Professional Documents
Culture Documents
PRESTASI BELAJAR REMAJA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI SISWA KELAS 1 SMA NEGERI
1 KAWANGKOAN
Miracle Hendika Mamuaya, Ch. Elim, Joice Kandouw
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Abstract: Anxiety arises as a result of the response to stress or conflict conditions. This is common where a
person experiences in his life circumstances change and are required to be able to adapt. Anxiety is the
largest mental disorders. An estimated 20% of the world population suffer from anxiety and as much as
47.7% of teenagers often feel anxious. High school students prone to anxiety. Psychosocial stressor is any
situation that causes a change in one's life so that he was forced to adapt or cope with stressors that arise.
Changes in the learning environment has also become one of the trigger factors of anxiety and depression in
high school students. Examining of the above, it can be understood that high school students have a degree
of anxiety and depression were higher than students preclinical due to the heavier demands in a hospital
environment. To the researchers want to know is there any difference in the degree of anxiety and depression
among high school students men and women. This research is descriptive analytic with cross sectional
approach. In a cross-sectional study used a transversal approach, where the observations of independent
variables (risk factors) and the dependent variable (effect) is performed only once at the same time. In this
study of 144 selected respondents respondentsrespondents that as many as 74 female students and 70 male
students of the respondents of the student grade 1. Of the total respondents overview of observed values
student achievement and level of anxiety were obtained from questionnaires TMAS. From the research
results can be seen that most teenage boys do not experience anxiety that as many as 43 students or equal to
61.42%. This situation is different from where most of the female students female students experience
anxiety that as many as 57 girls or equal to 77.02 percent. In the boys the highest number of students who
did not experience the anxiety has an average value between 80-90. while among girls who have the highest
amount of anxiety is at a value achievement 80-90. High school students are prone to anxiety and
depression. Psychosocial stressors are any circumstances which led to a change in one's life so that he was
forced to adapt or cope with stressors that arise. Changes in the learning environment has also become one
of the trigger factors of anxiety and depression in high school students. In this study did not reveal any
relationship between the level of anxiety and value the achievements of the study. Further research is needed
to confirm these results.
Keywords :Homeostasis, psychosocial stressors, distorted perception.
Abstrak: Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik.Hal ini biasa terjadi
dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut untuk mampu beradaptasi.
Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita
kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas. Siswa SMU rentan terhadap kecemasan.
Stresor psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa beradaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Perubahan lingkungan
belajar juga menjadi salah satu faktor pencetus kecemasan dan depresi pada siswa SMU. Menelaah dari hal
di atas, maka dapat dimengerti bahwa siswa SMU mempunyai derajat kecemasandan depresi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa preklinik dikarenakan tuntutan yang lebih berat di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan derajat kecemasan dan depresi antara Siswa
SMU laki-laki dan perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
secara cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi
terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek) dilakukan hanya sekali pada saat yang
sama. Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 144 responden yakni sebanyak 74 responden
siswa perempuan dan 70 responden siswa laki-laki dari siswa kelas 1. Dari keseluruhan responden gambaran
yang diamati meliputi nilai capaian siswa dan tingkat kecemasan yang diperoleh dari kuesioner TMAS.Dari
hasilpenelitiandapat dilihat bahwa sebagian besar remaja laki-laki tidak mengalami kecemasan yakni
sebanyak 43 siswa atau sama dengan 61.42%. Keadaan ini berbeda dengan siswa perempuan dimana
sebagian besar siswa perempuan mengalami kecemasan yakni sebanyak 57 siswa perempuan atau sama
dengan 77.02 persen. Pada remaja laki-laki jumlah terbanyak siswa yang tidak mengalami kecemasan
memiliki nilai rata-rata antara 80-90. sedangkan pada remaja perempuan yang memiliki jumlah kecemasan
tertinggi berada pada nilai capaian 8. Siswa SMU rentan terhadap kecemasan dan depresi. Stresor
psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang
itu terpaksa beradaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Perubahan lingkungan belajar juga
menjadi salah satu faktor pencetus kecemasan dan depresi pada siswa SMU. Pada penelitian ini tidak
ditemukan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan nilai capaian studi. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menegaskan hasil ini.
Kata kunci: Homeostasis, Stresorpsikososial, distorsipersepsi
Kecemasan timbul akibat adanya respon
terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi
dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam
hidupnya dan dituntut untuk mampu beradaptasi.1
Kecemasan akrab sekali dengan kehidupan
manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan,
ketakutan dan rasa tidak tentram yang biasanya
dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dari dalam
maupun dari luar individu.2
Kecemasan merupakan gejala normal pada
manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap
dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu
ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu
homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu
segera dihilangkan dengan berbagai macam cara
penyesuaian.3
Kecemasan merupakan gangguan mental
terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia
menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja
sering merasa cemas.4,5
Siswa SMU rentan terhadap kecemasan.
Stresor psikososial adalah setiap keadaan yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa beradaptasi atau
menanggulangi stresor yang timbul. Perubahan
lingkungan belajar juga menjadi salah satu faktor
pencetus kecemasan dan depresi pada siswa SMU. 5
Kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang
menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam
belajar, tapi ketenangan jiwa juga mempunyai
pengaruh atas kemampuan untuk menggunakan
kecerdasan tersebut. Kecemasan mempengaruhi hasil
belajar siswa, karena kecemasan cenderung
menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi.
Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan
menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan
menghubungkan satu hal dengan yang lain.6,7
Menelaah dari hal di atas, maka dapat
dimengerti bahwa siswa SMU mempunyai derajat
kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa preklinik dikarenakan tuntutan yang
lebih berat di lingkungan rumah sakit. Untuk itu
peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan derajat
kecemasan dan depresi antara Siswa SMU laki-laki
dan perempuan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan secara cross sectional.
Dalam penelitian cross sectional digunakan