You are on page 1of 26

Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan

BUMN Melalui Program Kemitraan Pada Usaha Kecil Menengah


(Studi pada CDC-PKBL PT Telkom Wilayah Telekomunikasi Yogyakarta)

JURNAL ONLINE

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2

Program Studi Magister Akuntansi

Disusun oleh:

Restu Kinayomi Widiarti


15/387054/PEK/20604

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

i
ii
Analysis on the Implementation of the Corporate Social Responsibility (CSR) of
State-owned Companies (BUMN) through Partnership Programs with Small
and Medium Enterprises
(A Study in CDC-PKBL of Telkom Co. Ltd. in the Telecommunication Region
of Yogyakarta)

Restu Kinayomi Widiarti


Magister of Accounting, Faculty of Economics and Business,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia
email: restukinayomiwidiarti@gmail.com

Abstract
This research aims to evaluate and analyze whether the CDC-PKBL
partnership program of Telkom Co. Ltd. in the Telecommunication Region of
Yogyakarta has been running effectively and efficiently. Second, it analyzes the role
of CDC-PKBL of Telkom Co. Ltd. in the Telecommunication Region of Yogyakarta
through partnership programs marked by the increasing income that affects the
increasing profit and prosperity of the Small and Medium Enterprises (SME)
partners. For that reason, it is expected that the CDC-PKBL partnership programs
of Telkom Co. Ltd. in the Telecommunication Region of Yogyakarta can run
effectively and efficiently to increase the profit and the prosperity of the SME
partners.
This research used a qualitative approach with a purposive sampling
technique. It means that the selected sample directly involved the implementation
of the Corporate Social Responsibility (CSR) partnership program of Telkom Co.
Ltd. in the Telecommunication Region of Yogyakarta. As many as three informants
were selected from the CDC-PKBL staffs and eight representing partners of 2014-
2016 were selected.
The data of this study were collected through structured interview
techniques, participatory observations, and document tracking supported with
document inspection and confirmation. After being collected, the data were
analyzed and drawn for conclusions to answer the research question.
The results of this research show the effectiveness and efficiency of the
partnership program has been achieved in most indicators. However, it needs
improvement on several indicators such as partner development programs through
coaching and mentoring technology mastery. The CDC-PKBL partnership
program has also been shown to increase the profit and welfare of SME partners
by improving marketing, production volume, new business types and assets.

Keywords: corporate social responsibility (CSR), partnership program, SME,


effectiveness and efficiency

iii
Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan
BUMN Melalui Program Kemitraan Pada Usaha Kecil Menengah
(Studi Pada CDC-PKBL PT Telkom Wilayah Telekomunikasi Yogyakarta)

Restu Kinayomi Widiarti


Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 55281, Indonesia
email: restukinayomiwidiarti@gmail.com

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis apakah


program kemitraan CSR PT Telkom Witel Yogyakarta telah berjalan secara efektif
dan efisien. Kedua, penelitian ini juga menganalisis peran yang dilakukan CDC-
PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta melalui program kemitraan yang ditandai
dengan meningkatnya pendapatan berpengaruh pada peningkatan laba dan
kesejahteraan mitra binaan. Dengan demikian diharapkan program kemitraan CSR
PT Telkom Witel Yogyakarta dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga
dapat meningkatkan laba dan peningkatan kesejahteraan mitra binaan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, dengan
penentuan sample menggunakan teknik purposive sampling. Maksudnya, sample
yang dipilih mempunyai keterlibatan langsung dengan pelaksanaan CSR program
kemitraan PT Telkom Witel Yogyakarta. Untuk itu, dipilih tiga orang informan dari
staff CDC-PKBL dan delapan mitra binaan yang mewakili pada tahun 2014-2016.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara terstruktur,
observasi partisipatif, dan penelusuran dokumen yang didukung dengan inspeksi
dokumen dan konfirmasi. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis, dan
selajutnya ditarik kesimpulan untuk menajawab pertanyaan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan efektivitas dan efisiensi program kemitraan
telah tercapai pada sebagian besar indikator. Namun perlu perbaikan pada beberapa
indikator seperti program pengembangan mitra binaan melalui pembinaan dan
pendampingan penguasaan teknologi. Program kemitraan CDC-PKBL tersebut
juga telah menunjukkan peningkatkan laba dan kesejahteraan UKM mitra binaan
melalui peningkatan pemasaran, volume produksi, jenis usaha baru dan asset.

Kata Kunci: corporate social responsibility (CSR), program kemitraan, UKM,


efektivitas dan efisiensi

iv
PENDAHULUAN performa menyangkut ketiga area
Latar Belakang tersebut.
Corporate Social Responsibility Di negara berkembang,
(CSR) merupakan salah satu philanthropy (kedermawanan) dan
komitmen yang disepakati World pengembangan masyarakat
Summit on Sustainable Development mendominasi penerapan CSR (Haque
(WSSD) di Yosanburg Afrika Selatan et al., 2015), sehingga akan tercipta
pada tahun 2002 untuk mendorong dorongan kemanusiaan yang
seluruh perusahaan di dunia bersumber dari norma dan etika
menciptakan suatu pembangunan yang universal untuk menolong sesama dan
berkelanjutan (sustainable memperjuangkan pemerataan sosial.
development) (Anatan, 2010). Konsep Di negara maju, setiap perusahaan
tanggung jawab sosial, tidak hanya sudah diwajibkan untuk melaksanakan
menuntut terciptanya bisnis efisien CSR dan melaporkannya secara
yang secara ekonomi membawa periodik, sehingga masyarakat dapat
untung besar, melainkan perlu disertai melihat dan menilai pelaksanaan CSR
adanya perilaku bisnis yang setiap perusahaan (Tanudjaja, 2009).
mempertimbangkan etika. Tanggung Berdasarkan UU RI No. 19 tahun
jawab sosial menjadi bagian yang 2003, Badan Usaha Milik Negara
penting dan berlandaskan hukum yang (BUMN) adalah badan yang
tidak dapat terpisahkan dari seluruhnya atau sebagian besar
lingkungan perusahaan, sehingga jika modalnya dimiliki oleh negara melalui
tidak ada, perusahaan tidak akan penyertaan secara langsung yang
berjalan secara berkelanjutan (Ayesha, berasal dari kekayaan negara yang
2015). dipisahkan. Peran BUMN sangat
CSR adalah tanggung jawab penting sebagai pelopor dalam sektor-
perusahaan kepada pemangku sektor usaha yang belum diminati
kepentingan untuk berlaku etis, usaha swasta dan mempunyai peran
meminimalkan dampak negatif dan strategis sebagai pelaksana pelayanan
memaksimalkan dampak positif yang publik, penyeimbang kekuatan-
mencakup aspek ekonomi, sosial dan kekuatan swasta besar, dan turut
lingkungan (triple bottom line) dalam membantu pengembangan usaha
rangka mencapai tujuan pembangunan kecil/koperasi. Dalam undang-undang
berkelanjutan (Wibisono, 2007). tersebut disebutkan besaran dana yang
Triple Bottom Line (TBL) terdiri atas dialokasikan untuk program CSR oleh
3 komponen yaitu: profit, people, pemerintah maksimal sebesar 2% dari
planet. Ketiganya jika dihubungkan keuntungan bersih perusahaan setelah
dengan CSR merupakan pilar yang pajak yang direncanakan dan
mengukur nilai kesuksesan suatu diperhitungkan untuk program
perusahaan dan membuat laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan

