You are on page 1of 69

A petroleum system encompasses a pod of active source rock and all genetically related oil and gas accumulation

(Magoon and Beaumont, 1999)

Time Temperature

Exploration Workflow
Decision Making Risk Analysis
Petroleum Systems / Analysis

Decision

Analysis
Synthesis

Interpretation / Modelling

Exploration Data

Data

Reasons for Dry Holes


40 35 30 25 20 15 10 5 0

Source Rock HC charge

Seal Migration

Structure Trap

Reservoir

(Kingston, AAPG Explorer,1996 )

A natural system that encompasses a pod of active source rock and all related oil and gas which includes all the geological elements and processes that are essential if a hydrocarbon accumulation is to exist
Magoon & Dow, 1994

THE PETROLEUM SYSTEM


SEAL
trapping development

elements Source Rock Reservoir Rock Seal Rock Overburden Rock

accumulation RESERVOIR

OVERBURDEN SOURCE ROCKS

RESE RVOIR
(& pathway)

processes trap development generation - migration accumulation of petroleum (TIMING)

The Petroleum System

The Petroleum System

The Petroleum System

Geochemical Processes

Does the rock have sufficient organic matter?


Is the organic matter capable of generating HC? Is the source-rock oil-prone or gas prone? Has the organic matter generated petroleum? Has the generated petroleum migrated out?
MATURITY

QUANTITATIVE
QUALITATIVE

THE MORE ORGANIC MATTER PRESENT, THE MORE PETROLEUM THAT WILL BE GENERATED

Where high organic content rocks form? Depends on: Productivity: amount OM on water column Physical condition:oxic-destroy; reduc-preserve Sedimentation rate: slow-bacteria eat OM Fast-dilutes with inorganic medium-best

QUANTITY: ECONOMIC VALUE: Higher is better EXPULSION/MIGRATION: 50 MMBO/mil3 QUALITY: HC PRODUCTS Oil prone (Kerogen type I, II) Gas Prone (kerogen Type III)

MATURITY: Just right

Tabel 1. Metode yang digunakan dalam karakterisasi batuan induk (Anders, 1991)

Metode Mikroskopik optik Sinar transmisi (Palinomorf) Pantulan vitrinit Fluoresens (kerogen) Pirolisis Rock-Eval Karbon organik Analisis unsur (C,H,O) Komposisi molekular (GC dan GC-MS) Alkana Sterana Terpana Steroid aromatik MPI Porfirin

Jumlah MO Kualitas (tipe) MO

Kematangan MO

+++ +++ -

+++ +++ +++ +++

+++ +++ ++ +++ ++

++ ++ ++ ++ ++

++ +++ ++ +++ +++ +++

Tanda: +++ sangat berguna; ++ seringkali berguna; - tidak berguna

Tabel 1. Metode yang digunakan dalam karakterisasi batuan induk (Anders, 1991)

Metode

Jumlah MO Kualitas (tipe) MO

Kematangan MO

Lain-lain C2-4/ C1-4 (GC) C5-7/TOC (GC) C15+ HK/TOC (gravimetrik) Bitumen/TOC (gravimetrik) Electron Spin Res. (ESR) Isotop stabil (C,H,S) (MS)

++ ++

+++ +++ +++ ++ ++ ++

Tanda: +++ sangat berguna; ++ seringkali berguna; - tidak berguna

LECO BATUAN ROCK-EVAL

* Kekayaan TOC * Maturitas * Kekayaan * Tipe MO

EKSTRAKSI (DIKLOROMETANA) ) MINYAK BITUMEN

OPTIK - RV - TAI - SCI - Dll.

* Maturitas * Tipe MO

SISA SAMPEL

GAS

KROMATOGRAFI KOLOM

PY-GC

Distribusi biomarker

GC

HK JENUH

AROMATIK

NSO

Distribusi biomarker

PENYARING MOLEKUL

KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS

SENYAWA BERCABANG & SIKLIK

FRAKSI NUKLIR DI & TRI

GC / GC-MS

Distribusi biomarker

S2 S1 S3 Pencatat

Detektor hidrokarbon

Detektor CO2

Perangkap CO2 Contoh batuan Pemrogram temperatur Tungku pirolisis

Aliran He

S1 = Hidrokarbon volatil S2 = Hidrokarbon berasal dari pirolisis kerogen S3 = CO2 berasal dari pirolisis kerogen Gambar 4.2. Diagram skematik Rock-Eval (diadaptasi dari Waples, 1985).

