You are on page 1of 14

PEMODELAN PERTUMBUHAN VOLUME TEGAKAN

Acacia mangium

STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI


PT. MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELATAN

Oleh :
Budi Murdawa *)

ABSTRACT

PT. Musi Hutan Persada is one of HPHTI Acacia mangium having permanent measure check
managed good enough. Existence of recuring observation data given space for expansion various growth
models and result which one of them is is growth model of stand volume. This research aim to build a
growth mathematical model of stand volume which reliabel and aplikabel.
Model who yielded later is growth model of volume that is typical at various tread types. Therefore
before model is compiled beforehand is done classification of tread. For the sake of this beforehand is
determined sensitive site class indicator later on is done compilation of its(the classification model. Based
on classification model of the tread hereinafter stand volume dynamics data is dikelompokan according to
its(the site class and hereinafter is compiled growth model of strightened volume in each tread.
Result of research indicates that model sigmoid enough representatif if it is applied as growth
model and result. This model becomes more best applied at growth of stand which has been classified
its(the tread is beforehand. Usage of 3 site class simply yields model with level of better reliability.
Growth explicit model of stand volume obtained is
8.365
( 5.526 + 0.855 D1+1.292 D 2 − )
v = e A

with v: stand volume ha, A : stand age, and D1,D2 : representation doll variable of site class. Test F a real
signifikan and coefficient value deterministik which is enough is height ( 0819) indicates that this model
has statistical acceptability which good enough. Despitefully observation to result of its(the prediction
yielding conclusion that this model has owned concordance of growth biology principle and result of
stand.

Key words : Volume, Stand, Growth


PENDAHULUAN

Pengelolaan hutan di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan semakin tingginya
ketimpangan pasokan kayu akibat tingginya tingkat degradasi hutan alam yang sampai saat ini masih
menjadi pemasok utamanya. Menyadari akan adanya masalah ini, Departemen Kehutanan telah merintis
beberapa alternatif pengusahaan hutan yang salah satunya adalah HPHTI. Dengan model pengelolaan ini
pada awalnya diharapkan dapat mengganti peran hutan alam dengan hutan tanaman yang diperkirakan
memiliki keberlanjutan yang lebih baik daripada pengusahaan hutan alam.
Pada perjalanannya ternyata model ini tidak seperti yang diharapkan. Salah satu sumber
masalahnya adalah ketidak seriusan pengelolaan dan belum dikuasainya konsep pengelolaan HTI
berkelanjutan. Salah satu syarat pengelolaan berkelanjutan yang belum terpenuhi adalah belum

* Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


terformulasikannya sistem pengaturan hasil yang memadai.
Pada pengelolaan hutan tanaman konsep dasar pengaturan hasil adalah pemanenan yang diatur
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil yang tetap atau meningkat pada setiap tahunnya.
Realisasi dari konsep ini pada perencanaan pengaturan hasil adalah pemanenan yang disesuaikan
dengan riap tegakan. Untuk kepentingan ini mau tidak mau diperlukan informasi mengenai
pertumbuhan dan hasil. Informasi ini tergolong informasi yang tidak gampang diperoleh didapat
mengingat informasi ini memerlukan proses pengamatan dan pengukuran berulang mulai saat proses
pembangunan hutan sampai dengan pemanenan. Tidak mengherankan sampai saat ini informasi ini
hampir tidak tersedia.

PT. Musi Hutan Persada adalah salah satu HPHTI Acacia mangium, yang memiliki petak ukur
permanen yang terkelola dengan cukup baik. Data-data yang dihasilkan memberi ruang yang cukup
luas untuk pengembangan model pertumbuhan dan hasil tegakan Acacia mangium. Penelitian ini
berusaha memanfaatkan ruang tersebut, dengan harapan dapat menghasilkan model yang bisa
diterapkan untuk perbaikan sistem pengaturan hasil di perusahaan tersebut atau perusahaan-
perusahaan lain. Selain itu model tersebut dapat dipergunakan untuk menilai prospek pengembangan
hutan tanaman ini di masa mendatang.

