Analisis Proses Implementasi Corporate Social Responsibility
yang Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 1
Arlita Puji Widiameiga 2 , Ninuk Purnaningsih 3
ABSTRACT
The goal of this research is to understand the implementation of PT Astra Internasional Tbk. Corporate Social Responsibility ( CSR ) program. How far the realization of PT Astra International Tbk. CSR will also be analized in this research through Dharma Bhakti Astra Foundation based on society empowerment.CSR activities form done by PT Astra Internasional TBk will be explained in this research. Empowerment aspects will be analyzed from MSME establishment held by Dharma Bhakti Astra Foundation. Identification and program analysis of establishment will point toward eight instruments of Verhagen empowerment. The result of this research are that PT Astra Internasional Tbk. has some CSR programs which are directly done or done by a foundation. MSME establishment program is one of CSR programs held by PT Astra Internasional Tbk. through Dharma Bakti Astra Foundation. Based on the analysis, entirely the establishment program has implemented Verhagen empowerment aspects although there are some aspects which need to be evaluated.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), empowerment, Micro Small And Medium Enterprises (MSME) establishment program.
Pendahuluan Latar Belakang Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergema pada tahun 1950-an. Saat itu persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Konsep CSR ini semakin dikenal sejak awal 1970 dan terus berkembang hingga saat ini. Pendefinisian CSR masih beragam karena CSR merupakan suatu konsep yang berkembang dengan cepat. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menyatakan Corporate Social Responsibility is the commitment of business to contribute to sustainable economic development,
1) Tulisan ini merupakan sebagian analisis dari Skripsi Arlita Puji Widiameiga 2) Mahasiswa S1 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor 3) Dosen Pembimbing 2
working with employees, their families, the local community and society at large to improve their quality of life. Sementara itu, Vogel dalam Sukada et al. (2007) mendefinisikan CSR sebagai policies and program of private firms that go beyond legal requirement as a response to public pressures and societal expectation. Namun, pada dasarnya CSR merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan berbagai stakeholders yang berdasarkan pada prinsip sukarela maupun kemitraan. Telah banyak program CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan yang dipraktikkan berdasarkan pemahaman yang mereka miliki. Bentuk program yang sering menjadi pilihan dari perusahaan-perusahaan itu antara lain program bantuan kesehatan, pendidikan, bantuan dana dan pelatihan bagi usaha kecil, serta bantuan pembangunan sarana dan prasarana masyarakat. Program CSR yang diterapkan perusahaan hendaknya mengandung unsur pengembangan masyarakat dengan menitikberatkan pada keberlanjutan program. Perusahaan-perusahaan memiliki beragam pemahaman mengenai usaha pengembangan masyarakat yang berusaha diterapkan pada program CSR mereka. Untuk mempermudah penilaian keberhasilan suatu program pengembangan masyarakat dapat dilihat dari keberlanjutan penerapan program tersebut dan pencapaian tujuan dari program sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Salah satu program pengembangan masyarakat yang diharapkan dapat terus berlanjut dan membantu memandirikan masyarakat adalah program pembinaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu unsur pokok yang turut andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia adalah UMKM. Peran UMKM di Indonesia menurut Sulisto (2005) 4 sangat besar dan telah terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997. Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Pembinaan dan pengembangan UMKM sekarang ini menjadi semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat. Pembinaan dan pengembangan tersebut sangat penting untuk menciptakan kemandirian dari UMKM mengingat besarnya peran UMKM bagi perekonomian nasional. PT Astra Internasional Tbk. merupakan sebuah perusahaan dengan komitmen terhadap lingkungan yang sangat besar. Komitmen tersebut tercermin disetiap aspek kegiatan perusahaan yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat serta aspek lingkungan dimana kelestarian alam dan lingkungan menjadi pertimbangan. Salah satu wujud komitmen dari PT Astra Internasional Tbk. adalah dengan melakukan pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Program tersebut merupakan salah satu program CSR dan juga merupakan perwujudan cita-cita Astra, Sejahtera Bersama Bangsa. YDBA merupakan sebuah yayasan pembinaan UMKM yang dalam kurun waktu tiga puluh tahun telah membina kurang lebih 5300 UMKM yang berada diseluruh Indonesia. Bentuk pembinaan yang dilakukan pun disesuaikan dengan
4 Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (DPP HIPPI). http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.html. diakses tanggal 9 November 2009 3
kondisi UMKM binaan. Pembentukan YDBA ini diharapkan dapat memandirikan masyarakat Indonesia, khususnya UMKM. Perumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk.? 2. Sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat?
Tujuan 1. Mengetahui penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. 2. Menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
Kerangka Analisis Salah satu bentuk penerapan CSR yang dilakukan oleh PT. Astra Internasional Tbk. adalah Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Implementasi program pembinaan UMKM yang diberikan oleh YDBA akan dianalisis berdasarkan jenis evaluasi Departemen Pertanian (1990) yaitu menganalisis aspek input, output, efek, dan dampak. Keempat aspek tersebut menunjukkan alur proses. Namun dalam analisis, aspek-aspek tersebut dianalisis secara parsial. Aspek input - dalam hal ini termasuk proses dari program pembinaan UMKM akan dianalisis menggunakan indikator pemberdayaan masyarakat Verhagen, yaitu (1) Identifikasi kelompok sasaran, (2) Penelitian dan perencanaan partisipatoris, (3) Pendidikan dan pelatihan timbal balik, (4) Mobilisasi dan pemberian sumber daya secara seimbang, (5) Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan, (6) Perluasan proses dan pengembangan gerakan (7) Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga, dan (8) Pemantauan dan evaluasi terus-menerus. Dalam analisis proses ini, penulis mencoba membuat indikator setiap tahapan proses secara kuantitatif, kemudian menetapkan skor maksimal dan skor yang diperoleh dari hasil penelusuran data dan pengamatan selama penelitian. Indikator-indikator tersebu t diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan secara kuantitatif sehingga mempermudah analisis dan saran untuk pengembangan program.
