You are on page 1of 22

Produktivitas tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh ketersediaan radiasi surya.

Kurangnya
radiasi yang sampai pada tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Rendahnya radiasi matahari yang sampai pada tanaman bisa disebabkan adanya
naungan pepohonan, sehingga Efisiensi Penggunaan Radiasi Matahari dan Respon Tanaman
Kedelai (Glycine max L.) terhadap Penggunaan Mulsa Reflektif Solar Radiation Use Efficiency
and Soybean (Glycine max L.) Responses to the Utilization of Reflective Mulches Syahrun
Mubarak1 , Impron2*, dan Tania June2 1 Program Studi Klimatologi Terapan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor 2 Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Gedung FMIPA Wing 19 Lv. 4 Kampus IPB Darmaga,
Bogor 16680, Indonesia Diterima 2 Oktober 2017/Disetujui 27 Juli 2018 ABSTRACT One of
factors affecting the productivity of soybean crop is the availability of solar radiation. Reduction
of solar radiation reaching soybean crop by cloud cover especially during rainy season or by
shade of trees could potentially decrease soybean production. The availability of radiation for the
crop can be increased through the use of reflective mulch to reflect back transmitted radiation to
the crop canopy. This study aimed to determine the effect of shade and reflective mulch on crop
solar radiation balance and crop productivity responses. A field experiment in Bogor, Indonesia
in July 2016 to January 2017, was conducted, applying a Nested Design-two factors model with
three replications. The first factor was two levels of shading, i.e., without and with 50% shade;
and the second factor was three levels, i.e., without mulch, black silver mulch, and metallic
mulch. The results showed that the use of mulch influenced the radiation balance of plants,
increasing distribution of radiation reception in plants, solar radiation interception and RUE. The
use of mulch caused changes in canopy structure by increase LAI, so that the inhibited radiation
was higher. The reflected radiation from the mulch increased production per plants and weight of
1,000 seeds in shaded plants. Keywords: black silver mulch, metallic mulch, radiation balance,
radiation interception, shading ABSTRAK Radiasi matahari merupakan salah satu penentu
produktivitas tanaman kedelai. Pengurangan jumlah radiasi matahari yang sampai ke tanaman
kedelai oleh penutupan awan terutama saat musim hujan atau oleh naungan tanaman berpotensi
menurunkan produktivitas tanaman kedelai. Ketersediaan radiasi dapat ditingkatkan melalui
penggunaan mulsa reflektif yang memantulkan radiasi yang sampai ke permukaan lahan untuk
dipantulkan kembali ke tajuk tanaman. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh naungan
dan mulsa reflektif terhadap neraca radiasi matahari dan produktivitas tanaman kedelai.
Penelitian dilaksanakan di Bogor, Indonesia, mulai bulan Juli 2016 hingga Januari 2017
menggunakan rancangan percobaan petak tersarang (nested design) dua faktor tiga ulangan.
Faktor pertama adalah naungan paranet dua taraf yaitu tanpa naungan dan naungan 50%, faktor
kedua adalah penggunaan mulsa sebagai reflektor radiasi matahari yang terdiri atas tiga taraf
yaitu tanpa reflektor mulsa, mulsa perak hitam, dan mulsa metalik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan mulsa mampu mempengaruhi neraca radiasi tanaman dengan meningkatkan
distribusi penerimaan radiasi pada tanaman, nilai intersepsi radiasi surya dan efisiensi
penggunaan radiasi (RUE). Penggunaan mulsa mengakibatkan perubahan struktur kanopi
melalui peningkatan indeks luas daun (ILD) sehingga radiasi yang diredam semakin tinggi.
Adanya radiasi yang dipantulkan oleh permukaan mulsa dapat meningkatkan produksi tanaman
dan bobot 1,000 biji pada tanaman yang ternaungi atau kondisi radiasi rendah. Kata kunci: mulsa
perak hitam, mulsa metalik, neraca radiasi, naungan, intersepsi radiasi 248 Mubarak et al. / J.
Agron. Indonesia 46(3):247-253 Desember 2018 radiasi matahari tereduksi oleh kanopi
pepohonan tersebut. Tanaman yang ternaungi akan mengalami penurunan ketebalan daun,
klorofil pada daun, dan mengganggu laju fotosintesis (Muhuria, 2007). Penerimaan radiasi juga
erat kaitannya dengan faktor musim. Pada musim hujan, nilai curah hujan dan keawanan menjadi
meningkat serta lama penyinaran menjadi lebih singkat, sehingga wilayah dengan keawanan
yang tinggi bisa berpotensi mengalami penurunan produksi dan produktivitas. Radiasi matahari
optimum yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis adalah sekitar 209.3-
558.2 W.m-2 dan fotosintesis maksimum pada intensitas cahaya 300 W.m-2 (White dan
Izquerdo, 1993). Tanaman kedelai tumbuh lebih sensitif terhadap PAR (Photosynthetically
Active Radiation) dalam kondisi dimana cahaya sedikit tersedia (Feng et al., 2014). Peningkatan
produksi kedelai linier dengan peningkatan intersepsi cahaya dan konversi energinya (Koester et
al., 2014; Gitelson dan Gamon, 2015). Energi radiasi yang dipancarkan oleh matahari tidak
semua sampai ke permukaan, dari 100% radiasi yang dipancarkan oleh matahari, hanya 48-50%
yang sampai secara langsung ke permukaan dan yang bisa dimanfaatkan hanya pada panjang
gelombang tertentu (NASA Earth Observatory, 2008). Radiasi yang sampai pada tanaman
diefisienkan untuk tumbuh, berkembang dan melakukan produksi sedangkan beberapa
dipantulkan dan ditansmisikan ke permukaan. Transmisi radiasi dipengaruhi oleh struktur
kanopi, jenis tanaman, ukuran luas daun, angin dan sudut datang matahari. Oleh sebab itu defisit
radiasi yang disebabkan oleh faktor naungan dan kondisi atmosfer dapat mempengaruhi
distribusi radiasi surya dan memberikan respon terhadap tanaman (Feng et al., 2014). Radiasi
matahari mempunyai sifat merambat dan dapat dipantulkan, sehingga radiasi yang
ditransmisikan ke permukaan dapat dimanfaatkan oleh tanaman dengan adanya reflektivitas
permukaan. Adanya distribusi radiasi dari permukaan diharapkan mampu meningkatkan
intersepsi radiasi dan efisiensi penggunaan radiasi pada tanaman. Meyer et al. (2012) dan Mejias
(2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa terjadi peningkatan hasil tanaman yang positif
karena adanya tambahan radiasi pantulan yang sampai ke tanaman. Tujuan penelitian ini adalah
menentukan pengaruh penggunaan naungan dan mulsa reflektif terhadap neraca radiasi surya
serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai.
