You are on page 1of 64

1

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE


DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI
Achmad Suparto
STKIP PGRI Sumenep
ABSTRACT
Dismenore is the pain that is felt by teenagers when having menstruation.
Dismenore is caused by the imbalance of progesterone hormone in blood,
prostaglandin,and psychological factors that cause dismenore to some
adolescents. The pain when having menstruation is often felt by most of
the women. Based on the data of previous research, dismenore can disturb
approximately 50% of the women in reproduction period, and 60-85 % to
the teenage age. It causes them to be absent from their school and office. To
overcome the problem, some women use medicines that function curatively. This
research will give simple therapy alternatives which are preventive and can be
done easily.
The purpose of this research was to know the effectivness of
dismenore when teenagers get menstruation. This research was done on
March until April 2009 were using quasi experiment in one group (one group
pre test post test design). The samples were taken using purposive sampling
technique, for 15 respondent.
The research result was analyzed using T-test, which was paired simple Ttest since the distribution of the samples were normal. The result showed
that t value 5.405 > t table (1.761) and the significancy value of paired sample
T-test was 0.000 and the value was < () 0.05 from the significancy values 95%.
It meant that Ho was rejected and Ha was accepted. It could be concluded that
the effectiveness hypothesis of dismenore gymnastics in decreasing dismenore
pain of teenagers was accepted.
The next research was suggested to add the number of respondents, pay
attention to the psychical factors which could influence the effectiveness of
dismenore gymnastics and the need of observation and the fixed time of
gymnastics implementation so that dismenore gymnastics can be done correctly,
continuously and seriously.
Keyword

: Dismenore, teenagers , dismenore gymnastics

PENDAHULUAN
Masa remaja adalah suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seseorang. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa
anak ke masa dewasa yang ditandai

dengan percepatan perkembangan


fisik, mental, emosional, dan sosial
(F.J Monks, Koers,Haditomo,2002).
Perubahan paling awal muncul
yaitu perkembangan secara biologis.
Salah satu tanda keremajaan secara

biologi yaitu mulainya remaja


mengalami menstruasi. Menstruasi
dimulai
saat
pubertas
dan
kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak atau masa
reproduksi. Menstruasi biasanya
dimulai antara usia 10 dan 16 tahun,
tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status
nutrisi dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh. Walaupun
begitu, pada kenyataannya banyak
wanita yang mengalami masalah
menstruasi, diantaranya nyeri haid/
dismenore (Sumudarsono,1998).
Nyeri
haid/
dismenore
merupakan
adalah
ketidakseimbangan hormon
progesteron dalam darah sehingga
mengakibatkan rasa nyeri timbul,
faktor psikologis juga ikut berperan
terjadinya dismenore pada beberapa
wanita. Wanita pernah mengalami
dismenore sebanyak 90%. Masalah
ini setidaknya mengganggu 50%
wanita masa reproduksi dan 6085% pada usia remaja, yang
mengakibatkan banyaknya absensi
pada sekolah maupun kantor. Pada
umumnya
50 - 60%
wanita
diantaranya
memerlukan
obatobatan analgesik untuk mengatasi
masalah
dismenore
ini
(Annathayakheisha, 2009).
Latihan-latihan olahraga yang
ringan sangat dianjurkan untuk
mengurangi dismenore. Olahraga/
senam merupakan salah satu teknik
relaksasi yang dapat digunakan untuk

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan


saat melakukan olahraga/ senam
tubuh akan menghasilkan endorphin.
Endorphin dihasilkan di otak dan
susunan syaraf tulang belakang.
Hormon ini dapat berfungsi sebagai
obat penenang alami yang diproduksi
otak sehingga menimbulkan rasa
nyaman (Harry,2007). Dari
hasil
penelitian ternyata dismenore lebih
sedikit terjadi pada olahragawati
dibandingkan wanita yang tidak
melakukan
olahraga/
senam
(Sumudarsono, 1998).
Dari
uraian
diatas
dan
mengingat sering timbulnya masalah
dismenore pada remaja yang dapat
mengganggu
aktivitas
belajar
mengajar
maka
perlu adanya
penelitian untuk mencari alternative
terapi yang mudah dilakukan dan
tidak memerlukan biaya untuk
mencegah dan mengatasi masalah
dismenore tersebut dengan senam
dismenore
dalam
mengurangi
maupun mengatasi masalah nyeri
haid ini.
Tujuan dari p e n e l i t i a n ini
yaitu 1). Untuk mengetahui dan
menganalisa efektivitas dari senam
dismenore
dengan
adanya
perbedaan skala nyeri sebelum dan
sesudah melakukan senam dismenor
pada remaja putri 2). Mengukur
perbedaan tingkatan nyeri siswa saat
mengalami dismenore sebelum dan
setelah melakukan senam dismenore.
Manfaat dari penelitian ini antara
lain a). Dapat membantu remaja yang

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mengalami
dismenore
dalam
mengurangi dan mencegah nyeri saat
menstruasi sehingga dapat mengikuti
pembelajaran dari awal hingga akhir
mata pelajaran b). Sebagai informasi
bagi institusi pendidikan bahwa
senam
merupakan
salah
satu
alternatif terapi untuk mengatasi dan
mengurangi
siswa-siswa
yang
sehingga
mengalami
dismenore
mereka dapat lebih berkonsentrasi
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
dan
dapat
mengajarkan
gerakan
senam
tersebut kepada siswa-siswanya c).
Dapat menjadikan senam sebagai
salah satu alternatif terapi ke dalam
intervensi yang diterapkan perawat
untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan
bagi
masalah
dismenoreyang sering dialami remaja
d). Memberi pengalaman baru bagi
peneliti
dalam
melaksanakan
penelitian dan dapat mengetahui
keefektifan
terapi senam secara
langsung dalam menangani masalah
dismenore
remaja
dan
mengaplikasikan teori yang telah
didapat untuk mengatasi masalah
dismenore pada peneliti sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
quasi eksperimen dalam satu
kelompok (one group pre test post
test design). Karena rancangan ini
merupakan bentuk desain eksperimen
yang lebih baik validitas internalnya

daripada pre-eksperimen namun lebih


lemah dari true eksperimen. Dengan
mengobservasi sebanyak 2 kali yaitu
sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan. Kelompok diobservasi
sebelum
dilakukan
intervensi,
kemudian
diobservasi
kembali
setelah intervensi di lain waktu yang
telah ditentukan (Setiadi,2007).
Di sini peneliti mengukur
pengalaman skala nyeri remaja yang
mengalami dismenore pada bulan
lalu sebelum melakukan senam
dismenore, kemudian diukur skala
nyeri kembali setelah melakukan
senam
dismenore
saat
siklus
menstruasi bulan berikutnya.
Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling dimana
purposive sampling didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, dengan
ciri dan syarat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Notoadmojo,
2005). Berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditetapkan oleh peneliti
maka populasi yang telah ditetapkan
untuk diambil sampel adalah 15
orang.
Variabel dalam penelitian ini
adalah Variabel Independen dan
Variable dependen.
1.

Variabel Independen
Senam Dismenore
a) Definisi Operasional
Teknik relaksasi merupakan
salah
satu teknik dalam
memberikan kondisi yang

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

nyaman dan rileks pada


remaja
saat
mengalami
dismenore dengan melakukan
senam dismenore gerakan
sederhana minimal selama 3
hari sebelum menstruasi
setiap pagi dan atau sore hari.
Diharapkan senam tersebut
memberikan efek dalam
mengurangi dan mencegah
dismenore. Karena senam
dapat menyebabkan tubuh
menjadi
relaks
dengan
menghasilkan
hormon
endorphin.
b) Alat ukur
Berupa
gerakan
senam
sederhana yang dilakukan
minimal 3 hari sebelum
menstruasi pada pagi dan
atau sore hari.
2.

Variabel dependen
a) Nyeri
saat
menstuasi
sebelum melakukan senam
1) Definisi Operasional
Perasaan tidak nyaman
yang dirasakan remaja
saat menstruasi akibat
kontraksi
uterus
(dismenore)
sebelum
melakukan
teknik
relaksasi dengan senam
gerakan sederhana.
2) Alat Ukur
Lembar skala nyeri
Universal
Pain
Assessment
Tool
yang menampilkan

tingkatan nyeri 110 dan ekspresi


wajah
yang
ditampilkan
dan
lembar kuesioner
untuk mengetahui
lebih
mendalam
tentang siswa yang
mengalami
dismenore
(Kristiono, 2007).
b) Nyeri saat menstuasi setelah
melakukan senam
1) Definisi Operasional
Perasaan tidak nyaman
yang dirasakan remaja
saat menstruasi akibat
kontraksi
uterus
(dismenore)
sebelum
melakukan
teknik
relaksasi dengan senam
gerakan sederhana.
2) Alat Ukur
Lembar skala nyeri
Universal
Pain
Assessment Tool yang
menampilkan tingkatan
dan
nyeri
1-10
ekspresi wajah yang
ditampilkan dan lembar
kuesioner
untuk
mengetahui
lebih
mendalam
tentang
siswa yang mengalami
dismenore (Kristiono,
2007).
Peneliti mengidentifikasi remaja
putri yang mengalami dismenore,

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mengidentifikasi
skala
nyeri
dismenore yang mereka rasakan dari
pengalaman menstruasi bulan lalu,
serta
waktu
remaja
tersebut
mengalami
menstruasi
dengan
menyebar lembar observasi sebagai
tahap pretest. Melakukan pendekatan
pada remaja-remaja putri tersebut
satu persatu dan melakukan kontrak
tempat dan waktu. Kemudian peneliti
menjelaskan tujuan dan maksud dari
pertemuan yang telah disepakati dan
memberikan surat kesediaan mereka
menjadi responden.
Peneliti mengajarkan tentang
gerakan senam dismenore dan tata
cara
pelaksanaan,
kemudian
membuat kesepakatan agar remaja
bersedia untuk melakukan senam
dismenore tersebut di rumah selama
minimal 3 hari sebelum menstruasi
setiap pagi dan atau sore hari. Peneliti
memantau remaja tersebut dengan
bertemu langsung dengan remajaremaja
putri
tersebut
untuk
memastikan remaja tersebut, terus
bersedia melakukan senam yang telah
diajarkan sesuai aturan secara
mandiri di rumah. Untuk post test,
didapatkan setelah remaja tersebut
mengalami
dismenore
saat
menstruasi dan telah melakukan
senam selama minimal 3 hari
sebelum
menstruasi,
kemudian
diukur skala nyeri yang dirasakan.

HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

Dalam waktu tersebut telah


didapatkan 15 responden remaja putri
yang
mengalami
dismenore.
Responden-responden tersebut telah
memenuhi kriteria inklusi dan telah
melakukan senam dismenore untuk
mengetahui kefektifan senam tersebut
dalam
mengatasi
maupun
mengurangi nyeri haid/dismenore.
Tabel 1. Distribusi
Frekuensi
tingkatan
skala
nyeri
sebelum melakukan senam
dismenore pada remaja di
SMU N 2 Sumenep bulan
Maret-April 2009 n = 15
Skala nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri berat
Jumlah

Prosentase
(%)

53

6
15

40
100

Dari tabel diatas menunujukkan


tingkatan nyeri sebelum melakukan
senam dismenore terbanyak adalah
siswa dengan skala nyeri sedang
sejumlah 8 siswa (53%). Untuk
skala nyeri ringan sejumlah 1 orang
siswa (7%) dan skala nyeri berat
sebanyak 6 orang siswa (40%).

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Tabel 2. Distribusi
Frekuensi
tingkatan skala nyeri setelah
melakukan senam dismenore
pada remaja di SMU N 2
Sumenep bulan Maret-April
2009 n = 15
Skala nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri berat
Jumlah

Prosentase
(%)

11

73,33

26,67

0
15

0
100

Tabel
diatas
menunjukkan
perubahan skala nyeri setelah
melakukan senam dismenore dengan
skala nyeri ringan sebanyak 11 orang
siswa (73,33%) dan skala nyeri
sedang sebanyak 4 orang siswa
(26,67%).
Tabel 3. Hasil Uji Paired Sample
Test
efektivitas
senam
dismenore
dalam
mengurangi dismenore di
SMU N 2 Sumenep pada
bulan Maret-April 2009 n =
15

Uji Paired Sample t-Test


didapatkan nilai signifikansi yaitu
0,000 yang nilainya lebih kecil dari
taraf kesalahan () 0,05 atau dengan
signifikansi 95 % dan nilai mean
3,733, standart deviasi 3,195,

standart error mean 0,825. Nilai t


tabel adalah 1,761, maka daerah
penerimaan Ho antara -1,761 sampai
dengan 1,761. Pada penelitian ini,
nilai t hitung 4,525, maka nilai di
luar daerah penerimaan Ho, artinya
Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat diputuskan bahwa
hipotesis efektifitas senam dismenore
dalam mengurangi nyeri haid/
dismenore pada remaja diterima.
Dismenore atau nyeri haid adalah
normal, namun dapat berlebihan
apabila dipengaruhi oleh faktor fisik
dan psikis seperti stress serta
pengaruh dari hormon prostaglandin
dan progesteron. Selama dismenore,
terjadi kontraksi otot rahim akibat
peningkatan prostaglandin sehingga
menyebabkan
vasospasme
dari
arteriol uterin yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan kram pada
abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri di saat datang
bulan (Robert dan David, 2004).
Pengeluaran prostaglandin F2alfa
dipengaruhi oleh hormon progesteron
selama fase
luteal dari siklus
menstruasi dan mencapai puncaknya
pada saat menstruasi (Wiknjosastro,
1999).
Siswa
yang
mengalami
dismenore
menyatakan
mereka
minum obat atau jamu untuk
mengatasi nyeri saat haid/dismenore.
Untuk itu perlu adanya alternatif lain
yang bersifat preventif untuk
mengatasi
dismenore.
Setelah

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

melakukan senam dismenore terbukti


sebagian besar siswa melaporkan
adanya perubahan dalam rasa nyeri
yang mereka rasakan.
Olahraga
atau
senam
dismenore ini merupakan salah
satu teknik relaksasi. Olahraga atau
latihan fisik dapat menghasilkan
hormon endorphin. Endorphin adalah
neuropeptide yang dihasilkan tubuh
pada saat relaks/ tenang. Endorphin
dihasilkan di otak dan susunan syaraf
tulang belakang. Hormon ini dapat
berfungsi sebagai obat penenang
alami yang diproduksi otak yang
melahirkan
rasa nyaman dan
meningkatkan kadar endorphin dalam
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri
pada saat kontraksi.
Olahraga
terbukti
dapat
meningkatkan kadar b-endorphin
empat sampai lima kali di dalam
darah. Sehingga, semakin banyak
melakukan senam/olahraga maka
akan semakin tinggi pula kadar bendorphin.
Ketika
seseorang
melakukan olahraga/senam, maka bendorphin akan keluar dan ditangkap
oleh reseptor di dalam hipothalamus
dan sistem limbik yang berfungsi
untuk mengatur emosi. Peningkatan
b-endorphin terbukti berhubungan
erat dengan penurunan rasa nyeri,
peningkatan daya ingat, memperbaiki
nafsu makan, kemampuan seksual,
tekanan darah dan pernafasan
(Harry,2007). Sehingga olahraga atau
senam
akan
efektif
dalam

mengurangi masalah nyeri terutama


nyeri dismenore.
Tubuh bereaksi saat mengalami
stress. Faktor stress ini dapat
menurunkan ketahanan terhadap rasa
nyeri.
Tanda
pertama
yang
menunjukan keadaan stress adalah
adanya reaksi yang muncul yaitu
menegangnya otot tubuh individu
dipenuhi oleh hormon stress yang
menyebabkan tekanan darah, detak
jantung, suhu tubuh, dan pernafasan
meningkat.
Disisi lain saat stress, tubuh akan
memproduksi hormon adrenalin,
estrogen,
progesteron
serta
prostaglandin
yang
berlebihan.
Estrogen
dapat
menyebabkan
peningkatan kontraksi uterus secara
berlebihan, sedangkan progesteron
bersifat
menghambat
kontraksi.
Peningkatan
kontraksi
secara
berlebihan ini menyebabkan rasa
nyeri. Selain itu hormon adrenalin
juga
meningkat
sehingga
menyebabkan otot tubuh tegang
termasuk otot rahim dan dapat
menjadikan nyeri ketika haid
(Handrawan, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil data dan analisa yang telah
dilakukan maka dapat dikatakan
bahwa senam dismenore efektif
untuk mengurangi dismenore pada
remaja.
Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah jumlah

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

responden, memperhatikan faktor


psikis yang dapat mempengaruhi
keeefektifan senam dismenore dan
diharapkan
dalam
pelaksanaan
penelitian perlu adanya pemantauan
dalam melaksanakan senam
dan
waktu senam ditetapkan secara pasti
sehingga responden dapat dipantau

dan senam dismenore benar-benar


dilakukan dengan gerakan yang
benar, rutin dan serius/rileks. Karena
semakin rutin dan serius/rileks dalam
melaksanakannya maka keefektifan
senam dismenore ini akan dapat
nyatakan hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA
F.J. Monks, Koers, Haditomo.S.R . 2002. Psikologi perkembangan : pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sumodarsono,S. 1998. Pengetahuan praktis kesehatan dalam olahraga. Jakarta :
PT.Gramedia.
Annathayakeishka.
Nyeri
haid.
2009.
Available
http://forum.dudung.net/index.php?action=printpage;topic=14042.0.
Diposkan tanggal 10 Januari 2009.
Harry.

at

Mekanisme endorphin dalam tubuh. 2007. Available at


Http:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam
+ tubuh. Diposkan tanggal 10 Januari 2009

Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan


pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

riset

keperawatan.

Cetakan

Notoadmojo, S. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Dempsey, Patricia Ann dan Arthur. 2002. Riset keperawatan buku ajar
dan latihan. Alih bahasa : Palupi Widiastuti. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Kristiono.
Perkembangan
psikologi
remaja.
2007.
Available
at
Http://Kristiono.wordpress.com/2008/04/23/perkembangan-psikologiremaja/.
April 23, 2008. Diposkan tanggal 10 januari
2009.
Robert dan David. 2004. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta :
Bumi Aksara.
Wiknjosastro.H . 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
Adil, S. Tingkatannyeri. 2007.
Available
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/tingkatan-nyeri.html.
Diposkan tanggal 25 Desember 2008.
Handrawan.H. 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.

at

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG


PROFESIONALISME GURU DAN MINAT SISWA
DENGAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN PENJASORKES
Sunardi
Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
The purpose of this research is: (1) To See correlation between student
perceptions of teacher professionalism penjasorkes subjects with the results of
learning subjects penjasorkes, (2) To See correlation between the interest the
students towards subjects penjasorkes with the results of learning subjects
penjasorkes, and (3) To See correlation between student perceptions of teacher
professionalism penjasorkes subjects and student interests against penjasorkes
subjects with subjects learning outcomes students.
This study used descriptive correlation approach. The population of this
study was the students semester 2 class XI IPS Surakarta SMA Negeri 5 academic
year 2009/2010 some 200 were students. Determination of the number of samples
using the formula of Isaac and Michael in order to obtain 127 people as
respondents. Samples taken by simple random sampling using lottery. Data
collection technique for variable student perception about the professionalism of
teaching staff, penjasorkes (X1) and interest the students towards subjects
penjasorkes (X2) used questionnaire, the variable Y is used to value students'
report cards. The data analysis technique used is the technique of correlation
analysis and multiple linear regression.
Based on the research conclusions were taken: (1) There is a significant
positive relationship between students 'perception about the professionalism of
teaching staff, penjasorkes (X1) with the results of learning subjects penjasorkes
students (Y), (2) There was a significant positive relationship between students'
interests against foreign penjasorkes lessons (X2) with the results of learning
subjects penjasorkes students (Y), (3) There was a significant positive relationship
between students' perceptions about the professionalism of teaching staff,
penjasorkes (X1) and interest the students towards subjects penjasorkes (X2) with
learning outcomes eye penjasorkes lesson students (Y).

10

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Keyword : teacher professionalism, interest the students, results of learning


physical education.
PENDAHULUAN
Pendidikan
jasmani
pada
hakikatnya adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktifitas fisik
untuk
menghasilkan
perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik
dalam hal fisik, mental, serta
emosional. J. S. Husdarta (2009: 18)
menyatakan, Pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga
yang terpilih untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
Pendidikan jasmani memperlakukan
anak sebagai sebuah kesatuan utuh,
makhluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang
yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
Dalam kegiatan belajar mata
pelajaran penjasorkes (pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan)
terjadi interaksi antara siswa dengan
gurunya yang dikenal dengan istilah
interaksi paedagogis. Menurut Uyoh
Saduloh (2010: 143), Interaksi
paedagogis pada dasarnya adalah
komunikasi timbal balik antara anak
didik dengan pendidik yang terarah
kepada tujuan pendidikan. Dari
interaksi ini akan timbul persepsi
yang berbeda-beda dari masingmasing
siswa
tentang
profesionalisme dari guru tersebut.