Metode Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di dua lokasi, lokasi pertama yaitu di kantor Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA Jakarta Utara dan salah satu UKM di Cileungsi, Bogor yang menjadi binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra dan juga merupakan UKM yang telah menjadi subkontraktor Grup Astra. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2009 Maret 2010. Responden merupakan anggota UKM yang menerima binaan dari Yayasan Dharma Bhakti 4
Astra. Jumlah responden yang akan diambil sekitar 30 orang yang merupakan anggota (karyawan) dari UKM binaan. Responden dipilih secara sengaja (purposive). Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti ingin mendapatkan informasi dari UKM binaan yang mendapatkan program.
Hasil dan Pembahasan IMPLEMENTASI CSR PT. ASTRA INTERNASIONAL Cara Pandang PT. Astra Internasional Tbk terhadap CSR Tanggung jawab sosial bagi PT. Astra Internasional Tbk. merupakan sebuah proses berkelanjutan dan bukan merupakan suatu tujuan sesaat. Kegiatan CSR yang dilakukan senantiasa diselaraskan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Astra. Keselarasan tersebut dilakukan dengan mengembangkan program dan kegiatan yang terukur terhadap target-target untuk meningkatkan manfaat bagi pemangku kepentingan dan mengurangi dampak negatif aktivitas usaha Astra secara sosial. Cakupan jenis dan aktivitas CSR yang dilakukan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan bisnis Astra. Asal mula program CSR PT. Astra Internasional Tbk. adalah bagaimana Astra dapat memberikan manfaat dan melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan Catur Dharma Astra dan visi Astra yaitu menjadi perusahaan yang memberikan manfaat pada masyarakat. Program tanggung jawab sosial Astra awalnya dimulai dari prinsip berbuat baik yang selalu ditekankan oleh para pendiri Astra. Selanjutnya berkembang menjadi program pengembangan masyarakat, dan sampai saat ini dikenal dengan program CSR.
PT. Astra Internasional Tbk. dalam Pengembangan Masyarakat Salah satu fokus CSR Astra adalah komitmen untuk mengembangkan masyarakat. Partisipasi Astra dalam berbagai proses kegiatan pengembangan masyarakat bermula dari kesadaran para pendiri beserta manajemen dan staff bahwa membantu dan mendukung pengembangan masayarakat merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dijalankan. Saat ini, komitmen pengembangan masyarakat mencakup lima bidang, yaitu bantuan kemanusiaan, program kemitraan termasuk income generating activities, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Keempat bidang tersebut, kecuali bidang kemanusiaan bertujuan pemberdayaan masyarakat yaitu membekali masyarakat dengan kemampuan untuk dapat secara terus menerus mengambil manfaat, khususnya melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program bidang pendidikan dan income generating activities. Contoh program pengembangan masyarakat yang langsung dilakukan Astra adalah pengembangan masyarakat di bidang pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pengembangan masyarakat pada bidang pendidikan yang telah dilakukan salah satunya adalah membangun sekolah di Aceh tahun 2004. Sekolah tersebut dibangun bagi masyarakat di sekitar lokasi yang terkena bencana Tsunami. Pembangunan infrastruktur sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakat sekitar. Astra tidak hanya membangun sekolah saja namun masih terus memantau 5
perkembangan pendidikan siswa-siswanya sampai tahun 2011 nanti. Astra juga memperhatikan kualitas dan kompetensi para pengajar di sekolah tersebut. Pada saat ini, Astra sedang membuat sekolah hijau di lingkungan sekitar. Sekolah hijau merupakan sekolah yang memenuhi kriteria Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup. Sekolah tersebut antara lain harus mempunyai kebijakan, kurikulum yang mengarah pada lingkungan, mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan lingkungan (misalnya berkebun, membuat kompos, daur ulang dan lain-lain), infrastruktur yang dimiliki harus ramah lingkungan dan lain-lain. Untuk melaksanakan program ini, Astra juga bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta dalam membuat kurikulum sekolah hijau tersebut. Program peningkatan pendapatan atau Income Generating Activities (IGA) merupakan salah satu cara Astra untuk berupaya menumbuhkan semangat kewirausahaan, memberikan pelatihan, dan pendidikan yang dibutuhkan, serta membangun jaringan yang dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil. Prinsip utamanya adalah bagaimana membuat kegiatan yang dapat mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. IGA merupakan bentuk pengembangan masyarakat dengan maksud membangun kemandirian masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan. Contoh kegiatan IGA yang dilakukan Astra adalah pembuatan kompos dan kain majun yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pupuk kompos dan kain majun yang dihasilkan juga dibeli oleh Astra.