Aliran O2 Pendeteksi CO2

Sumber tenaga Perangkap CO2 Tungku induksi Krusibel, (sampel batuan)

0,50

Pencatat digital Gambar 4.1. Diagram skematik penganalisis karbon LECO (carbon analizer). Diadaptasi dari Waples (1985).

Soluble and insoluble organic matter in sediments

After Cornford, 1990, p. 297 and 301

ANALISIS TOC (Jarvie, 1991)


Penentuan kekayaan MO yang dikandung batuan sedimen Gunanya untuk seleksi/skrining batuan induk MO berasal dari berbagai organisme yang telah tersedimentasikan dan terpendam sepanjang waktu geologi

ANALISIS TOC (Jarvie, 1991) Karbon mewakili 75-95% berat HK berdasar BMnya, rata-rata sekitar 83% berat. Material organik nonhidrokarbon dalam petroleum (N, S, O) dan fraksi aspaltena, juga bitumen dan kerogen yang terdapat di batuan induk mengandung karbon organik dalam jumlah tinggi

Harga TOC diberi satuan % berat, artinya 1% berat berarti bahwa dalam 100 g sampel sedimen terdapat 1 g karbon organik (lihat gambar) Dalam sampel serpih atau karbonat tertentu, fraksi karbon EOM kurang dari 1% TOC, akan tetapi di batuan reservoar persentase ini semakin besar. Karbon dapat diubah mencerminkan potensi sisa (remaining potential) suatu sampel sedimen untuk membentuk migas.

Gas/Minyak

Kerogen Karbon sisa S4 ncc

Karbon EOM Karbon dapat diubah

S1ncc

S2 ncc

KARBON ORGANIK TOTAL (TOC)

Gambar 4.2. Hubungan data Rock-Eval relatif terhadap model TOC. S1 dan S2 diperoleh dari pirolisis Rock-Eval, sedangkan S4 dari proses oksidasi Rock-Eval (ncc = normalised carbon content; 0,083% berat untuk S1 dan S2; 0,1% berat untuk S4) (Diadaptasi dan dimodifikasi dari Espitalie et al., 1982, dalam Jarvie, 1991)

Gehman (1962): karbonat mempunyai konsentrasi HK per unit TOC > serpih. Jones (1984): data Gehman menyatakan bahwa BI berpotensi mempunyai konsentrasi HK per unit TOC > non-BI. menyatakan bahwa harga TOC minimum sama untuk karbonat dan serpih.

Tabel 5.1. Parameter evaluasi batuan induk dengan Rock-Eval (Peters, 1986)

Potensi TOC Pembentukan (%) Buruk Sedang Baik Sangat baik 0,0-0,5 0,5-1,0 1,0-2,0 >2,0

S1 0,0-0,5 0,5-1,0 1,0-2,0 >2,0

S2 0,0-2,5 2,5-5,0 5,0-10,0 >10,0

Tipe

HI (mg HC/g TOC) 0-150 150-300 >300

S2/S3 0-3 3-5 >5

Gas Gas dan minyak Minyak

Berdasar asumsi kematangan setara dengan 0,6% Ro.

Source Rock: Special Precaution

Harga TOC tanpa data kematangan (seperti Tmaks atau Ro) tidak cukup untuk menyeleksi potensi batuan induk.
Jika

harga TOC tinggi didapatkan pada batuan yang sangat matang, maka TOC itu hampir seluruhnya berupa karbon residu. Karbon yang dapat diubah telah habis sewaktu proses pembentukan migas.

