You are on page 1of 15

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No.

2, Juni 2007

THE CORRELATION BETWEEN EDUCATION LEVELS TOWARD ANXIETY


LEVEL OF FRACTURE FEMUR PRE-OPERATED PATIENT AT PROF. Dr.
MARGONO SOEKARJO HOSPITAL OF PURWOKERTO
1

Makmuri , Handoyo , Ridlwan Kamaludin


1

Mahasiswa Program sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman


2,3
Program sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
Fracture femur is a case that mostly found in daily orthopaedic practice.
Caused by fracture femur healing process after the surgery take quiet long
time, so that why the patient life style perhaps become stress or scare having
permanent incapability that causing them can not do their work, sport, learn
or recreation. From the observation held by the author resulted, several
patients with fracture femur having anxiety.
The aim of this study was to measure the correlation between education levels
toward anxiety level of the pre-operated fracture femur patient, which being
take care at Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital Purwokerto.
Descriptive with a correlation study approach (Correlation Study).
Population were all of the patient fracture femur that would undergone
operation in orthopaedic ward at Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital
st

th

Purwokerto. Research conduct at October 1 December 25 2006, with


purposive sample amount were 40 respondents. The variables were education
level as independent variable and anxiety level of the pre-operated patient
fracture femur as dependent variable. Research instrument used was
questioner about anxiety level with HRS-A (Hamilton Rate Scale for Anxiety)
adopted from Nursalam (2003). Data analyzing was using Spearman Rank
correlation statistic test.
Anxiety level of patient fracture femur that would undergone operation,
mostly had a moderate anxiety, followed with mild anxiety, severe anxiety and
no anxiety. There was no significant correlation between education levels with
patient anxiety level of the patient fracture femur who would undergone
operation.
Keywords : Fracture femur, education levels, anxiety level.
dari 117 kasus
PENDAHULUAN
laki-laki dan
Dari berbagai jenis fraktur akibat
kecelakaan, fraktur femur merupakan
kasus yang banyak ditemukan dalam
praktek orthopaedi sehari-hari. Dalam
kurun waktu 6 tahun (1985 1990)
didapatkan 142 kasus fraktur batang
femur yang telah mendapat tindakan
reduksi terbuka dan fiksasi internal di
rumah sakit rujukan di Bandung, terdiri

25 kasus
perempuan
dengan ratio
4,68 : 1. Usia
penderita
yang
termuda
17
tahun dan yang
tertua 64 tahun,
dengan frekuensi
tertinggi terdapat
pada usia antara

17 20 tahun sebanyak 67 kasus dibutuhkan


(47,18%).
untuk
proses
Proses penyambungan frakturpenyambungan
batang femur ditentukan baik klinismenurut Thomas
maupun
radiologis.
Waktu
yang