Cahaya matahari, suhu, CO2, air, dan nutrisi tanaman merupakan faktor penunjang utama untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Akan tetapi, pada karyatulis ini hanya akan dibahas
satu parameter penting bagi syarat tumbuh tanaman yaitu cahaya matahari atau radiasi matahari
yang sangat menentukan terhadap aktivitas organisme di alam, tanpa bermaksud untuk
mengurangi pentingnya unsur-unsur lainnya didalam mempengaruhi proses-proses fisiologi
tanaman. Cahaya matahari merupakan sumber energy bagi segala aktivitas kehidupan organisme
hidup di permukaan bumi. Hampir 99% dari energy yang dipergunakan bumi berasal dari cahaya
matahari dan sisanya berasal dari aktivitas vulkanik, proses penghancuran sisa-sisa organisme
yang telah mati, proses fermentasi serta pembakaran fosil-fosil yang tersimpan dalam tanah,
seperti gas alam, minyak bumi, batubara, mineral, panas bumi, air terjun dan lain sebagainya
(Arifin, 1989) Berdasarkan hal tersebut di atas maka secara global radiasi matahari berperan
sebagai : 1. Sumber energy bagi berbagai aktivitas proses-proses fisik yang terjadi di permukaan
bumi. 2. Penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan terhadap keadaan cuaca ataupun
faktor iklim lainnya. 3. Sebagai sumber energy dalam proses penguapan air, yang selanjutnya
akan sangat menentukan proses penyebaran air di permukaan bumi. 4. Sebagai sumber energy
bagi aktivitas kehidupan oerganisme dalam berbagai prosesproses metabolisme, serta sumber
energy untuk proses fotosintesis bagi tanaman. Jika ditinjau secara langsung, hubungan radiasi
matahari dengan sifat pertumbuhan tanaman maupun mahluk lain, maka dapat dilihat dari
pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran (fotoperiodism) (Arifin, 1988). Dilihat dari
segi fisika maka radiasi matahari yang lebih popular dengan sebutan cahaya matahari, memiliki
sifat kembar yakni sebagai gelombang cahaya (gelombang elektro magnetik) dan sebagai
partikel (foton) yang dikaidkan dengan kualitas dan kuantitas cahaya, 6 sehingga cahaya
matahari dapat dibagi dua kategori yaitu kualitas dan kuantitas cahaya (Jumin, 1989). 1.2 Cahaya
Matahari Eksistensi dari ekosistem terrestrial dapat dipertahankan keberlangsungannya karena
adanya radiasi matahari,atau lebih tepatnya karena adanya Photosynthetically Active Radiation
(PAR), yaitu panjang gelombang radiasi yang dipergunakan di dalam proses fotosintesis
(panjang gelombang antara 380 dan 720 nm). Cahaya matahari merupakan faktor utama penentu
fotosintesis global, sehingga terdapat hubungan kuantitatif yang erat diantara penyerapan cahaya
matahari dan produksi biomassa dunia. Hubungan yang erat ini biasanya terlihat dengan lebih
jelas pada komunitas tanaman yang dibudidayakan, seperti tanaman pertanian, perkebunan, dan
tanaman hortikultura. Tanaman secara menakjubkan dapat beradaptasi pada berbagai kondisi
lingkungan cahaya, dari kondisi sangat gelap di bawah kanopi ekosistem hutan sampai kondisi
sangat terang di daerah gurun pasir dan puncak pegunungan. Pada kondisi lingkungan cahaya
yang rendah, tanaman harus dapat menyerap cahaya dengan cukup untuk dapat tetap hidup.
Untuk dapat melakukan hal ini, mereka harus memaksimumkan terhadap jumlah cahaya yang
diserap. Sebaliknya, pada kondisi lingkungan cahaya yang tinggi, selain tanaman harus
memaksimumkan kapasitas penggunaan cahaya, mereka juga harus mempunyai kemampuan
menangani kelebihan cahaya ketika cahaya matahari yang mereka terima lebih besar dari
kapasitas fotosintesisnya. Sebagai akibat dari tekanan lingkungan ini tanaman mempunyai
beberapa mekanisme untuk dapat mengoptimumkan intersepsi, penyerapan, dan penggunaan
cahaya, berdasarkan lingkungan cahaya dimana mereka tumbuh dan berkembang. Sebagai
contoh hubungan antara luasan daun tanaman dalam penggunaan radiasi matahari yaitu pada
tanaman ketimun (Cucumis sativus) , pertumbuhan daunnya (yang ditunjukkan dengan indeks
luas daun (LAI) atau leaf area index) bertambah dengan meningkatnya cahaya matahari
(Newton,1963). Meningkatnya indeks luas daun ini disebabkan karena bertambah banyaknya
jumlah sel daun 7 (ditunjukkan pada Gambaar 1). Ketebalan daun juga dipengaruhi oleh radiasi
matahari, dimana lapisan palisade daun semakin tebal dengan meningkatnya cahaya matahari
yang diterima oleh daun. Volume sel-sel daun ketumun tersebut berlipat dua besarnya di bawah
tingkat radiasi yang sangat tinggi( 3,11 X 10-5 mm3 pada radiasi 3,2 MJ m-2 d -1 , dibandingkan
dengan 1,46 X 10 -5m m 3 pada radiasi 0,5 M J m-2 d -1 ). Gambar 1 Respon luas daun ketimun
(Cucumis sativus) terhadap jumlah cahaya harian. Nilainya mencapai maksimum pada saat
cahaya mencapai 2,5 MJ m-2hari -1 Daun-daun yang mempunyai lapisan palisade yang lebih
tebal ini akan mempunyai kapasitas fotosintesis yang lebih besar (per m -2 ) pula, sehingga net
assimilation rate (NAR) atau laju asimilasi bersih akan lebih besar, dan relative growth rate
(RGR) atau laju tumbuh relative secara potensial bisa lebih tinggi. Jika tumbuh pada kondisi
radiasi matahari yang rendah, maka daun-daun ini akan menjadi lebih tipis dan potensi laju
tumbuh relative (RGR) nya akan menurun. 8 1.3 Kuantitas Cahaya Walaupun sifat-sifat yang di
bawa oleh ke dua sifat cahaya tersebut yaitu sifat gelombang dan sifat foton yang dapat
berbentuk paket-energy yang sebanding dengan frekwensinya, maka yang sangat penting bagi
respon terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai energy cahaya dan energy
panasw (Jumin,1989). Intensitas cahaya matahari (jumlah cahaya) yang diterima pada
