You are on page 1of 15

VOLUME POHON BERDIRI PETAK 3a, RPH SALAM.

BKPH LAWU UTARA. KPH LAWU DS

Aris Sulistiono 1), Ahadiati Rohmatiah 2)


1)
Alumni D3 Manajemen Hutan Universitas Merdeka Madiun,
2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

Abstract
Wood is still an important product in forest management activities, therefore the tree
volume estimation, measurement of the dimensions of the tree must be done carefully
in order to obtain an accurate estimate of the volume of trees that are approaching the
estimated volume of the actual volume value. Quality allegations tree volume depends on
several factors, including: the level of accuracy desired, tree characteristics, measurement
methods, tools used, the current state of the tree dimensional measurement and volume
equation used. Estimation of the volume of standing trees research is done in pine
plantations (Pinus Jung et de Vriese), in plot 3 a RPH Salam, BKPH North Lawu, KPH Lawu
DS, Class VIII KU Forest planting year 1971. Selection of forest class (KU) VIII in this study
caused the average grade woods RPH Salam entry into VIII KU and KU logging targets
became possible when the time has been unproductive in producing. sap. From the
research, the calculation of total sample volume manually tree stand at 171.92 m3 or an
average of 2,097 m3 / tree with a minimum volume of 0562 m3 and a maximum of 6.773
m3. Based on the criteria of R2, RSS and SE then elected volume prediction model is Model
quadratic equation Y = -1.157 + 2.606 + 15.056 dbh dbh2 .. R2 = 0.996, RSS = 0.1078, SEE
= 0107. In calculating the volume using quadratic models shows that the total volume of
82 samples obtained tree volume amounted to 171.87 m3 models or an average of 2,096
m3 / tree. The minimum volume of 0,550 m3 and a maximum of 6.473 m3. Based on t
test. test found that t value of 0.053 while t table at 82-1 df = 81 5% (α = 0.05) of 1.615, t
(<) is smaller than t table so there is no difference sigifikan / evident between calculations
manual volume with the volume calculation using a quadratic models.

Keywords:
Tree volume, dbh, tree height, form factor, taper function, importance sampling, centroid
sampling.

PENDAHULUAN berdiri berdasarkan dimensi-dimensi penentu


Salah satu cara penaksiran volume batang volume (biasanya diameter setinggi dada,
pohon yang dirasakan cukup praktis adalah tinggi pohon, dan/atau angka bentuk), yang
dengan menggunakan tabel volume. Tabel dibuat dengan menggunakan persamaan
volume adalah sebuah tabel yang digunakan volume batang melalui analisis regresi.
untuk menentukan volume kayu pohon Untuk penyusunan persamaan volume

AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi


Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN : 1411-5336
Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

menggunakan persamaan regresi tersebut Berdasarkan latar belakang tersebut


diperlukan data dimensi pohon contoh yang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
disebut dengan pohon model. Pohon model berikut : Pada hutan kelas Perusahaan Pinus
diambil dari populasi dengan memperhatikan hasil Getah merupakan andalan utama
keterwakilan dalam hal sebaran lokasi dan (produk Primer) sedangkan hasil kayunya
keragaman dimensi pohon dalam populasi sebagai produk sekunder setelah tidak lagi
tersebut. Loetsch, Zohrer dan Haller (1973) produktif menghasilkan getah. Tabel Volume
menyarankan bahwa jumlah pohon model Lokal kayu Pinus tidak tersedia akan tetapi
berkisar 50-100 pohon atau lebih. Pohon TVL untuk produksi Getah masuk dalam buku
model yang dipilih adalah pohon-pohon RPKH. Tanaman Pinus yang digunakan dalam
yang memiliki performansi bagus, sehat pendugaan table volume lokal masuk Kelas
dan tumbuh normal. Untuk mendapatkan Umur (KU) VIII. Pemilihan kelas hutan (KU)
data pohon model (terutama tinggi pohon VIII dalam penelitian ini disebabkan rata-rata
dan diameter perseksi) pada pohon kelas hutan di RPH Salam masuk KU VIII dan
berdiri sangatlah sulit, kecuali pengukuran di mungkinkan menjadi KU target tebangan
dilakukan pada pohon rebah saat sedang bila nantinya sudah tidak produkstif dalam
ada penebangan. Sengaja menebang 50- menghasilkan getah.
100 pohon contoh dengan kondisi pohon Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
yang baik padahal belum saatnya menebang sebagai berikut :
dirasakan sayang. Kalaupun dikaitkan dengan 1. Dapat mengukur dan menghitung
kegiatan penjarangan, penjarangan pada volume tegakan berdiri
umumnya dilakukan dengan menebang
2. Menghasilkan prediksi volume pohon
pohon-pohon yang performansinya kurang
berdiri jenis Pinus Merkusii mendekati
bagus.
kenyataan lapangan sebagai dasar dalam
Dewasa ini studi mengenai potensi hutan perencanaan produksi hasil hutan berupa
(Volume) menjadi penting. Salah satunya kayu secara berkelanjutan.
adalah studi mengenai potensi tegakan,
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan
Salah satu faktor yang menentukan dalam
hasil pengukuran antara pengukuran
menganalisa potensi hutan adalah dengan
volume secara manual dengan peng­
metode pengukuran. Ada dua metode yang
ukuran volume menggunakan model
biasa digunakan untuk menduga potensi
tegakan hutan yaitu pertama dengan Inventore hutan merupakan prosedur
cara pengukuran tidak langsung dengan untuk memperoleh informasi tentang
cara konversi potensi tegakan dengan kuantitas dan kualitas sumber daya hutan
menggunakan satu parameter saja (diameter dan karakteristik areal pada pohon-pohon
setinggi dada). Metode ini paling banyak di tumbuh. Apabila hutan yang diinventarisasi
gunakan dengan cara mengunakan model cukup luas, cara pengukuran 100% akan
regresi dari berbagai model pertumbuhan terlalu banyak memerlukan waktu, tenaga,
yang ada. Dan kedua dengan pengukuran dan biaya; maka diperlukan sampling. Pada
langsung dengan cara menggunakan alat umumnya sampling dalam inventore hutan
atau metode tertentu. Biasanya dilakukan hanya dianggap sebagai cara penempatan
dengan cara mengukur keliling pohon, tinggi sampel untuk pengukuran volume kayu di
dan menggunakan faktor koreksi (fp) pada lapangan (Simon, 2007).
batang.

