You are on page 1of 19

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No.

2 (2013)

PENGARUH PENGUNGKAPANCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
Widya Yani

iniwidya@gmail.com

Wahidahwati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of Corporate Social Responsibility disclosure to the Return on
Equity and Stock Return in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange.
Quantitative research is the type of research which is used in this research by emphasizing on the research
variable test with figures and by performing data analysis with statistics procedures. Independent variable which
is applied in this research is the Corporate Social Responsibility. The dependent variables apply Return on
Equity and Stock Return.The samples of this research are the secondary data from the Indonesia Stock Exchange
which is the annual report of manufacturing companies which are listed in 2009-2011. The samples are selected
by using purposive sampling method with the determined criteria. As much as 26 companies per years or 78 per
firm years are selected by using the above criteria.The simple linear regression analysis is applied in this research
with statistics t test as hypothesis. Based on the result of t test between CSR and ROE variable are found to have
significant value as much as 0.032 which means the first is accepted. The result of t test between CSR and Stock
Return variable are found to have significant value as much as 0.038 which means the second hypothesis is
accepted. The result of this research indicates that the implementation of Corporate Social Responsibility has
significant positive influence to the Return on Equity and Stock Return. This condition describes the disclosure
of Corporate Social Responsibility is getting better which reflects the company performance is getting better as
well.
Keywords: corporate social responsibility, return on equity, stock return.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility
terhadap Return On Equity dan Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menekankan pada
pengujian variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility.
Sedangkan untuk variabel dependen menggunakan Return On Equity dan Return saham.Sampel
penelitian ini adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia yaitu annual report perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada tahun 2009-2011. Sampel diambil dengan metode purposive sampling
dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari kriteria di atas diperoleh sampel sebanyak 26 perusahaan
per tahun atau 78 firm years.Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana, dengan
uji statistik t sebagai pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji t antara variabel CSR dengan ROE
diketahui nilai signifikansi sebesar 0,032 yang berarti hipotesis pertama diterima. Sedangkan untuk
hasil uji t antara variabel CSR dengan Return Saham diketahui nilai signifikansi sebesar 0,038 yang
berarti hipotesis kedua diterima. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
Corporate Social Responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity dan Return
Saham. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin baik pengungkapan Corporate Social Responsibility
mencerminkan semakin baik kinerja perusahaan.
Kata kunci: corporate social responsibility, return on equity, return saham.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

PENDAHULUAN
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak
hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga kepada golongan
masyarakat luas yang lain. Badan usaha yang besar merupakan lembaga masyarakat untuk
bekerja sama dalam menjalankan visi misi perusahaan berskala besar.
Sudah sewajarnya bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Tentunya manajemen perusahaan tersebut
berusaha sekeras mungkin agar memperoleh keuntungan perusahaan sebanyakbanyaknya.
Terkadang mereka tidak memperdulikan bagaimanapun caranya. Pada industri manufaktur
contohnya, mereka pasti akan mencari sumber daya bahan semurahmurahnya untuk
meringankan biaya tanpa memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan.
Dewasa ini berbagai isu mengenai pemanasan global dengan segala musibah dan
bencana alam yang terjadi seharusnya menjadi sebuah peringatan bahwa kita harus menjaga
kelestarian alam. Tidak hanya mengambil manfaat namun juga memberikan perhatian yang
lebih untuk kehidupan selanjutnya.
Disamping itu, masyarakat sekarang juga lebih pintar dalam memilih produk yang
akan mereka konsumsi. Mereka cenderung untuk memilih produk yang diproduksi oleh
perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan atau melaksanakan CSR. Survey yang
dilakukan Booth Harris Trust Monitor pada tahun 2001 (dalam Sutopoyudo, 2009)
menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh
perusahaan dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility, antara lain produk semakin
disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor.
Eipstein dan Freedman (1994), (dalam Anggraini, 2006:4), menemukan bahwa investor
individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk
itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial,
lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa
faktor lingkungan dan faktor sosial memiliki pengaruh yang lebih besar dari faktorfaktor
yang justru berkaitan erat dengan perusahaan dalam hal ini citra dari perusahaan dan brand
image.
Dalam proses pengambilan keputusan investasi, investor cenderung memilih
berinvestasi pada perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, praktek terhadap
karyawan yang baik, peduli terhadap dampak lingkungan dan memiliki tanggung jawab
sosial perusahaan dengan stakeholder. Pernyataan ini didasarkan pada suatu pemikiran
bahwa perusahaan dengan kriteria diatas memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dengan stakeholder, memiliki visi yang jauh ke depan dan mampu mengenali warning signals.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat mendeteksi dan lebih peka terhadap setiap
masalah dan ancaman yang terjadi dan dengan cepat mengambil peluang yang ada.
Corporate Social Responsibility merupakan penerapan dari konsep sustainable
development. Sustainable development dapat didefinisikan sebagai pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan generasi sekarang, tanpa mengurangi kemampuan generasi
selanjutnya untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan dari sustainable development adalah
membuat keputusan dan menjalankan program dan proyek dalam sebuah tindakan yang
memberikan keuntungan maksimal terhadap lingkungan alam, makhluk hidup serta budaya
dan komunitas mereka sambil tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan
(Hansen dan Mowen, 2005:492)
Nugroho (dalam Dahlia dan Siregar, 2008:2) Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