(1981) adalah 13
minggu,
sedangkan

108

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


ketidakmampu
an permanen
Stress
yang
menurut
Nichols
(1963)
Disorder).
membuatnya
memerlukan
waktu
19
Gabungan dari
tidak
dapat
minggu.
Djojosugito,
dkk
gejala-gejala
bekerja, olah
(1975)
mengemukakan
berikut
ini
raga,
belajar
tindakan untuk penanganan
timbul
pada
atau rekreasi
fraktur batang femur yang
tahap
awal
:
(Prasetyo,
tidak stabil (oblik panjang,
adanya
2004).
1/3 distal, 1/3 proksimal)
kecemasan
Jika
dengan
menggunakan
yang
jelas,
seorang pasien
kombinasi
K-Nail
dengan
perubahan
menderita
Neutralization
Plate.
kepribadian
stress
atau
Ditemukan
bahwa
dengan
kehilangan
penyambungan terjadi antara
iritabilitas dan
yang
berat
4 12 bulan dengan rata-rata
sulit
(misal akibat
7,5 bulan, Manurung (1988)
berkonsentrasi
perkosaan,
mengemukakan
bahwa
,
respon
kecelakaan
tindakan
yang
dapat
terkejut yang
yang
parah,
dilakukan untuk menangani
berlebihan,
kekerasan
fraktur yang tidak stabil
pikiran
yang
pada
anak
dengan
menggunakan
mengganggu
atau
Intramedullary
Nail
yang
tentang suatu
pasangan,
dikombinasikan
dengan
peristiwa,
bencana alam,
Cercagle
Wiring,
dengan
perasaan
perang,
memerlukan
waktu
seakan
dipenjara dan
penyambungan rata-rata 34
kejadian
sebagainya),
minggu. Hal ini bersesuaian
traumatis
maka
pasien
dengan hasil yang ditemukan
terulang
tersebut dapat
oleh peneliti lain. Gross
kembali,
menderita
dengan
pengalamannya
penghindaran
sindrome
dalam
menangani
fraktur
terhadap
klinis
yang
batang
femur
dengan
segala sesuatu
dikenal dengan
Intramedullary Nail selama
yang
gangguan
20 tahun mengemukakan
berhubungan
stress
pasca
bahwa penyambungan terjadi
dengan
trauma (PTSD,
antara 3,3 3,6 bulan pasca
trauma,
Post-Traumatic
pembedahan
(Lubis
dan
penumpukan
Djojosugito, 1991).
emosional
Oleh
karena
proses
penyambungan fraktur femur
dapat memakan waktu yang
cukup
lama,
dengan
demikian perubahan gaya
hidup yang seperti ini pasien
mungkin akan mengalami
stress atau takut mengalami

yang
dapat
mengganggu
hubungan
interpersonal
dan
fungsi
sehari-hari.
Di ruang
orthopaedi
rumah
sakit

Prof. Dr. Margono Soekarjotergantung


Purwokerto dari data 10bagaimana
besar fraktur, fraktur femurproses
menempati urutan teratasadaptasi
dengan rata-rata 13 kasusindividu
per bulan pada tahun 2005.terhadap
Sedangkan pada bulan Juniproses operasi
2006 terdapat 14 kasusyang
fraktur femur dari jumlah 65merupakan
kasus fraktur yang dirawatsalah
satu
(21,53%). Mereka berasal darisumber
wilayah di sekitar Banyumasstressor
bagi
dengan tingkat ekonomi danindividu
tingkat
pendidikan
yangtersebut
berbeda.
(Luckman dan
Banyak
faktor
yangSorensens
dapat mempengaruhi tingkat1993).
kecemasan
pada
pasien
Dari
fraktur femur yang akanberbagai
menjalani tindakan operasi.macam respon
Respon
pasien
terhadapyang
tindakan operasi pun berbedaditunjukkan
untuk
tiap-tiap
individu

pasien
atau
keluarga
pasien tentang
kondisinya,
dan
pasien
berasal
dari
berbagai
tingkat
pendidikan,
maka penulis
merumuskan
masalah
penelitian ini
yaitu: adakah
hubungan
tingkat
pendidikan
terhadap
tingkat
kecemasan
pada
pasien
pre-operasi
109