Untuk menciptakan keadilan bagi para pembuat kompos dan kain majun, Astra tidak hanya membeli kompos dan kain majun pada seorang atau sebuah UMKM saja, namun merata pada seluruh produsen. Besarnya pembelian kain majun juga disesuaikan dengan kemampuan produsen dalam memproduksi kain majun. Semakin banyak jumlah produksinya, maka semakin banyak pula kain majun yang dibeli oleh Astra.
Cara Pandang YDBA terhadap Pemberdayaan Masyarakat Konsep pengembangan masyarakat menurut Astra mengacu pada falsafah Berikan kail bukan ikan. Dengan falsafah ini diharapkan masyarakat yang dibina oleh YDBA tidak terus menggantungkan diri pada bantuan atau hibah dari perusahaan. Sepaham dengan falsafah tersebut, konsep pengembangan masyarakat menurut YDBA adalah menciptakan masyarakat yang bebas dari budaya meminta- minta karena tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Berdasarkan falsafah dan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat yang diyakini, YDBA mengimplementasikannya dalam setiap program pembinaan yang dilakukannya kepada sekitar 5300 UMKM binaannya. Kegiatan pembinaan ini ditujukan untuk menjadikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan YDBA mandiri, baik dalam produksi maupun dalam bidang pembiayaan.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pembinaan UMKM Kegiatan pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA dapat diidentifikasi penerapan konsep pemberdayaan masyarakatnya dengan menggunakan delapan instrumen pemberdayaan masyarakat Verhagen. Skor 6
faktual dihitung dari jumlah maksimum yang disesuaikan dengan skor jawaban dari setiap pertanyaan di dalam kuesioner mengenai delapan instrumen pemberdayaan Verhagen. Kedelapan instrumen tersebut adalah: 1. Identifikasi kelompok sasaran 2. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris 3. Pendidikan dan pelatihan timbal balik 4. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang 5. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan 6. Pengembangan gerakan dan perluasan proses 7. Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga 8. Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik.
Tabel. 4 Perbandingan Aspek Pemberdayaan dari Hasil Identifikasi dengan Kriteria Ideal Pemberdayaan No Aspek Pemberdayaan Skor yang Diperoleh Sesuai Kriteria yang Diamati Skor Maksimum Berdasarkan Kriteria Ideal 1 Identifikasi kelompok sasaran Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA. Skor: 20 Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA dan UMKM dengan melakukan diskusi sebelumnya. Skor: 30 Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan, walaupun masih terdapat campur tangan beberapa pihak contohnya rekomendasi dari Grup Astra pada UMKM calon binaan. Skor: 25 Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan Skor: 30 Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh UMKM yang bersangkutan. Skor: 40 Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh UMKM yang bersangkutan. Skor: 40 Jumlah Skor 85 100 2 Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan adanya masukan dari YDBA. Skor: 20 Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan didampingi YDBA. Skor: 25 Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama dengan YDBA pada awal keanggotaan. YDBA lebih dominan. Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama oleh UMKM yang bersangkutan dan YDBA pada awal 7
No Aspek Pemberdayaan Skor yang Diperoleh Sesuai Kriteria yang Diamati Skor Maksimum Berdasarkan Kriteria Ideal Skor: 20 keanggotaan Skor: 25 Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA, namun sebelumnya UMKM telah melakukan identifikasi masalah. Diskusi bersifat umum dan dilakukan pada awal keanggotaan. Skor: 20 Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA secara mendetail dan dapat dilakukan selama kegiatan tersebut diperlukan. Skor: 25 Alternatif pemecahan masalah dilakukan oleh UMKM dan YDBA, tetapi YDBA lebih dominan Skor: 20 Alternatif pemecahan masalah dilakukan bersama- sama antara UMKM dan YDBA. Skor: 25 Jumlah Skor 80 100 3 Pendidikan dan pelatihan timbal balik Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu namun pada tahap pelaksanannya terdapat kuota peserta yang ditetapkan YDBA. Skor: 20 Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Skor: 25 Adanya proses tanya jawab selama pelatihan. Skor: 50 Adanya proses tanya jawab selama pelatihan Skor: 50 Adanya transfer pengetahuan dan keterampilan selama pelatihan, walaupun porsinya tidak seimbang antara peserta dengan pelatih. Skor: 20
Adanya kegiatan transfer pengetahuan dan keterampilan yang diusahakan seimbang selama pelatihan antara pelatih dengan peserta pelatihan Skor: 25 Jumlah Skor 90 100 4 Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang Penilaian potensi UMKM dilakukan oleh UMKM dan YDBA, YDBA dominan. Penilaian potensi ini dilakukan pada saat YDBA melaksanakan kunjungan pada UMKM yang mengajukan surat atau proposal pembinaan. Penilaian potensi UMKM dilakukan bersama-sama oleh UMKM dan YDBA. Skor: 25 8