saham (Shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis,
yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Dengan
masuknya konsep CSR ini telah membuat banyak perusahaan mengubah strategi bisnisnya
dari single bottom line (profit), menuju triple bottom line(profit, people, planet). Pengembangan
programprogram sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan,
pembangunan masyarakat (community development), beasiswa dan sebagainya.
Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang
dilakukan perusahaan di dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya,
melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan
atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 UndangUndang
Perseroan Terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dengan
adanya ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada
masyarakat.
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam UndangUndang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1)
yang menyatakan : Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan
perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup,
diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima
ratus juta rupiah. Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan : Barangsiapa yang karena
kesiapannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak seratus juta rupiah
Selain itu, berdasarkan UU Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 dan 34
disebutkan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan CSR akan dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan
usaha, dan yang terakhir adalah pencabutan izin kegiatan.
Dalam Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variabel ROE sebagai
proksi dari kinerja keuangan. Hal ini berarti ada dampak produktif yang signifikan antara
aktifitas CSR yang dilakukan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
secara empiris apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Sedangkan kontribusi dari penelitian ini adalah untuk memberikan
pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan agar lebih meningkatkan
tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan sosial, serta memberikan gambaran
mengenai pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga pemerintah dapat
menindaklanjuti pengesahan UU PT, dengan mewajibkan semua perusahaan lain di
Indonesia untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dengan alasan bahwa perusahaan manufaktur banyak melibatkan proses dan
integrasi komponenkomponen suatu produk. Frekuensi berhubungan dengan masyarakat
yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur lebih banyak dari sektor usaha lainnya.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

Banyaknya interaksi dengan masyarakat inilah yang membuat perusahaan manufaktur


mempunyai pengaruh luas bagi masyarakat baik sebagai pemegang saham maupun
masyarakat sekitar perusahaan. Sehingga tindakan manajemen mengenai penerapan
Corporate Social Responsibility selalu menjadi perhatian.
Dalam penelitian ini pengungkapan Corporate Social Responsibility akan dihubungkan
dengan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini
diproksikan dengan Return On Equity dan Return Saham. Kedua rasio keuangan ini
dianggap mewakili kinerja perusahaan dan kinerja pasar.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Teori Agensi (Agency Theory)
Prinsip utama teori ini pada dasarnya menyatakan hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (prinsipal) yakni pemilik atau pemegang saham dengan pihak yang
menerima wewenang (agen) yakni manajemen atau pengelola. Jensen dan Mekling (1976)
menyatakan hubungan keangenan adalah suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama
mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan
kepada agen.
Teori agensi mengansumsikan bahwa setiap individu bertindak atas kepentingan
mereka sendiri sehingga seringkali terdapat kemungkinan konflik dalam hubungan
prinsipal dan agen, dimana konflik tesebut timbul sebagai akibat kepentingan yang saling
bertentangan (conflict of interest)
Pertentangan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat menimbulkan
permasalahan dalam agency theory yang dikenal sebagai asymmetric Information yakni
ketidakseimbangan informasi karena pihak agen berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dalam hal
ini dapat menimbulkan kecenderungan bagi pihak agen untuk menyembunyikan informasi
mengenai kinerja perusahaan.
Dengan adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka perusahaan
harus menanggung agency cost yakni biaya monitoring (monitoring cost), biaya bonding
(bonding cost) dan biaya kerugian residual (Jensen dan Meckling, 1976)
Dalam kaitannya dengan pengungkapan tanggung jawab sosial terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial yakni biaya pengawasan
(monitoring cost), biaya kontrak (contracting cost), dan visibilitas politis. Berdasarkan teori
agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah
cenderung akan melaporkan laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan
biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan
reputasi perusahaan di masyarakat). Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban,
manajer sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, dalam
hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan (Fahrizqi,
2010)
Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat
baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat
dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan oleh
Budimanta dkk. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi,
dan kepentingan terhadap perusahaan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