METODE PENELITIAN

Batasan dan Pengertian

1. Volume Tegakan
Volume tegakan adalah karakteristik tegakan yang sangat penting untuk inventarisasi hutan dan
pengaturan hasil. Karakter tegakan ini adalah fungsi dari jumlah pohon, luas bidang dasar, rerata tinggi
dan bentuk individual atau pada umumnya dari pohon penyusunnya dan dapat diekspresikan dalam :

· Volume pohon atau batang


· Volume kayu total atau kayu yang dapat diperdagangkan
· Volume dengan atau tanpa kulit
Volume tegakan biasanya diestimasi dari diameter dan tinggi rerata pohon atau terkadang dari tiap kelas
diameter secara terpisah.
2. Pertumbuhan Tegakan

Pertumbuhan tegakan hutan dapat digambarkan melalui pertumbuhan-pertumbuhan struktur


tegakan sebagai akibat bertambahnya umur tegakan yang bersangkutan dan tindakan silvikultur yang
diterapkan, selain itu dapat diartikan juga sebagai pertambahan (riap) dari suatu besaran (volume, luas
bidang dasar, rata-rata diameter dsb) dalam kurun waktu (periode) tertentu.
Rivella (1974 dalam Widodo, 1969) menjelaskan bahwa pertumbuhan hutan tanaman sejenis dan
seumur dipengaruhi oleh umur, tapak (bonita), kerapatan tegakan dan intensitas penjarangan. Secara
fungsional dapat dirumuskan :
G = f(A, Si, Sd, M)
Keterangan :
G = pertumbuhan tegakan hutan
A = umur tegakan
Si = kualita tempat tumbuh
Sd = kerapatan tegakan
M = intensitas penjarangan

Setyarso dan Murdowo (1980) menjelaskan bahwa diameter (Dbh) pada tegakan Jati mempunyai
hubungan erat dan nyata dengan jarak rata-rata pohon (kerapatan tegakan), umur tegakan, dan bonita.
Akca dan van Laar (1997), menyebutkan bahwa pertumbuhan tegakan mencakup :
• Riap tahunan berjalan (Current Annual Increment /CAI), didefinisikan sebagai riap dalam tahun tertentu
yang diekspresikan dalam cm per tahun (untuk diameter), m2 per ha per tahun (untuk luas bidang
dasar), dan m3 per ha per tahun (untuk volume atau biomasa)
• Riap total, akumulasi riap sampai dengan tahun ke t, termasuk volume dari pohon-pohon yang hilang
atau mati secara alamiah
• Periodic mean annual increment, adalah nilai rerata dari riap tahunan berjalan dalam satu periode k
tahun. Variabel ini dihitung dengan cara membagi slisih volume pada tahun awal dan akhir periode
dengan k.
• Mean Annual Total Incremen pada umur tt, jumlah riap dibagi dengan t. pada perhitungan rerata basal
area atu riap volume tegakan, total riap dihitung dari jumlah volume dari tegakan tinggal pada t tahun
dan volume pohon yang hilang karena penjarangan atau mati alamiah .
Untuk mengestimasi nilai-nilai tersebut bisa dilakukan dengan banyak cara. Akca dan van Laar
(1997) menjelaskan cara-cara tersebut sebagai berikut :
• Enumerasi secara menyeluruh dari continuous forest inventory. Seluruh pohon dalam hutan yang
memiliki diameter di atas batas yang ditentukan ditandai dan dilakukan pengukuran berulang setiap
10 tahun interval. Tabel volume lokal dimanfaatkan untuk mengestimasi volume pohon dan tegakan.
• Pemanfaatan petak ukur permanen dalam inventarisasi hutan secara kontinyu. Secara periodik dilakukan
pengukuran berulang pada petak ukur yang dibuat dalam kerangka inventarisasi hutan berkelanjutan.
• Pemanfaatan tabel hasil. Tabel hasil merefleksikan pertumbuhan tegakan secara “normal”. Istilah ini
merujuk pada kondisi jumlah pohon per hektar sebagi fungsi dari umur pada berbagai tapak.
Penyusunan tabel ini didasarkan pada standar praktek silvikultur terutama yang terkait dengan
stocking.
• Pemanfaatan model pertumbuhan empiris. Data yang digunakan untuk menyusun model in biasanya
diperoleh dari jaringan petak uku permanaen yang dimonitor dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Aplikasi model ini untuk mengestimasi pertumbuhan saat ini dan di masa mendatang
menurut umur, tapak dan densitas tegakan, didasarkan pada anggapan bahwa tidak ada perubahan
lingkungan yang dramatis terutama yang terkait dengan siklus curah hujan, sebaran curah hujan,
pencemaran lingkungan, patogen dan serangan hama.