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


dan semakin
tinggi
menunjukkan
kecemasan
fraktur femur yang dirawat di
bahwa
terdiagnose
rumah
sakit
Prof.
Dr.
keberadaan
maka semakin
Margono
Soekarjo
support system
rendah minat
Purwokerto.
tidak
wanita untuk
Tujuan penelitian inimelakukan
mempengaruhi
mengetahui
hubunganmammography
tingkat
tingkat pendidikan terhadap.
kecemasan
tingkat
kecemasan
pada
Sedangk
responden
pasien pre-operasi frakturan penelitian
dalam proses
femur yang dirawat di rumahyang
persalinan.
sakit
Prof.
Dr.
Margono
dilakukan
Dengan
Soekarjo Purwokerto.
Lulut
melihat telaah
Penulis belum pernah
Handayani
teoritis
yang
menemukan
penelitian
(2003) dengan
sudah
terdahulu tentang gambaran
judul:
diuraikan
tingkat
kecemasan
pada
Pengaruh
dalam
latar
pasien pre-operasi fraktur
Keberadaan
belakang dan
femur yang dirawat di rumah
Support
tinjauan teori
sakit
Prof.
Dr.
Margono
System
maka hipotesis
Soekarjo
Purwokerto.
Terhadap
penelitian yang
Penelitian
yang
pernah
Tingkat
ditetapkan
dilakukan adalah: Tingkat
Kecemasan
adalah : Ada
Kecemasan Individu Keluarga
Ibu
Dalam
hubungan
Pasien ICU/ICCU RSU PKU
Proses
tingkat
Muhammadiyah
Yogyakarta
Persalinan Di
pendidikan
(Fitri Arofiati, 1999). Hasil
RB
Ny.
dengan tingkat
yang didapat adalah tingkat
Sudariyah
kecemasan
kecemasan sedang, diikuti
Murangan
pada
pasien
dengan tingkat kecemasan
Sleman
fraktur
femur.
luar biasa, tingkat kecemasan
Yogyakarta,
berat dan tingkat kecemasan
METODE
ringan.
PENELITIAN
Penelitian lain tentang
Penelitia
kecemasan adalah penelitian
n
ini
yang dilakukan oleh Dewi
menggunakan
Nilamsari
(1997)
dengan
metode
judul
Minat
Wanita
penelitian
Melakukan
Mammography
deskriptif
Ditinjau
Dari
Kecemasan
dengan
Terdiagnose
dan
Tingkat
pendekatan
Pendidikan. Hasil penelitian
studi korelasi
tersebut
menyatakan
ada
(Correlation
hubungan antara kecemasan
study).
Studi
terdiagnose
dan
tingkat
korelasi pada
pendidikan dengan minat
hakikatnya
melakukan
mammography

merupakan penelitian atauPurwokerto.


penelaahan hubungan antaraTeknik
yang
dua variabel pada suatudigunakan
situasi
atau
sekelompokdalam
subjek (Notoatmojo, 2002).pengambilan
Metode ini digunakan penelitisampel dalam
untuk mengetahui hubunganpenelitian ini
antara
faktor
tingkatadalah
pendidikan sebagai variabelpurposive
bebas
dengan
tingkatsampling,
kecemasan
pada
pasienyaitu
fraktur femur sebagai variabel penetapan
terikat.
sampel dengan
cara memilih
Populasi
dalamdiantara
penelitian ini adalah semuapopulasi yang
pasien fraktur femur yangsesuai dengan
dirawat di ruang orthopaediyang
rumah
sakit
Prof.
Dr.dikehendaki
Margono
Soekarjopeneliti

(Arikunto,
2002). Ukuran
sampel
yang
digunakan
untuk analisis
statistik
adalah
30
orang (Cohen
dan
Manion,
1989).
Variabel
penelitian
terdiri
dari
variabel bebas
tingkat
pendidikan
dan
variabel
terikat adalah
tingkat
110