Istilah stakeholder dari definisi Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007)
menyatakan bahwa stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan
yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para
stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lainlain.
Stakeholder Theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder
(shareholder, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).
Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) mengatakan bahwa kelangsungan hidup
perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari
sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Makin powerful
stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial
dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dan stakeholdernya.
Menurut The Clarkson Centre of Business Ethics (dalam Ghozali dan Chariri, 2007)
stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu primary stakeholders dan
secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti misalnya
investor, kreditor, karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga termasuk
kedalam golongan primary stakeholders walaupun secara tidak langsung mempunyai
hubungan secara ekonomi, namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat nonkontraktual. Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders, dimana sifat hubungan
keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi
tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh secondary stakeholders adalah media dan
kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh dan sebagainya.
Perkembangan teori stakeholder membawa perubahan terhadap indikator kesuksesan
perusahaan. Hal tersebut tercermin dengan munculnya paradigma Triple Bottom Line.
Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Menurut Deegan (dalam Gray et al., 1995) teori legitimacy menegaskan bahwa
perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan
norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan perusahaan berada, dimana mereka
berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar
sebagai suatu yang sah.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Haniffa et al., (dalam Sayekti dan
Wondabio, 2007) yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat
untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan
menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan.
Haniffa et al., (dalamSayekti dan Wondabio, 2007) menyatakan teori legitimacy ini sangat
berkaitan dengan kinerja keuangan dan tanggungjawab sosial yaitu apabila terjadi
ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka
perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan.
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimacy
adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan Sethi (dalam
Ghozali dan Chariri, 2007) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial yaitu
Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui
kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan kepada

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial, politik kepada kelompok sesuai
dengan power yang dimiliki
Lindblom (dalam Gray et al., 2005) menyatakan bahwa teori legitimacy merupakan
suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan
sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya.
Ketika suatu perbedaan yang nyata atau yang potensial ada antara kedua sistem nilai
tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
Corporate Social Responsibility
Definisi yang dikemukakan oleh Darwin (dalam Anggraini, 2006) menyatakan bahwa
pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah mekanisme
bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang
melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum.
Versi lain mengenai definisi CSR dinyatakan oleh World Bank (Wibisono, 2007:7)
Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan
karyawan dan komunitas masyarakat umum dengan cara yang baik bagi perusahaan dan
juga baik bagi pembangunan.
Definisi terbaru mengenai CSR dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Internasional
yakni ISO 26000 yang disahkan sejak November 2010 mendefinisikan sebagai berikut:
Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on
society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to
sustainable development, health, and the compliance with aplicable law and consistent with
international norms of behaviour: and is integrated throughout the organization and practiced
in its relationship
Tanggungjawab organisasi untuk dampak keputusan dan kegiatan pada masyarakat
dan lingkungan, melalui transparansi dan etika pelaku yang memberikan pembangunan
berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhitungkan harapan
stakeholder sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku
internasional, dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam hubungannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita tarik suatu kesimpulan mengenai definisi CSR
yaitu suatu mekanisme proses bisnis perusahaan yang mengintegrasikan aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan dalam aktivitasnya sebagai salah satu upaya meningkatkan
pertumbuhan berkelanjutan.
Dauman dan Hargreaves (dalam Fahrizqi, 2010) menyatakan bahwa tanggungjawab
perusahaan (CSR) dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut:
1. Basic Responsibility (BR). Pada level pertama menghubungkan tanggungjawab yang
pertama dari suatu perusahaan yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut
seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum,memenuhi standar
pekerjaan dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggungjawab pada level ini tidak
dipenuhi akan menimbulkan dampak yang serius.
2. Organization Responsibility (OR). Pada level kedua ini menunjukkan tanggungjawab
perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti pekerja, pemegang
saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Sociental Responsibility (SR). Pada level ketiga ini menunjukkan tahapan ketika interaksi
antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga
perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan
apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