3. Model Pertumbuhan Volume Tegakan

Jauh sebelum Perang Dunia II, banyak rimbawan yang telah terlibat pada aktivitas penyusunan
model pertumbuhan dan hasil (Hamilton, 1974, dalam van Laar dan Akca, 1997). Model-model tersebut
disajikan dalam bentuk tabel hasil untuk individu pohon yang mengasilkan estimasi yang cukup reliabel
untuk menduga pekembangangan hasil praktek silvikultur.
Khusus untuk model pertumbuhan volume tegakan, terdapat banyak model matematis yang telah
dikaji dan diaplikasikan. Salah satu model yang menggunakan analisis regresi berganda sebagai alat
analisis adalahah model yang dibuat oleh Schumacher (1939), yang memiliki formula :
b1
ln(V ) = b0 +
A

Koefisien bo dan b1 diregresikan menurut kelas tapak dan densitas tegakan. Setelah membuang
variabel prediktor yang tak signifikan, persamaan eksplisit diperoleh dengan ln (V) sebagai dependen
variabel; kelas tapak, 1/A dan kelas tapak/A sebagai variabel prediktor.

3. Kualitas Tapak

Kualitas tapak adalah variabel prediktor yang sangat menentukan reliabilitas model pertumbuhan
tegakan. Pada silvikultur dan managemen hutan, kelas tapak biasanya didefinisikan dari karakter edafik
dan klimatik yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil spesies tertentu (Akca dan van Laar, 1997).
Permasalahan mendasar dalam penentuan kualitas tapak adalah pada indikator yang dipergunakan.
Idealnya indikator tersebut adalah faktor-faktor lingkungan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan tegakan. Akan tetapi memasukkan seluruh faktor tersebut menjadi indikator akan
berhadapan dengan masalah operasional pengukuran dan sensitifitas cakupan variasi kawasan. Sebagai
contoh rerata temperatur selama masa pertumbuhan barangkali adalah faktor yang sangat berpengaruh,
akan tetapi jarang sekali diukur dalam satuan kawasan hutan. Magin (1958) dalam Asmann (1970),
menyebutkan bahwa sifat tanah memiliki kelemahan sebagai indikator mengingat jarang sekali diukur
pada kawasan hutan secara menyeluruh.
Asman (1970) menjelaskan bahwa apabila pada praktek pengelolaannya total volume pohon yang
hilang (baik karena penjarangan ataupun mati alamiah) kurang dari sepertiga volume pohon total, maka
volume tegakan berdiri merupakan indikator yang cukup baik bagi kualitas tapak. Akan tetapi jika
penjarangan yang dilakukan, bisa jadi volume tegakan pada tapak yang memiliki kualitas tinggi akan
memiliki volume tegakan yang lebih kecil dibanding tegakan dengan kualitas tapak yang lebih rendah.
Pada beberapa penelitian dan praktek di lapangan di beberapa negara Eropa, menunjukkan bahwa
tapak berkorelasi dengan fitur dominan dari lesser vegetation. Indikator ini cenderung bersifat kualitatif,
di Eropa Tengah pendekatan ini kurang berhasil mengingat tingginya kompleksitas lingkungan hutan
(Axcadan van Laar, 1997). Franz. V. baur (1881) menemukan bahwa rerata tinggi tegakan adalah
petunjuk yang akurat bukan hanya untuk mengevaluasi stok akan tetapi juga kelas tapak. Sedangkan di
USA, Afrika Selatan dan banyak negara lainnya, kelas tapak biasnya ditentukan berdasarkan rerata tinggi
dari pohon dominan dan kodominan (Husch et al. 1982, Avery et al.1983)

Prosedur Penelitian
1. Bahan dan materi

• Data hasil pengukuran berulang pada petak ukur permanen


• Tabel Volume Lokal
• Data hasil inventarisasi
• Literatur penunjang

2. Prosedur

Penelitian ini adalah konstelasi dari langkah-langkah :


a. Pengumpulan data hasil pengukuran berulang pada petak ukur permanen
b. Penentuan nilai volume pohon dengan menggunakan tabel volume lokal
c. Penetapan kelas tapak, pada penelitian ini kelas tapak ditetapkan dengan metode grafis
pengeplotan variabel rerata tinggi tegakan dan umur. Variabel dipilih sebagai indikator
mengingat tingkat kehilangan pohon, berdasarkan pengamatan lapangan, tidak lebih 20 %
d. Penentuan model pertumbuhan tiap kelas tapak, pada penelitian ini akan dicoba penerapan
model pertumbuhan logistik.
e. Validasi model. Validasi statistik, menggunakan kriteria validasi statistik seperti koefisien
deterministik, rerata simpangan agregat, uji asumsi yang mencakup uji normalitas, homogenitas
varian dan uji Durbin Watson
3. Asumsi
a. Prosedur pengukuran petak ukur permanen dianggap telah dilakukan dengan benar
b. Tabel volume lokal yang diterapkan telah diuji kelayakannya dan dinyatakan reliabel

Pengelolaan dan Analisis Data

Analisis statistik yang diterapkan sebagian besar adalah analisis regresi oleh karena itu untuk
kepentingan ini digunakan perangkat lunak SPSS 10. Sedangkan pengelolaan data mengingat cakupan
data yang cukup besar maka digunakan Microsoft Acces 2002.