20 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

Parameter pohon yang mempunyai arti macam bentuk batang, yaitu pada pangkal,
penting dalam pengumpulan data tentang berbentuk neloid. pada bagian tengah,
potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, berbentuk silinder atau poraboid, dan pada
parameter pohon tersebut antara lain adalah ujung pohon bentuk konus.
diameter batang, tinggi pohon, tinggi batang
Pengukuran Diameter
pokok (tinggi batang bebas cabang), diameter
tajuk, dan volume. Simon (2007) Muhdin (2012) menyatakan diameter
adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah
Diameter pohon setinggi dada lazim
lingkaran. Diameter batang didefinisikan
digunakan dalam pelaksanaan pengukuran
sebagai panjang garis antara dua buah titik
diameter pohon yang juga berpengaruh
pada lingkaran di sekeliling batang yang
baik terhadap perhitungan luas bidang dasar
melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter
(lbds) dan volume tegakan, pada umumnya
batang adalah dimensi pohon yang paling
diameter setinggi dada (dbh) diukur pada
mudah diperoleh/diukur terutama pada
ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah
pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena
(Simon, 2007). Selanjutnya dikatakan tinggi
bentuk batang yang pada umumnya semakin
pohon diperlukan untuk menaksir volume
mengecil ke ujung atas (taper), maka dari
dan riap, secara khusus tinggi pohon dapat
sebuah pohon akan dapat diperoleh tak
dihubungkan dengan umur tegakan untuk
hingga banyaknya nilai diameter batang
menentukan kelas kesuburan tanah (bonita).
sesuai banyaknya titik dari pangkal batang
Beberapa macam tipe tinggi pohon yang hingga ke ujung batang. Oleh karena itulah
diukur dalam inventarisasi hutan, antara perlu ditetapkan letak pengukuran diameter
lain adalah tinggi total, tinggi batang bebas batang yang akan menjadi ciri karakteristik
cabang, tinggi batang komersial, dan tinggi sebuah pohon. Atas dasar itu ditetapkanlah
tunggak. Setelah diameter, tinggi pohon diameter setinggi dada atau dbh (diameter
merupakan parameter lain yang mempunyai at breast height) sebagai standar pengukuran
arti penting dalam penaksiran hasil hutan. diameter batang. Sekurangnya ada tiga alasan
Bersama diamater, tinggi pohon diperlukan mengapa diameter diukur pada ketinggian
untuk menaksir volume dan riap beberapa setinggi dada: (1) alasan kepraktisan
macam tinggi pohon (Simon. 2007) dan kenyamanan saat mengukur, yaitu
Faktor bentuk (f ) diperlukan sebagai pengukuran mudah dilakukan tanpa harus
penghubung antara volume suatu silinder membungkuk atau berjingkat; (2) pada
dengan volume batang atau pohon. Dalam kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi
perhitungan nilai faktor bentuk dapat berbeda- dada bebas dari pengaruh banir; (3) dbh pada
beda tergantung pada diameter mana yang umumnya memiliki hubungan yang cukup
dipakai sebagai dasar untuk menentukan erat dengan peubah-peubah (dimensi) pohon
diameter silindrisnya. Untuk sebagian besar lainnya.
pohon tropis, bila belum tersedia tabel faktor Selain mudah diperoleh/diukur, dbh
bentuk, pada umumnya dapat digunakan juga merupakan dimensi pohon yang akurasi
faktor bentuk sama dengan 0,7 (Banyard, 1973 datanya paling mudah dikontrol. Oleh karena
dalam Simon, 2007). Bentuk batang berkaitan itulah dbh lebih sering digunakan sebagai
dengan perubahan diameter batang karena pengubah penduga dimensi-dimensi pohon
perubahan tinggi pengukuran. Karena lainnya.
perbedaan diameter pada berbagai macam
ketinggian ini, maka secara umum ada tiga

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 21


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

Selain untuk keperluan pendugaan disebut diameter setinggi dada (dbh) atau
dimensi pohon lainnya, diameter setinggi kira-kira 1,3 m dari permukaan tanah.
dada (dbh) biasanya diukur sebagai dasar Lebih lanjut simon (2008) menyatakan
untuk keperluan perhitungan lebih lanjut, bahwa pengukuran diameter batang setinggi
misalnya untuk menentukan luas bidang dasar, dada karena di samping mudah dalam
dan volume. Luas bidang dasar pohon (B = pelaksanaannya, juga berpengaruh baik
lbds) adalah luas penampang lintang batang, terhadap perhitungan luas bidang dasar dan
sehingga dapat dinyatakan sebagai : B = ¼π volume tegakan.
D² ; di mana D = dbh. Selanjutnya perkalian Menurut Pambudhi (2008), Untuk
antara luas bidang dasar pohon dengan tinggi mengetahui volume diperlukan pengukur-
(T) pohonnya kemudian dikalikan lagi dengan pengukur pohon yang lain, yaitu diameter,
nilai faktor bentuk (f ), maka akan diperoleh tinggi dan bentuk pohon. Dari ke tiga
volume (V) batang pohon tersebut, yang pengukur ini, diameter dianggap yang ter­
dapat diformulasikan sebagai : V = B.T.f. Dari penting, antara lain karena :
hasil penelitian dengan menggunakan empat
1. Mudah diukur dan sudah terbukti ber­
jenis pohon (red maple, yellow poplar, red oak
hubungan dengan tinggi, bentuk,
dan white oak) di West Virginia, USA, Wiant
volume.
(1988) menunjukkan bahwa untuk keempat
jenis pohon tersebut, ternyata dbh bukanlah 2. Diameter dapat digunakan untuk men­
merupakan ukuran diameter terbaik di dalam duga variabel lain, misalnya banyaknya
menduga dimensi volume. Hal itu ditunjukkan daun untuk pakan ternak, banyaknya
oleh besarnya koefisien determinasi tertinggi karet yang dihasilkan, volume tajuk dan
hubungan antara diameter dengan volume lain-lain.
diperoleh pada saat diameter pada bagian 3. Disitribusi diameter; sebuah distribusi
batang yang lebih tinggi dibanding dbh. Hasil yang menggambarkan banyaknya pohon
penelitian tersebut, tampaknya mengilhami dalam kelas-kelas diameter, merupakan
pengembangan metode perhitungan / salah satu hasil inventarisasi yang penting,
pendugaan volume pohon baik pohon berdiri khususnya untuk hutan tanaman.
maupun yang sudah ditebang (rebah), dari Penggunaan kata “diameter “ sebenarnya
yang semula selalu tetap menggunakan dbh sudah mengandung pengertian bahwa
sebagai salah satu dimensi dasarnya menjadi lingkar batang pohon diasumsikan berbentuk
diameter bagian lain yang letaknya pada lingkaran. Dalam kenyataannya, lingkar pohon
batang bervariasi sesuai karakteristik dari bisa mempunyai berbagai bentuk dan ini
masing-masing batang atau pohon tersebut. akan mengakibatkan kesalahan pendugaan
Hal ini akan di bahas lebih lanjut pada bagian volume.
tentang volume. Diameter pohon adalah garis lurus dari
Menurut Simon (2007) pengukuran sebuah titik di lingkar batang, yang melalui
diameter pohon pada prinsipnya adalah titik pusat batang sampai ke titik perpotongan
mengasumsikan bahwa keliling pohon lingkar batang yang lain. Posisi pengukuran
merupakan lingkaran dan pengukuran dapat diameter yang menjadi acuan adalah pada
dilakukan pada tempat-tempat tetap pada ketinggian 1,3 m dari atas tanah. Diameter ini
ketinggian pohon. Untuk menyatakan hal disebut dengan diameter setinggi dada atau
itu kemudian orang menentukan patokan diameter acuan dan dilambangkan dengan
tempat pengukuran diameter, yang lazim d1.3. Ketinggian ini diambil dengan asumsi