1
(Peraturan BUMN, 2016). PT Telkom telah mendapatkan
Berdasarkan UU No. 40 Tahun penghargaan yang bertepatan dengan
2007 pasal 74 tentang Perseroan Hari Koperasi Indonesia 12 Juli 2011
Terbatas yaitu perseroan yang yang diberikan oleh Presiden Susilo
menjalankan kegiatan usahanya di Bambang Yudhoyono yang khusus
bidang dan/atau berkaitan dengan diserahkan kepada Direktur Utama PT
sumber daya alam wajib Telkom, Rinaldi Firmasyah.
melaksanakan tanggung jawab sosial Penghargaan tersebut diberikan atas
dan lingkungan. Undang-undang peran aktif PT Telkom dalam
tersebut diperkuat dengan UU. No. 25 memberdayakan Koperasi dan Usaha
Tahun 2007 Pasal 15b tentang Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
Penanaman Modal yang menyatakan serta aktif dalam melakukan pelatihan
bahwa setiap penanam modal e-commerce bagi pelaku UMKM
berkewajiban melaksanakan tanggung (Telkom, 2011).
jawab sosial perusahaan. PKBL adalah istilah kegiatan CSR
Berdasarkan undang-undang di pada BUMN dimana program tersebut
atas, maka setiap perusahaan harus dikelola oleh suatu unit khusus yang
melakukan tanggung jawab sosial dan disebut dengan Community
lingkungan. Namun, melihat Development Center (CDC) (Wijaya
pelaksanaan Program Kemitraan dan & Yuniati, 2014). PKBL memiliki
Bina Lingkungan (PKBL) BUMN tugas yang berbeda, program
selama ini, terdapat kritikan dan kemitraan merupakan suatu program
penilaian negatif dari berbagai pihak. yang dirancang untuk memberikan
Menurut Wardoyo & Prabowo (2005) bantuan pinjaman modal dan
permasalahan utama UKM ialah pembinaan kepada UKM, sedangkan
lemahnya permodalan, sulitnya bahan bina lingkungan lebih pada bantuan
baku, kurangnya pemasaran, tidak langsung pembenahan lingkungan
pahamnya mengenai manajemen karena bencana alam, pembenahan
produksi dan ketatnya persaingan sarana dan prasarana umum, kesehatan
sehingga UKM sulit untuk masyarakat, dan pelestarian alam
berkembang menghadapi pasar global. (Pratama, 2013). Namun, untuk PT
Kemudian menurut Rosid (2008), Telkom Wilayah Telekomunikasi
kurangnya modal ialah faktor utama Yogyakarta yang selanjutnya
yang paling berperan dan diperlukan penyebutan wilayah telekomunikasi
dalam mengembangkan UKM. Sektor ialah Witel, kegiatan CSR yang
UKM mempunyai kendala dalam dikembangkan secara garis besar lebih
permodalan, karena pada saat akan berfokus pada program kemitraan
memulai usaha dengan modal yang pada UKM. Usaha kecil yang menjadi
terbatas dan rendahnya akses terhadap mitra binaan mencakup usaha kecil
lembaga keuangan. dan koperasi yang memiliki usaha di

2
bidang industri, pertanian, Rumusan Masalah
perkebunan, perdagangan, peternakan, 1. Kelemahan/keterbatasan
perikanan, jasa, kerajinan dan sektor permodalan, sulitnya bahan baku,
lainnya yang tersebar di 34 provinsi di kurangnya akses pemasaran,
Indonesia. kurangnya kemampuan
Menurut Suwarjono (2014), laba manajerial, dan kurangnya
adalah imbalan atas upaya perusahaan kemampuan bersaing menghadapi
menghasilkan barang dan jasa. Hal ini pasar global, serta kurangnya
berarti bahwa laba merupakan ketrampilan usaha yang spesifik.
kelebihan pendapatan di atas biaya Oleh karena itu, perlu adanya
(biaya total yang melekat dalam evaluasi mengenai pelaksanaan
kegiatan produksi dan penyerahan program kemitraan CSR PT
barang/jasa). Oleh karena itu, dapat Telkom Witel Yogyakarta secara
disimpulkan bahwa laba adalah efektif dan efisien.
kelebihan pendapatan di atas biaya 2. Pelaksanaan CSR program
sebagai imbalan menghasilkan barang kemitraan CSR yang efektif dan
dan jasa selama satu periode akuntasi. efisien berperan dalam
Laba merupakan hal yang sangat meningkatkan laba dan
penting bagi UKM, karena laba kesejahteraan UKM mitra binaan.
sebagai objek dalam kegiatan
Pertanyaan Penelitian
perusahaan. Sumber pendapatan UKM
1. Apakah kegiatan corporate social
berasal dari kenaikan laba penjualan
responsibility oleh CDC-PKBL PT
produk barang/jasa yang dihasilkan.
Telkom Witel Yogyakarta melalui
Kelebihan pendapatan tersebut akan
program kemitraan telah dilakukan
berpengaruh pada laba UKM yang
dengan efektif dan efisien?
dapat meningkatkan kesejahteraan
2. Apakah pelaksanaan corporate
UKM dan perekonomian negara.
social responsibility melalui
Kriteria evaluasi atau penilaian
program kemitraan yang dilakukan
bermacam-macam, menurut Dunn
CDC-PKBL PT Telkom Witel
(2003), kriteria-kriteria evaluasi untuk
Yogyakarta berperan dalam
menilai hasil kebijakan tersebut antara
meningkatkan laba dan
lain: efektivitas, efisiensi, kecukupan,
kesejahteraan UKM mitra binaan?
perataan, responsivitas dan ketepatan.
Dalam penelitian ini menggunakan Tujuan Penelitian
kriteria efektivitas dan efisiensi 1. Mengevaluasi dan menganalisis
dengan maksud apakah hasil program apakah program kemitraan CSR
yang diinginkan telah sepenuhnya PT Telkom Witel Yogyakarta
tercapai. telah berjalan secara efektif dan
efisien.

3
2. Menganalisis menganalisis peran masyarakat dan lingkungan yang
yang dilakukan PT Telkom Witel diwujudkan dalam bentuk perilaku
Yogyakarta melalui program transparan dan etis yang sejalan
kemitraan yang ditandai dengan dengan pembangunan
meningkatnya pendapatan yang berkelanjutan dan kesejahteraan
berpengaruh pada peningkatan masyarakat, mempertimbangkan
laba dan kesejahteraan UKM mitra harapan pemangku kepentingan,
binaan. sejalan dengan hukum yang
ditetapkan dan norma-norma
perilaku internasional, serta
TINJAUAN PUSTAKA
terintegrasi dengan organisasi
Definisi Corporate Social
secara menyeluruh.
Responsibility (CSR)
1. Menurut Wibisono (2007) Piramida CSR
mendefinisikan CSR sebagai Konsep ini di gambarkan dalam
tanggung jawab perusahaan sebuah piramida yang masing-masing
kepada pemangku kepentingan tanggung jawab berada dalam sebuah
untuk berlaku etis, meminimalkan lapisan berurutan menurut Carroll
dampak negatif dan (2004). Berikut penjelasan keempat
memaksimalkan dampak positif jenis tanggung jawab perusahaan
yang mencakup aspek ekonomi, yaitu:
sosial dan lingkungan (triple 1. Tanggung jawab ekonomi
bottom line) dalam rangka (economic responsibility)
mencapai tujuan pembangunan Perusahaan harus memiliki nilai
berkelanjutan. tambah ekonomi sebagai prasyarat
2. Menurut World Business Council agar perusahaan dapat terus hidup
for Sustainable Development dan berkembang dengan
(WBCSD) (2000) CSR adalah menghasilkan laba. Lapisan
komitmen berkelanjutan dari suatu pertama ini idealnya menjadi dasar
bisnis untuk berperilaku etis dan utama untuk semua tanggung
berkontribusi bagi pembangunan jawab berikutnya (Matten, 2006).
ekonomi, sekaligus meningkatkan 2. Tanggung jawab hukum (legal
kualitas hidup karyawan beserta responsibility)
keluarganya, serta masyarakat Perusahaan harus taat hukum.
lokal ataupun masyarakat luas. Dalam proses mencari laba,
3. Menurut ISO 26000 dalam perusahaan tidak boleh melanggar
Suharto, (2008), CSR adalah kebijakan dan hukum yang telah
tanggung jawab sebuah organisasi ditetapkan pemerintah. Pendirian
terhadap dampak-dampak dari izin usaha sebagai perwujudan
keputusan-keputusan dan tanggung jawab perusahaan
kegiatan-kegiatan pada sebagai tanggung jawab hukum

