinyal dari
jaringan data untuk ditransmisikan ke cable modem
dan mendemodulasi sinyal respon dari cable modem
Cable Modem (CM)CM terdapat di customer
premise equipment, yang akan memodulasi dan
mendemodulasi sinyal ked an dari CMTS

Komponen DOCSIS

Back Office ServiceBeberapa layanan yang


termasuk Back Office service adalah sebagai
berikut :

DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) Server

TOD (Time of Day) Server

RFC2131memberikan penentuan IP address secara dinamis


untuk modem dan PC
Mengijinkan re-use dalam penentuan IP address
RFC 868memberikan timestamp untuk kejadian yang tercatat
(logged event)

TFTP (Trivial File Transfer Protocol) Server

RFC 1350memeberikan file konfigurasi modem


Bin file dibuat dengan Configuration File Editor

Pengetahuan IP

Domain Name Server (DNS) adalah suatu set protokol dan


service yang memungkinkan user dari suatu jaringan untuk
menggunakan nama suatu network resources yang lebih user
friendly dan tersusun secara hirarkis dan pada penggunaan IP
addres yang sulit diingat
Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) merupakan suatu
protokol yang berfungsi untuk pemberian IP address secara
otomatis, sehingga administrator tidak perlu repot-repot
memberikan IP address satu per satu ke semua client yang ada
Subnetting adalah teknik atau metode yang digunakan untuk
memcah ID yang dimiliki oleh suatu IP menjadi beberapa
subnetwork ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih
kecil
Routing merupakan suatu proses mencari jalan bagi
pmbentukan hubungan dua jaringan yang terpisah.

Perbandingan DOCSIS dan


EURODOCSIS
No Parameter

DOCSIS

EURODOCSIS

Negara pembuat

Amerika

Eropa

Lebar bandwidth

6 MHz

8 MHz

System tv

NTSC

PAL/SECAM

Frekuensi
downstream

50 MHz - 860 47 MHz - 862


MHz
MHz

Frekuensi
upstream

5 MHz - 42 MHz

5 MHz - 65 MHz

Parameter DOCSIS
Level

transmisi
Level daya dari CMTS pada arah downstream
dengan lebar kanal 6 MHz direkomendasikan
pada batasan nilai -10 dBc sampai -6 dBc
relative terhadap level carier video analog.
Performansi layanan data end to end
Performansi layanan data end-to-end
ditunjukkan oleh besaran Quality of Service
(QoS).

Parameter DOCSIS
Quality of Service (QoS).

Troughput
DelayDelay akses, Round trip delay
Bit Error Rate (BER)

Parameter DOCSIS

Modulasi Downstream dan Upstream


Downstream Modulation (from CMTS to CM) uses 88 to
860 MHz range

64 or 256 QAM
Bandwidth of 6MHz

Upstream Modulation (from CM to CMTS) in 5 to 42


MHz range

QPSK or 16 QAM

Bandwidths

200KHz

400KHz

800KHz

1.6MHz

3.2MHz

Konfigurasi DOCSIS

Konfigurasi untuk arah transmisi


downstream
Konfigurasi untuk arah upstream
Konfigurasi Ranging dan auto adjustment
Konfigurasi DHCP dari CMTS
Konfigurasi File untuk melakukan boot
Konfigurasi TIME of DAY (ToD) SERVER
Registrasi CMTS

Planning, Design and Traffic


Enggineering

Dasar-dasar Perencanaan

Survey
Lokasi
Definisi Parameter
Layanan yang diberikan

Design

Parameter Status
Penentuan Perangkat
Penentuan Parameter
Perhitungan jaringan yang
didesain
Plotting

Perencanaan Layanan Data

Dasar-dasar DOCSIS
Parameter-parameter DOCSIS
Modeling untuk Data network
Traffic enggineering
IP knowledge
Konfiguirasi DOCSIS
MIB untuk maintenance