22 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

bahwa pada tinggi 1,3 m dari tanah pengaruh ini dirasa lebih mudah dan praktis dibanding
perbesaran batang bagian bawah tidak lagi harus mengukur langsung tinggi pohon.
berpengaruh. volume pohon adalah besarnya massa
Banyak alat yang digunakan untuk meng­ kayu sebatang pohon hingga tinggi batang
ukur diameter. Beberapa diantaranya yang tertentu dan diameter tertentu. Volume
terpenting untuk mengukur diameter pohon pohon merupakan ukuran tiga dimensi(L3)
adalah: pita ukur, caliper, garpu ukur, biltmore dan tinggi pohon berdimensi satu (L 1),
stick, wheeler pentaprism dan relaskop. Ke serta faktor bentuk pohon. Volume pohon
empat alat ukur diameter yang pertama, umumnya dinyatakan dalam bentuk satuan
digunakan untuk pengukuran diameter yang kubik (Muhdin, 2012).
dapat dijangkau, sedang wheeler pentaprism Volume pohon dapat diduga dalam
dan relaskop digunakan untuk mengukur keadaan berdiri atau rebah, tentu saja
diameter-diameter atas. Untuk mengukur pengukuran pada pohon rebah dianggap
diameter anakan, biasanya digunakan orang lebih teliti daripada pengukuran pada pohon
mikrocaliper (Pambudhi, 2008). berdiri. Untuk menentukan volumenya,
Setelah diameter, tinggi pohon batang pohon dibagi menjadi seksi-seksi
merupakan parameter lain yang mempunyai yang pendek, kemudian seksi pendek ini
arti penting dalam penaksiran hasil hutan. dianggap mempunyai bentuk geometrik yang
Bersama dengan diameter, tinggi pohon sempurna. Panjang seksi yang digunakan bisa
diperlukan untuk menaksir volume dan riap absolut, bisa relatif. Untuk panjang absolut,
(simon, 2007). Muhdin (2012) menjelaskan panjang seksinya bisa sama atau berbeda.
tinggi pohon adalah salah satu dimensi yang Untuk pengukuran bentuk pohon, maka
harus diketahui untuk menghitung nilai panjang seksi yang digunakan harus panjang
volume pohon. Selain itu, peninggi yang relatif (Pambudhi, 2008).
didefinisikan sebagai rata-rata 100 pohon Cara penentuan volume pohon yang
tertinggi yang tersebar merata dalam areal 1 paling praktis adalah dengan menggunakan
hektar, dikaitkan dengan umur tegakan jenis tabel volume pohon. Tabel volume pohon
pohon tertentu adalah merupakan komponen adalah suatu tabel yang berisi nilai-nilai
informasi yang diperlukan untuk menentukan dugaan volume pohon pada ukuran
indeks tempat tumbuh atau kualitas tempat diameter atau diameter dan tinggi pohon
tumbuh (bonita) yang mencerminkan tertentu. Berdasarkan peubah penduga yang
produktivitas lahan dalam memberikan hasil digunakan, tabel volume pohon dibedakan
(potensi tegakan). menjadi : tabel volume lokal, tabel volume
Pengukuran tinggi pohon pada umumnya baku dan tabel volume dengan kelas
menggunakan salah satu atau kombinasi dari bentuk. Tabel volume lokal atau dikenal juga
dua prinsip berikut : dengan istilah tariff volume adalah tabel
1. Prinsip geometri atau prinsip segitiga volume dengan menggunakan dbh sebagai
sebangun penduganya. Tabel volume baku adalah tabel
2. Prinsip trigonometri atau prinsip peng­ volume dengan menggunakan dbh dan tinggi
ukuran sudut. pohon sebagai peubah penduganya. Tabel
volume dengan kelas bentuk adalah semacam
Terdapat hubungan yang erat antara dbh
tabel volume baku yang dibuat untuk setiap
dengan tinggi pohon, maka secara fungsional
kelas bentuk batang.
tinggi pohon dapat juga diduga oleh dbh. Cara