4
(Matten, 2006). philantropy. Hal ini karena, pada saat
3. Tanggung jawab etika (ethical itu belum ada ketentuan pasti yang
responsibility) mengatur pelaksanaan CSR di
Perusahaan memiliki kewajiban Indonesia dan juga pemahaman
untuk menjalankan praktek perusahaan-perusahaan Indonesia
bisnisnya dengan baik, jujur dan hanya sekitar tentang pemenuhan
adil. Tanggung jawab etis tuntutan masyarakat saja.
melahirkan harapan umum yang Perkembangan pelaksanaan CSR
diharapkan oleh masyarakat, di Indonesia masih membutuhkan
dimana ekspektasi tersebut di atas perhatian dari pemerintah, masyarakat
ekspektasi tanggung jawab dan perusahaan. Diantara banyak
ekonomi dan hukum (Matten, perusahaan yang ada, diindikasikan
2006). masih banyak perusahaan yang belum
4. Tanggung jawab filantropis menerapkan konsep CSR dalam
(philantropic responsibility) kegiatan perusahaannya, karena
Selain perusahaan harus keberadaan CSR dianggap tidak
memperoleh laba, taat pada memberikan kontribusi positif bagi
hukum, dan berperilaku etis, perusahaan (Mapisangka, 2009).
perusahaan dituntut agar dapat Dalam lingkungan bisnis perusahaan,
memberikan kontribusi yang dapat masyarakat berhak mendapatkan
langsung dirasakan oleh apresiasi. Apresisasi ini diwujudkan
masyarakat. Tujuannya ialah dengan peningkatan kesejahteraan
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan
hidup masyarakat. masyarakat untuk menjaga
kelangsungan perusahaan.
CSR di Indonesia Seiring perkembangan zaman,
Sekitar tahun 1990-an tuntutan banyak perusahaan di Indonesia
masyarakat kepada perusahaan menyadari bahwa CSR sudah
semakin banyak bermunculan dengan seharusnya dijadikan salah satu aspek
derasnya arus globalisasi dan pasar dalam kegiatan bisnis yang tidak
bebas. Pada saat yang bersamaan, isu- hanya bergerak sebagai philantropy,
isu mengenai CSR mulai berkembang namun juga harus bergerak dalam
di Indonesia. Timbulnya isu CSR di bidang policy. CSR tidak lagi
Indonesia juga dapat dikatakan dianggap sebagai bentuk tanggung
sebagai parameter kedekatan era jawab yang hanya dibebankan kepada
kebangkitan masyarakat (civil society) perusahaan sebagai jawaban atas
(Tanudjaja, 2009). Pada awal tuntutan yang diajukan masyarakat
kemunculan di Indonesia, CSR hanya dan sudah sepatutnya CSR dianggap
diartikan sebagai serangkaian kegiatan sebagai bagian dari kebijakan
yang hanya bergerak dalam bidang perusahaan yang berpengaruh pada

5
pembangunan yang berkelanjutan. keuntungan ekonomis yang
memungkinkan untuk terus beroperasi
Triple Bottom Line (TBL) dan berkembang. Menurut Wibisono
Pada tahun 1997, John Elkington (2007), aktivitas yang dapat ditempuh
memperkenalkan konsep Triple untuk mendongkrak profit antara lain
Bottom Line (TBL) sebagai agenda dengan meningkatkan produktivitas
bagi perusahaan untuk tidak hanya dan melakukan efisiensi biaya.
fokus pada nilai-nilai ekonomi, Peningkatan produktivitas dapat
melainkan juga nilai sosial dan diperoleh dengan memperbaiki
lingkungan. Ketiga nilai tersebut manajemen kerja mulai proses
dikenal sebagai 3P yaitu People, penyederhanaan, mengurangi aktivitas
Planet dan Profit. yang tidak efisien, menghemat waktu
Pendefinisian CSR relatif lebih proses dan pelayanan. Sedangkan
mudah dipahami dan dapat efisiensi biaya dapat tercapai jika
dioperasionalkan untuk kegiatan audit perusahaan menggunakan material
dengan mengembangkan konsep TBL sehemat mungkin dan memangkas
dengan menambah satu line tambahan biaya serendah mungkin.
yaitu procedure (Suharto, 2008).
Dalam makalahnya disebutkan 2. Planet (Lingkungan)
gambaran mengenai framework audit Planet adalah lingkungan dari
terhadap program CSR. Aspek-aspek sebuah perusahaan yang terkait
yang terdapat dalam framework audit dengan kehidupan manusia.
dikembangkan menjadi konsep 4P Perusahaan peduli terhadap
yang dirumuskan dalam definisi CSR lingkungan dan keberlanjutan
yaitu kepedulian perusahaan yang keragaman hayati. Beberapa program
menyisihkan sebagian keuntungannya CSR yang berpijak pada prinsip ini
(profit) bagi kepentingan biasanya berupa penghijauan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan hidup, penyediaan sarana
lingkungan (planet) secara air bersih, perbaikan pemukiman,
berkelanjutan berdasarkan prosedur pengembangan wisata dan lainnya.
(procedure) yang tepat dan Menurut Wibisono (2007), sebagian
profesional. Oleh karena itu, menurut besar dari manusia masih kurang
Suharto (2008) konsep 4P tersebut, peduli terhadap lingkungan sekitar.
yaitu: Hal ini disebabkan karena tidak ada
1. Profit (Keuntungan) keuntungan langsung yang akan
Profit adalah unsur terpenting dan diambil didalamnya. Karena
menjadi tujuan dari setiap bentuk keuntungan merupakan inti dari dunia
usaha dan menjadi fokus dari seluruh bisnis dan itu merupakan hal yang
kegiatan, karena perusahaan harus wajar. Maka, manusia sebagai pelaku
tetap berorientasi untuk mencari bisnis hanya mementingkan