Perencanaan Layanan
Suara/Voice

Dasar-dasar Packet Cable


Parameter untuk Packet Cable
Modeling untuk Voice network
Definisi NCS/LCS
Dasar-dasar Softswitch
Traffic enggineering untuk voice
over packet

Parameter Status

Performansi Link Optik


Performansi Jaringan Koaksial

Performansi Link Optik

Laser Noise
EDFA Noise
Receiver Noise
Noise Total
Optical Modulation Index

Laser Noise
Relatif Intensity Noise (RIN) yang dihasilkan
oleh emisi spontan dari foton, yang
menghasilkan cahaya yang tidak koheren
2

CNRRIN

2 B( RIN )

m= single channel modulation index


B= Noise measurement bandwidth
(4 (NTSC), 4,75 (PAL B,G))

EDFA Noise
Noise pada amplifier optik ini dihasilkan juga
karena emisi spontan dari foton, dikenal sebagai
Amplified Spontaneous Emission (ASE)

SNRIN .m
CNREDFA
2.B.F

SNRIN = SNR input amplifier


F
= faktor noise amplifier
B
= Noise measurement bandwidth
(4 (NTSC), 4,75 (PAL B,G))

Receiver Noise

Langkah 1 : Menentukan responsivitas receiver

.q.

h.c

= efisiensi kuantum dari detector,


q = muatan elektron dalam coulombs,
= panjang gelombang dalam meters,
h = konstanta Planck (6.63 x 10-34 J.s),
dan
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1)

Langkah 2 : penentuan Shot Noise receiver

m . .PIN

4.q.B
2

CNRSHOT

= responsivitas

Receiver Noise

Langkah 3 : Menentukan Noise Thermal


Receiver

CNRtherm

m. .PIN

2
n

2.i .B

in2= thermal noise equivalent current dari amplifier

Noise Total
CNR total dari suatu link optik =

CNRtotal 10log 10

CNRRIN

10

CNREDFA
10

10

10

CNRshot

10

10

CNRtherm

10

Optical Modulation Index


Optical Modulation Index (OMI) merupakan
pengukuran dari derajat modulasi dari carrier optik
oleh sinyal RF

OMI

I rf , peak
I MOD

Irf,peak
= peak RF modulating
current
IMOD = average modulating current

Performansi Jaringan Koaksial

CNR
CSO
CTB
XMOD
Hum Modulation

Performansi Jaringan Koaksial


Mengubah Noise Figure menjadi CNR

CNR 65.2 10 log(f ) Li NF


= lebar pita pengukuran (MHz)
Li = level masukan penguat (dBmV)
Sistem

B,G

K1,L

M,N

Lebar Pita Video* (MHz)

6.75

5.75

7.25

4.95

Noise 5.08

4.75

5.58

4.00

Lebar Pita
(MHz)

Pengukuran

*termasuk lower sideband

Performansi Jaringan
Koaksial

Amplifier tunggalEffect perubahan Level Output

CNRbaru CNRref ( Lbaru Lref )

CTBbaru CTBref 2( Lbaru Lref )

CSObaru CSOref ( Lbaru Lref )


XMODbaru XMODref 2( Lbaru Lref )

Performansi Jaringan Koaksial


Amplifier tunggalEffect Efek perubahan tilt

CNRbaru CNRref (Tbaru Tref )


CTBbaru CTBref 0,8(Tbaru Tref )
CSObaru CSOref 0,33(Tbaru Tref )
XMODbaru XMODref 0,5(Tbaru Tref )

Performansi Jaringan Koaksial


Amplifier dan level operasi yang identik

CSOkaskade CSOsingle 10 log( N )

CNRkaskade CNRsingle 10 log N


CTBcascade CTBamp 20 log( N )
XMODcascade XMODamp 20 log( N )
HMODcascade HMODamp 20 log( N )