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 23


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

Tabel volume dibuat berdasarkan yang akan digunakan dalam pelaksanaan


persamaan volume yang disusun dengan pengukuran biomassa ditebang (destructive
persamaan regresi. Persamaan regresi sampling) dan dilakukan pengukuran secara
terbaik biasanya dipilih dari berbagai macam intensif pada bagian-bagian organ pohon
persamaan yang dicobakan terhadap data seperti akar, batang, cabang/ranting dan
yang dimiliki. Dari sekian banyak persamaan daun. Biomassa akar, batang, cabang/ranting
regresi yang dapat dicoba, persamaan : V = dan daun atau dimensi lainnya berfungsi
aDb (di mana : V = volume pohon ; D = dbh ; sebagai variabel bergantung (dependent
a, b = konstanta), adalah persamaan regresi variable) dan dapat dihubungkan dengan
yang paling banyak digunakan. Selain alasan variabel bebas (independent variable), seperti
kesederhanaan model dan kepraktisan karena diamater batang pohon (Whittaker, et al. 1975)
hanya menggunakan dbh sebagai peubah dalam Lukito (2010)
penduga, juga model tersebut adalah model Hubungan antara setiap variabel ber­
yang secara matematis memiliki kerangka gantung dengan variabel bebas tersebut akan
pemikiran (landasan teoritis) yang jelas. membentuk sebuah persamaan dalam sumbu
Persamaan V = aDb dikenal juga sebagai XY, dengan variabel bebas akan diletakkan
persamaan Berkhout (Loetsch, Zohrer dan pada sumbu X dan bergantung pada sumbu
Haller, 1973 Y. Secara umum, bentuk persamaan allometrik
Asumsi yang mendasari berlakunya dituliskan sebagai berikut (Purwanto dan
tabel volume lokal pada sebuah areal hutan Shiba, 2005): dalam Lukito (2010)
(tegakan) adalah bahwa pohon-pohon yang Y = aXb
memiliki ukuran diameter sama maka akan Dimana:
memiliki tinggi dan angka bentuk batang
Y : Variabel bergantung (berupa volume)
yang sama pula sehingga dengan demikian
a,b: Konstanta
akan memiliki volume pohon yang sama
X : Variabel bebas (berupa diameter dan
pula. Sedangkan asumsi yang melandasi
tinggi pohon.
berlakunya tabel volume baku adalah bahwa
pohon-pohon yang memiliki dbh dan tinggi Dari persamaan tersebut terlihat bahwa
pohon yang sama maka akan memiliki angka allometri dapat digunakan untuk meng­
bentuk batang yang sama pula, sehingga hubungkan diameter batang dan tinggi
akan memiliki volume pohon yang sama juga pohon dengan variabel yang lain seperti
(Muhdin,2012) volume kayu.
Motode allometri adalah metode Manfaat Penelitian
pengukuran pertumbuhan tanaman yang
Manfaat dari penlitian ini adalah sebagai
dinyatakan dalam bentuk hubungan
berikut :
eksponensial atau logaritmik antara organ
1. Menambah pengetahuan dan penga­
tanaman yang terjadi secara harmonis dengan
laman tentang bagaimana menghitung
perubahan yang proporsional (Whittaker,
volume tegakan berdiri dengan membuat
dkk., 1975). dalam Lukito (2010)
model
Persamaan allometrik berguna untuk
2. Memberikan informasi mengenai volume
menduga potensi biomassa atau kandungan
lokal tanaman pinus merkusii di RPH
karbon pada suatu tegakan hutan, sehingga
Salam BKPH Lawu Utara KPH Lawu Ds
jumlah CO2 yang terserap dapat diketahui.
khususnya untuk tanaman KU VIII
Dalam pelaksanaannya, pohon-pohon sampel

24 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

METODE PENELITIAN Tinggi


Pembuatan Petak Ukur Pengukuran tinggi meliputi tinggi
Pembuatan petak ukur di lapangan total pohon. Alat yang digunakan dalam
disesuaikan dengan posisi yang telah ditetap­ pengukuran ini adalah haga meter.
kan berdasarkan dari observasi lapangan Luas Bidang Dasar
dengan bantuan peta lokasi, dengan luas PU
Yang dimaksud dengan bidang
0,05 hektar berbentuk lingkaran dengan jari-
dasar pohon dalam penelitian ini adalah
jari 12,61 meter, intensitas 10 %. Penentuan
penampang lintang batang pada ketinggian
lokasi petak ukur ditentukan secara stratified
1,3 m dari permukaan tanah. Luas bidang
random sampling (acak berlapis) pada areal
dasar individu pohon dihitung dengan rumus
yang sudah ditentukan sebelumnnya dengan
lingkaran yakni sebagai berikut;
kondisi aksesibilitas cukup tinggi mudah ∏d2
dijangkau, berada pada areal dengan kondisi lbds =
4
topografi datar sampai sedang, mewakili
kondisi tegakan serta karakteristik tempat Faktor Bentuk Pohon
tumbuh yang relatife seragam (curah hujan Faktor bentuk (f ) diperlukan sebagai
dan tanah) dan letak petak ukur ditempatkan penghubung antara volume suatu silinder
di tengah-tengah petak sehingga hasil yang dengan volume batang atau pohon. Dalam
didapatkan sesuai dengan kondisi aktual dan perhitungan nilai faktor bentuk dapat ber­
terhindar dari kondisi efek tepi. beda-beda tergantung pada diameter mana
yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan
Pencatatan dan Pengukuran. diameter silindrisnya. Untuk sebagian besar
Pada PU sampling, dilakukan pengukuran pohon tropis, bila belum tersedia tabel faktor
dan pencatatan data lapangan meliputi: bentuk, pada umumnya dapat digunakan
Nomor dan lokasi plot sampel dalam petak, faktor bentuk sama dengan 0,7 (Banyard, 1973
blok, dan unit dalam Simon, 2007). Dalam lukito (2010)
1. Tahun tanam, jarak tanam, dan sistem
Volume Pohon
silvikultur lainnya
2. Diameter pohon setinggi dada (dbh 1,3 m) Untuk menentukan volume pohon
3. Tinggi pohon total bebas cabang yang masih berdiri diperoleh
melalui perkalian antara luas bidang dasar,
Diameter tinggi bebas cabang dan faktor bentuk, yang
Pengukuran diameter dilakukan pada dirumuskan Asman, (1970) dalam lukito (2010)
vegetasi mulai pada tingkat pancang sampai sebagai berikut:
tingkat pohon. Titik pengukuran diameter V = lbds1,3 x h x f1,3.
adalah setinggi dada atau 1,3 cm dari Keterangan :
permukaan tanah. Prinsip dasar pengukuran
V = Volume Batang Pohon (m3)
diameter adalah posisi pengukuran harus
h = Tinggi pohon (m)
tegak lurus dengan sumbu batang. Alat ukur
lbds1,3 = Luas bidang dasar pada ketinggian
yang yang digunakan adalah pita ukur yang
1,3 m
mengukur panjang keliling lingkar pohon.
f1,3 = Faktor bentuk
Nilai keliling ini kemudian dikonversikan
menjadi diameter dengan membaginya
dengan nilai pi (3,14).