Contoh adanya persepsi negatif


dari siswa tentang guru mata
pelajaran penjasorkes adalah siswa
tidak bisa menghargai namun takut
kepada gurunya. Hal ini dipicu dari
beberapa hal seperti dinyatakan
beberapa praktisi bahwa guru mata
pelajaran penjasorkes secara umum
belum menunjukkan profesionalnya.
Contohnya yaitu: guru mengajar
hanya duduk di pinggir lapangan,
sedangkan siswa suruh latihan
sendiri
tanpa
ada
motivasi,
penghargaan, dan perhatian yang
serius. Contoh yang lain guru
mengajar hanya secara tradisional
yaitu tanpa menggunakan media dan
metode yang sesuai dengan yang
seharusnya. Selain itu pola mengajar
guru mata pelajaran penjasorkes
yang
masih
konvensional.
Pembelajaran yang diberikan oleh
guru kurang adanya variasi sehingga
terkesan membosankan. Kasus yang
sering terjadi adalah penyampaian
materi dan pengambilan nilai pada
hari yang sama. Hal ini kurang
menarik bagi siswa karena siswa
dituntut untuk belajar melakukan
suatu aktifitas olahraga, misalnya
lempar cakram pada jam pertama
pelajaran untuk kemudian dituntut
harus mampu mempraktikkannya
dengan benar dalam ujian pada jam

11

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

kedua. Sementara pada waktu lain,


siswa tidak diberikan materi secara
khusus dan dibebaskan untuk
melakukan aktifitas jasmani pada
jam pelajaran penjasorkes.
Pola pembelajaran yang terkesan
kurang diperhatikan secara khusus
oleh guru mata pelajaran penjasorkes
dan siswa tersebut dipastikan akan
berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Driscoll dalam Hamzah B.
Uno (2009: 15) menyatakan ada dua
hal yang perlu diperhatikan terutama
oleh guru dan siswa dalam belajar,
yaitu: (1) belajar adalah suatu
perubahan yang menetap dalam
kinerja seseorang, dan (2) hasil
belajar yang muncul dalam diri siswa
merupakan akibat atau hasil dari
interaksi siswa dengan lingkungan.
Dari pernyataan Driscoll tersebut
dapat disimpulkan apabila proses
belajar tidak berjalan dengan benar,
maka hasil belajar tidak akan
maksimal. Harapan yang timbul dari
suatu proses belajar adalah agar hasil
belajar siswa baik.
Namun,
dewasa
ini
kebanyakan anak-anak dan remaja
kurang memiliki minat yang baik
terhadap aktifitas jasmani baik itu di
sekolah maupun diluar sekolah. Hal
ini tercermin pada aktifitas siswa
pada saat mengikuti pelajaran
penjasorkes di sekolah. Beberapa
siswa lebih menyukai bermain
dengan
teman
dan
kurang
memperhatikan
ketika
guru
menyampaikan materi pelajaran.

Mereka hanya mau melakukan


aktifitas jasmani sesuai dengan
instruksi guru hanya pada saat
pengambilan
nilai.
Kenyataan
tersebut seolah menunjukkan bahwa
siswa mengikuti mata pelajaran
penjasorkes hanya sekedar untuk
memperoleh nilai dan bukan karena
siswa tertarik untuk mengikuti dan
memiliki minat yang baik terhadap
mata pelajaran penjasorkes.
PEMBAHASAN
Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa
Inggris yaitu kata perception, yang
diambil dari bahasa latin perceptio,
yang
berarti
menerima
atau
mengambil. Menurut Leavitt dalam
Desmita (2009: 117), Perception
dalam pengertian sempit adalah
penglihatan,
yaitu
bagaimana
seseorang
melihat
sesuatu;
sedangkan
dalam
arti
luas,
perception adalah pandangan, yaitu
bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu.
Persepsi merupakan salah satu
aspek kognitif manusia yang sangat
penting. Hal ini memungkinkan
manusia untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya.
Persepsi diawali melalui sebuah
penginderaan dari stimulus yang
diterima seseorang, stimulus tersebut
dilanjutkan sebagai sebuah proses
persepsi
untuk
kemudian

12

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

diinterpretasikan. Dengan persepsi,


manusia dapat menangkap dan
memaknai
berbagai
fenomena,
informasi atau data yang senantiasa
mengitarinya.
Riset
mengenai
persepsi
menunjukkan
bahwa
individu yang berbeda dapat melihat
hal yang sama namun memahaminya
secara
berbeda.
Individu
menginterpretasikan apa yang dilihat
dan menyebutnya sebagai realitas.
Persepsi sebagai sebuah konstruk
psikologis akan sulit diartikan secara
utuh atau dijabarkan dengan tepat
dalam sebuah rumusan, namun
berdasar pendapat beberapa ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan tanggapan atau
penilaian
seseorang
terhadap
rangsangan (stimulus) yang diterima
melalui alat inderanyanya, dimana
rangsangan
itu
dapat
berupa
fenomena, benda mati, maupun
individu lain.
b. Faktor-Faktor

yang

Berperan

dalam Persepsi
Guna memahami persepsi lebih
dalam, perlu diketahui faktor-faktor
yang berperan dalam persepsi. Bimo
Walgito (2004: 90) menyatakan,
Beberapa faktor yang berperan,
yang merupakan syarat agar terjadi
persepsi, yaitu (1) Objek atau
stimulus yang dipersepsi; (2) Alat
indera dan syaraf-syaraf serta pusat
susunan syaraf, yang merupakan

syarat fisiologis; dan (3) Perhatian


yang merupakan syarat psikologis.
c. Prinsip-Prinsip Persepsi
Perlu
dipahami
mengenai
prinsip-prinsip persepsi agar tidak
terjadi salah interpretasi atau salah
pengertian. Slameto (2010: 103-105)
mengemukakan lima prinsip dasar
tentang persepsi, yaitu:
(1) Persepsi itu relatif bukannya
absolut, (2) Persepsi itu selektif,
(3) Persepsi itu mempunyai
tatanan, (4) Persepsi dipengaruhi
oleh harapan dan kesiapan
(penerima rangsangan), dan (5)
Persepsi
seseorang
atau
kelompok dapat jauh bebeda
dengan persepsi orang atau
kelompok
lain
sekalipun
situasinya sama.
d. Komponen Persepsi
Persepsi sebagai suatu interaksi
antara manusia dengan lingkungan
maupun dengan manusia lain
terdapat
beberapa
komponen
pembentuknya. Desmita (2009: 120)
menyatakan, Persepsi meliputi
suatu
interaksi
rumit
yang
melibatkan
setidaknya
tiga
komponen utama, yaitu: seleksi,
penyusunan, dan penafsiran.
Profesionalisme Guru
a.

Pengertian
Profesionalisme

Profesi

dan

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

13

Istilah profesi berasal dari bahasa


Inggris profession yang berakar dari
bahasa latin profesus yang memiliki
arti mengakui atau menyatakan
mampu atau ahli dalam suatu
pekerjaan.

keolahragaan kedalam praktik


pembinaan; (3) Kemampuan
dalam cabang olahraga atau
pemahaman tentang tugas gerak;
(4) Pengelolaan proses belajar
mengajar; (5) Keterampilan
sosial, termasuk kepemimpinan.

Profesionalisme guru adalah


kemampuan guru untuk melakukan
tugas pokoknya sebagai pendidik dan
pengajar
meliputi
kemampuan
merencanakan, melakukan, dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran. Profesionalisme guru
dalam pendidikan diartikan bahwa
guru haruslah orang yang memiliki
insting pendidik, paling tidak
mengerti dan memahami siswa. Guru
harus menguasai secara mendalam
minimal satu bidang keilmuan. Guru
harus memiliki sikap integritas
profesional. Dengan integritas itulah,
guru menjadi teladan atau role model
bagi siswanya. Empat kompetensi
dasar seorang pendidik yaitu
Kompetensi Paedagogi, Kompetensi
Kepribadian,
Kompetensi
Profesional, Kompetensi Sosial.

Seseorang
guru
pendidikan
jasmani
saat
sekarang
dan
mendatang
sangat
dituntut
profesionalismenya. Hal ini selaras
dengan persaingan dalam beberapa
aspek, yaitu aspek sosial, teknologi,
dan kemanusiaan, karena persyaratan
kemampuan
seseorang
yang
profesional
untuk
melakukan
pekerjaan semakin meningkat.

Untuk dapat menangani tugas


dalam
proses
belajar-mengajar,
menurut Husdarta (2009: 64)
sekurang-kurangnya
ada
lima
kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh guru penjaskes, yaitu:
(1) Penghayatan tentang landasan
falsafah profesi dan sikap sebagai
profesional; (2) Kemampuan
menerapkan prinsip dan teori
yang tersumber dari ilmu

Dalam
pembelajaran
penjasorkes,
seorang
guru
penjasorkes saat sekarang dan
mendatang
sangat
dituntut
profesionalismenya. Hal ini selaras
dengan persaingan dalam beberapa
aspek, yaitu aspek sosial, teknologi,
dan kemanusiaan, karena persyaratan
kemampuan
seseorang
yang
profesional
untuk
melakukan
pekerjaan semakin meningkat.
Profesi guru pendidikan jasmani
secara umum sama dengan guru mata
pelajaran yang lain pada umumnya,
namun secara khusus ada letak
perbedaan yang prinsip dan ini
merupakan ciri khas tersendiri. Guru
pendidikan jasmani tentunya telah
melewati sebuah proses pendidikan
melalui suatu lembaga pendidikan
yang profesional pula sehingga