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


Purwokerto.
Dari populasi
N
kecemasan pada pasien pre- (
operasi fraktur femur Kriteria N
inklusi adalah pasien fraktur 2
femur akibat trauma atau
kecelakaan, usia 17 50
tahun,
belum
menjalani operasi, pendidikan minimal 1
Sekolah Dasar dan pasien )
kooperatif.
SedangkanP = koefisien
kriteria eksklusinya meliputikorelasi
pasien yang menolak ikutSpearman
penelitian, pasien tidak sadarRank
dan pasien fraktur femur
patologis
d
=
beda
Jenis
data
padaranking
penelitian ini adalah datavariabel
ordinal,
sedangkanpertama
instrumen penelitian sebagaidengan
alat pengumpulan data yangvariabel kedua
digunakan
adalah
daftarN
=
pertanyaan dalam bentukbanyaknya
kuesioner. Pertanyaan yangsampel
diberikan berupa pertanyaan
tertutup
dan
dijawabHASIL
langsung
oleh
respondenDAN
tanpa
diwakilkan
kepadaPEMBA
orang lain.
HASAN
Kuesioner
tentangGamba
tingkat kecemasan, penelitiran
menggunakan skala HRS-AUmum
(Hamilton Rate Scale for
Respon
Anxiety) dari Nursalam (2003)
den
sebagai instrumen penelitian
Populas
yang
terdiri
dari
14
dalam
pertanyaan dengan berbagaii
penelitian
ini
alternatif jawaban dan diisi
adalah semua
oleh responden.
Data hasil penelitian diolahpasien fraktur
yang
menggunakan uji statistikfemur
di
Korelasi
Spearman
Rankdirawat
ruang
dengan rumus :
6
orthopaedi
P 1rumah
sakit
d
Prof.
Dr.
2
Margono
Soekarjo

tersebut diambil 40 orang


sebagai sampel penelitian.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
sampel
penelitian berusia antara 17
25 tahun, yaitu sebanyak
17 orang atau 42,5 %,
responden
yang
berusia
antara 26 35 tahun
sebanyak 14 orang atau 35,0
%, sedangkan responden
yang berusia lebih dari 35
tahun sebanyak 9 orang
atau 22,5 %.
Jenis
kelamin
sebagian besar responden
penelitian adalah laki laki,
yaitu sebanyak 33 orang
atau 82,5 % sedangkan
responden
dengan
jenis
kelamin
perempuan
sebanyak 7 orang atau 17,5
%.
Pada penelitian ini
untuk
masing
masing
tingkat pendidikan diambil
sama besar yaitu 10 orang
untuk tingkat SD, SLTP,
SLTA dan Perguruan Tinggi.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 40
orang responden terdapat 16

orang
atau
40,0 % yang
memiliki
tingkat
kecemasan
dalam
kategori
sedang,
15
orang
atau
37,5 % dalam
kategori
ringan,
responden
dengan
tingkat
kecemasan
berat
sebanyak
7
orang
atau
17,5 % dan
responden
yang
tidak
merasa
cemas
sebanyak
2
orang atau 5
%.
Hubungan
Antara
Tingkat
Pendidikan
Dengan
Tingkat

Kecemasan
Pada

Pasien

Pre-operasi
Fraktur
Femur
Untuk
meneliti
ada
tidaknya
hubungan
antara tingkat
pendidikan
dengan tingkat
kecemasan
pada
pasien
pre-operasi
fraktur femur,
digunakan uji
korelasi
Spearman
Rank. Dengan
kriteria
pengujian,
variabel
dianggap
berpengaruh
apabila
nilai
hitung
lebih
besar dari
tabel.
Dari 40
responden
terdapat 2
orang yang
tidak merasa
cemas
111