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 25


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

Persamaan Regresi Uji Variabel Berpasangan (t-test)


Data tentang diameter setinggi dada Untuk mengetahui apakah ada perbedaan
(dbh), tinggi pohon, dan volume, dicari antara pengukuran volume pohon berdiri
hubungannya. Untuk menghubungkan satu secara manual dengan pengukuran volume
data dengan data yang lainnnya digunakan pohon dengan menggunakan model yang
metode regresi. Secara umum metode regresi terbaik yang terpilih dalam persamaan
mempunyai bentuk (Sulaiman, 2004). Dalam allometri maka perlu dilakukan uji t-test
Lukito (2010) dengan urutan tahapan-tahapan sebagai
Tabel 1. Bentuk Umum Model Regresi berikut :
Bentuk Persamaan Slope 1. Harga rata rata perbedaan
Linear Y = a + bX a,b PX1-X2 =
Logaritma Y = a + b Ln X a,b Keterangan
Quadratik Y = a + bX + cX2 a,b,c
X1 = Volume Manual
Kubik Y = a + bX + cX + dX a,b,c,d
2 3

Sigmoid Y = ea + b/x a,b X2= Volume Model Terpilih


Power Y = aX b
a,b N = Jumlah Sampel
Growth Y = ea + bx a,b
Eksponensial Y = a(e ) bx
a,b 2. Varians = Sd2 =
Parameter yang digunakan untuk 3. Standar deviasi perbedaan individu
pemilihan model regresi adalah koefisien pengamatan = Sd =
determinasi, standar error dan kesederhanaan
Keterangan = Sd2 = Varians
model (Chorchan dan Snedecor, 1980). dalam
Lukito (2010). Dalam penelitian ini pemilihan 4. Standar eror perbedaaan harga rata rata
model/persamaan regresi yang menyatakan = SX1-X2 = Sdm =
hubungan antara satu data dengan data 5. T hitung =
yang lain didasarkan pada nilai koefisien = harga rata-rata perbedaan
determinasi (R2) tertinggi serta jumlah kuadrat standar error perbedaan harga rata-rata (s)
error (­residual sum of square) yang terkecil. P(xi-x2)
Menurut sadono (2007), dalam Lukito (2010)
=
Sxi-x2(sdm)
untuk memilih model yang terbaik, selain 6. Membandingkan antara t-hitung dengan
memperhatian R2, standar error juga perlu t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 %
mengetahui taraf signifikansi melalui uji F dan (α = 0.05). dengan Ketentuan sebagai
uji T dari masing persamaan yang dihasilkan. berikut
Dalam membuat model ini data diolah dengan
• Bila T hitung > T Tabel maka ada
menggunakan program SPSS.
perbedaan yang sigifikan/nyata
Nilai R 2 berkisar antara 0-1. Semakin antara volume yang menggunakan
tinggi R2 maka semakin baik model regresinya perhitungan manual dengan volume
(Sulaiman, 2004). Dalam Lukito (2010) Jumlah yang dihasilkan dengan mengguna­
kuadrat error yang kecil menunjukkan tingkat kan model terpilih
kesalahan regresi yang terjadi juga semakin
• Bila T hitung < T Tabel maka tidak
kecil (Walpole, 1995). Dalam lukito (2010).
ada perbedaan yang signifikan/nyata
Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui
antara volume yang menggunakan
nyata tidaknya pengaruh variavel independent
perhitungan manual dengan
terhadap variabel dependent.

26 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

volume yang dihasilkan dengan Tabel 2. Kelliling dan Diameter setinggi


menggunakan model terpilih dada (cm) Pohon Sampel Petak 3 a RPH
Salam BKPH Lawu Utara
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Hutan RPH Salam No Pohon Keliling Diameter
RPH Salam masuk ke dalam BKPH Lawu 1 116 36.94
Utara KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit 2 120 38.22
3 121 38.54
II Jawa Timur, Luas baku areal RPH Salam
4 125 39.81
adalah 245,60 Ha yang terdiri dari 20 anak
5 123 39.17
Petak. Berdasarkan RPKH Tahun 2009 areal
6 124 39.49
RPH salam masuk ke dalam kelas kesuburan
7 125 39.81
tanah (Bonita) 3- 5 dan sebagian besar adalah 8 119 37.90
bonita 3. Terletak antara 710 – 1.050 meter di 9 120 38.22
atas permukaan laut. Dengan jumlah pohon 10 123 39.17
sebanyak 56.404 pohon. Dilihat dari rencana 11 118 37.58
sadapan tahun berjalan untuk RPH Salam 12 124 39.49
mendapat target sadapan seluas 189,60 13 121 38.54
Hektar dengan jumlah pohon sebanyak 14 120 38.22
56.404 pohon, mengacu pada Tabel Volume 15 122 38.85
getah (TVL) getah di dapatkan rata-rata 16 119 37.90
sadapan per hektar sebesar 837,713 kg atau 17 122 38.85
secara kumulatif sebesar 165.655,947 kg 18 117 37.26
Sampai dengan RPKH 2009 – 2014 19 197 62.74
20 195 62.10
belum ada rencana kegiatan penebangan
21 198 63.06
sehubungan dengan kelas perusahaan pinus.
22 196 62.42
Akan tetapi biasanya tebangan di lakukan bila
23 194 61.78
terjadi kondisi khusus (Tebangan D2), seperti
24 196 62.42
kondisi pohon mati, dan bencana alam (angin 25 193 61.46
ribut, petir dsb). 26 198 63.06
Kondisi Petak Ukur 27 193 61.46
28 197 62.74
Pengambilan Petak ukur dalam rangka
29 107 34.08
penelitian dilakukan pada tanaman pinus
30 87 27.71
dengan kelas umur (KU) VIII dengan alasan 31 85 27.07
sebagian besar kelas umur di RPH Salam masuk 32 83 26.43
ke dalam KU VIII, termasuk di dalamnya petak 3A 33 86 27.39
dengan luasan 17,3 Ha. 34 85 27.07
35 86 27.39
HASIL DAN PEMBAHASAN
36 88 28.03
Hasil Perhitungan Volume Pohon Berdiri 37 86 27.39
™™ Diameter 38 87 27.71
Hasil pengukuran diameter setinggi dada 39 83 26.43
(dbh) terhadap pohon sampel di sajikan pada 40 87 27.71
Tabel 2 41 83 26.43