permukaan bumi di tentukan oleh letak lintang dan musim. Lintang yang berhubungan langsung
dengan sudut datangnya sinar matahari terhadap permukaan bumi. Sudut datang matahari
berhubungan langsung dengan musim, terutama kemiringan (slope), dan topografi bumi
(Arifin,1089, Jumin, 1989). Selanjutnya Arifin (1989) memberikan uraian tentang jumlah energi
matahari yang diterima langsung pada permukaan bumi maupun pada lapisan luar atmosfer yang
dibedakan atas derajad lintang dan kedudukan matahari yang dapat dilihat pada Table 1 berikut :
A. Radiasi yang Sampai pada Batas Luar Atmosfer Lintang tempat/ bulan Waktu 0-10 10-20 20-
30 30-40 40-50 50-60 60-90 21 Desember 0,549 0,465 0,273 0,273 0,173 0,079 0,006 21 Maret
0,619 0,601 0,563 0,509 0,441 0,358 0,211 21 Juni 0,570 0,729 0,664 0,684 0,689 0,683 0,703
23 September 0,610 0,592 0,556 0,503 0,435 0,353 0,208 B. Radiasi yang Masuk Atmosfer dan
Sampai di Bumi Lintang tempat/ bulan Waktu 0-10 10-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-90 21
Desember 0.164 0.161 0.135 0.083 0.036 0.013 0.001 21 Maret 0.191 0.224 0.206 0.161 0.116
0.096 0.055 21 Juni 0.144 0.170 0.216 0.233 0.183 0.139 0.133 23 September 0.170 0.162 0.201
0.183 0.131 0.079 0.028 Table 1 A&B Tabel Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa Kultivar
Tanaman Sumber : Arifin,(1989) 9 1.4 Kualitas Cahaya Kualitas cahaya adalah merupakan mutu
cahaya yang diterima atau yang sampai pada permukaan bumi yang dinyatakan dengan panjang
gelombang (cahaya mempunyai sifat elektro magnetic). Cahaya tampak (PAR) mempunyai
panjang gelombang antara 400 s/d 760 nm yang terdiri ataws berbagai panjang gelombang, yang
berpengaruh langsung pada aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Panjang
gelombang di luar cahaya tampak mempunyai pengaruh specific terhadap pertumbuhan tanaman
atau terhadap mikroklimat, seperti suhu tanah ( Arifin,1989; Chang,1976). Radiasi matahari
terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang < 0,38 m yang berpengaruh merusak karena
daya bakarnya sangat tinggi, spectra photosynthetically active radiation (PAR) yang berperan
membangkitkan proses fotosintesis dan spectra infra merah (> 0,74 m) yang merupakan pengatur
suhu udara. Spektra radiasi PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spectrum yang
masingmasing memiliki karakteristik tertentu (dapat dilihat pada Tabel 2. Ternyata spectrum biru
memberikan sumbangaan yang paling potensial dalam aktivitas fotosintesis pada tanaman. Pada
proses fotosintesis pengikatan energy cahaya berlangsung di saat terjadi asimilasi fosfat yaitu
sebagai berikut; ADP + Pi + energy cahaya ---------------- ATP + H2O Terlihat bahwa
adhenosin diphosphate (ADP) pada sel khlorofil setelah memperoleh cahaya cukup akan
mengikat ion fosfat (Pi) untuk membentuk ade3nosin triphosphate (ATP) sebagai persenyawaan
fosfat yang sangat tinggi kndungan energy kimianya. Pada saatnya nanti tubuh tanaman
memerlukan energy dan sebagian ATP akan dibakar dan diurai kembali menjadi ADP pada
proses respirasi. Dari proses kebalikan fotosintesis tersebut dihasilkan energy (energy kimia) .
Penurunn intensitass cahaya, khususnya spectrum biru menyebabkan turunnya kdar ATP dan
NADPH2 (dihidroxy nikotin amide dinucleotide phosphate) sehingga laju fotosintesis berkurang.
Di siang hari terik dan langit bersih di waktu musim kemarau intensitas cahaya matahari dapat
10 mendekati jumlah 10.000 ft.c (foot condle) tetapi hanya 25 – 30 % yang dapat dimanfaatkan
oleh tanaman (pada umumnya) sesuai dengan tingkat kejenuha cahaya. Kadangkala dapat
mencapai 60%. Hanya daun paling luar dari tajuk suatu tanaman yang dapat mencapai jenuh
cahaya, sedangkan lapisan daun sebelah dalam / bawah hanya dapat menggunakan cahaya dalam
jumlah semakin kecil karena terlindung. Pada tingkat cahaya jenuh penambahan intensitas
cahaya tidak meningkatkan intensitas fotosintesis. Tingkat kejenuhan cahaya beberapa kultivar
tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. Nomor Pita Nama Spektrum Pjg. Gelombang (micron)
Pengaruh pada tumbuhan I. Infra Merah > 1.00 - Diserap dan diubah tumbuhan menjadi panas
sensible. - Tidak mempengaruhi proses biokimia. II. Merah Jauh (far red) 0.72 – 1.00 -
Pemanjangan batang dan organ lainnya. - Mempengaruhi fotoperiodisme, perkecambahan,
pembungaan dan pewarnaan buah. III. Merah 0.61 – 0.72 - Sebagian besar diserap klorofil untuk
fotosintesis - Mempengaruhi fotoperiodisme IV. Hijau dan kuning 0.51 – 0.61 - Pengaruhnya
lemah, terhadap fotosintesis maupun aktifitas pembentukkan sel V. Biru 0.41 – 0.51 - Spektrum
yang terkuat peneyerapannya oleh klorofil - Terkuat pengaruhnya pada fotosintesis dan
pembentukkan organ, khususnya pada spectrum violet-datar biru. VI. Ultraviolet 0.315 – 0.41 -
Mempengaruhi pembentukkan organ daun menjadi lebih sempit dan tebal VII. Ultraviolet 0,280
– 0.315 - Merusak sel tumbuhan 11 VIII. Ultraviolet < 0.280 - Mematikan sel tumbuhan dengan
cepat - Membunuh jasad renik Table 2 Rincian Spektrum Radiasi Matahari dan Pengaruhnya
pada Tumbuhan (sumber data Chang, 1976) Tabel 3 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa
Kultivar Tanaman Kultivar Tanaman Intensitas Cahaya Jenuh ( Foot Candle) Beberapa tanaman
Heliofit: 1. Tebu (Saccarrum officcinarum) 2. Padi (Oryza sativa) : Yaponica (padi subtropika)
Indica (padi tropika) 3. Gandum (Triticum aestivum) 4. Bit Gula (Beta vulgaris) 5. Kentang
(Solanum tuberosum) 6. Jagung (Zea mays) 7. Alfalfa (Medicago sativa) 8. Bunga Matahari
(Helianthus annuus) 9. Kedelai (Glicyne max) 10. Tomat (Lycoper sicumesculentum) 11.
