Professional Documents
Culture Documents
Abstract. The objectives of this study are to scrutinize: (1) the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS on basic competence of Developing SelfCommitment and Others for tenth grade students at SMK Ardjuna 2 Malang; (2) the
students learning outcome after enrolling themselves on Cooperative Learning Model
TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic competence of
Developing Self-Commitment and Others after enrolling themselves on Cooperative
Learning Model TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic
competence of Developing Self-Commitment and Others, and(4) the obstacles that arise
during the implementation of Cooperative Learning Model TSTS. This research falls
under the category of what so-called Classroom Action Research by implementing
qualitative approach. Yet, the subjects in this study are the tenth grade students in SMK
Ardjuna 2 Malang. Data collection techniques in this study uses test, questionnaire,
interview, observation, and documentation. Meanwhile, it was conducted through two
cycles in which each cycle consists of 4 stages. The results of the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS obtained from the students' cognitive aspects prove
that there is a positive progress from cycle I to cycle II. It is supported by the fact that the
implementation in cycle II always gets improvements gained from reflection in cycle I.
Meanwhile, the average score for daily tests before deploying TSTS Model is 6.7 and
increased to 7.6 in the post test in cycle I. Yet, the average score of post test in cycle II is
8.5. While the classical cognitive completeness also increased gradually in the post test of
cycle I is 71.42% and 88.57% in the post test in cycle II. Based on the of the data analysis
above mentioned, the conclusion of this study are: in general, the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS is proven able to enhance students learning
outcomes; conversely, the implementation of TSTS Model on basic competence of
Developing Self-Commitment and Others for the tenth grade students at SMK Ardjuna 2
Malang results based on the questionnaire stating that students are happy with the
Learning Model TSTS especially when they are working in groups. In this case, the
variety of groups which work cooperatively could foster a sense of mutual affection.
Thus, this statement gets the highest response from the students. The evidence is seen
when the group learning is being implemented, students seemed more interested in
following the activities rather that having their own discussion with their own friends.
Keywords :Two Stay Two Stray Model (TSTS), learning outcome
siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap. Hasil belajar pada penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TSTS yang diperoleh siswa dari aspek kognitif terbukti mengalami
peningkatan dari siklus I ke silkus II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu
mendapatkan perbaikan yang diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian
sebelum diterapkan Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test
siklus I. Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah
kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,42%, meningkat
pada post test siklus II menjadi 88,57%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut,
diperoleh simpulan penelitian yaitu: penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan untuk penerapan Model TSTS
pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain hasil angket
yang menyatakan bahwa siswa senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika
bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling
menyayangi, pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika
penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan belajar
saat berdiskusi dengan temannya sendiri.
.
Kata Kunci : Model Two Stay Two Stray (TSTS), Hasil belajar siswa
pada
mata
diklat
kewirausahaan
yang
terdiri
dari
34
dilaksanakan, dan lembar wawancara guru dan siswa yang digunakan untuk
mendapatkan informasi pra tindakan dan setelah tindakan.
HASIL PENELITIAN
Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam
pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 10
Mei 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17Mei2012. Tindakan
siklus I pada tanggal10 Mei2012, peneliti membahas kompetensi dasar
Membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain.Ditemani dengan 2 observer,
pada pertemuan pertama ini peneliti menggunakan metode konvensional berupa
ceramah dan tanya jawab, dengan menggunakan metode ini terlihat siswa masih
enggan untuk menyampaikan jawaban/pendapatnya.
Setelah melakukan pembelajaran pertemuan pertama, peneliti melakukan
refleksi dengan observer untuk mempersiapkan pertemuan kedua pada Siklus I
dengan menggunakan metode Two Stay T wo Stray (TSTS).Peneliti membagi
siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dan ada
yang 5 orang.
Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Mei
2012.Peneliti menjelaskan secara garis besar materi, selanjutnya siswa diminta
untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah di bentuk pada
pertemuan sebelumbya.Setelah siswa duduk berdasarkan kelompoknya, maka
peneliti membagikan lembar diskusi kelompok siklus I seperti yang tercantum
pada Lampiran . Terdapat empat hal yang harus di diskusikan oleh siswa. Siswa
diberi waktu untuk berdiskusi selama 25 menit. Setelah selesai berdiskusi, dua
orang dari masing-masing kelompok diberi waktu selama 20 menit untuk
menyebar atau bertamu ke kelompok lain mencari informasi. Selama proses
pertukaran informasi, siswa cukup ramai dan kurang tertib. Setelah 20 menit
berakhir, mereka harus kembali ke kelompok awal dan mendiskusikan kembali
hasil temuan dari kelompok lain. Selanjutnya, guru memberikanPost-test Siklus I
kepada siswa dan tugas tentang pembelajaran yang akan dilakukan yang akan
datang.Setelah pembelajaran pada pertemuan kedua selesai guru melakukan
refleksi dengan para observer.