PengungkapanCorporate Social Responsibility


Pertanggungjawaban sosial diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability
Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi,
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Sustainability Reporting meliputi
pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi
(ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006).
Menurut Susanto (2007:14), pengungkapanCorporate Social Responsibility memberikan
berbagai manfaat yaitu:
1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility secara konsisten
akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari
berbagai aktifitas yang dijalankannya. Corporate Social Responsibilityakan mendongkrak
citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi
perusahaan. Manakala terdapat pihakpihak tertentu yang menuduh perusahaan
menjalankan perilaku serta praktikpraktik yang tidak pantas, masyarakat akan
menunjukkan pembelaannya. Karyawanpun akan berdiri di belakang perusahaan,
membela institusi tempat mereka bekerja.
2. Corporate Social Responsibility dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu
perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula
ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan
kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.
3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada
perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya
upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas,
sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan
perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktifitas.
4. Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility secara konsisten menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihakpihak yang selama ini berkontribusi
terhadap lancarnya berbagai aktifitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini
mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan
dengan perusahaan.
5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide
(2001), yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang konsisten menjalankan program Corporate Social Responsibility sehingga
menjadi reputasi yang baik.
6. Insentifinsentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnnya.
Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan
program Corporate Social Responsibility.
Di Indonesia, praktek akuntansi pengungkapan pertanggungjawaban sosial diatur
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) no. 1 Paragraf 9, yang menyatakan bahwa : Perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap bahwa pegawai sebagai

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. PSAK tersebut tidak secara
tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggungjawab sosial mereka.
Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur, sehingga untuk pelaporan
tanggung jawab sosial diserahkan kepada masingmasing pihak pengelola perusahaan.
Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi halhal yang berkaitan dengan pelaporan
sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global Reporting
Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori
perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan
berkomitmen untuk terusmenerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia
(www.globalreporting.org). Indikatorindikator yang terdapat di dalam GRI yang
digunakan dalam penelitian yaitu :
1. Indikator Kinerja Ekonomi (Economic Performance Indicator)
2. Indikator Kinerja Lingkungan (Environment Performance Indicator)
3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (Labor Practices Performance Indicator)
4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (Human Rights Performance Indicator)
5. Indikator Kinerja Sosial (Social Performance Indicator)
6. Indikator Kinerja Produk (Product Responsibility Performance Indicator)
Tingkat pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility menggambarkan
aktivitas CSR yang telah dilakukan perusahaan. Tingginya tingkat pengungkapan kinerja
CSR menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian dan tanggungjawab yang tinggi
terhadap lingkungan sosial.
Kinerja Perusahaan
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian
prestasi atau kinerja perusahaan diukur karena dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Terdapat beberapa definisi kinerja seperti yang dijelaskan oleh Helfert (1996:97)
bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dapat dijadikan
sebagai indikator dari baik buruknya implementasi suatu keputusan manajemen
perusahaan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan intern maupun ekstern
melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan
keuangan perusahaan.
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut
(Munawir, 2002:2)
Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi
aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/pendapatan yang telah dicapai,
bebanbeban tetap yang harus dibayar, serta nilainilai buku tiap lembar saham perusahaan
yang bersangkutan.
Menurut Helfert (1996) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah hasil dari banyak
keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Kinerja keuangan
digunakan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu. Ukuran
keuangan juga dilengkapi dengan ukuranukuran non keuangan yang menunjukkan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost efectiveness proses bisnis dan produktifitas serta
komitmen dari tiap personal untuk menentukan kinerja keuangan di masa yang akan
datang.
Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan ukuranukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur
kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban.

Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri dinilai


sangat relevan dalam persaingan industri. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan
perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan namun juga faktor
eksternal perusahaan. Salah satu indikator penting yang digunakan dalam persaingan industri
adalah daya tarik bisnis (Bussines Attractiveness). Indikator ini dapat diukur dengan rasio
profitabilitas industri seperti Return on Equity dan kinerja pasar yang diproksikan dengan
Return saham.
Return On Equity
Salah satu kepentingan utama pemilik perusahaan adalah
ingin mengetahui
bagaimana kinerja yang dicapai oleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Kinerja
tersebut dapat diperoleh melalui laba bersih yang diperoleh perusahaan. Return on Equity
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat hasil investasi yang
dilakukan investor dengan membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri, rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri untuk menghasilkan laba
bersih. Artinya dengan rasio ini investor dapat mengukur tingkat keuntungan perusahaan
dibandingkan dengan modal sendiri.
Menurut Prihadi (dalam Adhy, 2011) menyatakan bahwa ROE dapat memberikan
beberapa gambaran mengenai perusahaan antara lain :
1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitability)
2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (Asset Management)
3. Hutang yang dipakai untuk melakukan usaha (Financial Laverage)
Semakin banyaknya perusahaan dalam satu industri maka dapat berpengaruh terhadap