Qualitative

Pertanyaan kunci: Apakah suatu batuan sedimen cukup karbon organik dengan jenis (tipe) yang tepat (cenderung membentuk minyak atau gas) dan kematangan untuk membentuk dan mengeluarkan HK dengan akumulasi komersial Perlu didefinisikan tentang komersial, yang bervariasi tergantung atas lokasi dan operator. TOC hanya menjawab tentang kecukupan MO, analisis lain diperlukan untuk menentukan tipe kerogen dan kematangan.

Tipe MO penting dalam penentuan potensi batuan induk Pembentukan kerogen tipe I, II, dan III tergantung atas kontribusi algae, bakteri, tanaman tinggi, dan zooplankton yang juga tergantung atas paleoekologi dan lingkungan pengendapan

Komposisi kerogen (diambil dari Waples, 1985).

MASERAL

TIPE KEROGEN MATERIAL ORGANIK ASAL

Alginit Eksinit Kutinit Resinit Liptinit Vitrinit Inertinit

I II II II II III IV

Alga air tawar Polen, spora Lapisan lilin tanaman Resin tanaman Lemak tanaman, alga laut Material tumbuhan tinggi (kayu, selulosa) Arang, material tersusun-ulang yang teroksidasi

Jenis kerogen dan prazatnya (menurut Stach, 1975; diambil dari BP Short Course, 1992)

KELOMPOK MASERAL

MASERAL

ASAL TANAMAN

Alginit Kutinit EKSINIT (cenderung minyak) Sporinit Resinit Suberinit Liptoderinit

Alga Lapisan lilin Spora/polen Resin Gabus Berbagai material di atas

VITRINIT (cenderung gas)

Telinit Kolinit

Jaringan tanaman Gel humus

Fusinit Semifusinit INERTINIT (lembam/inert) Pirofusinit Sklerotinit Mikrinit Makrinit

Arang Tanaman Jaringan Jamur Amorf, tidak jelas prazatnya

Semakin kaya hidrogen dan miskin oksigen (kerogen tipe I dan II), semakin besar potensi pembentukan minyaknya Semakin miskin hidrogen dan kaya oksigen (kerogen tipe III), semakin cenderung membentuk gas

Kemurnian tipe kerogen dipengaruhi oleh: paleoekologi lingkungan pengendapan mekanisme transpor Metode penentuan tipe MO: Analisis unsur: H/C dan O/C Pirolisis: HI versus OI

(A) KEROGEN ALGA


(CH2)2CH3 Atom H/C Atom O/C A 1,65 0,06 B 1,28 0,10 C 0,84 0,13

OH CH2CH3

N H

(CH2)10CH3

CH3

Model skematik kerogen tipe I, II, dan III (A,B, dan C, berurutan) pada jenjang kurang-matang (diagenesis) (Dow, 1977; diambil dari Waples, 1985)

(B) KEROGEN LIPTINIK


OH (CH2)2CH3 HO HO OH CH3 O CH3 CH3 O C HO O C N H CH3 OH O

(C) KEROGEN HUMIK


CH3 CH3

O C HO

N H (CH2)2CH3 (CH2)14CH3

Source of organic matter

Type of organic matter


Lignin (monomer)

Role

Chemical structure and Degradation product

Petroleum type
Natural Gas

Structural Support

TERESTRIAL
Surface waxes Cutin

Prevent evaporation

Waxy Crude oil

AQUATIC

Lipids

Normal crude oils

CH3

ETHANE
CH2
CH2

OH

OCH3

METHANE

LIGNIN MOLECULE STRUCTURE

R, R=Long chain alkanes

O
R-C-O-R O -O-C-R-C-R-C O

WAX

CUTIN

WAXES AND CUTIN MOLECULE STRUCTURE

Isoprenoid

napthanes

n-alkanes

LIPIDS MOLECULE STRUCTURE

Kerogen tipe I: persentase karbon yang dapat diubah dalam TOC tinggi (umumnya > 70% berat); menghasilkan HK berkonsentrasi parafinik (lilinan) lebih tinggi daripada kerogen tipe II dan III. Kerogen tipe II: persentase karbon yang dapat diubah antara 30 dan 70%; menghasilkan HK campuran yang kompleks. Kerogen tipe III: potensi pembentukan HK-nya lebih rendah daripada kerogen tipe I dan II (< 30%); terutama menghasilkan gas.