No Aspek Pemberdayaan Skor yang Diperoleh Sesuai Kriteria yang Diamati Skor Maksimum Berdasarkan Kriteria Ideal Skor: 20 YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya Skor: 30 YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya Skor: 30 UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri walaupun kadang- kadang masih bergantung pada YDBA. Skor: 35 UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri. Skor: 40 Jumlah Skor 85 100 5 Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara menyeluruh dan dilakukan pada awal kegiatan pembinaan. Skor: 30 YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara detail dan kontinu. Skor: 50 YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan pada awal kegiatan pembinaan tanpa melakukan pendampingan dan pengawasan. Skor: 30 YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan serta mengadakan pendampingan serta pengawasan. Skor: 50 Jumlah Skor 60 100 6 Pengembangan gerakan dan perluasan proses Informasi program pembinaan UMKM masih terbatas hanya pada website dan melalui rekomendasi Grup Astra. Skor: 35 YDBA memberikan informasi program pembinaan kepada UMKM melalui berbagai pihak tanpa memerlemah keswadayaan UMKM. Skor: 50 Pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya tidak bisa selalu dilakukan oleh UMKM karena beberapa kendala. Skor: 25 YDBA melatih dan meningkatkan kesadaran UMKM binaannya untuk dapat melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya. Skor: 50 Jumlah Skor 55 100 9
No Aspek Pemberdayaan Skor yang Diperoleh Sesuai Kriteria yang Diamati Skor Maksimum Berdasarkan Kriteria Ideal 7 Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan, misalnya Grup Astra dan lembaga-lembaga keuangan. Skor: 40 YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan. Skor: 40 YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha misalnya adanya fasilitasi peminjaman modal kepada lembaga-lembaga keuangan. Skor: 30 YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha tanpa memperlemah keswadayaan UMKM. Skor: 30 UMKM dapat merluasan usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga terutama yang direkomendasikan YDBA. Skor: 20 UMKM dapat merluasan usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga baik yang direkomendasikan YDBA maupun hasil usaha UMKM sendiri. Skor: 30 Jumlah Skor 90 100 8 Evaluasi terus- menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh. Skor: 20 YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara mendetail. Skor: 30 YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh. Skor: 20 YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara mendetail. Skor: 30 YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi, namun belum kontinu dan sifatnya menyeluruh. Skor: 30 YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi namun secara kontinu dan mendetail Skor: 40 Jumlah Skor 70 100 Total Skor 615 800
1. Identifikasi Kelompok Sasaran Identifikasi kelompok sasaran merupakan upaya untuk menemukan calon sasaran program pembinaan yang sesuai. Identifikasi kelompok sasaran adalah mekanisme pemilihan sasaran dan lokasi yang meliputi alasan, kriteria, dan proses 10
pemilihan sasaran. UMKM yang sekarang ini menjadi UMKM binaan YDBA terlebih dahulu mengajukan surat atau proposal pembinaan. Informasi mengenai program pembinaan tersebut diperoleh dari website YDBA, media massa, dan Grup Astra. Selain sumber perolehan informasi pembinaan tersebut, peran aktif dari UMKM calon binaan juga sangat diperlukan agar UMKM tersebut dapat dibina oleh YDBA. Kriteria dan persyaratan bagi UMKM sebelumnya telah ditentukan oleh YDBA. Persyaratan untuk menjadi UMKM binaan YDBA antara lain adalah sudah berbadan hukum (misalnya CV dan PT), usaha yang dijalankan termasuk dalam kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM, merupakan komunitas yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait bisnis Astra maupun tidak, memiliki produk yang diminati pasar, serta bersedia untuk dibina oleh Astra. Setelah UMKM tersebut dinilai dan dinyatakan memenuhi persyaratan, YDBA akan mengundang UMKM untuk mengikuti pelatihan Basic Mentality (Mentalitas Dasar) dengan tujuan menanamkan budaya kerja Astra kepada UMKM binaan. UMKM tersebut juga dimasukkan ke dalam database YDBA. Seperti halnya yang diungkapkan oleh informan berikut ini. Sebenarnya tidak harus proposal, surat permohonan saja bisa ko. Nanti akan kami tinjau, benar atau tidak UMKM itu ada, sesuai tidak dengan persyaratan kita. Baru kalau sudah sesuai nanti kita undang untuk pelatihan awal. Yang diundang pelatihan biasanya sudah otomatis menjadi anggota binaan YDBA (M. Iq, Senior Manager YDBA).
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan yang dilaksanakan YDBA adalah kewenangan penuh dari UMKM binaan. Artinya, anggota UMKM binaan yang akan mengikuti pelatihan dipilih oleh UMKM yang bersangkutan, YDBA tidak menunjuk orangnya. Pemilihan peserta pelatihan harus mempertimbangkan kesesuaian peserta dengan jenis pelatihannya.
2. Penelitian dan Perencanaan Partisipatoris Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris adalah mekanisme identifikasi masalah serta pembuatan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan bersama-sama oleh UMKM dan YDBA. Identifikasi masalah yang ada pada UMKM dilakukan secara bersama-sama antara UMKM dan YDBA. Namun pada kenyataannya, UMKM terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan, setelah itu baru UMKM dan YDBA mendiskusikan permasalahan tersebut. Sebagai tindak lanjut, UMKM dan YDBA bersama-sama mencari solusi untuk memecahkan masalah. Pada proses pemecahan masalah ini, YDBA mempunyai peran besar. YDBA memberikan solusi-solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi permasalahan tersebut biasanya dilakukan pada saat YDBA melakukan kunjungan. Umumnya, permasalahan yang dialami UMKM adalah permasalahan modal dan keterampilan. Untuk permasalahan permodalan, biasanya YDBA memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang berasal dari Astra Mitra Ventura maupun perbankan lainnya. Hal ini dinyatakan oleh informan dalam pernyataan berikut: 11
YDBA tidak pernah memberikan modal, tapi kami hanya memfasilitasi UMKM dengan lembaga yang bisa memberikan bantuan modal. Entah itu Astra Mitra Ventura atau bank-bank lainnya. YDBA juga bukan jaminan peminjaman(M. Ko, Senior Manager YDBA).