kecilnya pangsa pasar sehingga berdampak pada kecilnya nilai ROE sebagai indikator
profitabilitas. Begitu pula sebaliknya sedikit perusahaan dalam satu industri maka dapat
berpengaruh terhadap besarnya pangsa pasar sehingga berdampak pada besarnya
profitabilitas. Perusahaan yang memiliki profitabilitas lebih tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki posisi lebih kuat dimata konsumen serta memiliki efisiensi
pengelolaan biaya yang lebih baik.
Return Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor
membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham
perusahaan tersebut. (Anoraga dan Pakarti, 2001:58)
Arwanta dan Gantyowati (2004:29) menyatakan bahwa, harga saham adalah harga
pasar (market value) saham yang berlaku dalam pasar modal pada saat itu. Dalam proses
penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan harga (price). Nilai adalah nilai
intrinsik yang merupakan nilai nyata (true value) suatu saham yang ditentukan oleh
beberapa faktor fundamental perusahaan.
Dalam pasar modal yang efisien, harga-harga saham mencerminkan semua informasi
yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru. Salah satu informasi
tersebut adalah informasi tentang laba perusahaan yang diterbitkan melalui laporan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

10

keuangan. Implikasinya adalah harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan
akan bereaksi terhadap informasi laba.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan
akan terjadi dimasa mendatang.
Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Dalam penelitian ini, return yang digunakan adalah return realisasi atau yang sering
disebut dengan actual return.Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang
dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
yang merupakan return yang diharapkan dimasa yang akan datang oleh para investor.
Pendapatan dalam investasi saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, meliputi capital
gain/loss yang sering juga disebut actual return.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap ROE.
Perusahaan yang melakukan pengungkapan aktivitas CSR memiliki tingkat
pengungkapan lebih luas dibandingkan dengan perusahaanperusahaan yang tidak
mengungkapkan aktivitas CSR. Semakin luas informasi yang diberikan melalui
pengungkapan tersebut maka semakin memberi sinyal positif kepada pihakpihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan baik stakeholder maupun shareholder. Mereka dapat
memperoleh lebih banyak informasi mengenai perusahaan. Hal ini dapat menambah
kepercayaan stakeholder dan shareholder yang ditunjukkan dengan diterimanya produk
produk perusahaan sehingga akan meningkatkan laba dan ROE perusahaan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Balbanis, Phillips dan Lyall dalam Dahlia
dan Siregar (2008) menjelaskan bahwa Corporate Social Responsibility berkorelasi positif
dengan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Penelitian Heal dan Gareth (dalam Adityo, 2011) menunjukkan bahwa aktifitas CSR
dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan, memberikan
kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan
keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. CSR memberikan kontribusi bagi
perusahaan dalam menciptakan laba. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1:Pengungkapan aktivitas Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap ROE
(Return On Equity)
Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Rit.
Dalam melakukan investasi di sebuah perusahaan investor menggunakan informasi
informasi yang terdapat dalam laporan tahunan selain laporan keuangan sebelum
memutuskan untuk berinvestasi. Laporan tahunan juga menjadi salah satu pedoman bagi
investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Pengungkapan CSR yang

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

11

dilakukan oleh perusahaan akan semakin memperluas pengungkapan dalam laporan


tahunan. Hal ini merupakan sinyal positif yang diberikan perusahaan kepada investor.
Makin luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan menambah informasi
yang diterima oleh investor. Semakin luasnya informasi yang diterima investor akan
meningkatkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi tentunya investor akan memberikan respon yang positif terhadap
perusahaan berupa pergerakan harga saham yang cenderung naik.
Menurut Almilia dan Wijayanto dalam Dahlia dan Siregar (2008), perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui
fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika
perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para
investor terhadap perusahaan tersebut.
Dengan demikian tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan
berpengaruh pada pergerakan harga saham yang cenderung naik pada gilirannya juga akan
mempengaruhi volume saham yang diperdagangkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 :Pengungkapan aktivitas Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap
return saham.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2009-2011, (2) Perusahaan mempublikasikan aktivitas CSR dalam annual
report untuk periode 2009-2011, (3) Data perusahaan yang tersedia lengkap mengenai return
on equity dan return saham.Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 26 perusahaan.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
Corporate Social Responsibility
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan Corporate Social Disclosure Index (CSDI)berdasarkan pengungkapan CSR yang
dipublikasikan pada laporan tahunan. Informasi mengenai Corporate Social Disclosure Index
(CSDI) yang akan digunakan berdasarkan Global Reporting Initiatives(GRI). Total item yang
diungkapkan adalah 78. Perhitungan indeks CSDI dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian yang diungkapkan
oleh perusahaan diberikan nilai 1 dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Hanifa dkk, (2005)
dalam Sayekti dan Wondabio (2007). Data pengungkapan 78 item dapat dilihat pada
lampiran 1.
Selanjutnya skor dari keseluruhan item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan
skor untuk setiap perusahaan.Rumus perhitungan CSDI adalah sebagai berikut :