Tembakau (Nicotiana tabacum) 12. Apel (Malus sylvestris) 13. Castor bean 14. Kapas
(Gossypium hirsutum) 6000 5000 – 6000 3800 5300 4400 3000 2500 – 3000 3400 – 4700 2800
2300 2000 2300 4050 – 4400 2200 2000 Table 3 Intensitas Cahaya Jenuh Untuk Beberapa
Kultivar Tanaman 12 II CAHAYA SEBAGAI FAKTOR TUMBUH Cahaya matahari
merupakan sumber energy bagi berbagai proses yang terjadi di permukaan bumi. Khusus bagi
kehidupan tanaman yang merupakan organisme autotroph yang dapat menyediakan makanan
organisme lain dalam bentuk zat organic melalui proses fotosintesis dan fotorespirasi. Pengaruh
cahaya memiliki arti penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama peranannya dalam kegiatan-
kegiatanfisiologis (Jumin, 1989) Ditinjau dari faktor cahaya matahari sebagai factor tumbuh bagi
tanaman, maka cahaya dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu : 1) intensitas cahaya ,2)
kualitas cahaya, dan 3) lama penyinaran (Chang, 1968). Diantara ke tiga komponen cahaya
tersebut diatas, maka intensitas cahaya matahari yang merupakan komponen kritis yang
mempengaruhi langsung hasil fotosintat pada tanaman. Selanjutnya dua komponen cahaya
lainnya yaitu foto periodisma dan kualitas cahaya dalam tulisan ini tidak diuraikan lebih lanjut.
Hasil fotosintesis tanaman akan berkurang apabila intensitas cahaya berkurang tergantung pada
species tanaman. Menurut Trehow(1971 dalam Subronto dkk. 1977) , menyatakan bahwa
penghambatan proses fotosintesis pada intensitas cahaya yang tinggi (>10.000 foot candle)
merupakan pengaruh tidak langsung dari intensita cahaya tersebut, dimana pada intensitas
cahaya yang tinggi akan menyebabkan terjadinya penutupan dari stomata dan mengurangi
evapotranspirasi terutama melalui daun. Selanjutnya terjadi penghambatan pembentukan
khlorofil dan kerusakan organ-organ fotosintesis yaitu terjadinya lyisis khlorofil dan semua hal
tersebut akan menyebabkan penghambat proses fotosintesis pada daun secara keseluruhan
(Chang, 1968) . Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan
oleh tanaman (Suseno, 1974) Energi cahaya yang digunakan oleh tanaman dalam proses
fotosintesis berkisar antara 0,5 sampai dengan 2 % dari jumlah total energy matahari yang
tersedia untuk proses pertumbuhan. Sedangkan hasil fotosintesis yang terbentuk tersebut akan
berkurang apabila intensitas cahaya matahari yang di terima kurang dari batas optimal yang
dibutuhkan oleh tanaman, dan ini sangat tergantung pada jenis tanaman (Suseno, 1975). 13 2.1
Karakteristik Radiasi Matahari Sebagai gelombang elektromagnetik, radiasi matahari
mempunyai dwi sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat gelombang lebih menonjol
dalam kondisi vakum. Tetapi pada saat gelombang tersebut berinteraksi dengan atom atau
molekul, maka gelombang tersebut berperilaku seperti berkas korpuskul (benda kecil) yang
dinamai foton (photon) atau kuanta cahaya (quanta) (Jones, 1986) Energi (E) suatu foton
ditentukan oleh panjang gelombang (λ) atau frekuensi (f) sesuai persamaan: E = hf = hc/ λ h =
6,63 X 10-34 J.s (konstanta Plank) dan c = 3 X 108 m.s-1 (kecepatan cahaya). Contoh : Cahaya
merah dengan λ = 650 n m memiliki E = (6,63 X 10 -34 J. s X 3 X 108 m.s-1 / (6,5 X 10-7 m) )
= 3,06 X 10-19 J ; sedangkan cahaya biru (λ = 450 n m) memiliki E = 4,42 X 10 -19 J (E λ - biru
44% lebih tinggi dari pada E λ - merah). Bila 1 mol foton = 6,023 X 10 23 foton (Bilangan
Avogadro) , maka E per mol λ -Merah = 1,84 X 10 -5 J mol -1 (yaitu 3,06 X 10 – 19 J X 6,023 X
1023). Total energy foton yang dapat diserap oleh suatu mol senyawa sering disebut 1 Einstein.