Apabila permasalahan yang muncul adalah permasalahan teknis, YDBA akan membantu dengan mengadakan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM serta jenis usahanya.
3. Pendidikan dan Pelatihan Timbal Balik Pendidikan dan pelatihan timbal balik adalah proses pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara UMKM binaan dan YDBA. Pelatihan merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan YDBA. YDBA mempunyai beberapa materi pelatihan yang nantinya akan diberikan kepada UMKM binaannya. Materi tersebut adalah materi umum dan beberapa materi khusus yang disesuaikan dengan jenis usaha masing-masing UMKM binaannya. Materi umum meliputi materi manajemen dan pembukuan serta beberapa materi lainnya yang dapat diterima oleh UMKM binaannya tanpa terkecuali. UMKM juga mempunyai kebebasan untuk mengajukan pelatihan kepada YDBA, namun untuk merealisasikannya YDBA perlu memperhatikan beberapa hal salah satunya adalah kuota peserta pelatihan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari beberapa informan berikut ini:
Kita bisa minta YDBA memberikan pelatihan sesuai dengan yang kita butuhkan, tapi semuanya tergantung sama pihak YDBA. Pesertanya ada atau tidak. Biasanya kita bikin rencana pelatihan apa saja yang dibutuhkan untuk satu tahun. Kalau kebetulan YDBA mengadakan ya kita ikut. Tapi kalau enggak ya kita cari pelatihan lain atau bisa juga buat pelatihan sendiri untuk para karyawan disini. Tapi YDBA selalu memberi tahu pelatihan-pelatihan yang diadakan, terutama pelatihan yang cocok dengan jenis usaha kita(Smr, Staff HRD PT. XYZ). Bisa juga UKM mengajukan usul pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang mereka hadapi. Tapi kita juga menyesuaikan dengan kuota peserta dan waktunya. Termasuk mencocokkan pelatihan tersebut dengan para trainer. Biasanya setiap pelatihan diikuti oleh 25 orang dan dilaksanakan selama dua hari sampai dua minggu(M. Ko, Senior Manager YDBA).
Kriteria calon peserta pelatihan umumnya disesuaikan dengan jenis pelatihan. Calon peserta pelatihan juga dipilih oleh masing-masing UMKM, sesuai dengan jenis pelatihannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan UMKM mempunyai kewenangan untuk menentukan anggotanya yang akan mengikuti pelatihan. Pada saat pelatihan, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pelatihan. Pertanyaan dapat juga berasal dari kondisi dan permasalahan yang dialami langsung oleh peserta pelatihan pada saat bekerja. Untuk pelatihan-pelatihan tertentu disertai pula dengan praktek. 12
Yang ngasih materi sih pasti ngasih kesempatan untuk tanya. Biasanya awal pelatihan ditanya dulu masalahnya apa aja. Pas ngasih materi juga ada sesi tanya jawabnya(Spy, peserta Pelatihan Teknologi Press Dies II).
Pada saat pelatihan tersebut, terdapat proses transfer pengetahuan antara pemberi materi dan peserta walaupun belum seimbang. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari para pemberi materi kepada peserta dibanding dari peserta ke pemberi materi.
4. Mobilisasi dan Pemberian Sumberdaya Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang adalah proses penggerakan UMKM binaan dengan memberikan dukungan berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kemudahan akses terhadap sumberdaya yang penting. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya dalam konteks pemberdayaan mengarah pada keseimbangan antara keduanya, di mana pemberian sumberdaya kepada UMKM tidak memperlemah swadaya dan kemandirian kelompok. Untuk mempermudah pemberian sumberdaya kepada UMKM binaan, perlu adanya penilaian potensi UMKM. YBDA memberikan kewenangan kepada UMKM binaannya untuk menilai potensi yang ada dan setelah itu mendiskusikannya YDBA. Selanjutnya, YDBA akan menilai kembali potensi- potensi UMKM tersebut. Proses penilaian ini dilakukan bersamaan dengan proses identifikasi masalah dan penetapan masalah. Adanya penilaian potensi dan identifikasi masalah tersebut akan mempermudah YDBA untuk memberikan bantuan atau penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi UMKM. Pada kasus PT. XYZ, YDBA memberikan kemudahan dalam penyediaan sumberdaya pelatih pada pelatihan yang diselenggarakannya. Selama menjadi binaan YDBA, PT. XYZ mendapatkan pelatihan-pelatihan dari tingkat operator hingga pimpinan perusahaan, dari sisi manajerial hingga pelatihan teknik. PT. XYZ juga mempunyai kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak lain baik yang bekerjasama dengan YDBA atau pun tidak. Di lain kesempatan, PT. XYZ juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di luar negeri. Selain mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak lain, PT. XYZ juga seringkali mengundang trainer dari luar untuk memberikan pelatihan bagi karyawannya. Trainer pelatihan juga dapat berasal dari PT. XYZ jika pelatihan tersebut diadakan sendiri oleh PT. XYZ. Keikutsertaan PT. XYZ dalam pelatihan- pelatihan lain selain yang diselenggarakan YDBA adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan karyawan yang nantinya akan bermanfaat bagi kemajuan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pelatihan. Ada yang dari YDBA, ada yang dari luar YDBA, dan kadang juga menyelenggarakan sendiri pelatihan tersebut. Kalau pelatihan yang diadakan YDBA dan luar YDBA otomatis trainernya dari mereka, tapi untuk pelatihan yang diadakan sendiri oleh PT. XYZ trainernya berasal dari luar dan dari 13
dalam perusahaan sendiri. Misalnya untuk motivasi, pengisinya ya dari manager atau pemilik PT. XYZ(Hry, General Manager PT. XYZ).