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


sebnyak
17
orang dengan
(1996)
yang
proporsi
1
dengan proporsi 1 orang
menyatakan
orang
tidak
berpendidikan
perguruan
bahwa
merasa cemas,
tinggi
dan
1
orang
kemampuan
4
orang
berpendidikan SLTA. Terdapat
individu dalam
dengan
15 orang dengan tingkat
merespon
kecemasan
kecemasan dalam kategori
terhadap
ringan,
7
ringan dengan proporsi SD
kecemasan
orang dengan
sebanyak 3 orang, SLTP
tersebut
kecemasan
sebanyak 4 orang, SLTA
dipengaruhi
sedang dan 5
sebanyak
2
orang,
dan
oleh
faktororang dengan
perguruan
faktor seperti
cemas
berat.
tinggi 6 orang.
usia,
status
Hal ini sesuai
Terdapat 16
orang
kesehatan,
dengan
tingkat kecemasan dalam kategori
jenis kelamin,
pendapat
sedang
dengan
proporsi
SD
pengalaman
dan
sebanyak 5 orang, SLTPWholey
dirawat, sistem
(1996)
sebanyak 4 orang, SLTAWong
pendukung,
yang
sebanyak
4
orang,
dan
besar kecilnya
perguruan tinggi 3 orang.menyatakan
stresor
dan
bawa
respon
Terdapat 7 orang dengan
pada
tahap
tingkat kecemasan dalamremaja
remaja
perkembangan
kategori
berat
denganusia
akhir
(17-22
.
proporsi SD sebanyak 2
Hasil
orang, SLTP sebanyak 2tahun) berefek
pada
ancaman
penelitian
orang, dan SLTA sebanyak 3
terhadap
menunjukkan
orang.
karier
dan
bahwa
jenis
depan.
kelamin
Berdasarkan
pengujianmasa
dengan korelasi SpearmanDan didukung
sebagian besar
Rank diperoleh nilai hitung =oleh Ann
responden
-0,271, dengan nilai Assymp.
adalah
lakiSign = 0,091 nilai ini lebih
laki
yaitu
besar dari = 0,05 yang berarti
sebanyak
33
secara statistik tidak terdapat
orang
atau
pengaruh
antara
tingkat
82,5
%
dengan
pendidikan dengan tingkat
proporsi
2
kecemasan
pada
pasien
fraktur
femur,
dengan
orang
tidak
demikian hipotesis penelitian
mengalami
yang menyatakan bahwa ada
kecemasan, 12
hubungan tingkat pendidikan
orang
cemas
dengan tingkat kecemasan
ringan,
15
pada
pasien
pre-operasi
orang
cemas
fraktur femur, ditolak.
sedang dan 4
Hasil
penelitian
orang
dalam
menunjukkan
sebagaian
kecemasan
sampel penelitian berusia
berat.
antara 17-25 tahun yaitu

Sedangkan
respondenprosentase
perempuan sebanyak 7 orangyang
atau 17,5 % dengan proporsimenunjukkan
3 orang dalam kecemasanbahwa
ringan, 1 orang cemas sedangkecemasan
terjadi
dan
3
orang
dalamberat
kecemasan berat. Hal inipada
sesuai
dengan
pendapatresponden
lama
Wholey dan Wong (1996) yangdengan
antara
menyatakan bahwa laki-lakirawat
1-7
hari
yaitu
mempunyai resiko yang lebih
besar untuk mengalami stress7 orang tatau
%.
hospitalisasi selain faktor17,5
temperamen
yang
sulit,Sedangkan
intelegensi yang kurang dankecemasan
ringan dialami
usia.
responden
lama
Perbedaan lama haridengan
rawat
lebih
perawatan pada responden
dapat memberikan respondari 7 hari
kecemasan yang berbeda. Hal yaitu 9 orang
ini
dapat
dilihat
padaatau 22,5 %.

Hasil
penelitian ini
bertentangan
dengan
pernyataan
Smet
(1994)
yang
menyatakan
bahwa tinggal
terpisah
di
rumah
sakit
dalam jangka
waktu
yang
lama dan jauh
dari
temanteman, sekolah
dan kehidupan
sehari-hari
ternyata
meruapakan
pengalaman
yang
112