Performansi Jaringan Koaksial


Amplifier atau level operasi yang tidak sama

CNR 10 log 10
10
........... 10

CSO1
CSO 2
CSO ( n )

CSO 10 log 10 10 10 10 ........... 10 10

CTB1
CTB 2
CTB ( n )

CTB 20 log 10 20 10 20 ........... 10 20

XMOD1
XMOD 2
XMOD ( n )

20
20
20
XMOD 20 log 10
10
........... 10

HMOD1
HMOD 2
HMOD ( n )

HMOD 20 log 10 20 10 20 ........... 10 20

CNR1
10

CNR 2
10

CNR ( n )
10

Perhitungan pada jaringan


HFC

Jaringan Optik
Jaringan Koaksial

Jaringan Optik
Power

link Budget
Secara sederhana power link budget ini bertujuan untuk
menentukan daya yang sampai di penerima.

Pr(dBm) Pt(dBm) + Gain(dB) loss (dB) - M


Rise

Time Budget (Sistem Digital)

Pada dasarnya tujuan Rise time budget adalah untuk


mengetahui adanya degradasi sinyal yang dikirim yang
pada akhirnya akan berhubungan dengan bit rate
transmisi dan jarak yang diijinkan

t ys t t t
2
S

2
R

2
mat

2
modal

Jaringan Koaksial

Power link Budget


Analisa Performansi

Standardisasi performansi
Federal Communication Commission (FCC) dan EIA
Parameter

Standar

Nilai Parameter yang Diharapkan

Carrier to Noise Ratio

FCC part 76

43 dB pada lebar pita noise

Composite Triple Beat

FCC part 76

-51 dBc

Composite Second Order

FCC part 76

-51 dBc

Cross Modulation Level

FCC part 76

-40 dBc

Hum Modulation

FCC part 76

-26 dBc

Level minimum sinyal video

FCC part 76

0 dBmV pada input perangkat


pelanggan

Level maksimum sinyal video

EIA-23

+15 dBmv pada input perangkat


pelanggan

Input Cable Modem

DOCSIS

-15 sampai 15 dBmV

Input CMTS

DOCSIS

160 kSps : -16 sampai +14 dBmV


320 kSps : -13 sampai +17 dBmV
640 kSps : -10 sampai +20 dBmV
1280 kSps : -7 sampai +23 dBmV
2560 kSps : -4 sampai +26 dBmV

Output CMTS

DOCSIS

50 sampai 61 dBmV

Output Cable Modem

DOCSIS

QPSK : 8 sampai 58 dBmV


16 QAM : 8 sampai 55 dBmV

Standardisasi performansi
Scientific Atlanta Institute (SAI).

Parameter

Standar FCC

Standar Perancangan
(SAI)

CNR

43 dB pada lebar pita


noise

48 dB

CTB

-51 dBc

53 dBc

CSO

-51 dBc

53 dBc

Cross Mod

-40 dBc

45 dBc

Hum Mod

-26 dBc

30 dBc

Rekayasa Trafik

Trafik dalam telekomunikasi diartikan sebagai lamanya


pemakaian saluran yang diduduki dan diukur dengan
satuan waktu
Pengertian satu erlang adalah lamanya pendudukan suatu
sirkit selama satu jam terus menerus
intensitas trafik (A) yang didefinisikan sebagai jumlah total
waktu pendudukan suatu selang waktu pengamatan
tertentu (persatuan waktu)
Grade of Service adalah gambaran yang menyatakan
probabilitas bahwa suatu panggilan akan hilang karena
kongesti switching atau transmisi.
Menentukan bandwidth upstream dan downstream dengan
mengacu pada spesifikasi teknik salah satu perangkat yang
memberikan layanan telepon pada jaringan HFC

Rekayasa Trafik
Tabel Erlang B
Rumus Erlang B

A N / N!
N

/ i!

i 1

B : peluang blocking (dalam %)