Siklus II dilakukan pada tanggal 24 Mei 2012, Pada pertemuan ini terdapat
sedikit perbedaan pada pembelajaran siklus I. Apabila pada siklus I menjadi tamu
maka pada siklus II harus tetap tinggal dalam kelompok. Sebaliknya, apabila pada
siklus I tetap tinggal dalam kelompok maka pada siklus II harus menjadi tamu.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari
8,6
8,5
8,5
5,1
BT
6,0
BT
4,5
8,5
9,0
5,0
8,0
9,5
5,6
7,5
10,0
8,0
8,5
9,5
6,4
7,0
BT
8,8
4,5
7,0
BT
10,0
7,6
7,0
BT
7,3
BT
10
7,5
8,5
9,5
11
8,4
BT
8,5
12
6,0
7,0
BT
9,0
13
5,5
7,0
BT
8,5
BT
14
8,4
7,5
9,0
6,2
8,0
7,5
16
5,1
7,5
8,8
17
4,7
7,5
BT
8,0
18
8,2
8,0
9,0
19
8,0
7,5
9,5
20
6,3
7,5
8,0
21
7,7
6,5
BT
7,5
22
6,3
8,5
8,5
23
8,5
8,5
9,0
24
8,0
7,8
9,5
25
5,5
8,0
7,5
26
7,7
6,5
BT
9,5
27
8,2
7,0
BT
8,5
28
6,5
8,0
7,0
29
5,5
6,5
BT
8,0
30
7,6
7,5
8,8
31
6,4
8,5
8,5
32
8,0
8,0
9,0
33
7,5
6,5
BT
9,0
34
5,6
7,5
7,0
BT
35
6,0
7,5
8,0
Ketercapaian KKM
75
75
75
Rata-rata Kelas
6,7
7,6
8,5
Nilai Tertinggi
8,6
8,5
10,0
Nilai Terendah
4,5
6,5
6,0
Keterangan:
T
: Tuntas
BT
: Belum Tuntas
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa ada peningkatan nilai hasil belajar
siswa sebelum diadakan tindakan dan sesudah diadakan tindakan, baik itu dari
siklus I menuju siklus II juga terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I, tingkat
keberhasilan yang hanya sebesar 71,4%, menurut Purwanto (2009:103), termasuk
dalam kategori C (Cukup) karena berada dalam rentang 60-75%. Pada tingkat
keberhasilan tersebut, nilai rata-rata kelas sudah mencapai nilai KKM sebesar 7,8
dan dengan nilai tertinggi sebesar 8,5, dari 35 siswa yang mendapat nilai tersebut
sebanyak 8 siswa. Sedangkan nilai terendahnya adalah 6,5 dan hanya 2 orang saja
yang mendapatkan nilai tersebut.
Selanjutnya pada siklus II, tingkat keberhasilan mengalami peningkatan
menjadi sebesar 88,5%. Menurut Purwanto (2009: 103), dikategorikan Sangat
Baik jika berada dalam rentang 86-100% dan disimbolkan dengan huruf A.
Untuk itu, keberhasilan hasil belajar pada siklus II ini termasuk dalam kategori A
(Sangat Baik). Dengan nilai rata-rata kelas mencapai 8,5 dan nilai tertinggi
sebesar 10 yang dimiliki oleh 2 orang siswa dari 35 siswa, sedangkan nilai
terendah dengan nilai 6,0 hanya diperoleh 1 siswa saja
Selama dilakukan penelitian / penerapan model pembelajaranTwo Stay
T wo Stray (TSTS) didapatkan beberapa temuan penelitian dan beberapa hal yang
perlu dilakukan, yaitu: Pertama, Siswa tidak canggung lagi, sudah mulai nyaman
dengan kehadiran peneliti.Kedua, Siswa sudah tidak tampak pasif dalam kegiatan
tanya jawab, saat peneliti memberikan pertanyaan bebarapa siswa mulai
menimpali jawabanKetiga, Dalam kerjasama kelompok, terlihat sudah mulai aktif
bertukar pikiran, namun masih ada salah satu kelompok yang didominasi oleh satu
anak.Keempat, Siswa sudah mulai beradaptasi dan tidak asing lagi dengan Model
Pembelajaran TSTS sehingga siswa sudah lebih memahami tugasnya.