HASIL DAN ANALISIS

1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah hasil pengukuran berulang pada 350 petak ukur permanent. Petak
ukur tersebut berbentuk diamond dengan ukuran 0.2 ha dan tersebar di seluruh kawasan hutan PT. Musi
Hutan Persada Sumatera Selatan. Dari 350 petak ukur tersebut tidak seluruhnya diambil sebagai sumber.
Pengamatan kelayakan petak ukur dan analisis outlier dilakukan terlebih dahulu untuk kepentingan
penyaringan kesalahan terutama akibat bias pembuatan petak ukur, pengukuran dan pencatatan data.
Data utama yang diperlukan adalah volume tegakan dari setiap umur dan kelas produktifitasnya.
Volume tegakan diperoleh dari estimasi akumulasi volume tiap pohon dalam per hektar. Sedangkan yang
dimaksud volume pohon itu volume sampai dengan diameter 7 cm dengan kulit . Untuk kepentingan
prediksi volume ini digunakan model yang dibuat oleh Hardiyanto dan Riyantoko (1998) yang memiliki
formula :

V = 0.001023D 1.440266
R 2 = 0.8321
Keterangan:
V = Volume pohon dengan kulit sampai diameter 7 cm
D = diameter setinggi dada (dbh)
R2 = koefisien deterministik model

Menurut Hardiyanto dan Riyantoko (1998), model ini cukup andal karena memiliki koefisien
determinasi yang cukup tinggi. Uji F menunjukkan bahwa semua persamaan sangat signifikan. Hasil
pengeplotan dan prediksi volume menghasilkan pola varian eror yang konstan yang berarti model ini
cukup baik, tak ada outlier dan nilai varian eror yang konstan (homoskedastisitas).
Hasil penerapan model ini dan agregasinya disajikan pada Lampiran..dan sebaran dari nilai volume
tegakan pada tiap umur tersaji dalam gambar di bawah ini.
2. Klasifikasi Tapak

Gambar 1, memperlihatkan bahwa sebaran volume tegakan terhadap umur cenderung mengikuti
suatu pola tertentu. Sedangkan varian data pada tiap umurnya menunjukan jangkauan yang cukup lebar.
Lebarnya jangkaun ini akan menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruh dinamika tegakan selain
umur. Hasil pemodelan dengan menerapkan beberapa model, dengan keluaran seperti yang tersaji dalam
Tabel 1, menunjukkan bahwa model pertumbuhan volume dengan hanya satu faktor (umur) ternyata
menghasilkan nilai koefisien determinasi yang tidak cukup tinggi.

350.00

300.00

250.00
Volumen (M3/Ha)

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
Umur (Th)

Gambar 1. Sebaran nilai estimasi volume tegakan per hektar Acacia mangium dari petak ukur
permanen menurut umur
Tabel 1. Keluaran hasil analisis regresi dari beberapa fungsi volume tegakan per ha = (umur)
Independent: A