A : total trafik (dalam erlang)
N : jumlah kanal yang
dibutuhkan

Rekayasa Trafik
Besar

boundary area FN
Tingkat penetrasi untuk layanan data
Berapa besar trafik dan Quality of Service
untuk layanan data

Rekayasa Trafik
BW Upstream

D x BRup
= Roundup
x 0,6 MHz
768 Kbps

D x BRdown
BWDownstream = Roundup
x 6 MHz
30000 Kbps

PACKETCABLE

Standar mekanisme pengiriman data melalui jaringan


paket dengan teknologi transmisi yang melayani
komunikasi data yang dipaketkan ke pelanggan melalui
jaringan teknologi transmisi data Hybrid Fiber Coax (HFC)
Arsitektur PacketCable digunakankan untuk mendukung
fungsi jaringan end to end

signaling
Media transport level variabel quality-of-service (QoS)
Security
Provisioning
Billing
Network Management

ARSITEKTUR JARINGAN
PACKETCABLE

Standarisasi PacketCable

DOCSIS 1.0
DOCSIS 1.1
DOCSIS 2.0

Tipe-tipe PacketCable

PacketCable 1.0: terhubung antara jaringan kabel


dan PSTN dengan carrier class reliability; Single
stage dialing, PSTN ekuivalen kualitas suara,
Layanan operator dan emergency, CLASS
features.
PacketCable 1.1: Untuk melayani line primer
PacketCable 1.2: Untuk melayani jaringan IP end
to end ke kabel operator untuk mengganti trafik
VOIP secara langsung.
PacketCable 1.3: Standalone client device (MTAs)
PacketCable multimedia: Untuk mendukung
layanan multimedia.

Komponen Jaringan Packet


Cable

Multimedia Terminal
Adapter (MTA)
Cable Modem (CM)
Jaringan akses HFC
Cable Modem
Termination System
(CMTS)
Call Management
Server (CMS)
PSTN Gateway
OSS Back office
component
TGS

Domain Host
Configuration Protocol
Server (DHCP)
Domain Name System
Server (DNS)
TFTP or HTTP
SYSLOG Server
Record Keeping Server
Announcemet Server
Announcement
Controller
Announcement player

Tipe-tipe PacketCable

PacketCable 1.0: terhubung antara jaringan kabel


dan PSTN dengan carrier class reliability; Single
stage dialing, PSTN ekuivalen kualitas suara,
Layanan operator dan emergency, CLASS
features.
PacketCable 1.1: Untuk melayani line primer
PacketCable 1.2: Untuk melayani jaringan IP end
to end ke kabel operator untuk mengganti trafik
VOIP secara langsung.
PacketCable 1.3: Standalone client device (MTAs)
PacketCable multimedia: Untuk mendukung
layanan multimedia.

Parameter-Parameter
Transmisi Downstream
Parameter

Nilai

Range frekuensi

Range frekuensi arah downstream normalnya beroperasi dari


50 MHz sampai dengan 860 MHz, tetapi harga-harga
dalam tabel ini hanya berlaku pada frekuensi >= 88
MHz

Spasi channel RF (bandwidth)

6 MHz

Delay transit dari headend sampai pelanggan tejauh

<= 0.800 ms (biasanya jauh lebih kecil dari harga tersebut)

Rasio carrier terhadap noise dalam pita 6 MHz

tidak kurang dari 35 dB

Rasio carrier terhadap distorsi composite triple beat

tidak kurang dari 41 dB

Rasio carrier terhadap distorsi composite second order

tidak kurang dari 41 dB

Rasio carrier terhadap cross modulation

tidak kurang dari 41 dB

Rasio carrier terhadap interferensi diskrit lainnya

tidak kurang dari 41 dB

Riple amplitude

3 dB di dalam bandwidth yang di desain

Group delay riple dalam spectrum yang ditempati oleh 75 ns di dalam bandwidth yang didesain
CMTS
Micro reflection bond untuk echo yang Dominant