Tipe I
Karbon EOM Karbon dapat diubah Karbon residu

Karbon EOM Karbon dapat diubah Karbon residu

Karbon EOM Karbon dapat diubah Karbon residu

Tipe III
Gambar 4.3. Distribusi karbon organik dalam kerogen berbagai tipe.

Atom H/C

Hasil evolusi kerogen CO2, H2O Minyak Gas

1,50

Evolusi bertambah 1,00

0,50

0 0,10 Atom O/C 0,20

Gambar 3.4. Diagram van Krevelen menunjukkan jalur maturasi untuk kerogen tipe I, II, dan III yang digambarkan dengan perubahan rasio atom H/C dan O/C. Tanda panah menunjukkan pertambahan kematangan. Diambil dari Tissot et al. (1974) dalam Waples 1985).

KEROGEN TIPE I

Seringkali MO ini berupa alginit takberstruktur (amorf) dan, jika belum matang, berpendar kuning emas dalam sinar ultraungu (UV). Kerogen tipe I dalam jumlah besar dapat terubah secara termal menjadi petroleum, karena itu jarang dikenal dalam batuan yang matang atau pascamatang.

KEROGEN TIPE I Beberapa contoh kelompok murni yang berkarakter kerogen tipe I: 1) Alga lakustrin Botryococcus braunii dengan senyawa kimia uniknya, botriokokana (botryococcane). 2) Tasmanit spp., berupa fitoplankton alga laut berkadar garam rendah dan berair dingin dengan kenampakan fisik yang unik, dan 3) mikrofosil berkoloni (organik marin) Gloeocapsomorpha prisca berumur Ordovisium

KEROGEN TIPE I

jika penyebarannya luas, dipetakan sebagai fasies organik A. terbentuk dalam kolom air tersusun (stratified water column) danau, estuari, dan lagun.

terkonsentrasi di condensed section dengan transpor detritus yang rendah dan terutama berupa material pelagis. Condensed section terjadi di fasies lepas-pantai transgressive system tract dalam lingkungan marin dan lakustrin.

KEROGEN TIPE II dalam bentuk aslinya (jika monomaseral) dicirikan oleh maseral eksinit (spora dan polen) yang relatif kaya hidrogen. Keberadaannya dipengaruhi oleh produktivitas biologi tinggi, pelarutan mineral rendah, dan oksigenasi terbatas. Kerogen tipe II eksinitik terawetkan di condensed section dan mencerminkan maseral yang sedikit lebih miskin hidrogen dibandingkan kerogen tipe I.

KEROGEN TIPE II dapat pula terbentuk dari degradasi parsial kerogen tipe I atau dari berbagai campuran kerogen tipe I dan tipe II, III, dan IV. Misalnya, MO yang terbentuk di lingkungan (provenans) yang berbeda dapat tercampur: material alga planktonik yang masuk ke dalam sedimen yang mengandung maseral kayuan tertranspor (tipe III). Terdapat di dalam transgressive system tracts, kadang-kadang lebih ke arah daratan (landward) dibandingkan pengendapan kerogen tipe I.

KEROGEN TIPE III mengandung cukup hidrogen untuk membentuk gas, tetapi tidak cukup untuk membentuk minyak bumi. dalam bentuk asli, tersusun atas vitrinit. terbentuk dari campuran atau proses degradasi berbagai maseral.

KEROGEN TIPE III Lingkungan tempat batubara terbentuk memungkinkan terbentuknya berbagai tipe kerogen berbeda. Sebagian besar batubara terbentuk di kolam paralik dan bekas saluran sungai. Sedimen semacam ini terbentuk di lembah dengan pasokan sedimen rendah sebagai endapan estuarin atau teluk (coastal).

KEROGEN TIPE IV suatu istilah yang tidak dipergunakan secara luas oleh ahli geokimia organik karena sulitnya membedakan tipe IV dari tipe III dengan menggunakan pirolisis Rock-Eval. berupa kerogen yang lembam (inert, tidak menghasilkan hidrokarbon). terdiri atas material miskin hidrogen seperti inertinit, MO detritus yang teroksidasi langsung oleh maturasi termal termasuk api (arang) atau akibat daur-ulang biologis dan sedimentologis.