Jadi 1 einstein λ - merah = 1,84 X 10 5 J.S. Energi foton dapat juga dinyatakan dalam satuan e V
(electron volt). Satu e V adalah tenaga yang diperoleholeh electron dengan muatan electron
(dengan muatan electron e = 1,602 x 10-19 C) yang dipercepat melalui beda potensial sebesar 1
volt, atau 1eV = (e) (1V) = (1,602 x 10-19 C) x (1V) = 1,602 x 10-19 J. Total energy foton per
mol adalah (1,602 x 10-19 J x 6,023 x 1023 = 9,65 x 104 J). Maka, dalam eV, E λ-biru = (4,42 x
10-19 J) / (1,602 x 10-19 J / 1 eV) = 2,76 eV. Sedangkan satu mol cahaya merah (λ = 650 nm)
adalah 1,9 eV (yaitu 1,84 x 105 / 9,65 x 104 ). Matahari memiliki suhu permukaan sekitar 6000
K, memancarkan energy yang terkonsentrasi pada gelombang antara 0,3 – 3 micron (Monteith
1973, Chang 1968). 14 Jumlah energy maksimum per unit panjang gelombang terjadi pada λ =
o,48 micron sesuai dengan hokum Wein (λm = 2897/6000). Integrasi dari seluruh spektrum
radiasi matahari memberikan nilai kerapatan fluks radiasi sebesar 74 juta W m-2 (dapat didekati
dengan persamaan Stefan – Boltzmann), dan T (suhu permukaan matahari) = 6000 K. Setelah
menempuh jarak 150 juta km menuju bumi dengan waktu tempuh sekitar 8 menit, akan diperoleh
nilai kerapatan fluks radiasi matahari yang sampai puncak atmosfer sebesar 1360 W m-2 . Pada
saat melalui atmosfer, radiasi matahari akan mengalami proses refleksi (R) dan absorbs (A)
akibat adanya awan, debu, uap air, dan molekul udara sehingga jumlah yang benar-benar
ditransmisi (T) mencapai permukaan bumi – dalam bentuk radiasi global (lo) yaitu gabungan
radiasi langsung (direct) dan baur (diffuse) akan lebih kecil dari nilai 1360 W m-2 . Wang & Ray
(1984) memperkirakan bahwa nilai R, A dan T berturut-turut adalah 29,6%, 17% dan 53,4%.
Sebagian dari T akan direfleksikan kembali sebesar 6,1% (albedo bumi) dan yang 47,3% sisanya
diserap oleh permukaan bumi yang digunakan untuk proses pemanasan air dan daratan, dan
tentunya udara armosfer melalui proses konveksi. Angka yang ditunjukkan disini adalah estimasi
umum sedangkan nilai sebenarnya untuk waktu tertentu tergantung pada kondisi actual atmosfer.
Presentase konsentrasi energy pada masing-masing gelombang dipengaruhi oleh lintang dan
kondisi atmosfer (Wang & Ray 1984). Pada lintang 30º persentase konsentrasi energy pada
gelombang ultra violet (λ < 0.4 micron) adalah sekitar 9%, pada gelombang cahaya tampak (λ =
0.4 – 0.72 micron) sekitar 41%, dan pada gelombang infra merah (λ > 0,72 micron) sekitar 50%.
Secara umum dinaytakan bahwa sekitar 45 – 50% radiasi matahari terkonsentrasi pada λ = 0.4 –
0.7 micron (secara garis besar sama dengan cahaya tampak) yang sering disebut
photosynthetically active radiation (PAR). Pada spectrum cahaya tampak terdapat berbagai
macam warna; missal violet (λ = 400 nm), biru (λ = 450 – 500), hijau (λ = 550 nm), kuning (λ =
600 nm), orange-merah (λ = 650 nm), dan merah (λ = 700 nm). Beberapa istilah yang sering
dipakai untuk menyatakan radiasi surya ditampilkan pada Tabel 1. Jumlah energy (dalam J) yang
diemisi, transmisi, atau diterima per unit waktu disebut fluks (pancaran) radiasi (Qe) dengan
satuan J s-1 atau 15 W. Net fluks radiasi yang melalui suatu unit area permukaan disebut
kerapatan fluks radiasi (Φe, W m-2 ). Komponen fluks radiasi matahari yang jatuh pada suatu
permukaan datar disebut irradiasi (Ie, W m-2 ) sedangkan yang diemisikan oleh suatu permukaan
disebut emitansi (W m-2 ). Penggunaan istilah terkadang tidak konsisten terutama pada bahasan
yang bersifat non-fisika. Istilah intensitas radiasi (I, W sr1 ) seting digunakan untuk menyatakan
kerapatan fluks radiasi (Φe, W m-2 ), padahal Φe = πl. Sedangkan radiasi untuk suatu selang
waktu tertentu, misalnya, actual total radiasi yang diterima oleh suatu permukaan dalam satu hari
dinyatakan dalam MJ m-2 hari-1 , yaitu hasil kali W m-2 dengan waktu. Sehingga perlu
diperhatikan cara konversi yang benar antar satuan radiasi, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
2. Tabel 4. Istilah yang digunakan dalam pengukuran radiasi Istilah Simbol Satuan Definisi
Radiant energy E J Energy dalam bentuk radiasi electromagnet Number of photons Np Mol
Radiant exposure J m-2 Insiden energy radiasi per unit area Photon exposure Mol m-2 Jumlah
insiden foton per unit area Radiant flux Qe = E/dt Js-1 = W Energy radiasi yang dipancarkan
atau diserap oleh permukaan per unit waktu Photon flux Qp = np/dt Mol s-1 Jumlah faton yang
dipancarkan atau diserap permukaan 16 per unit waktu Radiant flux density Φe = Qe/dA W m-2
Flux radiasi netto (net radiant flux) yang melalui suatu permukaan per unit area Photon flux
density Φp = Qp/dA Mol m-2 Flux insiden foton (net photon flux) yang melalui suatu
permukaan per unit area Irradiance Ie = Qe/dA W m-2 Flux insiden radiasi pada suatu unit area
permukaaan datar Emittance Qe/dA W m-2 Flux radiasi yang diemisi oleh suatu unit area
permukaan datar Radiant intensity I = Qe/dΩ W sr-2 Flux radiasi dari suatu sumber per unit solid
angel (Ω) dteradian pada arah tertentu. Table 4 Istilah yang digunakan dalam pengukuran radiasi
Tabel 2. Beberapa konversi satuan yang berhubungan dengan energy 1 J = 0,239 cal = 0,738 ft.lb
= 107 erg 1 eV = 1,602 x 10-19J 1 cal = 4,184 x 107 erg = 4,184 J 1 ly min-1 = 7440 f.c.min-1
(mendung) = 7000 f.c.min-1 (berawan) = 6700 f.c.m-1 (cerah). Di daerah lintang rendah, saat 17
1 langley (ly) = 1cal cm-2 1 ly menit = 4,184 x 107 erg cm-2 menit -1 = 220 BTU ft-2 jam-1 =
69,8 mW cm-2 J s-1 = watt (W) 1 BTU = 1055 J = 252 cal 1 hp = 550 ft.lb s-1 = 746 W
Konversi ly menit-1 ke foot-candles (f.c) menit-1 tergantung pada lintang surya dan zenith serta
kondisi atmosfer musim panas cerah tengah hari, 1 ly min-1 = antara 8000 sampai 10000 f.c.min-
1 Konversi umum 1 ly min-1 =6500 f.c.min-1 l f.c. = 10,7 lux. f.c mengukur iluminasi spectrum
cahaya tampak, sedangkan Langley mengukur energy (heat) seluruh panjang gelombang dari
infra merah sampai ultra violet Table 5 Beberapa konversi satuan yang berhubungan dengan
energy 2.2 Respon Tanaman terhadap Radiasi Matahari Secara singkat, Wang & Ray (1984)
menyatakan bahwa respon tanaman terhadap spectrum radiasi adalah sebagai berikut. Radiasi
dengan λ < 0.25 micron mempunyai efek mematikan. Mendekati λ = 0.30 micron mempunyai
efek terapeutik. Pada kenyataannya, radiasi λ < 0,3 micron tidak pernah teramati dipermukaan
bumi. Cahaya dengan λ = 0,30 – 0,55 dan 0,70 – 1,0 micron mempunyai efek fotoperiodik.