14

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

tercapai
kompetensi
yang
diharapkan, serta layak dan mampu
untuk
mengajar.
Sehingga
diharapkan seorang guru pendidikan
jasmani
memiliki
kompetensi
sebagai berikut:
1) Pengetahuan
disiplin
keilmuan
Pengetahuan tentang dimensi
filosofis pendidikan jasmani
termasuk etika sebagai aturan
dan profesi.
2) Pengetahuan
dan
keterampilan professional.
Komponen ini meliputi aspek
humanistik dan tingkah laku
tentang pendidikan profesi.
3) Pengetahuan
dan
keterampilan kependidikan.
Komponen ini termasuk
belajar
dan
mengajar
penerapan teori dan aplikasi
professional dari batang
tubuh pengetahuan.
Minat
a. Pengertian Minat
Minat (interest), adalah keadaan
mental yang menghasilkan respon
terarah kepada sesuatu, situasi atau
obyek tertentu yang menyenangkan
dan
memberikan
kepuasan
kepadanya (statisfiers). Slameto
(2010: 180) mendefinisikan, Minat
adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Heru
Suranto
(2005:
30)
mengemukakan bahwa, Minat dapat
diartikan sebagai kecenderungan
untuk memilih dan atau melakukan
sesuatu hal atau obyek tertentu,
diantara sejumlah obyek yang
tersedia.
Minat muncul dari masingmasing individu ketika dihadapkan
pada beberapa pilihan akan benda,
aktifitas atau hal tertentu untuk
kemudian menentukan satu sebagai
pilihannya.
Seseorang
yang
menginginkan berprestasi dalam
bidang tertentu, secara pasti memiliki
minat yang tinggi pada bidang
tersebut. Demikian juga minat dapat
menimbulkan sikap yang merupakan
suatu kesiapan berbuat bila ada
stimulus sesuai dengan keadaan
tersebut.
Timbulnya minat seseorang
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
rasa tertarik atau rasa senang,
perhatian dan kebutuhan. Minat
timbul karena perasaan senang serta
tendensi yang dinamis untuk
berperilaku atas dasar ketertarikan
seseorang pada jenis-jenis kegiatan
tertentu. Perasaan senang seseorang
akan
menimbulkan
dorongandorongan dalam dirinya untuk segera
beraktifitas. Sehubungan dengan
minat terhadap salahsatu mata
pelajaran, dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan sumber motivasi
intrinsik bagi seseorang untuk

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

memperoleh
diminatinya.

sesuatu

yang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Minat
Minat seseorang tidak timbul
secara tiba-tiba. Minat tersebut ada
karena pengaruh dari beberapa
faktor.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi minat siswa, yaitu
faktor Internal, faktor Eksternal
Faktor-faktor yang menimbulkan
minat pada diri seseorang terhadap
sesuatu dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Faktor kebutuhan dari dalam.
Kebutuhan ini dapat berupa
kebutuhan yang berhubungan
dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial.
Timbulnya minat dalam diri
seseorang dapat didorong
oleh motif sosial yaitu
kebutuhan
untuk
mendapatkan
pengakuan,
penghargaan dari lingkungan
dimana ia berada.
3. Faktor emosional.
Faktor
yang
merupakan
ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian
terhadap suatu kegiatan atau
objek tertentu.
Minat Siswa Terhadap
Pelajaran Penjasorkes

Mata

15

Seringkali masyarakat rancu


pada pengertian penjas dan olahraga.
Pada dasarnya penjas dan olahraga
adalah berbeda. Menurut Husdarta
(2009: 21), Penjas berarti program
pendidikan
lewat
gerak
atau
permainan
dan
olahraga.
Selanjutnya, Sedangkan, pendidikan
olahraga adalah pendidikan yang
membina anak agar menguasai
cabang olahraga tertentu (Husdarta.
2009: 21). Mengingat penjasorkes
merupakan bagian dari pendidikan,
tak
selayaknya
penjasorkes
dikesampingkan dari pendidikan
secara keseluruhan. Proses dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran
penjasorkes
juga
berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa secara
keseluruhan.
Seperti
telah
dijelaskan
mengenai minat dan pentingnya
minat
dalam
belajar,
pada
pembelajaran
penjasorkes
juga
dibutuhkan minat dari siswa agar
siswa tersebut memberi perhatian
sehingga
dapat
mengikuti
pembelajaran dengan baik kemudian
memperoleh hasil yang baik dari
proses belajarnya itu.
Minat siswa terhadap mata
pelajaran penjasorkes adalah sikap
tertarik dan keinginan yang kuat dari
diri siswa untuk mengikuti dan
berprestasi dalam mata pelajaran
penjasorkes tanpa ada paksaan atau
suruhan dari pihak lain.

16

Hasil Belajar Penjasorkes Siswa


Pada tahun ajaran baru, mutu
pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan secara
umum disegala jenjang pendidikan
formal, termasuk SMA sering
dipermasalahkan. Permasalahan ini
seringkali
dikaitankan
dengan
adanya kecenderungan merosotnya
minat belajar dan hasil belajar yang
dicapai siswa.
Hasil belajar diperoleh melalui
proses belajar. Menurut Slameto
(2010: 2), Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secar
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungan.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah
(2005: 68), Secara umum, belajar
dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Dalam belajar terjadi sebuah
proses untuk memperoleh hasil yang
baik dan sesuai harapan. Muhibbin
Syah (2005:109) mendefinisikan,
Proses belajar adalah tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif
dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan itu bersifat
positif, dalam arti perubahan yang
terjadi adalah perubahan ke arah

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

yang lebih baik dari keadaan siswa


sebelumnya. Dalam proses belajar
siswa ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Slameto (2010:
54) mengolongkan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dalam 2
golongan, yaitu: (1) Faktor intern
yang meliputi: faktor jasmaniah,
faktor psikologis, dan faktor
kelelahan; (2) Faktor ekstern yang
meliputi: faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
Mimin Haryati (2007: 22)
menyatakan hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah
yaitu:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil
belajar
intelektual
yang
terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuan atau ingatan,
pemahaman,
aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang
terdiri dai lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau
reaksi penilaian, organisasi
dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil
belajar
ketrampilan
dan
kemauan bertindak, ada enam
aspek yaitu gerakan refleks,
ketrampilan gerakan dasar,
ketrampilan
membedakan
secara visual, ketrampilan

17

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

dibidang fisik, ketrampilan


komplek dan komunikasi.
Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar. Hasil
kognitif diukur pada awal dan akhir
pembelajaran, sedangkan untuk hasil
belajar afektif dan psikomotorik
diukur pada proses pembelajaran
untuk
mengetahui
sikap
dan
ketrampilan
siswa.
Ketiganya
dikonversi dalam bentuk nilai, yang
salah satunya berupa nilai akhir
semester yang dicantumkan dalam
raport.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada
penelitian ini
adalah metode
deskriptif
dengan
pendekatan
korelasional. Populasi dari penelitian
ini adalah siswa kelas XI IPS
semester 2 SMA Negeri 5 Surakarta
tahun pelajaran 2009/2010 dengan
jumlah 200 orang dari 5 kelas.
Diperoleh sampel sebanyak 127
orang siswa dari populasi. Teknik
sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah simple random
sampling. Sedangkan, untuk data
variabel hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes siswa yang berupa nilai
mata pelajaran penjasorkes siswa
diperoleh dari dokumen yang
dimiliki oleh guru mata pelajaran
penjasorkes.
Sebelum
angket
digunakan untuk pengambilan data
penelitian, terlebih dahulu dilakukan
uji coba angket tersebut untuk

memperoleh data yang nantinya akan


dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas. Tujuannya adalah agar
diketahui angket tersebut valid dan
reliabel.
Uji coba dilakukan tidak pada
responden penelitian. Pada penelitian
ini uji coba angket dilaksanakan di
SMA Negeri 4 Surakarta. Angket uji
coba terdapat pada lampiran 5. Pada
uji coba angket ini dipilih 30 orang
responden siswa kelas XI SMA
Negeri
4
Surakarta.
Setelah
dilakukan uji coba dan diperoleh data
hasil uji coba tersebut, maka
dilakukan penghitungan statistik
guna mengetahui validitas item
pernyataan dan reliabilitas angket.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi data dalam penelitian
ini meliputi persepsi siswa tentang
profesionalisme guru mata pelajaran
penjasorkes sebagai variabel bebas
pertama (X1), minat siswa terhadap
mata pelajaran penjasorkes sebagai
variabel bebas kedua (X2), dan hasil
belajar mata pelajaran penjasorkes
siswa kelas XI IPS semester 2 SMA
Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran
2009/2010 sebagai variabel terikat
(Y).
Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis data hasil
penelitian terhadap siswa kelas XI
IPS semester 2 SMA Negeri 5

18

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Surakarta tahun pelajaran 2009/2010,


dilakukan
pembahasan
sebagai
berikut:
1. Dari hasil analisis korelasi
variabel persepsi siswa tentang
profesionalisme
guru
mata
pelajaran
penjasorkes
(X1)
dengan variabel hasil belajar
mata pelajaran penjasorkes siswa
(Y) diperoleh nilai korelasi
sebesar 0,631 dan nilai thitung
sebesar 9,087 yang berarti bahwa
hubungan antara persepsi siswa
tentang profesionalisme guru
mata pelajaran penjasorkes (X1)
dengan hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes siswa (Y)
positif dan signifikan.

siswa tentang profesionalisme


guru mata pelajaran penjasorkes
(X1) dan minat siswa terhadap
mata pelajaran penjasorkes (X2)
dengan hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes siswa (Y)
kuat, searah dan signifikan.

2. Dari hasil analisis korelasi


variabel minat siswa terhadap
mata pelajaran penjasorkes (X2)
dan variabel hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes siswa (Y)
diperoleh nilai korelasi sebesar
0,697 dan nilai thitung sebesar
10,876 yang berarti bahwa
hubungan antara minat siswa
terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes (X2) dengan hasil
belajar
mata
pelajaran
penjasorkes siswa (Y) positif dan
signifikan.
3. Dari hasil analisis regresi linier
ganda
diperoleh
nilai
R X1X 2 Y 0,722
dan
Fhitung 67,167

yang

berarti

bahwa hubungan antara persepsi

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan analisis data dan
pembahasannya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang
signifikan antara persepsi siswa
tentang profesionalisme guru
mata pelajaran penjasorkes (X1)
dengan hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes siswa (Y)
sebesar 0,631. Artinya, siswa
yang memiliki persepsi positif
tentang profesionalisme guru
mata pelajaran penjasorkes akan
memperoleh hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes yang baik.
Sebaliknya, siswa yang memiliki
persepsi
negatif
tentang
profesionalisme guru penjasorkes
akan memperoleh hasil belajar
mata pelajaran penjasorkes yang
buruk.
2. Ada hubungan positif yang
signifikan antara minat siswa
terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes (X2) dengan variabel
hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes siswa (Y) sebesar
0,697. Artinya, siswa yang
memiliki minat yang tinggi

19

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes akan memperoleh
hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes
yang
baik.
Sebaliknya, siswa yang tidak
memiliki minat yang tinggi
terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes akan memperoleh
hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes yang buruk.
3. Ada hubungan positif yang
signifikan antara persepsi siswa
tentang profesionalisme guru

mata pelajaran penjasorkes (X1)


dan minat siswa terhadap mata
pelajaran
penjasorkes
(X2)
dengan hasil belajar mata
pelajaran penjasorkes siswa (Y)
sebesar 0,722. Yang dapat
diartikan bahwa hasil belajar
mata pelajaran penjasorkes siswa
dapat
ditingkatkan
dengan
membuat persepsi yang positif
dari
siswa
tentang
profesionalisme
guru
dan
meningkatkan
minat
siswa
terhadap mata pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Dasuki, dkk. 2010. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta: Dirjen
Peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Heru Suranto. 2005. Psikologi Olahraga. Surakarta: UNS Press
\J. S. Husdarta. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Alfabeta
Jamal Mamur Asani. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional.
Yogyakarta: Power Books (Ihdina)
Mimin Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada
Riduan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: CV. Alfabeta
Samsunuwiyati, Lieke Indieningsih Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Bandung:
PT. Refika Aditama