6
bagaimana menghasilkan uang Suharto (2008), sebuah program CSR
sebanyak-banyaknya tanpa melakukan harus dilaksanakan sesuai dengan
upaya apapun untuk melestarikan prosedur yang tepat dan profesional
lingkungan. Padahal dengan melalui monitoring dan evaluasi,
melestarikan lingkungan, manusia sehingga dapat menghasilkan
justru akan memperoleh keuntungan kebijakan perusahaan yang
yang lebih, terutama dari sisi terintegrasi dengan program CSR.
kesehatan, kenyamanan, disamping
ketersediaan sumber daya yang lebih Konsep Kemitraan
terjamin kelangsungannya. Kemitraan telah diatur dalam UU
No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil
3. People (Masyarakat Pemangku dan menengah yang kemudian
Kepentingan) digantikan dengan UU No. 20 Tahun
People adalah pemangku 2008 tentang usaha kecil dan
kepentingan perusahaan. Perusahaan menengah (UKM). Dalam penjelasan
harus memiliki kepedulian terhadap umum UU ini, kemitraan adalah
kesejahteraan manusia. Maka dari itu kerjasama dalam keterkaitan usaha,
perusahaan perlu berkomitmen untuk baik langsung maupun tidak langsung,
berupaya memberikan manfaat atas dasar prinsip saling memerlukan,
sebesar-besarnya kepada masyarakat, mempercayai, memperkuat, dan
dan perlu juga disadari bahwa operasi menguntungkan yang melibatkan
perusahaan berpotensi memberi pelaku UKM. Dari pengertian ini
dampak kepada masyarakat. Oleh dapat dikatakan, prinsip kemitraan
karena itu perusahaan perlu untuk adalah adanya pihak yang mempunyai
melakukan berbagai kegiatan yang kedudukan yang sejajar dan pelaku
dapat menyentuh kebutuhan dalam kemitraan ini ialah UKM,
masyarakat. Beberapa program CSR meskipun ketentuan ini tidak
sering dikembangkan oleh perusahaan memberikan penjelasan apa yang
diantaranya pemberian beasiswa bagi dimaksud dengan kerjasama dalam
pelajar di lingkungan sekitar keterkaitan usaha yang tidak langsung.
perusahaan, pendirian sarana
pendidikan dan kesehatan, penguatan Definisi Efektivitas dan Efisiensi
kapasitas ekonomi lokal dan lain Efektivitas
sebagainya. 1. Menurut Mahmudi (2005:92),
efektivitas adalah hubungan antara
4. Procedure (Prosedur) output dan dengan tujuan, semakin
Prosedur adalah tahapan kegiatan besar kontribusi (sumbangan)
dari sebuah perusahaan yang secara output terhadap pencapaian tujuan,
pasti untuk memecahkan suatu maka semakin efektif organisasi,
masalah (KBBI, 2008). Menurut program dan kegiatan.

7
2. Menurut Supriyono (2009:29), bukan merupakan anak perusahaan
efektivitas adalah hubungan antara atau yang bukan cabang perusahaan
keluaran suatu pusat pertanggung yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
jawaban dengan sasaran yang bagian, baik langsung maupun tidak
mesti dicapai, semakin besar langsung, dari usaha menengah atau
kontribusi dibandingkan keluaran usaha besar, serta memenuhi kriteria
yang dihasilkan terhadap nilai antara lain:
pencapaian sasaran tersebut, maka 1. Memiliki kekayaan bersih lebih
dapat diakatan efektif pula unit dari Rp50.000.000-
tersebut. Rp500.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha,
Efisiensi atau
1. Menurut Mulyadi (2007:63), 2. Memiliki hasil penjualan tahunan
efisiensi adalah ketepatan cara lebih dari Rp300.000.000-
(usaha, kerja) dalam menjalankan Rp2.500.000.000.
sesuatu dengan tidak membuang-
buang waktu, tenaga dan biaya. Sedangkan, usaha menengah
Efisiensi juga berarti rasio antara adalah kegiatan usaha ekonomi yang
input dan output atau biaya dan berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
keuntungan. orang perorangan atau badan usaha
2. Menurut Hasibuan (2005:233), yang bukan merupakan anak
efisiensi adalah perbandingan perusahaan atau cabang perusahaan
yang terbaik antara input yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
(masukan) dan output (hasil antara bagian baik langsung maupun tidak
keuntungan dengan sumber- langsung dengan usaha kecil atau
sumber yang dipergunakan), usaha besar dengan jumlah kekayaan
seperti halnya juga hasil optimal atau hasil penjualan tahunan, serta
yang dicapai dengan penggunaan memenuhi kriteria sebagai berikut:
sumber yang terbatas. Dengan kata 1. Memiliki kekayaan bersih lebih
lain hubungan antara apa yang dari Rp500.000.000-
telah diselesaikan. Rp10.000.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha,
Definisi Usaha Kecil Menengah atau
(UKM) 2. Memiliki hasil penjualan tahunan
Menurut Undang-Undang No. 20 lebih dari Rp2.500.000.000-
Tahun 2008 tentang UKM, dalam Rp50.000.000.000.
pasal 1 usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi usaha produktif yang berdiri Seperti definisi di atas, Peraturan
sendiri, dilakukan oleh orang Direktur Human Capital Management
perorangan atau badan usaha yang Perusahaan Perseroan (Persero) PT

8
Telkom Tbk Nomor: Indonesia.
PR.702.02/r.00/PR000/CDC- PT Telkom telah terbagi menjadi 7
A1040000/2016 tentang Pedoman Kantor Telkom Regional dan 58 Witel
Pelaksanaan Operasional Program di seluruh Indonesia. Salah satunya
Kemitraan dan Program Bina ialah PT Telkom Witel Yogyakarta
Lingkungan PT Telkom juga yang beralamat di Jl. Yos Sudarso No.
menjelaskan bahwa usaha kecil adalah 9 Yogyakarta dan mulai beroperasi
kegiatan ekonomi rakyat yang pada tahun 1974. Peran dan tanggung
berskala kecil dan memenuhi kriteria: jawab sosial PT Telkom Witel
a. Kekayaan bersih paling banyak Yogyakarta dilaksanakan salah
Rp500.000.000 tidak termasuk satunya melalui program
tanah dan bangunan atau memiliki pemberdayaan masyarakat dan
hasil penjualan tahunan paling lingkungan atau sering disebut dengan
banyak Rp 2.500.000.000. PKBL, sebagaimana diatur dalam
b. Milik Warga Negara Indonesia Peraturan Menteri BUMN No: PER-
(WNI). 09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli 2015
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan tentang Program Kemitraan dan
anak perusahaan yang dimilikim Program Bina Lingkungan BUMN
dikuasai, atau berafiliasi baik (Annual Report, 2015). Oleh karena
langsung maupun tidak langsung itu, PT Telkom Witel Yogyakarta
dengan usaha menengah atau dalam pemberdayaan masyarakat
besar. secara aktif terlibat melalui
d. Berbentuk usaha orang Community Development Center
perorangan, badan usaha yang (CDC) sesuai Keputusan Direksi
tidak berbadan hukum atau Nomor: KD.18/PS180/COP-
berbadan hukum, termasuk B0030000/2009 tanggal 29 Juni 2009
koperasi. tentang Tambahan Tugas, Wewenang
e. Telah melakukan kegiatan usaha dan Tanggung Jawab Organisasi Pusat
minimal 1 tahun. Pengelolaan Program Kemitraan dan
f. Belum memenuhi persyaratan Program Bina Lingkungan terkait
perbankan (non-bankable). dengan CSR. Posisi strategis tersebut,
CDC mengemban peran antara lain
Deskripsi PT Telekomunikasi sebagai pemegang mandat
Indonesia (Telkom) pelaksanaan PKBL. Namun, dalam
PT Telkom Indonesia selanjutnya penelitian ini, penulis berfokus pada
disebut dengan TELKOM yang kegiatan CSR yang dikelola secara
berpusat di Bandung merupakan langsung oleh CDC PT Telkom Witel
BUMN yang bergerak di bidang Yogyakarta khususnya kegiatan
layanan jasa dan jaringan program kemitraan. Program
telekomunikasi terintegrasi di kemitraan tersebut diikuti oleh mitra