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

12

Dimana :
CSDI j
nj
Xij

: Corporate Social Disclosure Index perusahaan j


: Total keseluruhan item untuk perusahaan j, nj= 78
: Jumlah item yang diungkapkan perusahaan,
1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan. Dengan
demikian, 0 < CSDIt >1

Variabel Dependen
a. Return On Equity
Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau return on
equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain
pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan
keuntungan. (Riyanto,1998:44) Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas
modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak
perseorangan atau income tax (EAT=earning after tax). Sedangkan modal yang diperhitungkan
hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan.
Dalam penelitian ini ROE dihitung dengan menggunakan rumus net income/total equity
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rumus perhitungan ROE dengan metode
net income/total equity adalah :

b. Return Saham
Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal
investasi. Pendapatan dalam investasi saham ini meliputi keuntungan/kerugian jual beli
saham. Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi dan return ekspektasi.
Dalam penelitian ini akan menggunakan return realisasi dikarenakan return realisasi
merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Perhitungan
return saham menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :
Rit
Pit
Pit1

: Return saham perusahaan


: Harga saham penutupan pada periode saat ini
: Harga saham penutupan pada periode sebelumnya

Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan dua persamaan regresi yang berbeda, yaitu :
(1) ROE = + CSDI +
(2) Rit = + CSDI +

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

13

dalam hal ini:


ROE
Rit
CSDI

: Return On Equity.
:Return Saham.
: Corporate Social Disclosure Index.
: Konstanta
: Error

Persamaan regresi 1 akan digunakan untuk menguji apakah mekanisme corporate social
responsibility berpengaruh terhadap return on equity(H1).
Persamaan regresi 2 digunakan untuk menguji apakah apakah mekanisme corporate
social responsibility berpengaruh terhadap return saham (H2).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
corporate social disclosure index, return on equity dan return saham.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CSDI

78

.13

.47

.2188

.08261

ROE

78

-3.73

3.24

.0878

.68575

Rit

78

-7.00

.96

.0813

.97932

Valid N (listwise)

78

Tabel 1diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel penelitian dengan jangka waktu
observasi selama 3 tahun adalah sebanyak 78 sampel. Variabel CSDI memiliki nilai minimum
0,13 dan nilai maksimum 0,47. Nilai rata-rata CSDI adalah 0,2188 dengan standar deviasi
0,08261. Sedangkan variabel ROE memiliki nilai minimum -3,73 dan nilai maksimum 3,24.
Nilai rata-rata ROE adalah 0,0878 dengan standar deviasi 0,68575. Variabel Rit memiliki
nilai minimum -7 dan nilai maksimum 0,96. Nilai rata-rata Rit adalah 0,813 dengan standar
deviasi 0,97932.
Uji Asumsi Klasik
a.

UjiNormalitas. Nilai Kolmogorov-Smirnov untuk variabel CSDI adalah 1,141

dengan probabilitas signifikansi 0,148. Nilai K-S untuk variabel ROE adalah 1,315 dengan
probabilitas signifikansi 0,063. Sedangkan nilai K-S untuk variabel Rit adalah 0,808 dengan
probabilitas signifikansi 0,531. Dengan nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data telah terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas. Pengujian ini bertujuan menguji apakah model regresi yang
diajukan ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model Regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Dikarenakan hanya terdapat
satu variabel independen, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan uji multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi. Nilai statistik DW CSDI terhadap ROE sebesar 1,500 dan CSDI
terhadap Rit sebesar 1,904. Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

14

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam
persamaan pertama dan kedua pada penelitian ini.
d.Uji Heteroskedastisitas. Dari hasil grafik scatterplot dapat dipastikan bahwa data

terhindar dari gangguan heterokedastisitas. Hal tersebut dibuktikan bahwa titik yang berada di
dalamnya menyebar tidak beraturan. Dapat disimpulkan pula bahwa model regresi layak
digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1
Persamaan regresi 1 digunakan untuk menjawab hipotesis 1 serta untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh terhadap return on equity.
Tabel 2
Analisis Regresi 1
ROE = + CSDI +
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
CSDI

Std. Error
-.264

.251

.796

.364

Coefficients
Beta

.266

Sig.