20

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Slameto. 2010. Belajar dan faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Stephen P. Robbins. 1999. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sumadi Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
____________. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: CV. Alfabeta
Uyoh Saduloh. 2010. Pedagogik. Bandung: CV. Alfabeta
Wagiman, Suharto, Noorhadi, Th., & H. Djono, R. 2002. Profesi Kependidikan I.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret

21

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN LATIHAN DAN


KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING
MENDATAR DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA
PSB BONANSA KELOMPOK UMUR 10-12
Pomo Warih Adi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
The objectives of this study are to find out: (1) The differences between
the effect of practice approach of massed practice and distributed practice toward
the short passing skill in football to the students in PSB BONANSA of the group
age 10-12 years old in 2010. (2) The differences between the effect of high eyeleg coordination and low eye-leg coordination toward the short passing skill to the
students in PSB BONANSA of the group age 10-12 years old in 2010. (3) The
interaction among the practice approach of massed practice, distributed practice,
and eye-leg coordination toward the short passing skill in football to the students
in PSB BONANSA of the group age 10-12 years old in 2010.
It is an experimental study. The population in this study is the students of
PSB BONANSA year 10-12 years old in 2010 consisting of 50 students. The
sampling of the study used stratified random sampling, in which 40 students were
as the sample of the study. The data collected were gained by using test and
measurement covering: eye-leg coordination by using soccer wall volley test and
test of short passing with the accuracy passing. The analyzed by using ANAVA
2X2.
Based on the result of the study, it concludes that: (1) There were
significant differences between the practice approach of massed practice and
distributed practice toward the short passing skill of the students in PSB
BONANSA year of 10-12 in 2010. (2) There were significant differences between
high eye-leg coordination and low eye-leg coordination toward the short passing
skill in football to the students year of 10-12 in PSB BONANSA 2010. (3) There
were no interaction between the practice approach and eye-leg coordination
toward the short passing skill in football to the students of PSB BONANSA year
of 10-12 in 2010.
Keyword : massed practice, distributed practice, passing skill in football
dunia. Cabang permainan sepak bola

PENDAHULUAN
Permainan
merupakan

salah

sepak

bola

satu

cabang

olahraga yang digemari diseluruh

cukup berkembang pesat termasuk di


Indonesia.

Namun

perkembangan

prestasi sepak bola di Indonesia

22

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

kurang memuaskan, berbagai strategi

merupakan penerapan teknik dasar

dan upaya pembinaan yang dapat

dalam

ditempuh

(Soekatamsi,

untuk

meningkatkan

bermain

sepak
1995:

bola
14).

nasional

Ketrampilan teknik bermain bola

diantaranya melalui penerapan ilmu

merupakan hal yang sistematis, terus

pengetahuan

teknologi,

menerus dan berkelanjutan, sehingga

pembibitan dan pemanduan bakat.

menghasilkan kerjasama yang baik

Untuk membenahi hal ini yang

antara sekumpulan otot-otot untuk

pertama dilakukan adalah pembinaan

pembentukan

prestasi yang dimulai sejak anak-

harmonis.

prestasi

anak

sepak

yang

memunculkan

bola

dan

diharapkan
bibit-bibit

gerakan

yang

dapat

Salah satu teknik dasar bermain

pemain

sepak bola adalah menendang bola.

sepak bola yang akan dibina untuk

Menurut

menjadi pemain yang berprestasi.

menendang

Sehingga akan menjunjung tinggi

ketrampilan

nama baik Bangsa dan Negara.

mendasar yang harus dikuasai dalam

Wahjoedi

(1999:

bola
paling

120)

merupakan
penting

dan

Teknik dasar bermain yang harus

permainan sepak bola. Oleh karena

dikuasai dalam permainan sepak bola

itu yang pertama kali harus dikuasai

antara lain adalah menendang bola,

oleh setiap pemain adalah teknik

menyundul bola, menggiring bola,

dasar menendang bola.

melmpar

bola

dan

sebagainya.

Soekatamsi

(1991:

14)

mengemukakan

bahwa,

teknik

bermain

merupakan

yang fundamental

kelengkapan

passing mendatar tersebut

maka

kemampuan passing mendatar ini


harus

mendapat

perhatian

yang

dasar

serius dalam latihan sepak bola.

bermain, disamping pembinaan lain.

Setiap individu pemain sepak bola

Berlatih teknik dasar dengan teratur

perlu dilatih kemampuan passing

memungkinkan

memiliki

mendatar. Demikian juga dengan

ketrampilan teknik bermain sepak

PSB BONANSA Solo dalam rangka

bola yang lebih baik. ketrampilan

untuk

teknik

kemampuan passing mendatar para

bermain

sebagai

Mengingat pentingnya latihan

anak

sepak

bola

meningkatkan

prestasinya,

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

23

pemainnya pun harus ditingkatkan.

seseorang akan berpengaruh terhadap

Untuk meningkatkan kemampuaan

kemampuan

passing mendatar para pemainnya

Apakah

diperlukan

koordinasi yang dimiliki seseorang

bentuk

latihan

yang

passing

benar,

mendatar.

baik

sesuai. Ada beberapa bentuk latihan

akan

yang

untuk

passing mendatar dalam permainan

meningkatkan kemampuan passing

sepak bola. Nampaknya hal itu perlu

mendatar diantaranya adalah dengan

dipertanyakan lagi dan perlu dikaji

metode latihan messed practice dan

lebih mendalam baik secara teori

metode distributed practice. Kedua

atau

metode latihan ini memiliki tingkat

eksperimen.

dapat

diberikan

kesulitan

dan

efektifitas

berbeda

dalam

praktik

kemampuan

melalui

penelitian

yang

meningkatkan

Permainan Sepak Bola


Sepak bola merupakan salah satu

kemampuan passing mendatar.


Koordinasi

mempengaruhi

tidaknya

mata-kaki

jenis

permainan

yang

memiliki

mempunyai peran penting dalam

prinsip-prinsip yang sederhana, yaitu

aktivitas

berusaha

dalam

olahraga
sepak

salah

bola.

satunya

Koordinasi

memasukan

bola

ke

gawang lawannya sebanyak mungkin

dibutuhkan untuk semua aktivitas

dan

yang

ketepatan

serangan lawan untuk melindungi

terhadap suatu sasaran. Koordinasi

atau menjaga gawang agar tidak

pada

kemasukan

membutuhkan

prinsipnya

merupakan

berusaha

menggagalkan

bola.

Sneyers

berpendapat

bahwa

pengaturan syaraf-syaraf pusat dan

(1998:

tepi

Prinsip dalam sepak bola sederhana

secara

menghubungkan

harmonis

dalam

gerakan-gerakan

sekali

3)

Jozef

yaitu

membuat

mecegah

Menurut Suharno HP. (1993: 61)

berbuat sama ke gawang sendiri


Teknik

sampai

dan

otot synergis dan antogonis selaras.


koordinasi adalah kemampuan atlet

jangan

gol

dasar

bermain

lawan

bola

untuk merangkaikan beberapa gerak

merupakan bagian

menjadi satu gerak yang utuh dan

untuk mencapai ketrampilan teknik

selaras. Koordinasi yang dimiliki

bermain

bola.

yang penting

Dapat

dikatakan

24

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

kualitas menang-kalahnya suatu tim

Gol

dapat

tingkat

tendangan yang baik dan tepat pada

penguasaan teknik dasar oleh para

gawang. Menurut Richard Widdows

pemainnya.

dan

ditentukan

oleh

Dalam hal ini Jozef Sneyers

dapat

diciptakan

Paul

Backle

melalui

(1981:26)

pertandingan-pertandingan

sepak

bahwa,

bola dimenangkan dengan mencetak

Mutu permainan suatu kesebelasan

gol lebih tujuh puluh persen dari gol-

ditentukan oleh suatu penguasaan

gol itu berasal dari tembakan. Hal

teknik dasar tentang sepak bola.

ini menunjukan bahwa kemampuan

Taktik tanpa teknik tidak mungkin,

untuk melakukan tendangan yang

kecuali

tepat dan akurat merupakan faktor

(1988:

10)

menyatakan

bila

taktik

itu

sangat

sederhana.
Pendapat

yang
diatas

menujukan

bahwa, penguasaan teknik dasar


bermain

sepak

bola

merupakan

penting

untuk

melakukan

operan atau mencetak gol ke gawang


lawan.
Kemampuan

dan

ketepatan

faktor yang akan mempengaruhi

tendangan dalam permainan sepak

penampilan pemain maupun tim

bola

secara kolektif, kualitas permainan

faktor. Menurut Wahjoedi (1999:

dan penerapan taktik bermain sepak

120)

bola. Taktik permainan sepak bola

prinsipnya dapat dilakukan dengan

tidak akan mempunyai arti, jika

kaki kanan maupun kiri, pada (1)

pemainnya tidak menguasai teknik

bagian

dasar bermain sepak bola.

punggung kaki, (3) bagian luar kaki.

Faktor-Faktor

yang

dipengaruhi

oleh

menendang

dalam

Menurut

bola

kaki,

Joseph

beberapa

A.

(2)

pada

bagian

Luxbacher

Mempengaruhi

(1997:105)

kemampuan

untuk

K e m a m p u a n Menendang Bola

melakukan tembakan dengan kuat

Tujuan utama permainan sepak

dan akurat menggunakan kedua kaki

bola adalah mencetak gol ke gawang

adalah faktor yang paling penting.

lawan

Kualitas

sebanyak-banyaknya

dan

mencegah lawan melakukan hal yang


sama pada gawang kesebelasannya.

seperti

antisipasi,

kemantapan dan ketenangan dibawah

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

tekanan

lawan

juga

tak

kalah

25

memberikan kontrol bola yang lebih


baik. Selain itu, kaki bagian dalam

penting.

merupakan permukaan yang lebih


Menendang Bola Dengan Kaki

tepat untuk melakukan passing.