Proses fotosintesis paling aktif terjadi pada λ = 0,40 – 0,69 micron, dimana klorofil menyerap
sebagian besar cahaya dengan λ = 0,40 – 0,77 micron. Diatas λ = 0,77 micron adalah rejim
spectrum infra merah, meningkatkan respirasi dan mendominasi efek termal. Proses fisik yang
terjadi pada masing-masing panjang gelombang dapat diterangkan sebagai berikut. Sebagian
besar cahay ultra violet (UV) tersaring oleh uap air dan molekul ozon yang ada di atmosfer. Pada
λ antara 400-700 nm terjadi penyerapan kuanta. Dalam proses ini, terjadi reaksi fotokimia yang
disertai dengan pelepasan energy termal sehingga memanaskan jaringan. Molekul tertentu yang
mampu secara selektif menyerap radiasi pada gelombang tertentu disebut pigmen. Spektrum
dengan λ 700 nm, kuanta diserap oleh molekul. Energi serapan tersebut meningkatkan energy
translasional dan getaran dari molekul yang termanifestasi oleh adanya kenaikan suhu dari materi
penyerap radiasi tersebut.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.
Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan (http://afriathinks.blogspot.com). Menurut
(http://www.silvikultur.com) cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya
proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
            Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM
memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama
penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat
yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima
tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga
fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari
panjang, dan tanaman hari pendek (http://thejeber.wordpress.com).
            Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat
perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan
tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak
hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat
yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan,
hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya
(http://kampoengpintar.blogspot.com). Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut
disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk
penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan
tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih
hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh (http://afriathinks.blogspot.com).
            Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas kelompok kali ini, akan dibahas
lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan pengaruh sinar matahari terhadap
pertumbuhan tanaman dari sudut pandang proses fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan
pertumbuhan generatif tanaman.
1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan cahaya matahari terhadap kehidupan
2. Bagaimana proses tanaman mendapatkan energi?
3. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman?
1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan cahaya matahari terhadap kehidupan.
2. Untuk mengetahui proses tanaman mendapatkan energi.
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Cahaya
            Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari
diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi
matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran
energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi
matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar
dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya
dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995:55).
3.2    Pengetian Tumbuhan
            Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta. Tumbuhan
adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang
menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan
memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi
semua benda hidup yang mampu menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk
menjalani proses fotosintesis (http://duniatumbuhan.blogspot.com).
            Jika dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu tanaman C3,
C4 dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4, dan CAM adalah
pada reaksi yang terjadi di dalamnya.  Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi
CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia
yang berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya
mataharai secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis.
Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energi
sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan
membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati(http://ipul-
biologi.blogspot.com). Berdasarkan proses reaksi yang terjadi pada tanaman C3, telah diketahui
bahwa tanaman C3 dapat tumbuh baik dibawah naungan tau ditempat yang intensitas
mataharinya rendah.
            Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar intensitas
matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal reduksi
CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( hasilnya berupa asam-asam
yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi
dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel
seludang di samping mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4
juga mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko
(http://ipul-biologi.blogspot.com).
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah memiliki daun yang
cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya membuka pada malam hari. Pati
diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk PEP. CO 2 yang masuk setelah bereaksi
dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari
malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi. Melakukan
proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang
sama dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu daur Hatch dan Slack (http://ipul-
biologi.blogspot.com).
2.3 Pengertian Fotosinesis
            Dalam hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat keterkaitan
antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis  merupakan proses
pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari
dan enzim-enzim. fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan. Proses fotoseintesis
ialah proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan
oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai
pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil
terdapat dalam organel yang disebut kloroplast. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan
dalam fotosintesis. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis
tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar
proses fotosintesis.
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
            Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan
dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang
terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi
pada respirasi seluler adalah kebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa)
dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air,
dan energi kimia.
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Cahaya dan Peranan dalam Kehidupan
            Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari
diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi
matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran
energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi
matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar
dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya
dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995:55).
            Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi
tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya
penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat.
            Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang menyebabkan
tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak dapat
memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau
mati (AAK, 1983:18)
3.2 Proses Tanaman Mendapatkan Energi
            Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius. Hal
tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau yang memiliki
kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan
bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin,
2008:8).
            Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya
tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu
disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang
400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin, 2008:9). Tanaman juga memberikan respon
yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu,  intensitas
cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin 2008:08).
            Oleh tumbuhan radiasi matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh klorofil pada
tanaman dalam proses yang disebut proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadikan bahan
utama untuk proses pertumbuhan dan cadangan makanan tanaman.
            Proses fotosintesis pada tanaman dilakukan di siang hari dikala matahari menyinari bumi.