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


Tingkat
kecemasan
dan tidak ada
pasien fraktur
traumatis
bagi
remaja.
kecemasan.
femur
yang
Sedangkan penelitian yang
Secara
akan
dilakukan Cincinnanti (2003)
statistik
menjalani
menyatakan
bahwa
ada
terdapat
operasi ORIF
perbedaaan signifikan antara(Open
hubungan
perawatan
akut
denganReduction
yang
tidak
perawatan yang dilakukanInternal
signifikan
dalam jangka waktu lama.
antara tingkat
Fixation)
Berdasarkan
pendidikan
sesuai dengan
pengujian dengan korelasiHRS
dengan tingkat
Spearman Rank
A (Hamilton
kecemasan
diperoleh nilai hitung = -0,271,Rate Scale for
pada
pasien
dengan nilai Assymp. Sign =Anxiety) yang
fraktur femur
0,091
paling banyak
yang
akan
nilai ini lebih besar dari =
adalah
tingkat
menjalani
0,05 yang berarti secara
operasi.
statistik
tidak
terdapatkecemasan
sedang,
Tingkat
pengaruh
antara
tingkat
pendidikan dengan tingkatdidikuti
hubungan
kecemasan pada pasien pre-kecemasan
antara tingkat
operasi fraktur femur. Hal iniringan,
pendidikan
tidak sesuai dengan teori
kecemasan
dan
tingkat
yang dikemukakan Priyono
berat
kecemasan
(2000) dikutip dari Nilamsari
pada
pasien
(2002) , yang menyatakan
fraktur femur
bahwa tingkat pendidikan
yang tinggi akan memperluas
dalam kategori
pandangan
dan
ruang
lemah
dan
lingkup pergaulan, sehinggta
bertanda
tingkat pendidikan yang lebih
negatif,
yang
tinggi akan mempermudah
berati semakin
responden untuk menerima
tinggi tingkat
informasi tentang kesehatan
pendidikan
sehingga akan menurunkan
akan
tingkat
kecemasan.
Hasil
penelitian ini menunjukkan
menyebabkan
bahwa tingkat pendidikan
tingkat
tidak berpengaruh terhadap
kecemasan
penurunan
tingkat
semakin
kecemasan. Penuruna tingkat
rendah.
kecemasan pada penelitian ini
Berdasar
lebih dipengaruhi oleh faktor
kan
lain seperti jenis kelamin,
lama
rawat,
pengalaman
kesimpulan
dirawat,
adanya
penyakit
diatas
maka
penyerta,
serta
sistem
bebarapa
pendukung.
saran
yang
dapat
diusulkan
SIMPULAN DAN SARAN
adalah

keluarga atau orang orangvariabel


terdekat
pasien
perlupenelitian dan
dilibatkan,
untuktempat
memberikan dorongan moralpenelitian.
atau mengurangi kecemasan.Bagi perawat
Bagi pemberi jasa pelayananperlu memberi
keperawatan (rumah sakit)dukungan
hendaknya
memperhatikanberupa
faktor
usia
dalampendidikan
penempatan
kamarkesehatan
perawatan
terutama
bagiyang
cukup
remaja,
dengan
tidakkepada pasien
menempatkan
remajafraktur femur
bersama orang dewasa danyang
akan
anak-anak yang terpaut jauhmenjalani
usianya.
Bagi
penelitioperasi.
berikutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian dengan
menggunakan
instrumenDAFTAR
yang lebih lengkap untukPUSTAKA
I.
mendukung
data
danAnn,
(1996).
dilakukan
penelitian
Mental
perbandingan pada tiap sub-

Health
and
Psychia
tric
Nursing
.
Lippinc
otts
Review
Series.
2 th Ed.
New
York
:
Lippinc
ott
Arikunto,
S.
(2002).
Prosedu
r
Peneliti
an
:
Suatu
Pendek
atan
113