Dilain pihak, YDBA juga berperan sebagai fasilitator dalam penyediaan dana. Peran YDBA adalah memperkenalkan UMKM dengan lembaga-lembaga keuangan. Sebagai anggota binaan, UMKM yang merasa membutuhkan tambahan modal akan dikenalkan dengan lembaga-lembaga keuangan. Adanya bantuan tersebut diharapkan dapat membantu UMKM untuk lebih berkembang dan maju.
5. Konsultasi Manajemen Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan merupakan diskusi dan pelatihan dalam hal teknis manajemen, administrasi termasuk di dalamnya adalah proses pembukuan usaha. Hal ini sangat berguna bagi kelangsungan usaha karena dapat membantu UMKM dalam menggunakan sumberdaya secara efisien. Konsultasi manajemen dan pembukuan hanya dilakukan pada awal masuknya UMKM menjadi binaan YDBA. Selain konsultasi manajemen dan administrasi, YDBA juga selalu memberikan pelatihan manajemen dan administrasi kepada seluruh UMKM binaannya. Sebagai salah satu UMKM binaan YDBA, PT. XYZ juga pernah melakukan konsultasi manajemen dan pembukuan. YDBA juga pernah mengundang PT. XYZ untuk mengikuti pelatihan yang terkait dengan manajemen dan administrasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Hry yang mengatakan bahwa YDBA memberikan pelatihan manajemen dan administrasi, keuangan bahkan perpajakan. Adanya laporan administrasi dan manajemen yang baik diharapkan dapat mempermudah proses pengawasan dan pengembangan usaha baik yang dilakukan oleh YDBA ataupun yang dilakukan oleh UMKM itu sendiri. YDBA memang selalu melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perkembangan kegiatan UMKM tersebut secara rutin. Namun pemantauan dan pengawasan tersebut bersifat menyeluruh pada kegiatan usaha.
6. Pengembangan Gerakan dan Perluasan Proses Pengembangan gerakan dan perluasan proses adalah upaya mengembangkan proses kegiatan dan perluasan sasaran. Hal ini juga dimaksudkan untuk memperluas wilayah pembinaan. Informasi tentang kegiatan pembinaan menjadi salah satu faktor yang dapat membantu proses pengembanngan gerakan dan perluasan sasaran. Untuk memperluas sasaran pembinaan, YDBA menginformasikan program pembinaan melalui website dan rekomendasi yang diberikan oleh Grup Astra. UMKM harus berperan aktif untuk memperoleh informasi pembinaan yang dilakukan oleh YDBA. Selain melakukan pembinaan UMKM, pada beberapa kasus, YDBA mengadakan pelatihan yang khusus ditujukan bagi masyarakat, salah satunya adalah pelatihan bagi pemuda-pemuda putus sekolah. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memberikan keterampilan kepada pemuda-pemuda agar dapat mandiri dengan merintis usaha di bidang bengkel motor atau menjadi tenaga mekanik. 14
Untuk memperluas jaringan pembinaan UMKM di daerah, YDBA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Lembaga ini juga bisa dikatakan perpanjangan tangan YDBA di daerah. Sebagai tenaga pelaksana (fasilitator) LPB, YDBA merekrut para pemuda putera-puteri daerah setempat, misalnya para pemuda/pemudi Dayak untuk LPB di Kutai Barat, Kalimantan Timur, begitu juga untuk daerah lainnya. Personil LPB tersebut sebelumnya diberi pelatihan (TOT) oleh YDBA mengenai pembinaan UMKM. Sampai akhir tahun 2009 sudah didirikan sembilan LPB yang tersebar di Aceh Utara, Jakarta, Sidoarjo, Tegal, Gianyar, Mataram, Balangan, Yogyakarta, dan Kutai Barat. Selain LPB, YDBA juga memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah pembiayaan/ modal yang seringkali dialami oleh UMKM. Sistem pinjaman tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu konvensional (sistem bunga) dan syariah (bagi hasil). Sampai dengan 2009 sudah tujuh LKM yang didirikan YDBA yaitu di Tabalong, Balangan, dan Tapin (Kalsel), Barito Timur dan Barito Selatan (Kalteng), Mamuju Utara dan Mamuju (Sulbar). Proses pengembangan gerakan juga diharapkan dilakukan oleh UMKM binaan YDBA. Namun, hal ini belum bisa dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM binaan tersebut. Salah satu contoh adalah ketidaksesuaian jenis usaha yang dijalankan oleh UMKM dengan masyarakat sekitar.