-1.054

.296

2.187

.032

a. Dependent Variable: ROE

Dari persamaan regresi pertama pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dengan
nilai konstanta sebesar -0,264 berarti apabila nilai dari CSDI sebesar 0 atau konstan maka
besarnya variabel ROE adalah -0,264. Sedangkan nilai koefisien regresi CSDI adalah 0,796
yang berarti setiap kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility akan menaikkan
nilai ROE. Hal ini menunjukkan arah hubungan positif antara pengungkapan Corporate Social
Responsibility dengan ROE.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
hipotesis pertama diterima yakni terdapat pengaruh positif signifikan antara pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Return On Equity. Hasil analisis koefisien regresi
adalah 0,796 yang berarti hubungan antara CSR dan ROE searah dan positif. Sedangkan dari
hasil uji t diketahui nilai signifikansi sebesar 0,032 yang berarti pengaruh pengungkapan
CSR terhadap ROE adalah signifikan.
Nilai R untuk persamaan pertama adalah 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa besar
pengaruh variabel independen (CSR) terhadap variabel dependen (ROE) yang dapat
diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 7,1% sisanya 92,9% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar penelitian. Karena nilai R berada diantara 0 dan 1 maka model
regresi yang dibuat sudah tepat.
Kebijakan manajemen untuk mengungkapkan aktivitas CSR merupakan suatu
kewajiban. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah
biaya. Biaya akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga profit
perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan
semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Dengan loyalitas konsumen yang
cukup baik, hal ini dapat secara otomatis meningkatkan laba perusahaan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

15

Penelitian Heal dan Gareth dalam Adityo (2011) menunjukkan bahwa aktifitas CSR
dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan, memberikan
kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan
keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. CSR memberikan kontribusi bagi
perusahaan dalam menciptakan laba.
Pengujian Hipotesis 2
Persamaan regresi 2 digunakan untuk menjawab hipotesis 2 serta untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh terhadap return saham.
Tabel 3
Analisis Regresi 2
Rit= + CSDI +
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant)

-.528

.309

CSDI

2.787

1.322

Coefficients
Beta

.235

Sig.

-1.711

.091

2.109

.038

a. Dependent Variable: Rit

Dari tabelanalisis regresi keduapada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dengan
nilai konstanta sebesar -0,528 berarti apabila nilai dari CSDI sebesar 0 atau konstan maka
besarnya variabel Rit sebesar -0,528. Sedangkan nilai koefisien regresi CSDI adalah 2,787
yang berarti setiap kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility akan menaikkan
nilai Rit. Hal ini menunjukkan arah hubungan positif antara pengungkapan Corporate Social
Responsibility dengan Rit.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
hipotesis kedua diterima yakni terdapat pengaruh positif signifikan antara pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham. Hasil analisis koefisien regresi adalah
2,787 yang berarti hubungan antara CSR dan Rit searah dan positif. Sedangkan dari hasil uji
t diketahui nilai signifikansi sebesar 0,038 yang berarti pengaruh pengungkapan CSR
terhadap Rit adalah signifikan.
Nilai R untuk persamaan kedua adalah 0,055. Hal ini menunjukkan bahwa besar
pengaruh variabel independen (CSR) terhadap variabel dependen (Rit) yang dapat
diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 5,5% sisanya 94,5% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar penelitian. Karena nilai R berada diantara 0 dan 1 maka model
regresi yang dibuat sudah tepat.
Perusahaan dengan pengungkapan CSR yang baik memiliki tingkat pengungkapan
yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan
aktivitas CSR. Pengungkapan yang semakin luas akan memberikan sinyal positif kepada
investor atau pembeli saham. Semakin luas informasi yang disampaikan manajemen maka
akan semakin memperbanyak informasi yang diterima oleh investor mengenai perusahaan.
Hal ini akan menimbulkan kepercayaan dari pasar.
Menurut Almilia dan Wijayanto dalam Dahlia dan Siregar (2008), perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

16

fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika
perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para
investor terhadap perusahaan tersebut.
Junaedi dalam Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan bahwa dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi tentunya investor akan memberikan respon yang positif terhadap
perusahaan berupa pergerakan harga saham yang cenderung naik. Dengan demikian tingkat
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh pada pergerakan harga
saham yang cenderung naik pada gilirannya juga akan mempengaruhi volume saham yang
diperdagangkan.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Corporate social
responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity; (2) Corporate social
responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan

bahwatingginya tingkat kesadaran perusahaan untuk melaksanakan aktivitas CSR dan


pengungkapannya. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menikmati kinerja pasar yang
baik dan pada gilirannya akan dinikmati masyarakat secara umum.
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa PSAK tidak

secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggungjawab sosial mereka.


Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur, sehingga untuk pelaporan
tanggung jawab sosial diserahkan kepada masingmasing pihak pengelola perusahaan.Untuk
penelitian selanjutnya, proksi corporate social responsibility sebaiknya dikembangkan
menggunakan beberapa variabel moderating seperti size, leverage, dsb untuk mengetahui
pengaruh pengungkapan CSR terhadap perkembangan kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhy, E. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan


(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Adityo. 2011. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Beta, Firm Size dan Book
to Market Ratio Terhadap Return Saham. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Diponegoro. Semarang.
Anggraini, Fr. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktorfaktor yang Memengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada
Perusahaan Perusahaan yang Terdaftar di BEI),Simposium Nasional Akuntansi 9.
Padang.
Anoraga, P. dan P. Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. PT. Asdi Mahasatya.
Jakarta.
Arwanta, E. dan E. Gantyowati. 2006. Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan Terhadap
Harga Saham Suatu Studi Empiris Menurut Sudut pandang Kepentingan Investor.
Kajian Bisnis. Vol 12.
Dahlia, L. dan Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2005 dan 2006).Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

17

Fahrizqi, A. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social


Responsibility dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi. S1. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro.
Ghozali, dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi (trans: Accounting Theory). Semarang. Badan
Penerbit UNDIP, ISBN 979.704.014.3.
Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 4. Semarang. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gray, R.dan R. K. Simon. 1995. Corporate social and environmental reporting: a review of
the literature and a longitudinal study of UK disclosure.Accounting, Auditing &
Accountability Journal.Vol. 8 Iss: 2, pp.47 77.
Hansen, D. R. dan M. M. Mowen. 2005. Environmental Cost Management, Management
Accounting. Thompson South Western. Mason OH.
Helfert, E. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Edisi 8. Erlannga. Jakarta.
Indonesian Capital Market Directory.
Indonesian Stock Exchanges website at http://www.idx.co.id. Diakses tanggal 10 Januari
2013.
Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of financial Economics, 3.pp.82-137.
Lindrawati, F. Nita.dan J. Budianto. 2008.Pengaruh Corporate Social Responsibilty
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Sebagai 100 Best Corporate
Citizens oleh KLD Research and Analytics. Majalah Ekonomi. Tahun XVIII, No 1
April.
Munawir, S. 2002.Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta. Yayasan Badan
Penerbit & Percetakan DMP YKPN.
Sayekti, Y. dan Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response
Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X.
Susanto, A. B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta. The Jakarta Consulting Group.
Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Sutopoyudos weblog at http://www.wordpress.com. Diakses
tanggal 13 Oktober 2012.
Tsoutsoura, M. 2004. Corporate Social Responsibility and Financial performance. Haas
School of Business University of California at Berkeley.
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho
Publishing. Jatim

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

18
Lampiran 1
Corporate Social Disclosure Index
KATEGORI
LINGKUNGAN
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; Pengeluaran riset & pengembangan untuk
pengurangan polusi
2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi
atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi
3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam.
Misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas
6. Penggunaan material daur ulang
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah
11. Pengelolaan limbah
12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan
13. Perlindungan lingkungan hidup
ENERGI
1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi
2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energy
3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang
4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi
5. Peningkatan efisiensi energi dari produk
6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk
7. Kebijakan energi perusahaan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA
1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja
2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental
3. Statistik kecelakaan kerja
4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja
5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja
6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja
7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja
8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja
LAIN-LAIN TENAGA KERJA
1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat
2. Presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial
3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan
4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat
5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja
6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan
7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja
8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau
yang telah membuat kesalahan
9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan
10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi
11. Presentase gaji untuk pension
12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan
13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan
14. Tingkatan managerial yang ada
15. Disposisi staff dimana staff ditempatkan
16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka
17. Statistik tenaga kerja, misal : penjualan per tenaga kerja
18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut
19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja
20. Rencana pembagian keuntungan lain

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

19
21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan &
motivasi kerja
22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja & masa depan perusahaan
23. Laporan tenaga kerja yang terpisah
24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh
25. Ganggguan dan aksi tenaga kerja
26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan
27. Kondisi kerja secara umum
28. Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja
29. Statistik perputaran tenaga kerja
PRODUK
1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya
2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk
3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk
4. Produk memenuhi standar keselamatan
5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen
6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan
7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk
8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan
9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan
10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO
9000)
KETERLIBATAN MASYARAKAT
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat,
pendidikan & seni
2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar
3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat
4. Membantu riset medis
5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni
6. Membiayai program beasiswa
7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat
8. Sposor kampanye nasional
9. Mendukung pengembangan industri local
UMUM
1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat
2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan
diatas

You might also like