Bagian Dalam
Menendang bola dengan kaki
bagian dalam merupakan salah satu
tendangan yang sering dilakukan
dalam

permainan

sepak

Tendangan

kaki

bagian

umumnya

disebut

juga

bola.
dalam

Analisa

Gerakan

Tendangan

Mendatar
Teknik menendang bola dalam
sepak bola menurut fungsinya dapat
dibedakan

menjadi

dua,

yaitu

passing.

passing (mengoper bola ke teman)

Tendangan kaki bagian dalam ini

dan shooting (menendang dengan

biasa digunakan untuk operan jarak

kuat kearah gawang). Seluruh kaki

pendek.

macam

dapat digunkan untuk menendang

tendangan, tendangan kaki bagian

bola dengan hasil yang berlainan

dalam merupakan tendangan rendah,

pula. Berdasarkan hal itu menendang

bola bergulir diatas tanah. Menurut

bola

Joseph A. Luxbacher (1997: 12)

menendang

ketrampilan pengoperan bola yang

menggunakan

paling dasar dan harus dipelajari

(inside), sisi luar kaki (outside) dan

terlebih dahulu biasanya disebut

punggung kaki penuh (instep). Maka

push pass (operan dorong). Teknik

dari itu akan dijelaskan analisis

pengoperan ini digunakan untuk

gerakan passing bawah dengan sisi

menggerakan bola sejauh 5 hingga

kaki

15 yard. Menurut Danny Mielke

melakukan passing bawah dengan

(2003: 20) kebanyakan passing

kaki bagian dalam tingkat ketepatan

dilakkukan

menggunakan

umpan ke teman sangat besar, agar

kaki bagian dalam karena di kaki

dapat mengirimkan bola dengan teliti

bagian itulah terdapat permukaan

kepada seorang kawan perlu dilatih

yang lebih luas bagi pemain untuk

terus

menendang

kecermatannya (Sneyers, 1989: 83).

Dilihat

dengan

bola,

dari

sehingga

dapat

bagian

dan

dibedakan

menjadi:

bola
sisi

dengan
dalam

dalam.

diperhatikan

kaki

Dalam

selalu

26

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Operan ini sering dipergunakan tim

(1996: 8-11) prinsip-prinsip dalam

sepak

latihan

bola

yang

mengandalkan

kecepatan

permainan

untuk

melakukan

penyerangan

maupun

olahraga

meliputi

Latihan-latihan
hendaknya

yang

(1)

dilakukan

diulang-ulang,

(2)

ini

Latihan yang diberikan hendaknya

dipergunakan untuk jenis operan

harus cukup berat, (3) Latihan yang

datar. Operan ini relatif lebih cepat

diberikan harus cukup meningkat, (4)

dibandingkaan operan lainnya.

Latihan

harus

dilakukan

teknik

teratur

dan

(5)

berdiri

berprestasi.

pertahanan.

Teknik

Secara
pelaksanaannya

dasar

umum
adalah

secara

Kemampuan

dengan bahu menghadap sasaran,


letakkan kaki tumpu disamping bola,
letakkan kaki ayun menyamping
dengan jari-jari kaki mengarah ke

Komponen-Komponen Latihan
Untuk lebih jelasnya komponen-

atas, kemudian tendang bola tepat


ditengahnya dengan menggunakan

komponen

kaki

diuraikan secara singkat sebagai

bagian

sisi

dalam

ayun,

lanjutkan gerakan tendangan kearah

berikut :

depan dengan tetap menjaga posisi

1)

dapat

dapat

Volume Latihan
Sebagai

kaki.

latihan

komponen

utama,

volume adalah prasarat yang sangat


penting untuk mendapatkan teknik

Prinsip-Prinsip Latihan
Dalam pelaksanaan latihan, baik
atlet

maupun

memperhatikan

yang tinggi dan pencapaian fisik

harus

yang baik. Menurut Sukardiyanto

prinsip-prinsip

dalam Andi Suhendro (1999: 3.17)

pelatih

latihan. Dengan mempetimbangkan

bahwa,

prinsip latihan tersebut diharapkan

ukuran yang menunjukkan jumlah

latihan

dapat

repetisi, seri atau set dan panjang

meningkat dan tidak berakibat buruk

jarak yang ditempuh. Sedangkan

baik terhadap fisik maupun teknik

repetisi menurut Suharno HP. (1993:

atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer

32) adalah ulangan gerak brerapa

yang

dilakukan

volume

latihan

adalah

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

27

kali atlet harus melakukan gerak

Intensitas adalah fungsi dari

setiap giliran. Pengertian seri atau

kekuatan rangsangan syaraf yang

set menurut M. Sajoto (1995: 34)

dilakukan

adalah suatu rangkaian gerakan

kekuatan

dalam satu repetisi.

dari berapa kecepatan geraknya,

Peningkatan

volume

latihan

dalam

latihan,

rangsangan

dan

tergantunng

variasi interval atau istirahat diantara

dari

tiap ulangannya. Suharno HP. (1993:

yang

31) menyatakan, Intensitas adalah

memiliki komponen relatif dan juga

takaran yang menunjukan kadar atau

pada cabang olahraga yang menutut

tingkatan pengeluaran energi atlet

kesempurnaan

dalam aktivitas jasmani baik dalam

merupakan
semua

puncak

cabang

ketrampilan

latihan

olahraga

teknik
taktik.

atau
Hanya

latihan maupun pertandingan.

pengulangan latihan yang tinggi

Untuk memperoleh hasil yang

yang dapat menjamin akumulasi

optimal, maka intensitas latihan yang

jumlah ketrampilan yang diperlukan

diberikan tidak boleh terlalu tinggi

untuk perbaikan penampilan secara

atau terlalu rendah, maka pengaruh

kuantitatif.

latihan yang ditimbulkan sangat kecil

Perbaikan

penampilan

seorang atlet merupakan hasil dari

bahkan

adanya peningkatan jumlah satuan

Sebaliknya bila intensitas latihan

latihan serta jumlah kerja yang

terlalu tinggi dapat menimbulkan

diselesaikan setiap satuan latihan.

cidera.

2)

3)

Intensitas Latihan
Disamping volume dan densitas,

intensitas

latihan

merupakan

tidak

ada

sama

sekali.

Densitas Latihan
Menurut

Andi

Sukadiyanto

Suhendro

(1999:

dalam
3.24)

komponen yang sangat penting untuk

Density merupakan ukuran derajat

dikaitkan

kepadatan

dengan

komponen

suatu

latihan

Dengan

yang

kualitatif kerja yang dilakukan dalam

dilakukan.

kurun waktu yang diberikan. Lebih

densitas

banyak kerja yang dilakukan dalam

hubungan yang dinyatakan dalam

satuan waktu akan lebih tinnggi pula

waktu antara kerja dan pemulihan.

intensitasnya.

Densitas

berkaitan

yang

demikian

dengan

mencukupi

suatu

akan

28

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

latihan,

permasalahan dan akhirnya akan

menghindarkan atlet dari kelelahan

menyebabkan tekanan terhadap otot,

yang

yang

khususnya selama tahap dimana

seimbang akan mengarah kepada

koordinasi syaraf otot berada dalam

pencapaian

keadaan lemah. Suatu gambaran

menjamin

efisiensi

berlebihan.

rasio

Densitas

optimal

antara

rangsangan latihan dan pemulihan.

kelompok

individual

terhadap

direncanakan

ketrampilan yang komplek, dapat

diantara dua rangsangan bergantung

membedakan dengan cepat mana

langsung pada intensitasnya dan

yang memiliki koordinasi yang baik

lamanya setiap rangsangan yang

dan yang jelek.

Istirahat

yang

diberikan. Rangsangan diatas tingkat


intensitas

submaksimal

Komponen-komponen

latihan

menuntut

yang telah disebutkan diatas harus

interval istirahat yang relatif lama,

dipahami dan diperhatikan dalam

dengan maksud untuk memudahkan

pelaksanaan

pemulihan

memperoleh

hasil

menghadapi rengsangan berikutnya.

optimal,

Komponen-komponen

Sebaliknya rangsangan pada tingkat

latihan tersebut harus diterapkan

rendah membutuhkan sedikit waktu

dengan baik dan benar.

seseorang

dalam

latihan.

Untuk

latihan

yang

untuk pemulihan, kerena tuntutan


terhadap organismenya pun juga

Peranan Koordinasi Mata-Kaki

rendah.

dengan Menendang Bola

4)

Kompleksitas Latihan
Kompleksitas

Menendang

bola

merupakan

dikaitkan

pada

teknik

latihan

yang

membutuhkan koordinasi yang baik.

latihan.

Dalam gerakannya, koordinasi yang

Kompleksitas dari suatu ketrampilan

dibutuhkan adalah koordinasi mata-

membutuhkan

dapat

kaki. Koordinasi mata-kaki berperan

yang penting

untuk mengoper bola dengan baik

dalam menambah intensitas latihan.

dan tepat sasaran. Harsono (1988:

Ketrampilan yang sulit atau rumit,

220) menyatakan, suatu ketrampilan

mungkin

atau

tingkat

kerumitan

dilaksanakan

menjadi

dalam

koordinasi,

penyebab

akan

menimbulkan

dalam

skill

sepak

bola

menuntut

yang

adanya

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

29

yang

variabel manipulatif terdiri atas :

dibutuhkan dalam ketrampilan di

Latihan dengan pendekatan massed

antaranya

practice.dan

koordinasi.

Koordinasi

koordinasi

(foot-eye

mata-kaki

coordination)

dan

Latihan

dengan

pendekatan

distributed

koordinasi mata-tangan (eye hand

practice.Variabel atributif dibedakan

coordination). Koordinasi mata-kaki

atas : Koordinasi mata-kaki tinggi

dibutuhkan dalam gerakan seperti

dan Koordinasi mata-kaki rendah.

dalam

Sedangkan

skill

menendang

bola,

menggiring bola.

(dependen)

Pendapat tersebut menunjukan


bahwa, ketepatan passing dalam
sepak

bola

variabel

merupakan

adalah

terikat
kemempuan

menendang bola.
Populasi dalam penelitian ini

suatu

adalah siswa PSB BONANSA Solo

keterampilan yang memiliki cukup

kelompok umur 10-12 tahun tahun

gerakan

2010 berjumlah

komplek.

Kemampuan

50 anak. Teknik

seorang pemain menendang bola

pengambilan sampel yang digunakan

baik untuk mengoper kepada kawan

adalah Stratified Random Sampling.

atau menembak ke gawang lawan

Sampel

dibutuhkan

kemudian

koordinasi

mata-kaki.

sejumlah

40

anak

dikelompokkan

ini

sesuai

Koordinasi mata-kaki yang baik,

rancangan faktorial 2 x 2 yaitu

maka gerakan menendang bola dapat

menjadi 4 kelompok, dimana setiap

dilakukan dengan baik dan tepat

kelompok terdiri dari 10 anak, utuk

sasaran.

pengelompokkanya dilakukun secara

Namun

sebaliknya,

koordinasi mata-kaki yang buruk,

acak

(random).