9
binaan yang terdiri dari usaha kecil untuk menjawab kedua pertanyaan
dan menengah di sekitar dimana penelitian mengenai pelaksanaan
perusahaan tersebut berdiri. program CSR PT Telkom Witel
Yogyakarta. Penelitian ini tidak
METODA PENELITIAN bertujuan untuk membandingkan atau
Lokasi dan Objek Penelitian mengukur, tetapi hanya mengkaji
Objek dalam penelitian ini ialah PT fenomena lebih dalam sesuai dengan
Telkom Witel Yogyakarta khususnya keunikan fenomena yang dititik
pada unit CDC yang menjalankan beratkan pada kasus CSR masyarakat
kegiatan CSR melalui program tersebut.
kemitraannya. Untuk mendapatkan
data yang komprehensif dan Sumber Data
mendalam untuk menjawab kedua Data Primer
pertanyaan penelitian, maka penelitian Data primer adalah data utama yang
juga dilakukan pada staff CDC dan diperoleh dari informan atau subjek
pelaku usaha kecil menengah (UKM) penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi mitra binaan PT Telkom penulis mendapatkan data primer
Witel Yogyakarta. melalui wawancara dan pengamatan
langsung dan penelusuran dokumen
Jenis Penelitian kepada narasumber yang dianggap
Penelitian ini merupakan penelitian menguasai bidang terkait dengan
dengan pendekatan kualitatif. penelitian. Data primer ini didapat
Pendekatan kualitatif adalah metode- melalui karyawan CDC PT Telkom
metode untuk mengeksplorasi dan Witel Yogyakarta, dan mitra binaan
memahami makna oleh sejumlah Program Kemitraan PT Telkom Witel
individu atau sekelompok orang
Yogyakarta.
dianggap berasal dari masalah sosial
atau kemanusiaan (Creswell, 2009). Data Sekunder
Peneliti menekankan sifat realita yang Data sekunder adalah data yang
terbentuk secara sosial dan yang sarat diperoleh dari data sumber kedua
akan nilai. Mencari jawaban atas (selain data primer) yang sifatnya
pertanyaan-pertanyaan bagaimana untuk melengkapi informasi dan
munculnya pengalaman sosial dan memperkuat temuan data primer. Data
makna tertentu.
sekunder dalam penelitian ini
didapatkan melalui berita-berita,
Metode Penelitian
artikel-artikel, buku teks, pedoman
Metode studi kasus adalah analisis
pelaksanaan operasional, daftar mitra
kontekstual dan mendalam terhadap
binaan, annual report serta data yang
hal yang berkaitan dengan situasi
sudah diolah dan dipublikasikan oleh
serupa dalam organisasi (Sekaran,
CDC-PKBL PT Telkom Witel
2003). Penelitian akan dilakukan
Yogyakarta.
dengan penyelidikan yang mendalam

10
Teknik Pemilihan Sampel terdokumentasi dari PT Telkom Witel
Penelitian ini menggunakan teknik Yogyakarta.
purposive sampling. Purposive Penelusuran dokumen juga
sampling adalah pemilihan sampel diperkuat dengan melakukan inspeksi
yang dilakukan dengan pertimbangan dokumen dan konfirmasi. Inspeksi
tertentu (Sekaran, 2013:252). dokumen merupakan pemeriksaan
secara rinci terhadap catatan dan
Teknik Pengumpulan Data dokumen yang dibandingkan dengan
Penelitian ini menggunakan tiga kondisi fisik sarana dan prasarana,
teknik pengumpulan data untuk serta mekanisme penunjang program
mendapatkan data yang subtansi kemitraan PT Telkom Witel
dengan permasalahan penelitian. Yogyakarta.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur (Sekaran, Analisis Data
2013:38) adalah hal-hal yang akan Analisis data dalam penelitian ini
ditanyakan sudah ditetapkan mengikuti data dari Miles &
sebelumnya secara rinci dan jelas. Huberman (1984) yang menyatakan
Observasi Pertisipatif bahwa terdapat tiga cara analisis, yaitu
Observasi partisipatif (Sekaran, data reduction, data display, dan
2013:134) adalah proses pengamatan verification/conclusion drawing
melalui pengumpulan data dengan (Sugiyono, 2016:246-253) sebagai
cara berpartisipasi langsung menjadi berikut:
anggota dari kelompok atau organisasi 1. Data reduction adalah memilih
yang sedang diamati. Peneliti tidak hal-hal yang pokok dari jawaban
hanya melihat, tetapi juga mendatangi masing-masing informan dan
objek dengan suatu konsep target, memisahkan data yang tidak
definisi, dan kriteria untuk melukiskan berhubungan dengan penelitian.
kejadian dan instrumennya (Wirawan, Hal ini perlu untuk membantu
2008:150). peneliti menghadapi data yang
Penelusuran Dokumen sangat banyak. Reduksi data dapat
Teknik pengumpulan data melalui dilakukan dengan analisis tematik
penelusuran dokumen ini ialah oleh Braun & Clarke (2006).
mempelajari dokumen dan informasi Analisis tersebut berisi enam
yang valid dan relevan terhadap tahapan, yaitu (1) mengenal data,
penelitian, seperti profil perusahaan, proses ini dilakukan dengan
file-file data, laporan tahunan, jadwal memindahkan hasil wawancara ke
survei, pembayaran angsuran, dalam transkrip untuk setiap
kuesioner calon mitra binaan, wawancara, (2) coding, kode awal
penyaluran dana kepada mitra binaan harus memiliki hubungan tertentu
atau bentuk-bentuk lain yang dengan topik atau pertanyaan

11
penelitian, (3) mengkategorikan sebagai pengecekan data dari berbagai
data berdasarkan tema, proses ini sumber dengan berbagai cara, dan
mengkategorikan tema dengan berbagai waktu. Dalam penelitian ini
melihat kode yang telah dibangun menggunakan triangulasi sumber.
yang memiliki kesamaan untuk Triangulasi sumber menurut Sugiyono
dapat dikelompokkan menjadi satu (2016:274) adalah triangulasi untuk
tema, (4) revieu tema, pada tahap menguji kredibilitas data dilakukan
ini akan menghasilkan peta dengan cara mengecek data yang
tematik untuk dianalisis, (5) diperoleh dari berbagai sumber
menentukan tema, pada tahapan dengan membandingkan hasil
ini tema yang ada didefinisikan wawancara, observasi partisipatif dan
dan selalu dilakukan perbaikan dokumen terkait untuk menunjukkan
jika diperlukan selama analisis, (6) hasil konsistensinya. Dokumen akan
laporan tema. digunakan untuk uji silang hasil
2. Data display adalah penyajian data wawancara, observasi partisipatif
yang dapat dilakukan dalam maupun untuk mendapatkan fakta
bentuk uraian singkat, bagan, baru yang dapat dikonfirmasi pada
hubungan antar kategori, saat wawancara.
flowchart dan sejenisnya dengan
Framework Pengukuran Efektivitas
mengelompokkan jawaban dari
dan Efisiensi Program Kemitraan
tiap-tiap informan berdasarkan
CSR
tema yang sama. Namun, yang
Pengukuran efektivitas dan efisiensi
paling sering digunakan dalam
program CSR mengacu pada dua
menyajikan data dalam penelitian
indikator yaitu (1) ketepatan
kualitatif adalah dengan teks yang
implementasi dan perkembangan
bersifat naratif.
mitra binaan UKM (Pratama, 2013)
3. Verification/conclusion drawing
dan (2) pemanfaatan dana/modal
adalah membuat kesimpulan dan
untuk mitra binaan program kemitraan
verifikasi yang diharapkan dapat
CSR (Machmud, 2015) yang didukung
menjawab pertanyaan penelitian.
oleh PerMen Koperasi dan UKM RI
Dalam penelitian kualitatif
tahun 2015 tentang Pedoman
penarikan kesimpulan masih
Pendidikan dan Pelatihan Bagi
bersifat sementara dan akan
Sumber Daya Manusia Koperasi,
berkembang setelah penelitian
Pengusaha Mikro, Kecil, dan
berada di lapangan.
Menengah. Tabel 3.1 menunjukkan
framework pengukuran efektivitas dan
Validitas Data
efisiensi program kemitraan CSR.
Validitas data akan menggunakan
teknik triangulasi. Menurut Sugiyono Tabel 3.1 Framework Pengukuran
(2016:273), triangulasi diartikan Efektivitas dan Efisiensi Program