-20 dBc <=1,5s, -30 dBc @>1,5 s,


-10 dBc @<= 0,5 s, -15dBc @<=1s

Carrier hum modulation

tidak lebih besar dari -26 dBc (5%)

Penyebaran noise

tidak lebih lama dari 25 s, pada rata-rata 10 Hz

Parameter-Parameter
Transmisi Upstream
Parameter
Range frekuensi

Nilai
5 sampai dengan 42 MHz

Delay transit dari CM terjauh sampai CM terdekat atau <= 0.800 ms (biasanya sangat kurang dari harga tersebut)
sampai CMTS
Rasio carrier terhadap interferensi ditambah masu kan lainnya tidak kurang dari 25 dB
(noise, distorsi, common-path- distortion dan crossmodulation dan sinyal -sinyal diskrit, noise impulse)
Carrier hum modulation

tidak lebih dari -23 dBc (7%)

Penyebaran noise

tidak lebih lama dari 10s pada rata-rata 1 KHz untuk banyak
kasus

Riple amplitude 5-42 MHz

0,5 dB/MHz

Riple group delay 5-42 MHz

200 ns/MHz

Micro reflection single echo

10 dBc @<= 0,4 s


20 dBc <= 1,0 s
30 dBc @> 1,0 s

Variasi rugi-rugi seasonal dan diurnal reverse

tidak lebih dari 14 dB minimum sampai


maksimum

QoS pada Packet Cable

Bandwidth
Delay
Jitter

OPTIC NETWORK PLANNING


Power Link Budget Optic
Input Optik (Hub) = -10 s/d +2 dBm
Output Optik 1310 nm = 11 dBm

Input Optik (Fiber Node) = -8 s/d +4 dBm

Fiber Node

Headend

Rx

Tx
Lokasi TelkomRisti
Gerlong 47

Redaman Total Optik


11,725 dB (Tabel 4.2)

Output Optik 1550 nm = 11 dBm

Batununggal Molek

Redaman Total Optik


7,435 dB (Tabel 4.2)

COAXIAL NETWORK PLANNING

DETERMINE THE PROPER


LOCATION FOR FIBER NODE
Nilai Total

Nilai Total
Nilai
Akumulasi

Xo Xn
Xo 1

Nilai
Akumulasi

34

34

36

104

450

29

33

35

97

346

20

16

25

61

249

32

33

35

100

188

29

30

29

88

88

144

146

160

144

290

450

( D / 2 Dn)( Xn 1 Xn)
Dn 1 Dn

( 225 144)( 2 1)
1,56
290 144

XoBaru 2,35

Yo Yn
Yo 2

( D / 2 Dn)(Yn 1 Yn)
Dn 1 Dn

(225 188)(3 2)
2,61
249 188

YoBaru 5,4

COAXIAL NETWORK
Tree and Branch Topology
Aerial Mode
CCT-650
Coax Cable

Splitter 2 Way

Amplifier

FO-Coaxial
Interface

Fiber Node
50m
T7 or T9
Steel Poles

Distribution
Tap

Sumber:
Probis TV Cable - NDC
Joint Planning Session

CCI-179
Coax Cable

TAP LEVEL OUTPUT DESIGN

Splitter

CCI-179
Tap

CCI-175

STB
Televisi

Komponen pada titik


pelanggan

Level redaman

Level tiap STB/TV (dBmv)

3,0

Loss Spliter 2-way (dB)

4,5

Loss kabel in home CCI175 (dB)

1,7(10 m)

CM
Data Comm.
dan Multimedia

Loss kabel drop CCI-179


(dB)

3,6 (20
m)

Level Tap yang diinginkan


(dBmV)

12,8

7,2
(40
m)
16,4

COAXIAL NETWORK

POWER LINK BUDGET


COAXIAL

Tap Value Maks. (dB) = Input devices (dBmV) - 12,8 dB

Choose Tap with


Tap Value < Tap Value Maks.

You might also like