Teknik

maka gerakan menendang bola tidak

Pengumpulan

akan baik dan tepat sasaran.

memperoleh data yang diperlukan

Data

Untuk

dalam penelitian ini diadakan tes dan


pengukuran.

METODE PENELITIAN
Penelitian
metode

ini

eksperimen.

menggunakan

koordinasi

Untuk
mata-kaki

mengukur
adalah

Penelitian

menggunakan soccer wall voley test

menggunakan rancangan faktorial 2

dan tes menendang bola untuk

X 2. Variabel bebas (independent)

30

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mengukur

kemampuan

passing

rata-rata peningkatan tes 1.70.


Bila kedua pendekatan latihan

mendatar.

dibandingkan,
HASIL

PENELITIAN

diketahui

DAN

PEMBAHASAN
Deskripsi hasil analisis data dan

maka

bahwa

dapat

kelompok

perlakuan

dengan

bentuk

pendekatan

massed

practice

hasil kemapuan tendangan mendatar

lebih baik dari pada kelompok

pada

perlakuan

siswa

PSB

BONANSA

kelompok umur 10-12 tahun tahun


2010 yang dilakukan sesuai dengan
kelompok

yang

dibandingkan,

dengan

bentuk

pendekatan distributed practice.


2.

Jika kelompok siswa dengan


koordinasi

mata-kaki

rendah

disajikan dalam bentuk tabel sebagai

yang

berikut :

dengan

bentuk

pendekatan

massed

practice

mempunyai

Tabel 1. Ringkasan
Statistik

Angka-Angka
Deskripsi

Data

Hasil Kemampuan

Tendangan

Mendatar

Tiap

perlakuan

rata-rata peningkatan tes 1.10.


Sedangkan

kelompok Perlakuan.
1.

mendapat

kelompok

siswa

dengan

koordinasi

mata-kaki

rendah

yang

mendapat

perlakuan

dengan

bentuk

pendekatan distributed practice

Jika kelompok siswa dengan

mempunyai

koordinasi

peningkatan tes 0.30. Bila kedua

yang

mata-kaki

mendapat

tinggi

perlakuan

rata-rata

pendekatan

latihan

dengan

bentuk

pendekatan

dibandingkan,

massed

practice

mempunyai

diketahui

rata-rata peningkatan tes 2.20.

perlakuan

dengan

bentuk

Sedangkan

pendekatan

massed

practice

dengan

kelompok

koordinasi

siswa

mata-kaki

maka

bahwa

dapat

kelompok

lebih baik dari pada kelompok

tinggi yang mendapat perlakuan

perlakuan

dengan

pendekatan distributed practice.

bentuk

pendekatan

distributed practice mempunyai

dengan

bentuk

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Pembahasan Hasil Penelitian


1.

Perbedaan

Pengaruh

31

2.

Perbedaan

Koordinasi Mata-Kaki Tinggi

Pendekatan Latihan Massed

dan

Practice

terhadap

dan

Distributed

Pengaruh

Koordinasi

Rendah

Kemampuan

practice terhadap Kemampuan

Tendangan Mendatar dalam

Tendangan Mendatar dalam

Permainan Sepak Bola

Permainan Sepak Bola

Berdasarkan pengujian hipotesis

Berdasar

pengujian

hipotesis

kedua

menunjukan

bahwa,

ada

pertama menunjukan bahwa, ada

perbedaan pengaruh yang signifikan

pengaruh antara pendekatan latihan

antara koordinasi mata-kaki tinggi

massed

dan koordinasi mata-kaki rendah

practice

dan

distributed

practice dalam terhdap kemampuan

teradap

tendangan mendatar pada siswa usia

mendatar pada siswa usia 10-12

10-12 tahun PSB BONANSA tahun

tahun PSB BONANSA. Siswa yang

2010. Kelompok yang mendapat

memiliki

perlakuan pendekatan latihan massed

mempunyai peningkatan kemampuan

practice memiliki peningkatan lebih

tendanngan mendatar yang lebih baik

dibanding dengan kelompok yang

daripada

mendapat

perlakuan

dengan

koordinasi mata-kaki rendah.

pendekatan

distributed

practice.

Ditinjau

dari

hasil

kemampuan

kemampuan

tendangan

koordinasi

siswa

Dari
dihasilkan

yang

tinggi

memiliki

angka-angka
dalama

yang

analisis

data

tendangan mendatar yang dihasilkan

menunjukan

bahwa

ternyata

rata-rata

peningkatan

pendekatan latihan massed practice

kemampuan

tendangan

lebih baik daripada

kelompok

pada siswa yang memiliki koordinasi

dengan bentuk pendekatan latihan

tinggi lebih baik 1,5 dari pada

distrbuted practice. Hal ini dapat

kelompok yang memiliki kelincahan

dilihat dari nilai peningkatan massed

rendah.

practice

kelompok

yaitu

3,30

perlakuan

sedang

distributed practice hanya 1,00.

perbandingan
hasil
mendatar

32

3.

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Interaksi antara Pendekatan

Latihan.

Massed Practice, Distributed

Berdasarkan

Practice

dan

Koordinasi

Mata-Kaki

terhadap

Kemampuan

tendangan

gambar

menunjukkan bahwa, bentuk garis


perubahan

besarnya

nilai

peningkatan kemampuan tendangan

Mendatar dalam Permainan

mendatar

yaitu

Sepak Bola

sehingga

jika

Untuk kepentingan pengujian

diteruskan akan terdapat satu titik

interaksi faktor utama terbentuklah

pertemuan atau berpotongan. Hal ini

tabel sebagai berikut :

artinya, ada kecenderungan interaksi

Tabel 8. Pengaruh

sederhana,

Pengaruh
Interaksi

Utama

Kemampuan

garis

sejajar,
tersebut

antara koordinasi mata-kaki dan


pendekatan berlatih.

Utama

Berdasarkan hasil analisis data

Peningkatan

diperoleh nilai Fhit = 0,9866 ternyata

Tendangan

lebih kecil dari Ftabel = 4,11 pada

Faktor

terhadap

dan

tidak

Mendatar dalam Permainan

taraf

signifikansi

Sepak Bola.

menunjukkan
keduanya

5%.

bahwa
belum

Ini
antara

diketemukan

interaksi. Hal ini bisa dikarenakan


sampel penelitian yang terbatas dan
bisa juga karena waktu penelitian
yang singkat. Tetapi dilahat dari
interaksi koordinasi dan pendekatan
latihan

(gambar

7)

yang

menunjukkan dua garis yang tidak


sejajar melainkan cenderung bertemu
disatu

titik

itu

artinya

memungkinkan ada interaksi antara


koordinasi mata-kaki dan pendekatan
Gambar7.

Bentuk

Interaksi

Koordinasi dan Pendekatan

berlatih.

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

10-12 tahun tahun 2010. Dari

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan

analisis

pembahasannya

yang

dilakukan,

dapat

maka

33

dan

hasil perhitungan diperoleh Fo=

telah

10,6510 lebih besar dari Ft =

ditarik

4,110. Ini berarti hipotesis nol

kesimpulan sebagai berikut :

ditolak sehingga ada perbedaan

1. Ada perbedaan pengaruh yang

yang signifikan antara koordinasi

meyakinkan antara latihan massed

mata-kaki

practice

dengan

koordinasi mata-kaki rendah.

distributed

practice

latihan

tinggi

dengan

terhadap

3. Tidak ada interaksi antara metode

kemampuan

latihan dan koordinasi mata-kaki

tendangan mendatar dalam sepak

dalam peningkatan kemampuan

bola pada siswa PSB BONANSA

tendangan

kelompok

tahun

permainan sepak bola. Dari hasil

tahun 2010. Dari analisis data

analisis data yang telah dilakukan

menunjukkan Fo = 4,5302 lebih

menunjukan tidak ada interaksi,

besar dari Ft = 4,110. Ini berarti

hal ini ditunjukan dengan Fo =

bahwa

ditolak

0,9866 lebih kecil dari Ft = 4,110.

sehingga ada perbedaan yang

Yang bearti hipotesis nol diterima

signifikan antara kedua kelompok

sehingga

perlakuan.

bahwa tidak diketemukan adanya

peningkatan

umur

10-12

hipotesis

nol

2. Ada perbedaan pengaruh yang


meyakinkan

antara

tinggi

koordinasi

dan

koordinasi
rendah

terhadap peningkatan kemampuan


tendangan

mendatar

dalam

permainan sepak bola pada siswa


PSB BONANSA kelompok umur

mendatar

dapat

dalam

disimpulkan

interaksi antara bentuk latihan


massed

practice,

distributed

practice dan koordinasi matakaki.

34

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

DAFTAR PUSTAKA
Andi Suhendro. 2004. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Danny Mielke. 2007. Dasar-Dasar Sepak Bola. Alih Bahasa. Eko Wahyu
Setiawan. Bandung : PT Intan Sejati
Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : UNS Pres.
Luxbacher, Joseph. 1997. Sepak Bola Langkah-Langkah Menuju Sukses. Alih
Bahasa. Agus Setiadi. Jakarta : PT. Gramedia
M. Sajoto. 1998. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam
Olahraga. Semarang : Dahara Prize
Mulyono B. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Sepak Bola. Surakarta : JPOK
FKIP UNS
Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihsn Sepak Bola. Jakarta : Depdikbud.
Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar dan Metode. Jakarta :
PT. Gramedia
Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta : Tiga Serangkai
1988. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta : Tiga
Serangkai
Soedjono. 1985. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT BP.
Kedaulatan Rakyat
Sneyars, Jozef.1990. Sepak Bola Remaja. Bandung : PT. Rosda Jayaputra
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Pers
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Pers
Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta
Sutrisno Hadi. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset
Yusuf Adisasmita & Aip Syaifudin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta :
Depdikbud Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

35

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SINTETIS PROGRESIF DAN


UMPAN BALIK MELALUI MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN
HASIL PEMBELAJARAN RENANG GAYA PUNGGUNG

Tri Winarti Rahayu


Heru Suranto
Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT
Tri Winarti Rahayu, Heru Suranto,2011. Application of Synthetic Progressive
Learning Method And Feedback with Video To Improve Learning Outcomes
Back Crawl Style.
This study aims to improve outcomes Back Crawl Style On Learning
2010/2011. Lesson Learning Through the Application of Synthetic Methods
Feedback With Video. The research was conducted by using a design of action
research (action research), study design consists of four components, namely:
planning, implementation of the action, observation and reflection on each cycle.
Action in such research is a Back Crawl Style to improve the Learning Center
Back In Style Student .Lesson Learning Through the Application of Synthetic
methods Feedback With Video. Based on the analysis and reflection on action
cycles that have been implemented then obtained the following conclusions: (1)
The method of synthesis and progressive feedback darting through the effective
use of video to enhance the ability of swimming back crawl on Student, (2)
Method of synthesis of progressive and feedback darting through the effective use
of video to improve learning outcomes swimming back crawl on Student
Keywords: Sintetis Progresif Metode, Feedback , Video, Study Result