PEMBAHASAN
Peneliti menerapkan pembelajaran modelT wo Stay Two Stray (TSTS) pada
mata pelajaran Kewirausahaan dengan harapan mendorong siswa untuk lebih aktif
lagi dalam proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran modelTSTSdi SMK
Ardjuna 2 pada mata pelajaran Kewirausahaan dilakukan melalui 2 siklus.
Adapun alasan penelitian terdiri dari 2 siklus antara lain (1) ada persiapan bagi
sesuai untuk
menyuruh
mengacungkan tangan apabila ingin menjawab tidak ada satupun yang berani
mengacungkan tangannya. Ini mungkin terjadi karena siswa masih canggung
dengan kehadiran peneliti atau mungkin juga karena tebiasa dengan pembelajaran
model ceramah sehingga mereka tidak terbiasanya untuk menyampaikan gagasangagasannya, Ketiga :Sulitnya pengorganisasian diskusi, karena pola pembelajaran
ini melibatkan penuh peran siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini
disebabkan siswa masih asing dengan pola pembelajaran seperti ini, Keempat
:Kerjasama dalam kelompok masih kurang, beberapa siswa masih belum
melaksanakan tugasnya sebagai anggota kelompokKerjasama dalam kelompok
masih kurang, beberapa siswa masih belum melaksanakan tugasnya sebagai
anggota kelompok, Kelima : Penerapan Model Pembelajaran TSTS membutuhkan
banyak waktu, siswa banyak mengeluh waktu yang diberikan kurang untuk
memahami lebih dalam materi pembelajaran.
Adapun cara untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif modelT wo Stay Two Stray(TSTS) adalah sebagai berikut:
PertamaPeneliti harus lebih terampil dalam membagi waktu agar siswa tidak
merasa kelabakan dengan pemberian waktu yang singkat, lebih dahulu tegaskan
kepada siswa alokasi waktu yang diberikan agar siswa bisa menggunakan
waktunya dengan baik.Kedua, Peneliti akan lebih memotivasi siswa untuk
menyampaikan segala pertanyaan apabila siswa kurang jelas, atau kurang
mengerti dengan materi yang disampaikan.Ketiga, Mengatasi kesulitan dalam
pengorganisasian
diskusi,
peneliti
menjelaskan
kembali
langkah-langkah
10
sesuai untuk
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab
bahwa:Pertama, Penerapan
model
11
metode
pembelajaran model T wo Stay Two Stray ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prestasi belajar siswa.
Kedua,
Pembelajaran kooperatif model T wo Stay T wo Stray dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil belajar penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS yang
diperoleh siswa dari aspek kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke silkus
II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu mendapatkan perbaikan yang
diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian sebelum diterapkan
Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test siklus I.
Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah
kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,4%,
meningkat pada post test siklus II menjadi 88,5%.Ketiga, Penerapan Model TSTS
pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain adalah
sangat baik, hal ini berdasarkan pada hasil angket yang menyatakan bahwa siswa
senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika bekerja sama dalam
kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling menyayangi,
pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika
penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan
belajar saat berdiskusi dengan temannya sendiri.
SARAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
diajukan oleh peneliti adalah:Pertama, Guru mata pelajaran Kewirausahaan
hendaknya mulai mencoba menerapkan model pembelajaranTwo Stay Two Stray
(TSTS)di dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan model
pembelajaran akan menuntut siswa menjadi lebih aktif. Sehingga secara tidak
langsung akan berpengaruh pada hasil belajar yang dipeoreleh siswa. Dan Guru
tidak bosan-bosannya selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dan jangan takut salah dalam mengemukakan suatu
pendapat. Guru sebaiknya selalu memberikan motivasi dengan memberikan poin
kepada siswa yang berani menjawab dan bertanya dalam diskusi supaya rasa
12
13
DAFTAR RUJUKAN
Arif, B. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay T wo Stray
(TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas
VII di SMP Negeri 1 Singosari, (Online), (http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/1911).
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian
Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar . Bandung: Sinar Baru
Algensinda.
Hamzah, B U. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Khasanah, U. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray
(Dua Tinggal Dua T amu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang, (Online),
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/3203
,
Lie, A. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: PT. Gramedia.
Moleong, L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi dan Senduk.2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: UM Press.
Purwanto, E. 2007. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi. Malang:
Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).
Susantika, R. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua
Tinngal Dua T amu (T wo Stay Two Stray) Terhadap Hasil Belajar Geografi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung, (Online),
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/1880.diakses
24 Juli 2010)
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Malang.