Special precaution: rock eval results

TIPE KEROGEN Dalam penentuan tipe kerogen, harus diketahui adanya efek matriks mineral Beberapa bagian mineral (lempung polar) menghambat pelepasan hidrokarbon dari sampel bubuk batuan utuh (whole rock) sewaktu pirolisis Rock-Eval, menyebabkan rendahnya data kuantitas, kualitas, dan kematangan Efek matriks mineral terjadi bila lempung polar bereaksi dengan molekul organik polar ketika prosedur Rock-Eval nonhydrous (kering) berlangsung.

TIPE KEROGEN Efek berbagai mineral beragam, dari kuat ke lemah: ilit > bentonit-Ca > kaolinit > bentonit-Na > karbonat kalsium > gipsum. Keberagaman efek matriks mineral berpengaruh pada sampel batuan utuh (whole rock) dengan TOC kurang dari 10%. Proses pematangan termal geologi berbeda dengan pematangan pada pirolisis Rock-Eval: pematangan alami lambat dan lingkungannya berair (hydrous), sedangkan Rock-Eval cepat dan kering (nonhydrous).

Sampel batubaraan - Batubara berasal dari tanaman tinggi (tipe III) umumnya tidak merespons pirolisis sama seperti MO tipe III yang tersebar (dispersed), plot HI vs OI mungkin dapat memberikan gambaran yang salah tentang tipe MO. - Secara umum, batubara mempunyai HI di bawah 300 (rendah dibandingkan MO tipe II), dengan S2/S3 > 5.

Tabel 5.2. Hasil analisis TOC dan Rock-Eval sampel inti terpilih dari sebuah sumur di Montana (Peters, 1986) Dalam Deskripsi (kaki) TOC S1 S2 S3 Tmaks PI HI OI

1.950 serpih gpngan, 3,54 berlapis, klb glp 1.975 serpih gpngan, 3,56 masif, klb glp 2.007 serpih masif, 1,04 kelabu medium 2.073 serpih gpngan, 2,43 hitam, menyerpih 2.076 serpih gpngan, 0,38 kelabu medium 2,090 btlanau, coklat 0,61 (berminyak) 2.146 serpih masif 0,52 kelabu medium

1,77 0,28 0,04 0,09 0,05 3,61 0,04

23,81 2,96 0 0,56 0,25 4,08 0,14

1,21 1,21 0,55 0,62 0,51 0,12 0,45

422 427 432 432 415 422

0,07 0,09 0 0,14 0,17 0,47 0,22

673 83 0 23 66 669 27

34 34 53 26 134 20 87

Maturation Function of Temperature and time Thermal source: Mantle Heat flow Magma intrusion Vulcanism

Thermal indicator (paleo-geothermometry)

Visual Kerogen: Vitrinite reflectance SCI Spore coloration Index TAI Thermail alteration index

Palinomorf: belum matang berwarna kuning-jingga atau coklat kekuningan (diagenesis), coklat (katagenesis), dan akhirnya hitam (metagenesis).

Misal: TAI (Staplin, 1969), SCI

REFLEKTANSI VITRINIT <0,5 0,7% diagenesis 0,7 1,3% katagenesis (jendela minyak) 1,3 2,0 katagenesis akhir atau zona utama gas >2% metagenesis Kekurangan metode ini: a. Vitrinit jarang ditemukan dalam kerogen tipe I dan II b. Laju transformasi mungkin berbeda antar-kerogen, meskipun aras VR-nya sama c. Kesalahan penentuan maseral (maseral lain dianggap vitrinit) d. Batuan induk lebih tua dari Silur tidak mengandung vitrinit

ROCK-EVAL/PYROLYSIS

Aplikasi: PI < 0,1; Tmaks <435oC belum matang 0,1-0,4; 435-460 oC katagenesis (jendela minyak) >460 oC di luar jendela minyak Di jenjang awal maturasi, harga Tmaks kerogen tipe I > kerogen tipe II dan tipe III tetapi puncak pembentukan minyaknya sama Kematangan berdasarkan diagram van Krevelen