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 27


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

minimum 82 cm dan keliling maksimum 198


No Pohon Keliling Diameter
cm atau dengan diameter rata-rata sebesar
42 86 27.39 37,3 cm dengan diameter minimal 26,1 cm
43 87 27.71 dan maksimal 63,1 cm
44 86 27.39
45 86 27.39 ™™ Tinggi Pohon
46 84 26.75 Tinggi pohon sampel pada petak 3 a
47 87 27.71 terhadap pohon sampel disajikan pada table
48 86 27.39 3 sebagai berikut :
49 84 26.75 Tabel 3. Tinggi Pohon (mtr) Sampel Petak 3
50 86 27.39 a RPH Salam BKPH Lawu Utara
51 85 27.07
No Pohon Tinggi No Pohon Tinggi
52 82 26.11
1 28 42 17
53 89 28.34
2 25 43 16
54 89 28.34
3 28 44 16
55 87 27.71
4 27 45 16
56 85 27.07
5 28 46 15
57 86 27.39
6 26 47 16
58 85 27.07
7 28 48 16
59 83 26.43
8 24 49 15
60 84 26.75
9 24 50 17
61 83 26.43
10 26 51 16
62 86 27.39
11 28 52 15
63 82 26.11
12 25 53 18
64 87 27.71
13 26 54 18
65 84 26.75
14 25 55 16
66 137 43.63
15 27 56 17
67 133 42.36
16 26 57 16
68 139 44.27
17 24 58 17
69 135 42.99
18 26 59 15
70 137 43.63
19 30 60 17
71 130 41.40
20 29 61 15
72 134 42.68
21 31 62 16
73 138 43.95
22 30 63 15
74 130 41.40
23 28 64 16
75 127 40.45
24 30 65 16
76 132 42.04
25 29 66 27
77 134 42.68
26 30 67 27
78 136 43.31
27 29 68 28
79 133 42.36
28 30 69 27
80 135 42.99
29 30 70 27
81 130 41.40
30 16 71 24
82 134 42.68
31 16 72 26
Berdasarkan Tabel 2 di atas rata rata keliling 32 15 73 26
dan diameter setinggi dada pada Pohon 33 17 74 27
sampel untuk keliling adalah sebesar 117 cm 34 16 75 28

28 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

No Pohon Tinggi No Pohon Tinggi Tabel 4. Rekapitulasi Perhitungan Volume


35 16 76 25 Pohon (m3) Pohon Sampel Petak 3a RPH
36 17 77 24 Salam BKPH Lawu Utara
37 17 78 26 No Keliling Dbh Dbh Dbh2 tinggi 1/4 Volume
38 16 79 28 fk
Pohon Cm cm mtr mtr-2 mtr Phi M3
39 15 80 26 Total 30.55 12.43 1,824.00 171.925
40 16 81 25 Rerata 0.37 0.15 22.24 2.097
41 15 82 27 Min 0.26 0.07 15.00 0.562
Max 0.63 0.40 31.00 6.773
™™ Faktor Bentuk
Std Dev 0.11 0.10 5.69 1.792
Dalam penelitian ini faktor bentuk pohon Convi­
tidak dilakukan pengukuran akan tetapi 0.24 0.10 15.28 1.529
dance
besarnya faktor bentuk, pada umumnya
Pemilihan Model Perhitungan Volume
dapat digunakan faktor bentuk sama
dengan 0,7 (Banyard, 1973 dalam Simon, Analisis hubungan volume dengan
2007) dalam lukito (2010) diameter setinggi dada dibuat model
persamaan allometrik. Pemilihan model
™™ Volume Pohon
persamaan didasarkan pada kombinasi
Berdasarkan hasil pada table 2, tabel 3 dan
antara nilai R2 terbesar dan jumlah kuadrat
penentuan factor bentuk maka Perhitungan
eror (residual sum of square) yang paling kecil
volume pohon berdiri didekati dengn rumus
serta signifikasi berdasarkan analisis varian.
V= ¼ π d2 h. fk dimana d : diameter setinggi
Sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
data, h = tinggi pohon dan fk = faktor bentuk
Tabel 5. Model Persamaan Allometrik
pohon dalam hal ini ditentukan sebesr 0,7.
Diameter Setinggi Dada (dbh) Volume
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya
Pohon Pinus KU VIII RPH Salam BKPH
perhitungan volume pohon sampel dapat
Lawu Utara KPH Lawu Ds
dilihat pada Tabel 4 Sebagai berikut :

No. Model Persamaan R2 JKE Std Error


1. Linier Y = -3.716 + 15.602 dbh 0,982 4,592 0,240
2. Power Y = 28.565 dbh 2,859 0,981 1,115 0,123
3. Growth Y = e -2,155 + 6,891 dbh 0,929 3,807 0,218
4. Logaritma Y = 8,403 + 6,131 ln dbh 0,931 18.013 0,475
6. Quadratik Y = -1,157 + 2,606 dbh + 15,056 dbh2 0,996 1,078 0,107
™™ Volume Model Terpilih

Berdasarkan persamaan model di atas Tabel 6. Perhitungan Volume Dengan


maka model terpilih adalah model quadratic Model Quadratik
dengan persaman volume Y = -1,157 + 2,606 Kon­ Vol-
dbh + 15,056 dbh2. Dari Model terpilih di atas Coef-b Coef-c dbh dbh^2
No stanta Model
maka besarnya volume disajikan pada Tabel a b c mtr mtr M3
V-6. Sebagai berikut : 1 2 3 4 5 6 7
1 -1.157 2.606 15.056 0.369 0.136 1.861