Dengan menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas karbondioksida dan unsur-
unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan gula (glukosa) dan oksigen. Proses ini
dilakukan oleh zat hijau daun bernama klorofil yang berada di daun dan dilindungi oleh lapisan
lilin untuk mencegah penguapan. Gula hasil fotosintesis disimpan tumbuhan sebagai cadangan
energi, dan oksigen sebagai hasil sampingannya (http://tanaman.org).
             Gula yang telah dibuat kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk proses
metabolismenya. Pemanfaatan energi gula oleh tumbuhan memerlukan serangkaian proses
sehingga energi yang ada dalam bentuk gelombang elektromagnetik tersebut dapat diubah
menjadi energi kimia (ATP dan NADPH) yang  dikenal dengan reaksi terang.  Hasil reaksi
terang ini (ATP dan NADPH) selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam reaksi metabolisme
khususnya reduksi CO (http://dc200.4shared.com/).
            Seperti telah kita ketahui, reaksi fotosintesis terdiri atas dua tahapan yaitu :
tahapan Reaksi Terang ( disebut juga Reaksi Hill ) dan Reaksi Gelap ( disebut juga Reaksi
Blackman atau siklus Calvin ). Masing-masing tahapan menunjukkan proses reaksi yang
berbeda. Namun keduanya merupakan satu rangkaian reaksi  yang tak terpisahkan dari reaksi
fotosintesis. Perbedaan antara reaksi terang dengan reaksi gelap, secara ringkas dijelaskan dalam
tabel seperti berikut ini (http://pelajaranbiologi-sma1.blogspot.com).
 
Tabel 3.3 Perbedaan reaksi gelap dan reaksi terang

N
O DILIHAT DARI REAKSI TERANG REAKSI GELAP
bagian kloroplas bagian kloroplas
1. Tempat berlangsung bernama Grana bernama Stroma
ATP dan
NADPH2 dari reaksi
2. Sumber energi Cahaya / matahari terang
Fiksasi : pengikatan
Fotolisis : pemecahan CO2 , penyusunan /
H2O menggunakan pengkombinasian
energi cahaya menjadi hydrogen dg
ion Hidrogen dan karbondioksida
3. Proses yang terjadi molekul air membentuk gula
4. Hasilnya O2, ATP dan NADPH2 Karbohidrat sederhana
Sumber : http://pelajaranbiologi-sma1.blogspot.com
3.2.3 Faktor Pembatas Fotosinstesis
            Terdapat beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis, yaitu : 1. Intensitas
cahaya Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya; 2. Konsentrasi karbon
dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang
dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis; 3. Suhu Enzim-enzim yang
bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju
fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim; 
4. Kadar air  Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis; 5. Kadar fotosintat (hasil
fotosintesis)  Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila
kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang; 6. Tahap pertumbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju
fotosintesis jauh lebih tinggi padatumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak
energi dan makanan untuk tumbuh.
3.3 Pengaruh Cahaya terhadap Kehidupan Tanaman
3.3.1 Pengaruh Radiasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman
            Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun
merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan
cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan
intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup
maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi
matahari (Tjasjono 1995:190).
            Radisasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang
mempunyai hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi oleh
tersedianya sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil panen (hasil
fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor lain seperti curah hujan,
suhu udara, hama penyakit dan lainnya turut mempengaruhi hasil panen (hasil fotosintesis)
(Tjasjono, 1995:55).
            Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata
( respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-organ permukaan, absorpsi
mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran protoplasma (Jumin 2008:8). Secara
teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis.
3.3.2 Pengaruh Kuantitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun demikian, di daerah
ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan perbedaan yang kecil sehingga
pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari dalam satu hari tidak mempengaruhi
pertumbuhandan perkembangan tanaman secara signifikan (Fitter dan Hay, 1991:52).
Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan vegetatif
dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar menghadapi perubahan musim di
dalam lingkungannya. Bila satu tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda,
maka akan menghentikan fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha
tumbuh secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991:53).
 
3.3.3        Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh
sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas
rendah  (Fitter dan Hay, 1991:54). Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya
salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya
maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama
yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).
Masing-masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda terhadap intensitas cahaya. Berdasarkan
perbedaan reaksi tersebut, tanaman dibedakan menjadi tanaman C3, C4, CAM. Tanaman C3
adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya rendah, dan tanaman C4 adalah tanaman
yang hidup baik pada intensitas cahaya tinggi, sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang
hidup didaerah kering.
Penelitian yang dilakukan oleh Grime dalam Fitter dan Hay (1991:55) membuktikan bahwa
tanaman yang terbiasa hidup tanpa naungan seperti Arenaria servillifolia memperlihatkan
kondisi yang tidak dapat berkembang dan tumbuh jika diberi naungan. Hal tersebut terbukti oleh
habisnya persediaan karbohidat.
Lebih lanjut, jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa kemungkinan yang
akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah untuk
mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif, dan kerapatan pengaliran di mana
keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah
terdapat tiga pilihan, yaitu : Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk
memperoleh permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan
fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun.
 
3.3.4   Pengaruh Kualitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk gelombang elektromagnetik
yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290 milimikron. Rangkaian spektrum matahari ini
dapat dikelompokan berdasarkan panjang gelombangnya. Cahaya mempunyai sifat gelombang
dan sifat partikel (http://satopepelakan.blogspot.com/).
Cahaya hanya merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki panjang gelombang tampak
bagi mata manusia sekitar 390-760 nanometer. Sipat partikel cahaya biasanya diungkapkan
dalam pernyataan bahwa cahaya itu datang dalam bentuk kuanta dan foton, yaitu paket energi
yang terpotong-potong dan masing-masing mempunyai panjang gelombang tertentu
(http://satopepelakan.blogspot.com/).
Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman/pohon secara
langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain, hal ini tergantung kepada zat-zat
organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau. Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang
gelombang, dimana panjang gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi
bila dibanding dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan
berdasarkan panjang gelombang menjadi.
                  · Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.
                  · Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.
                  · Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.
                  · Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.
                  · Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.
                  · Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap fotosintesis dan juga
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon baik secara generatif maupun
vegetatif, tetapi kuning dan hijau dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang
yang paling banyak diabsorbsi beada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah
(http://satopepelakan.blogspot.com/).