12
Kemitraan CSR 1. Ketepatan Pemilihan Calon
Efektivitas ketepatan implementasi Mitra Binaan
A.
dan perkembangan UKM mitra Efektif, karena CDC-PKBL
binaan
Ketepatan pemilihan calon mitra binaan menggunakan metode survei
1.
degan analisis 5C, diperkuat
Ketepatan jumlah pinjaman
2. dengan hasil observasi pasrtisipatif
Ketepatan proses penyaluran dana dan penelusuran dokumen yang
3.
Tata cara penagihan angsuran menyatakan bahwa para informan
4.
Ketepatan pembayaran angsuran membutuhkan bantuan
5. pinjaman permodalan untuk membantu
Peningkatan tenaga kerja meningkatkan kesejahteraan dan
6. omzet bisnis.
Pengembangan mitra binaan melalui
7. pembinaan 2. Ketepatan Jumlah Pinjaman
Efektif, karena tidak hanya
Peningkatan manfaat teknologi
8. berdasarkan pada calon mitra
Peningkatan jumlah pelanggan binaan yang mengajukan pinjaman
9.
Efisiensi pemanfaatan dana/modal menggunakan agunan atau tidak
B.
untuk mitra binaan program menggunakan agunan, namun
kemitraan CSR
Pemanfaatan dana/modal sesuai dengan didukung dengan prospek bisnis
1. tujuan dan memenuhi persyaratan sebagai
Peningkatan kemampuan manajerial UKM mitra binaan. Rata-rata
2. melalui pelatihan pembukuan pinjaman yang disetujui pada 8
Pendampingan untuk akses ke pasar mitra binaan antara Rp20-Rp70
3. melalui pameran/promosi juta.
Pendampingan ketrampilan yang 3. Ketepatan Proses Penyaluran
4. spesifik untuk pengembangan usaha Dana
Pendampingan alternatif sumber Efektif, karena CDC-PKBL
5. pendanaan melalui sosialisasi program melalukan survei lapangan dan
kemitraan
mencocokkan data calon mitra
6. Pendampingan penguasaan teknologi binaan dengan syarat menjadi
mitra binaan. hal ini sudah sesuai
Pendampingan untuk akses informasi
7. dengan kebutuhan para UKM
melalui komunitas
mitra binaan untuk meningkatkan
usaha, sehingga kehidupan
HASIL PENELITIAN DAN ekonomi juga meningkat.
PEMBAHASAN 4. Tata Cara Penagihan Angsuran
A. Efektivitas Ketepatan Belum efektif, karena CDC-PKBL
Implementasi dan hanya melakukan penagihan
Perkembangan UKM Mitra secara door to door dan remaining
Binaan call melalui telepon bagi mitra

13
binaan yang terlambat membayar hanya memperhatikan pelatihan
angsuran tanpa ada denda atau yang baik dengan pemateri yang
sanksi. 8 mitra binaan pernah baik, harus melihat hasil
mengalami keterlambatan pembinaan dari setiap UKM mitra
pembayaran karena binaan yang mengikuti pembinaan
kesalahpahaman informasi yang diharapkan dapat menjadi
pembayaran. Oleh karena itu referensi untuk lebih baik dimasa
CDC-PKBL perlu memperbaiki depan.
pola komunikasi yang lebih 8. Peningkatan Manfaat Teknologi
komunikatif, misalnya melalui Belum efektif, karena dari 8 mitra
sms atau whatsapp. binaan hanya 1 mitra binaan yang
5. Ketepatan Pembayaran mengikuti pendampingan ini.
Angsuran Pinjaman Seharusnya, CDC-PKBL selaku
Belum efektif, karena 100 dari 257 penyelenggara menambah
mitra binaan masih mengalami frekuensi pendampingan ini dan
keterlambatan pembayaran. Oleh melakukan pengawasan yang
karena itu, CDC-PKBL harus lebih intensif bagi UKM mitra binaan
aktif dalam melakukan follow up untuk melakukan teknologi tepat
pada saat pembayarn sudah jatuh guna, sertifikasi produk dan
tempo. standarisasi produk, serta dengan
6. Peningkatan Tenaga Kerja adanya divisi EkBis dapat
Belum efektif, karena peningkatan membantu mendorong
tenaga kerja pada beberapa mitra pengembangan desain inovasi
binaan tergantung pada pesanan teknologi.
produk. Jika pesanan produk 9. Peningkatan Jumlah Pelanggan
banyak para UKM mitra binaan Sudah efektif. Untuk
akan menambah tenaga kerja. meningkatkan penguasaan pasar
CDC-PKBL seharusnya dapat bagi UKM mitra binaan, CDC-
melakukan pendampingan dalam PKBL perlu memberikan
peningkatan produksi dan perhatian khusus untuk UKM
pemasaran, sehingga dapat mitra binaan dalam kemudahan
meningkatkan tenaga kerja yang akses informasi, melaksanakan
dapat membantu mengurangi promosi dan pengembangan
pengangguran di masyarakat. jaringan usaha yang akan
7. Pengembangan Mitra Binaan meningkatkan jumlah pelanggan.
Melalui Pembinaan Hal ini dilakukan untuk
Belum efektif, karena dari 8 mitra melindungi UKM mitra binaan
binaan hanya 2 mitra binaan yang dari persaingan usaha yang tidak
mengikuti pendampingan ini. sehat.
Seharusnya, CDC-PKBL tidak

14
B. Efisiensi Pemanfaatan sederhana untuk memperluas
Dana/Modal untuk Mitra akses permodalan.
Binaan Program Kemitraan 3. Pendampingan untuk Akses ke
CSR Pasar Melalui Pameran/Promosi
1. Pemanfaatan Dana/Modal Belum efisien, perlu ditambah
Sesuai dengan Tujuan frekuensi atau intensitas dalam
Efisien, yaitu selain sebagai pendampingan. Para mitra binaan
tanggung jawab sosial dan berharap adanya pendampingan
lingkungan masyarakat yang penjualan produk, sehingga usaha
ditujukan untuk para UKM mitra mitra binaan semakin meningkat
binaan mitra binaan, juga untuk maju, tangguh dan mandiri dengan
mencari profit. 8 mitra binaan tetap mengutamakan kualitas. Dari
memanfaatkan dana ini untuk 8 mitra binaan, hanya 3 yang
memajukan usaha, misalnya pernah mengikuti pendampingan
membeli bahan baku, pengurusan ini.
perijinan, investasi pembangunan 4. Pendampingan Ketrampilan
toko, sehingga dapat membantu yang Spesifik untuk
meningkatkan perekonomian Pengembangan Usaha
keluarga. Belum efisien karena dari 8 mitra
2. Peningkatan Kemampuan binaan belum pernah mengikuti
Manajerial Melalui Pelatihan pendampingan ini. Kurangnya
Pembukuan pendampingan ini seharusnya
Belum efisien, karena dari 8 mitra menjadi salah satu tema
binaan, yang mendapatkan pendampingan untuk
pelatihan ini hanya 3 mitra binaan. pengembangan UKM mitra
CDC-PKBL tidak ahli dalam binaan. Pendampingan ini secara
bidang tersebut, sehingga tidak langsung akan menentukan
disarankan untuk bekerja sama kesinambungan daya dan dapat
dengan trainer keuangan yang meningkatkan kemampuan tiap-
akan membantu dalam tiap pelaku UKM mitra binaan
penyusunan laporan keuangan agar produksi lancar dan produk
sederhana. Diharapkan para mitra yang dibuat sesuai dengan pesanan
binaan yang awalnya tidak yang tepat waktu dengan kualitas
mengetahui bagaimana cara terbaik. CDC-PKBL harus
membuat laporan keuangan, melakukan pendampingan secara
sekarang mereka dapat melakukan lebih intensif dengan
pembukuan dan melaporkan mendatangkan tenaga ahli yang
perkembangan usaha dalam dapat membantu para mitra binaan
bentuk laporan keuangan dalam mengasah ketrampilan
sesuai dengan bidang usaha