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 29


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

Kon­ Vol- Kon­ Vol-


Coef-b Coef-c dbh dbh^2 Coef-b Coef-c dbh dbh^2
No stanta Model No stanta Model
a b c mtr mtr M3 a b c mtr mtr M3
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
2 -1.157 2.606 15.056 0.382 0.146 2.038 44 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
3 -1.157 2.606 15.056 0.385 0.148 2.083 45 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
4 -1.157 2.606 15.056 0.398 0.158 2.266 46 -1.157 2.606 15.056 0.268 0.072 0.618
5 -1.157 2.606 15.056 0.392 0.153 2.174 47 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721
6 -1.157 2.606 15.056 0.395 0.156 2.220 48 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
7 -1.157 2.606 15.056 0.398 0.158 2.266 49 -1.157 2.606 15.056 0.268 0.072 0.618
8 -1.157 2.606 15.056 0.379 0.144 1.993 50 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
9 -1.157 2.606 15.056 0.382 0.146 2.038 51 -1.157 2.606 15.056 0.271 0.073 0.652
10 -1.157 2.606 15.056 0.392 0.153 2.174 52 -1.157 2.606 15.056 0.261 0.068 0.550
11 -1.157 2.606 15.056 0.376 0.141 1.949 53 -1.157 2.606 15.056 0.283 0.080 0.791
12 -1.157 2.606 15.056 0.395 0.156 2.220 54 -1.157 2.606 15.056 0.283 0.080 0.791
13 -1.157 2.606 15.056 0.385 0.148 2.083 55 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721
14 -1.157 2.606 15.056 0.382 0.146 2.038 56 -1.157 2.606 15.056 0.271 0.073 0.652
15 -1.157 2.606 15.056 0.389 0.151 2.128 57 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
16 -1.157 2.606 15.056 0.379 0.144 1.993 58 -1.157 2.606 15.056 0.271 0.073 0.652
17 -1.157 2.606 15.056 0.389 0.151 2.128 59 -1.157 2.606 15.056 0.264 0.070 0.584
18 -1.157 2.606 15.056 0.373 0.139 1.904 60 -1.157 2.606 15.056 0.268 0.072 0.618
19 -1.157 2.606 15.056 0.627 0.394 6.404 61 -1.157 2.606 15.056 0.264 0.070 0.584
20 -1.157 2.606 15.056 0.621 0.386 6.268 62 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686
21 -1.157 2.606 15.056 0.631 0.398 6.473 63 -1.157 2.606 15.056 0.261 0.068 0.550
22 -1.157 2.606 15.056 0.624 0.390 6.336 64 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721
23 -1.157 2.606 15.056 0.618 0.382 6.200 65 -1.157 2.606 15.056 0.268 0.072 0.618
24 -1.157 2.606 15.056 0.624 0.390 6.336 66 -1.157 2.606 15.056 0.436 0.190 2.846
25 -1.157 2.606 15.056 0.615 0.378 6.133 67 -1.157 2.606 15.056 0.424 0.179 2.648
26 -1.157 2.606 15.056 0.631 0.398 6.473 68 -1.157 2.606 15.056 0.443 0.196 2.947
27 -1.157 2.606 15.056 0.615 0.378 6.133 69 -1.157 2.606 15.056 0.430 0.185 2.746
28 -1.157 2.606 15.056 0.627 0.394 6.404 70 -1.157 2.606 15.056 0.436 0.190 2.846
29 -1.157 2.606 15.056 0.341 0.116 1.479 71 -1.157 2.606 15.056 0.414 0.171 2.503
30 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721 72 -1.157 2.606 15.056 0.427 0.182 2.697
31 -1.157 2.606 15.056 0.271 0.073 0.652 73 -1.157 2.606 15.056 0.439 0.193 2.896
32 -1.157 2.606 15.056 0.264 0.070 0.584 74 -1.157 2.606 15.056 0.414 0.171 2.503
33 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686 75 -1.157 2.606 15.056 0.404 0.164 2.360
34 -1.157 2.606 15.056 0.271 0.073 0.652 76 -1.157 2.606 15.056 0.420 0.177 2.599
35 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686 77 -1.157 2.606 15.056 0.427 0.182 2.697
36 -1.157 2.606 15.056 0.280 0.079 0.756 78 -1.157 2.606 15.056 0.433 0.188 2.796
37 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686 79 -1.157 2.606 15.056 0.424 0.179 2.648
38 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721 80 -1.157 2.606 15.056 0.430 0.185 2.746
39 -1.157 2.606 15.056 0.264 0.070 0.584 81 -1.157 2.606 15.056 0.414 0.171 2.503
40 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721 82 -1.157 2.606 15.056 0.427 0.182 2.697
41 -1.157 2.606 15.056 0.264 0.070 0.584
42 -1.157 2.606 15.056 0.274 0.075 0.686 Uji Volume Manual dengan Model terpilih
43 -1.157 2.606 15.056 0.277 0.077 0.721 Untuk dapat mengetahui apakan terjadi
perbedaan antara perhitungan volume

30 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

tegakan pohon berdiri dengan perhitungan volume model Quadratik di lakuan uji t-test dengan
hasil disajikan pada tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 7. Uji T Test Antara Volume Manual dan Volume Model
Manual Qadratik
Keliling Dbh
No dbh Vol (X1) Vol-(X2) (X1-X2) (X1-X2)^2
cm cm mtr mtr3 mtr3
1 2 3 4 5 6 7 8
Total 30.55 171.92 171.87 1.078
Rerata 117.0 37.3 0.4 2.097 2.096 0.013
Min 82.0 26.1 0.3 0.562 0.550 0.000012
Max 198.0 63.1 0.6 6.773 6.473 0.189
Std Dev 35.7 11.4 0.1 1.792 1.788 0.029