Upper
Depdt. Mth Rsq d.f. F Sigf bound b0 b1 b2 b3

V LIN .730 2541 6853. .000 -52.46 35.026


V LOG .709 2541 6201. .000 -134.59 167.528
V INV .613 2541 4030. .000 271.17 -633.68
V QUA .732 2540 3475. .000 -79.50 46.18 -1.0098
V CUB .733 2539 2328. .000 -46.19 24.87 3.0478 -.2353
V COM .568 2541 3335. .000 13.75 1.46
V POW .656 2541 4848. .000 4.4188 1.96
V S .687 2541 5575. .000 6.3961 -8.15
V GRO .568 2541 3335. .000 2.6212 .38
V EXP .568 2541 3335. .000 13.7523 .38
V LGS .673 2541 5228. .000 350 .1130 .57
Berdasarkan teori pertumbuhan dan hasil, salah satu penyumbang timbulnya sebaran data seperti ini
adalah karena adanya variasi tapak. Mengingat tegakan ini adalah tegakan hutan tanaman dengan tanpa
penjarangan dan ketidaktersediaan data peninggi, maka variasi tapak diidentifikasi dengan menggunakan
rerata tinggi tegakan dari tiap petak ukur permanen.
Pada penelitian ini, klasifikasi tapak dilakukan dengan metode grafis dengan membuat kurva indek
tapak pada diagram pencar rerata tinggi terhadap umur. Umur indek ditetapkan 7 tahun (karena
merupakan umur daur). Rerata tinggi maksimum pada umur ini adalah 24.18 m dan rerata tinggi
minimum adalah 13.19 m. Dengan demikian ditetapkan 3 kelas dengan batas tiap kelas adalah kurva
indeks tapak yang melewati tinggi 20 m dan 15 m pada umur 7 tahun. Selanjutnya ketiga tapak disebut
dengan tapak 10, 15 dan 20.
Kurva indek tapak yang dipilih adalah kurva dari persamaan Schumaker yang memiliki formula :
b
(a + )
h = e Ak

Keterangan,
h = rerata tinggi tegakan
A = umur
a,b,k = parameter persamaan

Simulasi pengeplotan kurva ini menghasilkan nilai-nilai parameter sebagai berikut :

• persamaan 1, kurva dengan h(7) = 15

4.14
( 3.3 + )
h = e A

• persamaan 2, kurva dengan h(7) = 20

3.52
( 3.499 + )
h = e A
Gambar 2, menunjukkan hasil pengeplotan persamaan ini pada sebaran data.

30.00

25.00
Rerata Tinggi (m)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
Umur (Tahun)

Gambar 2. Hasil pengeplotan persamaan indeks tapak pada sebaran data rerata tinggi tegakan
terhadap umur
Selanjutnya berdasarkan persamaan ini, data volume tegakan pada tiap petak ukur permanen
diklasifikasikan berdasarkan kelas tapak yang diperoleh.

3. Model Pertumbuhan Volume

Model implisit yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model sigmoid. Penerapan model ini
dilakukan setelah dilakukan seleksi dari beberapa model berdasarkan kriteria keandalannya. Model ini
adalah bentuk khusus dari persamaan Schumaker dengan parameter k = 1 yang memiliki formula :

b
(a + )
v = e A

Keterangan,
v = volume tegakan per ha
A = umur
a,b = koefisien model

Untuk mengadopsi variasi model akibat perbedaan kelas tapak, pada model ini ditambahkan variabel
boneka D1 dan D2 yang memiliki nilai :
Tabel 2. Rincian nilai variabel boneka yang merepresentasikan kelas tapak

Kelas Tapak Variabel Boneka

D1 D2
10 0 0

15 1 0

20 0 1

Penambahan variabel ini akan mengubah model di atas menjadi :


b
( a + D1 + D 2 + )
v = e A

Keterangan,
v = volume tegakan per ha
A = umur
D1,D2 = variabel boneka
a,b = koefisien model

Selanjutnya analisis regresi diterapkan untuk kepentingan parameterisasi koefisien dengan terlebih dahulu
mentransformasi persamaan di atas dalam bentuk linier. Eksekusi analisis ini dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS 10 menghasilkan keluaran seperti yang disajikan Tabel 3.

Tabel 3 . Keluaran hasil analisis regresi dengan menggunakan SPSS 10.


a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.526 .034 160.921 .000
SEPERA -8.365 .085 -.851 -98.533 .000
D2 1.292 .031 .634 41.922 .000
D1 .855 .029 .444 29.154 .000
a. Dependent Variable: LNV

Interpretasi terhadap keluaran tersebut adalah model pertumbuhan volume pada tiap kelas tapak seperti
yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.Model pertumbuhan volume tegakan Acacia mangium (tanpa penjarangan) pada tiap kelas tapak
Kelas Tapak Model
8.365
10 ( 5.526 − )
v = e A

8.365
15 ( 6.381 − )
v = e A

8.365
20 ( 6.818 − )
v = e A

Gambaran mengenai hasil penerapan model untuk prediksi volume tegakan disajikan pada Tabel 5,
Gambar 3 dan Gambar 4.