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007


Hernawan, W.
(2004).
Lubis, N. R &
Asuhan
Praktek. Edisi Revisi.
Djojosugito, A.
Kepera
Jakarta : PT Rineka
(1991).
watan
Cipta
Faktor Yang Mempen
Trauma
Arofiati, F. (2001). Tingkat
Union Pada
Fraktur
Muskul
Kecemasan
Individu
Pasca
Fiskasi
In
oskeleta
Keluarga
Pasien
Majalah Ortopedi Ind
l.
ICU/ICCU RSU PKU
Volume
XIX. Nom
Purwok
Muhammadiyah
Desember
erto
:
Yogyakarta.
Skripsi
Luckman & Sorensens.
Seminar
(tidak diterbitkan).
Medical Surgical Nurs
Kepera
Yogyakarta : UGM
Psychophysiologic
App
watan
Brunner
&
Suddarths.
4
th
Ed.
Philadelpia
Penatal
(1996).
Texbook
of
Soders Company
aksana
Medical Nursing. 9 th
Manurung,
H. (1988). Intramed
an
Ed, J.B. Philadelpia :
Nailing
dengan
C
Pasien
Lippincott Company
Wiring
Pada
Fraktur
Dengan
Majalah Ortopedi Indo
Gross, H.P. (1986). Twenty
Patah
Ed. Juni (1) pp 27-31
Years Experience With
Tulang
Nichols, J.R. (1963). Rehabil
Closed Nailing of The
dan
After
Femur Coventy Mark
Cedera
Fractur
B. The Years Book of
Sendi
e of The
Orthopaedic. London :Idris,
Z.
Shaft of
Year
Book
Medical
(1986).
The
Publisher inc. pp 77-88
DasarFemur.
Handayani,
L.
(2003).
Dasar
The
Pengaruh Keberadaan
Kependi
Journal
Support
System
dikan.
of
Terhadap
Kecemasan
Padang
Bone
Ibu
Dalam
Proses
:
and
Persalinan di RB Ny.
Angkas
Joint
SudariyahMurangan
a Raya
Surgery.
Sleman
Yogyakarta,Kaplan,
Ed.
Skripsi
(tidak
Sadock.
Februar
diterbitkan).
(1997).
y
Yogyakarta : UGM
Sinopsi
(1).vol.4
Harold,
Kaplan,
Sadock.
s
5-B
(1994). Buku Saku
Psikiatri
Nilamsari, D.
Psikatri Klinik. Jakarta
. Edisi
(2002). Minat
: Binarupa Aksara
ketujuh.
Wanita
Hawari, D. (1997). Manajemen
Jakarta
Stress, Kecemasan dan
:
Depresi,
Sinopsis
Binarup
Psikiatri.
Edisi
a
ketujuh,
Jilid
dua,
Aksara
Jakarta : Binarupa
aksara

Melakukan
Mammography
Ditinjau
Dari
Kecemasan
Terdiagnosa
dan Tingkat
Pendidikan.
Skripsi (tidak
diterbitkan)
Semarang
:
Universitas Katolik
Soegijapranata
Notoatmojo, S. (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta
: PT Rineka Cipta
Nursalam.
(2003).
Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Surabaya : Salemba Medika
Prastyo,
U. B.
(2004). Fraktur
Collumn
Femur.
Buletin
Orthopaedi Edisi 2 Oktober
Purwodarminto,
W.J.S.
(1988).
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia.
Jakarta : Balai
Pustaka
Sjahriati,
E.
(1990).
Beberapa
Konsep
Tentang
Anxiety
dalam Anxiety Pendekatan
Klinik.
Biokimia
dan
114

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007

Farmakologi.
Jakarta
:
Yayasan Darma Husada
Smet,B. (1994). Psikologi Kesehatan.
Jakarta : Grasindo
Struat, G. W & Sundeen, S. J. Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Alih Bahasa : Akhir Yani
Hamid. Jakarta : EGC
Sugiono. (2005). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta
Supardan, S. (1994). Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
FKUI
Supriyati, I & Rochman. (2004).
Tahap-Tahap
Penyembuhan
Tulang. Surakarta
: Buletin
RSO Orthopaedi.
Edisi
1.
Agustus

Thomas, T.L. (1981). A Comparative


Study For Treating Fracture of
The Distal Half of The Femur.
The Journal of Bone Joint
Surgery. No 1. vol 63-B
Tomb, D, A. (2004). Gangguan
Ansietas.
Buku
Saku
Psikiatri. Alih bahasa Martina.
Jakarta : EGC
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989. Sistem
Pendidikan
Nasional.
Surakarta : PT Pabelan
Wong, D. L. (1996). Whaley & Wongs
Nursing Care of Infant and
Children. USA : Mosby Year
Book

115

You might also like