Variasi harian dan variasi musiman tidak hanya mempengaruhi masukan energi, tetapi juga suatu
masukan faktor periode yang penting. Panjang siang hari pada waktu yang berbeda dalam satu
tahun, untuk organisme yang non tropis dan merupakan indikator yang paling dapat dipercaya
dan sebagian besar tanaman bersifat fotoperiodik. Irradiasi langsung pada dini hari dan senja hari
mengandung banyak radiasi panjang gelombang yang disebabkan oleh celah atmosfer yang lebih
panjang dan berakibat penghamburan gelombang pendek.
3.3.4.1 Cahaya UV
Cahaya dengan kualitas yang berbeda-beda ditemukan dalam dua keadaan terestial bumi ini : di
bawah kanopi daun dan di daerah dengan altitut tinggi. Pada daerah yang memiliki altitut tinggi,
terjadi radiasi dengan penambahan jumlah sinar utra-violet (UV). Di daerah yang altitutnya lebih
rendah, UV disaring oleh atmosfir terutama oleh oksigen dan ozon.
            Tetapi perbedaan UV di tempat tinggi dan rendah secara relatif hanya memiliki pengaruh
yang kecil pada vegetasi tempat yang tinggi. Caldwell (1968)dalam (Fitter dan Hay, 1991)
menemukan peningkatan sebesar 26% radiasi matahari langsung pada pita 280-315 nm pada
ketinggian 4450 m bila dibandingkan dengan tempat pada ketinggian 1670 m, tetapi hal ini
sebagai besar diimbangi oleh suatu penurunan dalam radiasi UV difusi, sehingga sinar UV tidak
terlalu nampak berbahaya bagi tanaman (Fitter dan Hay, 1991).
3.3.4.2  Cahaya Infra Merah
                Rangsangan cahaya pada perkecambahan merupakan satu peristiwa yang dapat
melibatkan fitokrom, yaitu komponen daun yang peka terhadap cahaya merah dan infra merah.
Biji dengan ciri peka terhadap rangsangan dapat berkecambah jika terkena cahaya merah. Akan
tetapi biji menjadi tidak akan berkecambah jika diberi cahaya inframerah.
            Hal tersebut diperkuat dengan beberapa peneliti yang memperlihatkan bahwa biji yang
peka terhadap cahaya tidak akan berkecambah dibawah kanopi daun (black, 1969 ; stoutjesdijk,
1972 ; King, 1975 dalam Fitter dan Hay, 1991:50).  Menurut Gorski dalam Fitter dan Hay
(1991:50) peningkatan derajat Infra merah dapat menghambatan perkecambahan  tujuh spesies
biji-biji yang tumbuh baik jika diberi rangsangan cahaya.
            Kasperbauer dan Peaslee dalam Fitter dan Hay (1991:50) berturut-turut menunjukkan
bahwa tanaman yang diberi perlakuan FR (dianalogikan untuk tanaman-tanaman di bagian
tengan barisan) daun-daunnya lebih panjang, lebih sempit dan lebih ringan dengan stomata yang
lebih sedikit dan klorophyl per unit luasan yang lebih sedikit. Asimilasi karbondioksida sama
atas dasar satuan luasan, tetapi lebih besar berdasarkan berat sehelai daun, yag memperlihatkan
bahwa tanaman-tanaman yang diberi perlakuakn FR telah mempertahankan asimilasi fotosintetik
pada kerapatan pengaliran yang lebih rendah dengan meningkatkan luas daun (Fitter dan Hay,
1991:50).
            Pengaruh variasi kualitas cahaya pada tanaman baru saja diamati akhir-akhir ini. Erez dan
Kadman-Zahavi dalam Fitter dan Hay (1991:50) menanam pohon peach (Prunus persica) pada
keadaan ternaungi akan menghalangi secara berturut-turut cahaya biru (tidak ada transmisi di
atas 550 nm), biru dengan FR (tembus cahaya di atas 660 nm), dan merah dengan FR (tembus
cahaya di atas 500 nm). Mereka nememukan bahwa luas daun terbesar terdapat pada keadaan R
+ FR dan terkecil di bawah biru + FR dan penaungan terbuka (Stoutjesdijk dalam Fitter dan Hay,
1991:51).
3.3.4.3 Pengaruh Intensitas  Cahaya terhadap Laju Fotosintesis
            Pola dari pucuk tanaman diarahkan untuk menuju efisiensi dalam fotosintesis struktur
dari mesosfil kurang dan organ stomata memungkinkan perubahan gas secara cepat, bahkan
adanya fakta bahwa fotosintesis memanfaatkan sebagian besar radiasi panjang gelombang yang
terlihat sangat nyata, karena panjang gelombang ini adalah wilayah spektrum dengan nilai energi
yang paling besar disamping adaptasi diatas, sebenarnya hanya sedikit energi matahari yang
dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis (0,025%) (http://satopepelakan.blogspot.com).
            Kebanyakan daun telah menjadi jenuh cahaya dan hanya 20% dari cahaya matahari
penuh yang dapat diserap. Dari jumlah ini hanya 20% yang disimpan dalam molekul gula yang
dihasilkan. Sejumlah cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis, agar dapat seimbang dengan
menggunakan ikatan karbon yang digunakan untuk respirasi. Dalam hal ini prosentase dari
cahaya penuh, titik kopensasiuntuk permudaan tanaman biasanya berada antara 2 dan 30%
(http://satopepelakan.blogspot.com).
Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara
1. Irradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda matahari. Noda
matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung kecuali bila terjadi pengaruh bayangan.
(Anderson dan miller 1974). Cahaya matahari langsung nampak menjadi berkurang
nilainya pada sebagian besar di bawah kanopi.
2. Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang mengiringi noda
matahari.
3. Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama dengan permukaan
biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu. Jumlah yang dipantulkan akan
tergantung pada beberapa parameter cahaya yang dipantulkan. Juga diubah spektrumnya
dengan cara yang sama seperti cahaya yang diteruskan.
4. Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang diabsorbsi dan yang
dipantulkan oleh daun.

Daftar pustaka
https://sustainablemovement.wordpress.com/2012/03/08/pengaruh-cahaya-terhadap-
pertumbuhan-tanaman/
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d860383bd2d687fa31df0088e0450033.p
df

You might also like