Tabel 5. Hasil prediksi volume, MAI dan CAI tegakan Acacia mangium berdasarkan model
pertumbuhan yang diperoleh

Umur Vol / ha kelas MAI pada kelas CAI pada kelas


tapak tapak tapak

10 15 20 10 15 20 10 15 20

2 3.83 9.02 13.96 1.92 4.51 6.98

3 15.46 36.35 56.29 5.15 12.12 18.76 11.62 27.33 42.33

4 31.04 72.98 113.02 7.76 18.24 28.25 15.58 36.63 56.73

5 47.16 110.87 171.70 9.43 22.17 34.34 16.12 37.89 58.69

6 62.33 146.52 226.92 10.39 24.42 37.82 15.17 35.65 55.22

7 76.06 178.81 276.93 10.87 25.54 39.56 13.74 32.29 50.01

8 88.31 207.62 321.54 11.04 25.95 40.19 12.25 28.81 44.61

9 99.19 233.20 361.15 11.02 25.91 40.13 10.88 25.58 39.61


400.00

350.00

300.00

250.00
M3/Ha 10
200.00 15
20
150.00

100.00

50.00

0.00
0 2 4 6 8 10
Umur (Tahun)

Gambar 3. Grafik pertumbuhan tegakan Acacia mangium .

70.00

60.00

50.00 10
15
40.00
M3/Ha

20

30.00 10
15
20.00 20

10.00

0.00
0 2 4 6 8 10
Umur (Tahun)

Gambar 4. Grafik MAI dan CAI tegakan Acacia mangium .

4. Validasi Model

Uji statistik seperti yang tersaji dalam Gambar 6, menunjukkan bahwa model di atas memiliki
koefisien deterministik yang cukup tinggi (0.819) dan hasil uji F menunjukkan nilai yang sangat
signifikan (Sig. = 0.000). Nilai menunjukkan bahwa model ini memiliki statistical acceptability yang
cukup baik.
Tabel 6. Hasil uji statistik kelayakan model
Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .905a .819 .819 .40131
a. Predictors: (Constant), D1, SEPERA, D2

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1847.505 3 615.835 3823.897 .000a
Residual 408.903 2539 .161
Total 2256.408 2542
a. Predictors: (Constant), D1, SEPERA, D2
b. Dependent Variable: LNV

Di samping itu, dari kurva yang dihasilkan terlihat bahwa kurva tersebut telah memenuhi prinsip
biologis dari pertumbuhan dan hasil. Dari representasi grafik pertumbuhan terlihat bahwa pertumbuhan
meningkat seirama dengan meningkatnya kelas tapak dan nilai volume tegakan secara monoton
meningkat dengan bertambahnya umur tegakan.
Namun demikian perbaikan model ini masih bisa dilakukan terutama dalam hal :

• peningkatan akurasi pengukuran PUP


• ke depannya diperlukan pengukuran peninggi dari tiap PUP untuk kepentingan penyusunan model
klasifikasi tapak yang lebih baik
• penambahan PUP untuk memperluas cakupan pemanfaatan model

KESIMPULAN

1. Penerapan 3 kelas tapak memberikan peluang pembuatan model pertumbuhan tegakan Acacia
mangium yang lebih realistis dan reliabel
2. Model sigmoid cukup layak sebagai model pertumbuhan volume tegakan Acacia mangium di PT. Musi
Hutan Persada Sumatera Selatan, dengan model eksplisit sebagai berikut
• Kelas tapak 10 ( 5.526 −
8.365
)
v = e A

• Kelas tapak 15 ( 6.381 −


8.365
)
v = e A

• Kelas tapak 20 ( 6.818 −


8.365
)
v = e A

3. Ketiga model di atas memiliki telah memiliki keseuaian dengan prinsip-prinsip biologi pertumbuhan
tegakan dan statistical acceptability yang cukup baik

DAFTAR PUSTAKA

Akca, Alparslan dan van Laar, Anthonie, Forest Mensuration, Cuvillier Verlag, 1997, Gottingen
Assmann, Ernst, The Principles of Forest Yield Study, Pergamon Press, 1970, Oxford
Cailliez, F, Forest Volume Estimation and Yield Prediction. Vol. 2, Food and Agriculture
Organization, 1980, Roma
Hardiyanto, Eko Bhakti dan Riyantoko, Aris, Tabe; Volume Pohon Acacia mangium, PT. Musi Hutan
Persada, 1998, Palembang
________, Perancangan Studi Pertumbuhan dan Penyusunan Tabel Tegakan Untuk Indonesia,
Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bagian Proyek
Research, 1993, Jakarta
Draper, Norman R. dan Smith, Harry, Applied Regression Analysis, John Wiley and Sons, 1998, New
York

You might also like