15
masing-masing. C. Peningkatan Laba dan
5. Pendampingan Alternatif Kesejahteraan UKM Mitra
Sumber Pendanaan Melalui Binaan
Sosialisasi Program Kemitraan Pendampingan berupa pameran dan
Belum efisien, karena 8 mitra promosi dapat membantu
binaan mengetahui informasi meningkatkan laba dan kesejahteraan
program kemitraan ini melalui UKM mitra binaan. Pendampingan
teman atau orang lain. Oleh karena tersebut dapat meningkatkan
itu, CDC-PKBL harus lebih aktif pemasaran produk mitra binaan telah
dalam melakukan sosialisasi menjangkau seluruh Indonesia,
program kemitraan pada mitra misalnya untuk produk mukena
binaan sehingga dapat membantu koleksi “Diva Collection” (I-4, L12-
dalam permodalan dan A) sudah menjangkau sampai Batam,
pendampingan usaha kecil Irian Jaya, dan Kalimantan. Begitu
menengah. juga dengan usaha konveksi
6. Pendampingan Penguasaan “Ghaisani” (I-5, L12-B) sudah
Teknologi menjangkau sampai Palembang,
Belum efisien, karena dari 8 mitra Lampung, Jawa Timur, Wonosobo,
binaan, hanya 1 mitra binaan yang Bawang. Bahkan, sebagian mitra
pernah mengikuti pendampingan binaan pemasaran sudah sampai luar
ini. Para mitra binaan sangat negeri. Mitra binaan tersebut
mengharapkan mendapatkan diantaranya adalah memproduksi
pendampingan ini untuk kerajinan kuningan “Walidi Craft” (I-
memajukan usaha mereka dalam 7, L12-D) sudah menjangkau sampai
hal produksi dan pemasaran. Oleh Malaysia, Belanda, dan Italia. Begitu
karena itu CDC-PKBL harus juga dengan mitra binaan yang
bekerja sama dengan tenaga ahli mempunyai industri “Batik Kinanthi”
teknologi untuk membantu para (I-5, L12-C) sudah menjangkau
mitra binaan. sampai Malaysia, Finlandia, Jepang
7. Pendampingan untuk Akses dan Belanda. Oleh karena itu,
informasi Melalui Komunitas jangkauan pasar yang luas
Efisien, karena CDC-PKBL telah berpengaruh pada peningkatan
membantu pendampingan pendapatan dan peningkatan laba.
pembentukan komunitas bagi mitra Jangkauan pasar yang luas tidak
binaan. Mitra binaan menggunakan hanya berpengaruh pada peningkatan
komunitas ini untuk melakukan laba, namun juga berpengaruh pada
sharing mengenai keberhasilan usaha kesejahteraan ekonomi keluarga para
masing-masing, dan informasi UKM mitra binaan. Para mitra binaan
mengenai pameran yang dapat dapat menambah variasi produk yang
menambah pemasaran. dihasilkan, menambah investasi dan

16
menambah usaha baru. Secara umum, a. Kemudahan untuk mengakses
8 mitra binaan mengharapkan CDC- program kemitraan ini.
PKBL PT Telkom Witel Yogyakarta b. Batasan pinjaman modal oleh
lebih aktif mensosialisasikan CDC-PKBL PT Telkom Witel
informasi mengenai program Yogyakarta, menuntut para
kemitraan kepada para UKM, peminjam modal berpikir
sehingga dapat menambah mitra rasional dalam pengajuan
binaan untuk membantu permodalan. besarnya modal usaha sesuai
Selain itu, semua mitra binaan dengan agunan yang diajukan
mengharapkan adanya pameran atau dengan maksimal pinjaman
dibukanya pasar-pasar secara rutin Rp75 juta. Bagi yang tidak
yang dapat meningkatkan usaha menggunakan agunan
sekaligus meningkatkan pelanggan, maksimal hanya Rp20 juta.
sehingga dapat mencapai tujuan c. Adanya toleransi waktu yang
peningkatan kesejahteraan para mitra diberikan CDC-PKBL PT
binaan. Telkom Witel Yogyakarta
dalam pembayaran angsuran
SIMPULAN, KETERBATASAN modal usaha yaitu adanya
DAN SARAN rescheduling (penjadwalan
Simpulan kembali) dan reconditioning
1. Efektivitas dan efisiensi program (penataan kembali).
kemitraan BUMN dalam d. Rendahnya jasa pinjaman
perkembangan UKM mitra binaan modal usaha yang ditetapkan
secara umum berjalan dengan oleh CDC-PKBL PT Telkom
efektif dan efisien, hal ini Witel Yogyakarta.
dibuktikan dengan pelaksanaan e. UKM mitra binaan
program kemitraan yang telah mendapatkan pendampingan
sesuai dengan prosedur program berupa pelatihan
kemitraan yang tepat sasaran dan pengembangan usaha yang
memberikan manfaat positif pada ditekuni.
perkembangan UKM mitra binaan. f. Adanya promosi produk yang
Namun ada beberapa mitra binaan dihasilkan UKM mitra binaan
yang belum mendapatkan melalui pameran di
pendampingan sehingga Yogyakarta maupun diluar
perkembangan usahanya belum Yogyakarta.
efektif dan efisien. Faktor g. Kemudahan akses informasi
pendukung efektivitas dan mengenai pemasaran produk.
efisiensi dari program kemitraan h. Pemanfaatan dana sesuai
yaitu: dengan tujuan perusahaan.

17
2. Pelaksanaan CSR program yang lebih banyak untuk
kemitraan PT Telkom Witel menambah keakuratan data.
Yogyakarta telah berperan dalam Selanjutnya, bagi CDC-PKBL PT
meningkatkan laba dan Telkom Witel Yogyakarta sebagai
kesejahteraan para UKM mitra berikut:
binaan, hal ini dibuktikan dengan 1. Diharapkan untuk lebih
peningkatan omzet, tenaga kerja, meningkatkan sosialisasi program
volume produksi, pemasaran kemitraan sehingga lebih dapat
melalui promosi dan pameran, menyerap para UKM yang ada di
penambahan usaha baru, dan asset. Yogyakarta.
2. Diharapkan untuk lebih
Keterbatasan meningkatkan monitoring dan
1. Penelitian ini hanya berfokus pada pendampingan secara berkala agar
program kemitraan CDC-PKBL dapat mengetahui kondisi
PT Telkom Witel Yogyakarta, dilapangan dan menilai
sehingga generalisasi hasil
bagaimanakah peningkatan usaha
penelitian harus dilakukan secara
berhati-hati. dari mitra binaan dari waktu ke
2. Jumlah sampel mitra binaan yang waktu.
menjadi fokus penelitian ini pada 3. Disarankan untuk memberikan
delapan mitra binaan. Selain itu, fasilitas reward kepada mitra
terdapat keterbatasan akses untuk binaan yang termasuk kategori
melakukan inspeksi dokumen, lancar sebagai tanda pemberian
yaitu pada tiga mitra binaan yang
pengakuan atau labelling atas
dipilih oleh CDC-PKBL PT
Telkom Witel Yogyakarta. perilaku yang baik, agar mitra
3. Terdapat keterbatasan informasi binaan lebih semangat dalam
terkait pencatatan dana program mengembangkan usaha dan
kemitraan CSR, sehingga hal ketepatan dalam pembayaran
tersebut membatasi penelitian ini. angsuran.
4. Diharapkan dapat memberikan
Saran fasilitas kepada UKM mitra binaan
untuk mengikuti pelatihan
Bagi penelitian selanjutnya, yaitu pembukuan untuk peningkatan
sebagai berikut: daya saing dan keunggulan
1. Perluasan objek penelitian, tidak kompetitif.
hanya CDC-PKBL PT Telkom Adapun untuk UKM mitra binaan
Witel Yogyakarta agar hasilnya seharusnya lebih aktif dalam
lebih dapat digeneralisasi dan mengikuti pelatihan pembukuan,
dapat menggali lebih dalam sehingga dapat meningkatkan
mengenai data-data CSR. kemampuan membuat pembukuan
2. Peneliti selanjutnya dapat sederhana dan pemisahan keuangan
mengambil sampel mitra binaan perusahaan dan keuangan pribadi.