1. Harga rata rata perbedaan PX1-X2 = pohon dengan volume minimum 0.562 m3
= 0.00067 dan maksimum 6,773 m3

2. Varians = Sd2 = Pemilihan model allometrik


Analisis hubungan dbh dengan volume
= 0.013305 pohon, dibuat model persamaan allometrik,
pengolahan data dilakukan dengan SPSS
3. Sd =
16. Pemilihan model persamaan didasarkan
= 0.11535 pada kombinasi antara nilai R2 terbesar dan
4. Standar eror perbedaaan harga rata rata jumlah kuadrat eror (residual sum of square)
= SX1-X2 = Sdm = yang paling kecil serta signifikan berdasarkan
= 0.01274 analisis varian. Sebagaimana disajikan pada
Tabel 6 di atas.
5. T hitung =
Hasil pengukuran diameter setinggi dada
harga rata-rata perbedaan 0,00067
(dbh) dan Volume Tanaman Pinus KU VIII
= = 0,053 diperoleh model yang paling tepat adalah
standar eror perbedaan harga 0,01274
rata-rata model Quadratik dengan nilai R2 0,996 dan JKE
(RSS) 1,078. Nilai R2 0,996 yang berarti 99.6 %
6. Nilai t menurut tabel untuk tingkat
variabel Volume pohon dapat dijelaskan oleh
signifikasi 95 % atau dengan α (0,05) pada
variabel diameter setinggi dada, sisanya (0,004
db 81 = ± 1,650 yang artinya ;
%) oleh variabel lain. Hubungan variabel
7. t hitung < t tabel atau 0,053 < 1,650 dimeter setinggi dada dengan Variabel
PEMBAHASAN Volume termasuk sangat kuat karena nilainya
lebih dari 0,5, di mana R2 berkisar 0-1, semakin
Perhitungan Volume Manual Pohon Berdiri
kecil R2 maka semakin lemah hubungan antar
Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa variabel tersebut dan sebaliknya. Sedangkan
berdasarkan perhitungan volume pohon nilai jumlah kuadrat eror (residual sum of
berdiri secara manual di dapatkan dari total square) adalah 1,078 dan standar eror estimate
volume sampel sebanyak 82 pohon sebesar 0,107. Berdasarkan hasil analisis varian untuk
171,92 M3 atau rata-rata sebesar 2,097 m3/ menguji signifikansi hubungan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 31


Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah

dbh dan Volume pohon memiliki korelasi berdiri dengan menggunakan diameter
yang signifikan. Uji ANOVA didapat F hitung setinggi dada sebagai variabel bebas adalah
sebesar 0.0001 dengan tingkat signifikansi Quadratik dengan Rumus . Y = -1,157 + 2,606
0,001 (<0,05), sehingga model regresi dapat dbh + 15,056 dbh2
dipakai untuk memprediksi tinggi pohon . Adapun grafik model persamaan terpilih
Persamaan yang terbentuk dapat disajikan pada Gambar V-1. sebagai berikut :
digunakan untuk menduga tinggi pohon

Gambar V-1. Hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) dengan Volume Pohon berdiri KU
VIII RPH Salam BKPH Lawu Utara

Perhitungan Volume Model Pohon Berdiri model quadrati maka dilakukan uji t untuk
Berdasarkan model terpilih yaitu model melihat apakah ada perbedaan / tidak
quadratic maka perhitungan volume terhadap penggunaan dua model tersebut
dengan variable bebas diameter setinggi seperti disajikan pada Tabel 8 di atas.
dada diperoleh hasil perhitungan 82 pohon Berdasarkan uji t. test didapatkan bahwa
sampel disajikan pada Tabel 7 di atas. Pada nilai t hitung sebesar 0,053 sedangkan t tabel
tabel tersbut terlihat bahwa total volume pada df 82-1=81 5 % ( α = 0,05) sebesar 1,615
model 82 sampel pohon didapatkan volume yang artinya t hitung (<) lebih kecil dart t
sebesar 171,87 m3 atau rata rata sebesar 2.096 tabel sehingga perhitungan volume dengan
m3/pohon . Volume minimum 0,550 m3 dan menggunakan model manual dibandingkan
maksimum 6,473 m3 dengan menggunakan model quadratic
tidak signifikan atau tidak ada perbedaan
Perbandingan Volume manual dan Volume
yang sigifikan/nyata antara perhitungan
Model Pohon Berdiri
volume manual dengan perhitungan volume
Berdasarkan perhitungan volume pohon menggunakan model quadratic
antara manual dan dengan menggunakan

32 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016


Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Loetsch, F. dan K. Haller, 1973 Forest Inventory,
1. Perhitungan Total sampel volume pohon Volume II. BLV. Verlagsgeeselschaft Mbh.
berdiri secara manual sebesar 171,92 m3 Munchen.
atau rata-rata sebesar 2,097 m3/pohon Lukito. Martin. 2010. Studi Inventarisasi Hutan
dengan volume minimum 0.562 m3 dan tanaman Kayu Putih Dalam Menghasilkan
maksimum 6,773 m3 Biomassa dan karbon hutan. Tesis Fakultas
2. Berdasarkan kriteria R2, RSS dan SE maka Kehutanan UGM. Tidak Di publikasikan
model pendugaan volume terpilih adalah Muhdin. 2012. Dimensi pohon dan pendugaan
Model Quadratik dengan persamaan Volume Pohon. Universitas Sumatera Utara
Y = -1,157 + 2,606 dbh + 15,056 Pambudhi, F. 2008. Variabel-variabel Pohon
dbh2. Dimana R2 = 0,996, RSS = 0,1078, dan Tegakan Dalam Inventarisasi Hutan
SEE =0.107 Menyeluruh Berkala. Makalah. Disampaikan
3. Pe r h i t u n g a n volume dengan dalam Pelatihan Perencanaan Pengelolaan
menggunakan model quadratic terlihat Tegakan Hutan Berdasarkan Inventarisasi
bahwa total volume 82 sampel pohon Hutan Menyeluruh Berkala. Jakarta.
didapatkan volume model sebesar Philip, M.S. 1994. Measuring Trees and Forests.
171,87 m3 atau rata rata sebesar 2.096 m3/ Second Edition. CAB International.
pohon . Volume minimum 0,550 m3 dan Simon, H. 2007. Motede Inventore Hutan.
maksimum 6,473 m3 Pustaka Pelajar. Yogyakarta
4. Berdasarkan uji t. test didapatkan bahwa S Chapman, H.H. and W.H. Meyer. 1949. Forest
nilai t hitung sebesar 0,053 sedangkan Mensuration. McGraw-Hill Book Company Inc.
t tabel pada df 82-1=81 5 % ( α = 0,05) New York.imon, H. 2007. Motede Inventore
sebesar 1,615 sehingga perhitungan Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
volume dengan menggunak an Wiant, Jr. 1988. Where is the Optimum Height for
model manual dibandingkan dengan Measuring Tree Diameter ?. North J. Appl. For.
menggunakan model quadratic tidak 5 : 184-185.
signifikan atau tidak ada perbedaan
yang sigifikan/nyata antara perhitungan
volume manual dengan perhitungan
volume menggunakan model quadratic

Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 33

You might also like