7. Pengembangan dengan Pihak Ketiga Upaya pengembangan jaringan dengan pihak ketiga dilakukan dalam rangka memperluas lingkup pemberdayaan dengan melibatkan pihak-pihak yang dapat mendukung upaya pemberdayaan tersebut. Program pembinaan yang dilakukan oleh YDBA telah mengikutsertakan pihak ketiga di dalamnya. YDBA melakukan kerjasama dengan beberapa pihak seperti Group Astra, perbankan, BUMN, serta BUMS dalam kegiatan pembinaan. Pada program pelatihan, YDBA melakukan kerjasama dengan Group Astra terutama pelatihan bagi UMKM yang mempunyai usaha yang terkait dengan usaha Astra. Contoh kerjasama yang telah dilakukan YDBA dalam pembinaan kepada UMKM Subkon otomotif adalah kerjasama dengan PT Astra Honda Motor (AHM), PT Toyota Astra Motor/PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TAM/TMMIN), PT Astra Daihatsu Motor (ADM), PT Pantja Motor (PM/sekarang PT Isuzu Astra Motor Indonesia/IAMI), dan PT Astra Nissan Diesel Indonesia (ANDI) serta Grup Astra Otopart (AOP). Sedangkan kepada UKM Subkon alat berat YDBA bekerjasama dengan United Tractors Pandu Engineering (UTPE) dan Komatsu Indonesia (KI). Di bidang jasa perbengkelan Roda-2 YDBA bekerjasama dengan PT ASKI (Astra Komponen Indonesia) mengembangkan Bengkel Mitra Aspira. PT ASKI memberikan bantuan interior, eksterior bengkel dan ketersediaan spare parts, sedangkan YDBA memberikan pelatihan baik teknis maupun manajemen. Bengkel-bengkel ini juga merupakan outlet suku cadang Aspira. Dalam rangka memperkuat kerjasama sesama bengkel binaan, dibentuk Koperasi Bengkel Binaan YDBA (KOBBA). Disamping itu YDBA juga bekerjasama dengan AHM mengembangkan Bengkel Mitra Binaan. 15
YDBA bekerjasama dengan lembaga keuangan seperti Astra Mitra Venturan dan beberapa bank untuk memberikan modal bagi UMKM. Untuk mengembangkan program pembinaan, pihak YDBA melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga diikuti pula oleh beberapa perwakilan UMKM binaan. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah bertukar pengalaman dengan lembaga terkait dari masing-masing negara yang diharapkan dapat menciptakan alternatif kegiatan pembinaan UMKM. Sebagai bentuk perluasan pasar, YDBA juga mengikutsertakan UMKM binaannya pada pameran-pameran termasuk pameran yang berskala internasional. Contohnya adalah PT. XYZ yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pameran Indonesian Motor Show yang dilaksanakan setiap tahun. Selama menjadi UKM binaan YDBA, PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pameran baik yang diselenggarakan atas kerja sama YDBA dengan Kementrian Koperasi dan UMKM maupun dengan pihak lain. YDBA juga berperan merekomendasikan PT. XYZ dan UMKM binaan lainnya kepada calon customers. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seorang responden berikut.
YDBA sering mengajak PT. XYZ untuk ikut pameran-pameran. Keikutsertaan pada pameran-pameran tersebut juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan pasar baru karena kita seringkali bertemu dengan calon customers. Tapi ya kita emang harus aktif juga mencari pembeli baru untuk memperluas pasar(Hry, General Manager PT. XYZ).
Selain itu, UMKM juga mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan produknya sekaligus mencari peluang kerjasama bisnis di luar negeri saat mengikuti kunjungan YDBA ke beberapa negara seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. YDBA juga mendirikan Galeri UMKM-YDBA untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM serta sebagai media edukasi bagi masyarakat luas. Galeri ini berada di kantor YDBA, Sunter, Jakarta Utara, berisi produk-produk UMKM binaan terkait bisnis Astra seperti komponen otomotif roda-2 dan roda-4, komponen alat berat, produk olahan kelapa sawit, dan prototipe bengkel sepeda motor, serta tidak terkait seperti kerajinan, batik dan furnitur. Galeri UMKM ini didirikan juga sebagai ruang pamer produk UMKM binaan. Produk-produk yang dipamerkan merupakan produk yang telah memenuhi standar Quality, Cost dan Delivery (QCD), artinya mempunyai kualitas yang baik (Q), memiliki harga yang bersaing (C), serta pengirimannya tepat waktu termasuk jangka waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan (D). 8. Pemantauan dan Evaluasi Terus Menerus Pemantauan merupakan bagian dari pembinaan untuk menilai kesesuaian rencana dan efisiensinya. YDBA melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala pada UMKM binaannya. Kegiatan pemantauan tersebut meliputi pemantauan perkembangan bisnis UMKM binaannya, termasuk kinerja. Pemantauan tersebut juga bertujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan dari UMKM. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan UMKM sesegera mungkin serta dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengembangkan 16
usaha. Monitoring dilakukan setiap enam bulan sekali dan hanya bersifat general atau menyeluruh meliputi kinerja, sumberdaya manusia, produk, dan keuangan. Hasil pemantauan tersebut dipertanggungjawabkan pada manajemen Astra dan didiskusikan pula dengan UMKM binaan yang bersangkutan, walaupun tidak secara detail. YDBA juga melakukan evaluasi pada LPB-LPB yang telah dibentuk. Setiap tahun YDBA melakukan Rapat Kerja (Raker) LPB sekaligus mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, rancangan kegiatan di tahun mendatang, serta perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam proses pengembangan.
Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh YDBA adalah keikutsertaan YDBA dalam proses evaluasi terhadap perkembangan PT. XYZ. Biasanya, audit regular dilakukan oleh pihak Astra Internasional maupun oleh masing-masing UKM yang kemudian dilaporkan kepada YDBA(Hry, General Manager PT. XYZ).
Evaluasi juga dilaksanakan YDBA pada setiap kegiatan pelatihan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan lembar evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar pelatihan yang diberikan pada akhir pelatihan. Hasil dari tes tersebut nantinya akan dibagikan kepada para peserta pelatihan beserta sertifikat pelatihan. Selain evaluasi yang dilakukan oleh YDBA, PT. XYZ juga melakukan evaluasi kepada karyawan yang mengikuti pelatihan. Evaluasi yang dilakukan oleh PT. XYZ melalui Departemen HRD diberikan tiga bulan setelah pelatihan berlangsung. Evaluasi tersebut dilakukan dengan memberikan form penilaian kepada atasan karyawan tersebut untuk menilai kerja mereka sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil evaluasi tersebut akan diserahkan kembali ke Departemen HRD. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penerapan CSR oleh PT. Astra Internasional Tbk. dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan CSR yang langsung dilakukan oleh PT. Astra Internasional Tbk. antara lain Program Sunter Nusa Dua dan bantuan bagi korban bencana alam. Kegiatan CSR yang tidak langsung dilakukan antara lain dilakukan melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). YDBA merupakan sebuah yayasan yang didirikan PT. Astra Internasional Tbk. untuk melakukan pembinaan kepada sejumlah UMKM yang ada di Indonesia. Program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA telah berbasis pemberdayaan masyarakat. Secara keseluruhan, jika diidentifikasi dengan menggunakan delapan instrumen pemberdayaan Verhagen, masing-masing instrumen menunjukkan bahwa program pembinaan UMKM yang dilakukan memiliki tingkat pemberdayaan yang tinggi. Kekurangannya adalah pada pengembangan gerakan dan perluasan proses. Pada proses ini peran UMKM juga diperlukan. Namun, PT. XYZ yang merupakan salah satu UMKM binaan kurang dapat menerapkan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk 17
lanjutan program pembinaan. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian jenis usaha yang dijalankan oleh PT. XYZ, yaitu membuat metal part kendaraan bermotor dengan ma syarakat sekitar. Jenis usaha ini memerlukan sumberdaya dan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh masyarakat.
Saran Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA sudah terarah dan terorganisir, namun YDBA masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kinerja program terutama dengan menambah jumlah Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di daerah. Hal ini disebabkan masih banyak UMKM yang berada di daerah yang mengalami permasalahan baik dalam pelaksanaan usaha maupun pendanaan dan memerlukan kegiatan pembinaan. Bila mengacu pada hasil analisis terhadap pemberdayaan masyarakat, YDBA diharapkan dapat melakukan perbaikan pada beberapa hal. Misalnya, pada identifikasi calon mitra UMKM. Kriteria dari calon UMKM sebaiknya ditetapkan bersama dan didiskusikan dengan UMKM calon binaan. Selanjutnya, YDBA juga perlu melakukan pendampingan secara intensif kepada UMKM binaannya dalam pelaksanaan usaha secara keseluruhan, salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan dalam kegiatan administrasi atau pembukuan. YDBA juga perlu melakukan diskusi-diskusi yang rutin dilaksanakan baik untuk membahas permasalahan yang ada dalam kegitan usaha, memberikan masukan pemecahan masalah, maupun hanya sekedar membicarakan kemajuan usaha dan bertukar informasi. Selain itu, YDBA perlu memotivasi seluruh UMKM binaannya untuk turut serta dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Pada aspek pelaksanaan pelatihan, YDBA diharapkan dapat meningkatkan kuota peserta pelatihan. Peningkatan jumlah tersebut diharapkan akan menambah pula jumlah anggota UMKM yang mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya akan berguna bagi pengembangan usahanya
DAFTAR PUSTAKA Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Asari, Avira Amelia. 2009. Evaluasi Program Gerakan Sanitasi Total Sa- Sukabumi (Gesit Sabumi) Dusun Ciseke, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). 2001. Pola Pembinaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam Rangka OtonomiDaerah.http://www.apkasi.or.id/modules.php?name=News&file=a rticle&sid=109 diakses tanggal 28 Desember 2009 pukul 13.15 Budimanta, Arif et al. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD. 18
Fauziah, Nur Rahmah. 2007. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok Tani Oleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah. 2008.Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan Lingkungan Dalam Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas 2007. http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 Oktober 2009 pukul 10.15 Iqbal, Norpriandi M. dan Oop Sopyan. 2009. Corporate Social Responsibility. http://operedzone.wordpress.com/2009/01/21/corporate-social- cesponsibility-csr/ diakses tanggal 9 November 2009 pukul 16.45 Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Y-Pin Indonesia. Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor Pangkaurian, Nurina. 2008. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek Persero (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soedjono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah Dan Koperasi:Jakarta Saidi, Zaim et al. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan Pola Distibusinya di Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama. Sukada, Sonny et.al. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Konsep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesian Business Link. Sulisto, Suryo B. 2005. Peran UKM Sangat Besar dalam Selamatkan Perekonomian Bangsa. http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.html diakses tanggal 9 November 2009 pukul 17.05 Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik : Fascho Publishing