18
Oleh karena itu, dapat menilai apakah Elkington, J. 1997. Cannibals With
usahanya mengalami peningkatan Forks: Triple Bottom Line Of
secara signifikan atau tidak yang akan 21st Century Business.
Oxford: Capstone Publishing
mempengaruhi peningkatan daya
Limited.
saing dan keunggulan kompetitif.
Hasibuan, S.P Malayu. 2005.
DAFTAR PUSTAKA Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:
Anatan, Lina. 2010. Corporate Social Bumi Aksara, 233.
Responsibility (CSR):
Tinjauan Teoritis dan Praktik Haque, Mohammed Ziaul,. & Fara
di Indonesia. Jurnal Azmat. 2015. Corporate Social
Manajeman, -: 1-12. Responsibility, Economic
Globalization and Developing
Ayesha, Shakeel. 2015. CSR Practices Countries: A Case Study of
in Asia: Case Studi of The Ready Made Garments
Multinational Companies in Industry in Bangladesh.
SMEs. International Journal Sustainability Accounting,
of Information, Business and Management and Policy
Management 7 (4): 169-176. Journal, Vol. 2: 166-189.

Braun, V., & Clarke, V. 2006. Using Kementerian Badan Usaha Milik
Thematic Analysis In Negara, Peraturan Menteri
Psychology. Qualitative Negara Badan Usaha Milik
Research In Psychology 3, Vol Negara Tentang Program
2: 77-101. Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil
Carrol, Archie B. 2004. Managing dan Program Bina
Ethically with Global Lingkungan, op.cit., ps. 9 ayat
Stakeholders – A Present and (1a).
Future Challenge. Academy of
Management Executive 2, Vol. Machmud, Senen. 2015. Corporate
18: 114-120. Social Responsibility (CSR)
sebagai Alternatif Pendanaan
Creswell, J. W. 2009. Research bagi Pelaku Usaha. Majalah
Desain, Pendekatan Kuliah, Bisnis dan IPTEK, Vol. 8,
Kuantitatif dan No.1:1-12.
Mixed.Diterjemahkan oleh
Achmad Fawaid. 2010. Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. Sektor Publik. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, 92.
Dunn, N. William. 2003. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik. Mapisangka, Andi. 2009.
Gadjah Mada: University Implementasi CSR terhadap
Press. Kesejahteraan Hidup

19
Masyarakat. JESP, Vol.1, No. Edition. Diterjemahkan oleh
1: 39-47. Kwan Men Yon. 2009. Jakarta:
Salemba Empat.
Matten, Dirk. 2006. Why Do Sekaran, Uma & Roger Bougie. 2013.
Companies Enggage in Research Methods for
Corporate Social Business A Skill Building
Responsibility? Background, Approach, 6th Edition. United
Reasons and Basic Consept, Kingdom: John Willey & Sons
dalam Judith Hennigfield, Ltd. Page: 38, 134, 252.
Manfred Polh dan Nick
Tolhurst. The ICCA Hanbook Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
on Corporate Social Kuantitatif, Kualitatif, dan
Responsibility. John Wiley & R&D. Bandung: Alfabeta.
Sons, Ltd. England.
Suharto, Edi. 2008. Corporate Social
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan Responsibility: Konsep dan
dan Pengendalian Perkembangan Pemikiran.
Manajemen. Jakarta: Salemba Makalah Pembicara Workshop
Empat, 63. Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, PUSHAM-UII
Pratama, Maulana Agung. 2013. Yogyakarta, 6-8 Mei dalam
Analisis Efektivitas Corporate implementasi tanggung jawab
Social Responsibility dalam sosial perusahaan (CSR) PT
Program Kemitraan Badan Unilever TBK DIY.
Usaha Milik Negara (Studi
Kasus pada Perkembangan Suharto, Edi. 2008. Menggagas
UMKM Mitra Binaan PT. Standar Audit Program CSR:
Perkebunan Nusantara VII Implementasi UU Perseroan
Unit Usaha Rejosari). Jurnal Terbatas, Asosiasi Auditor
Natapraja, Vol. 1, No.1: 105- Internal (AAI). Disampaikan
113. pada 6th Round Table
Discussion, 27 Maret 2008,
PT Telkom. 2015. Annual Report: Financial Club Jakarta.
Membangun Masyarakat
Digital Indonesia. Bandung: Supriyono, R. A. 2009. Sistem
PT Telkom. Pengendalian Manajemen.
Yogyakarta: BPFE, 29.
Rosid, Abdul. 2008. Modul
Manajemen UKM MITRA Suwarjono. 2014. Teori Akuntansi
BINAAN: Koperasi dalam Perekayasaan Pelaporan
Pembangunan Sosial dan Keuangan, edisi ketiga.
Ekonomi. Jakarta: Mercu Yogyakarta: BPFE.
Buana.
Tanudjaja, Bing Bedjo. 2009.
Sekaran, Uma. 2003. Research Perkembangan Corporate
Methods for Business, 4th Social Responsibility di
Indonesia. Journal Universitas

20
Kristen Petra, hal: 92-98. World Business Council for
Sustainable Development
Telkom. 2011. Kiprah Telkom (WBCSD). 2000. Corporate
Memberdayakan UMKM Social Responsibility: Making
Mendapat Apresiasi dari Good Business Sence. World
Pemerintah. Diakses pada 9 Business Council for
Februari 2017. Online. Sustainable Development.
http://www.telkom.co.id/kipra ISBN 2-94-024007-8.
h-telkom-memberdayakan-
umkm-mendapat-apresiasi-
dari-pemerintah.html.

UU RI No. 19 Tahun 2003 tentang


BUMN. Online. Diakses pada
6 September 2016.
https//www.komisiinformasi.g
o.id.pdf.

Wardoyo & Hendro Prabowo. 2005.


Kinerja Lembaga Keuangan
Mikro bagi Upaya Penguatan
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah di Wilayah
Jabodetabek. Proceeding
Seminar Nasional PESAT 23-
24 Agustus 2005. Jakarta:
Universitas Gunadarma

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah


Konsep & Aplikasi CSR.
Gresik: Fascho Publising.
Wijaya, Ivan Rahman & Tri Yuniati.
2014. Implementasi Program
Kemitraan dan Bina
Lingkungan Usaha Sarung
Tenun oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen, Vol.3, No.4: 1-
15.

Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim


Organisasi, Teori, Aplikasi
dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat.

21
22

You might also like