Data terpercaya berdasarkan data sumur dengan rata-rata setiap 30-60 kaki (9-18 m)

Untuk sedimen belum matang, biasanya puncak S1 dan S2 tidak terpisahkan dengan baik, menyebabkan anomali S1 dan PI

Korelasi antara HI dan H/C atau antara OI dan O/C mungkin tidak baik, karena:

1) pirolisis pada batuan utuh, analisis unsur pada kerogen terisolasi: MO dapat terubah ketika preparasi kerogen; mineral mempengaruhi hasil pirolisis; FID Rock-Eval tidak menghitung hidrogen atau air yang merupakan produk penting batuan belum matang

Korelasi antara HI dan H/C atau antara OI dan O/C mungkin tidak baik, karena: 2) produk pirolisis MO yang berbeda tipe akan memberikan respons yang berbeda pula pada detektor

Kontaminasi aditif umumnya menurunkan Tmaks, meskipun beberapa aditif dapat menurunkan atau menaikkan Tmaks. Semua kontaminan organik cenderung meningkatkan HI. Kontaminasi oil based mud atau minyak bermigrasi membuat kenampakan seperti belum matang (Tmaks < 435oC), kebalikannya PI atau S1/TOC > 0,2 dan 0,3, berurut.

Akurasi Tmaks sekitar 1-3oC, tergantung alat, laju program, jumlah sampel, dan posisi kalibrasi elektronik termistor. Sampel yang mempunyai puncak S2 < 0,2 Tmaks-nya tidak dapat dipercaya.

TOC= 2,50% S1= 0,89 S2= 18,01 S3= 0,89 Tmax= 440oC PI= 0,05 HI= 692 OI= 34 SOM= 2,0 mg/g

TOC= 2,85% S1= 15,05 S2= 3,48 S3= 6,95 Tmax= 421oC PI= 0,81 HI= 122 OI= 243

TOC= 5,05% S1= 15,26 S2= 6,27 S3= 10,89 Tmax= 314oC PI= 0,71 HI= 124 OI= 215

Batuan induk

Migrated HC

Contaminated sample w/ Diesel

REFLEKTANSI VITRINIT (%) 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4

gas/kondensat naftenik KAYA RESINIT minyak naftenik ringan (?)

CH4

gas/kondensat gas KAYA LIPTINIT minyak lilinan parafinik minyak parafinik ringan CH4 gas/kondensat parafinik CH4

KAYA VITRINIT

gas

gas SEDIMEN BIOGENIK minyak aspaltik, kaya sulfur

CH4

kondensat parafinik naftenik

gas

gas/kondensat naftenik

CH4

SEDIMEN KLASTIK

minyak parafinik/naftenik

Gambar 3.7. Model pembentukan hidrokarbon dari berbagai tipe kerogen yang menunjukkan jenis cairan dan gas yang dihasilkan pada berbagai variasi harga reflektansi vitrinit. Diadaptasi dari Waples (1985).

Geochemical Processes

Molekul biogenik 0,01

Material organisme

Kehidupan

Biokimia dan degradasi kimia 0,1 K E D A L A 1 M A N (M) Fragmen lebih kecil

D I A G E N E S I S

Kondensasi Polimerisasi

Humus Kehilangan Metana

10

CO2, H2O, NH3

100

Kerogen Minyak Maturasi termal

1000 Gas

K A N T E A S G I E S METAGENESIS

10.000

Karbon mati

Perengkahan

Gambar 3.1. Transformasi material organik dalam sedimen dan batuan sedimen (diadaptasi dari Waples, 1985).

Diagenesis: transformasi material organik dalam


lingkungan sedimen yang terjadi pada temperatur relatif rendah.

Katagenesis: penguraian termal kerogen besar atau


molekul aspaltena menjadi molekul lebih kecil yang kemudian akan menjadi bagian fraksi bitumen dalam batuan induk.

Metagenesis: jenjang lanjut maturitas termal yang


ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas dan perengkahan (cracking).

Res. rock

You might also like