JPOK FKIP diharapkan dapat

PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi

yang

harus dimiliki mahasiswa lulusan


JPOK

adalah

guru

olahraga

yang

professional, dan mengajar berenang

dapat

merupakan salahsatu bagian dari

berenang,

tugas seorang guru olahraga. Untuk

disamping beberapa cabang olahraga

menjadi guru renang yang profesional

lainnya. Karena lulusan mahasiswa

dituntut beberapa syarat yang harus

mengajarkan

FKIP

menjadi

olahraga

36

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

dipenuhi, antara lain adalah dapat

diberikan pada renang I adalah

berenang dengan baik dan benar

renang gaya bebas dan gaya dada,

sesuai dengan perkembangan ilmu

sedangkan pada renang II materi

berenang, memiliki dasar pendidikan

yang diberikan adalah renang gaya

formal, memiliki pengetahuan lain

punggung

sebagai

guru

Materi pada renang II memiliki

renang, seperti (ilmu jiwa,didaktif-

tingkat kesulitan yang lebih tinggi

metodik umum dan khusus berenang,

dibandingkan dengan materi pada

ilmu melatih umum dan khusus,

renang I. Renang gaya punggung

kinesiologi, sosiologi, psikologi dan

memiliki

lain - lain)

cukup tinggi karena perenang harus

pelengkap

menjadi

dan

gaya

tingkat

kupu-kupu.

kesulitan

yang

Mata kuliah renang di JPOK

membuat posisi terlentang (sikap

masih dianggap sebagai mata kuliah

berenang pada gaya punggung) pada

yang sulit oleh sebagian mahasiswa.

permukaan air.

Mereka yang tidak berhasil atau


gagal

dalam

mempunyai

mata
berbagai

kuliah

ini

alasan,

Berdasarkan hasil pengamatan


terhadap proses pembelajaran renang
khususnya

gaya

punggung

pada

diantaranya adalah takut air, trauma

angkatan sebelumnya, jika dilihat

berenang, mengidap penyakit, tidak

dari partisipasi mahasiswa masih

dapat menerapkan teori berenang ke

sangat rendah, hanya 60% yang

dalam prakteknya, metode dan media

berpartisipasi

pembelajaran yang tidak sesuai dan

maksimal,

masih banyak lagi alasan-alasan yang

pembelajaran renang yang diperoleh

menyebabkan mereka gagal dan tidak

melalui uji kompetensi 70% yang

lulus dalam mata kuliah ini. Mata

berhasil lulus dengan rentang nilai,

kuliah renang mempunyai bobot 4

selebihnya harus mengikuti program

SKS, yang terbagi menjadi 2 SKS di

remidial ataupun harus mengulang di

semester genap dengan nama mata

semester

kuliah renang I dan 2 SKS lagi di

mahasiswa dalam mata kuliah ini

semester gasal atau dengan nama

merupakan

mata kuliah renang II. Materi yang

renang untuk mencari solusinya.

dan

aktif

secara

selain

itu

hasil

berikutnya.

tugas

team

Kegagalan

teaching

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

37

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah

keberhasilan

satu penentu keberhasilan proses

belajar

pembelajaran

umpan balik yang dilakukan dosen

adalah

penggunaan

mahasiswa

berenang.

dalam

Keberhasilan

balik

kepada mahasiswanya tidak dapat

pembelajaran yang tepat sehingga

dilepaskan dari media umpan balik

proses pembelajaran dapat berjalan

yang digunakan. Dalam pembelajaran

secara efektif dan efisien, berarti juga

mata kuliah renang umpan balik yang

prosentasi

dilakukan

metode

dan

umpan

kegagalan

mahasiswa

dapat ditekan seminimal mungkin.


Salah satu metode pembelajaran

dengan

media video sangat sesuai untuk


menggambarkan

dalam

sebenarnya.

pembelajaran renang gaya punggung

Umpan

yang

dapat

digunakan

menggunakan

kondisi

balik

yang

dengan

adalah metode pembelajaran sintetis

menggunakan media video adalah

progresif. Metode pembelajaran ini

memberikan

merupakan salah satu metode bagian

mahasiswa dengan memperlihatkan

(Part Method) yang dapat digunakan

gambar yang bergerak yang sudah

untuk

mereka lakukan dalam membelajaran

membantu mahasiswa untuk

mengusai
berenang

keterampilan
secara

bertahap

umpan

balik

pada

dasar

yang kemudian di bandingkan dengan

dan

gerakan yang benar.Video merupakan

meningkat. Metode pembelajaran ini

media

akan membantu mahasiswa untuk

penyampaaian informasi, terutama

dapat menguasai

yang

masing-masing

yang

efektif

menyangkut

unsur

Dengan

sebelum diberikan gerak berikutnya

membantu siswa dalam mempelajari

yang kemudian dirangkaikan. Metode

gerak secara lebih teliti dan benar

sintetis progresif

sehingga

akan

metode ini lebih sesuai dengan sifat

pelaksanaan

proses

kelengkapan

yang berkualitas.

saat

bergerak

diair.

Disamping metode yang tepat, umpan


balik yang diberikan juga membawa
pengaruh

terhadap

tingkat

video

ini

gerak.

tahap rangkain gerakan berenang

di pilih karena

media

dalam

akan

membantu
pembelajaran

38

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Teknik

Dasar

Renang

Gaya

diperhatikan, antara lain posisi


kepala, badan dan kaki, kepala

Punggung
Renang

gaya

punggung

harus setengah bagian kepala

yang

masuk kedalam air sehingga

mempunyai tingkat kesulitan yang

permukaan air pada kedua daun

cukup

dalam

telingga dan pandangan kearah

mempelajari renang gaya punggung,

atas, posisi badan membuat sikap

kesulitan

badan

merupakan

gaya

tinggi

renang

karena

pertama

yang dihadapi

lurus

dengan

cara

adalah membuat posisi telentang

menekan pantat kearah atas,

(sikap punggung) pada permukaan

kedua kaki harus lurus sampai

air. Pada saat berenang sikap badan

telapak

yang

pada

permukaan air. Dengan demikian

permukaan air) merupakan hal yang

maka posisi badan terlentang

prinsip

lurus pada permukaan air akan

streamline

harus

(datar

dilakukan.

Dalam

mempelajari renang gaya punggung,


ada

beberapa

tahapan

gerak

kaki

tepat

dibawah

mudah dilakukan.
2) Gerakan kaki

(keterampilan dasar renang gaya

Gerakan

punggung)

dikuasai.

punggung dilakukan naik-turun

adalah

secara bergantian antara kaki kiri

Tahapan

yang
gerak

harus
tersebut

kaki

pada

gaya

sebagai berikut:

dan kanan pada bidang vertikal.

1) Posisi badan

Gerakan kaki ini dimulai dari


harus

pangkal paha dan diperluas pada

dipegang dalam renang adalah

persendian lutut. Gerakan kaki

posisi badan yang streamline

ke bawah dilakukan secara lurus

(datar)

air.

dan rilex, sedangkan pada saat

Dengan tahanan depan yang

gerakan kaki ke atas dilakukan

kecil maka orang akan mudah

dengan gerakan paha terlebih

bergerak di dalam air. Untuk

dahulu

mendapatkan posisi streamline

bengkokan

pada renang gaya punggung, ada

kemudian

beberapa

pukulan kaki ke atas dengan

Prinsip

utama

pada

hal

yang

permukaan

yang

harus

sehingga
pada

terjadi

lutut,

dilakukan

baru

pukulan

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

keras

dengan

punggung

menggunakan

kaki.

gerakan

Amplitudo

antar

kaki

antar

maksimal dibawah 30 40 cm.

39

tangan

memutar

dan

kebawah untuk mendorong air.


4) Pernapasan
Pada gaya punggung tidak ada
masalah

3) Gerakan lengan

keatas

dalam

pelaksanaan

gaya

pernapasan. Meskipun demikian

punggung terdiri dari dua bagian

pelaksanaannya harus diatur agar

yaitu

air tidak jatuh pada permukaan

Gerakan

lengan

gerakan

pada

rekaveri

gerakan mendayung.
rekaveri

dimulai

dan

Gerakan

pada

saat

mulut.

Pengambilan

(membuka

mulut)

napas
dilakukan

lengan keluar dari permukaan air

pada saat gerakan lengan pada

sampai dengan lengan masuk

pertengahan rekaveri, dimana air

kedalam air. Pada saat rekaveri

yang mengikuti lengan sudah

lengan berjalan dalam keadaan

melewati mulut. Pernapasan ini

lurus keatas samping sampai

dilakukan secara explosive.

kebelakang

samping

Sedangkan

dalam

kepala.

5) Gerak koordinasi

gerakkan

Pada gaya punggung tidak ada

mendayung dibagi menjadi dua

aturan antara gerakan lengan dan

yakni

gerakkan

kaki. Apabila gerakan kaki dan

menarik (pull) dan mendorong

lengan telah dikuasai dengan

(push). Pada saat lengan mulai

baik koordinasi antara gerakan

mendayung setelah masuk dalam

kaki dan lengan akan terjadi

air

dengan sendirinya.

pada

maka

saat

dilakukan

tarikan

lengan kearah samping bawah,


dengan gerakan pelan kearah
cepat, telapak tangan menghadap

Pembelajaran
Pembelajaran

adalah

suatu

kearah gerakannya. Kemudian

kegiatan untuk membelajarkan siswa

lengan ditekuk pada persendian

secara

siku, dilanjutkan dengan gerakan

memperhitungkan faktor lingkungan

mendayung oleh lengan bawah

belajar,

dan telapak tangan.

karakteristik

Telapak

terintegrasi

dengan

karakteristik

siswa,

bidang

serta

studi

40

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

berbagai strategi pembelajaran, baik

serta perbedaan individual (Dimyati

dalam

pengelolaan

dan Mudjiono, 2006:42). Sedangkan

pengorganisasian

menurut Wina Sanjaya (2006:30-31)

pembelajaran (B. Uno, 2007: ).

mengemukkkan bahwa ada sejumlah

Sedangkan

prinsip

penyampaian,

maupun

menurut

hakekat

pembelajaran

Baharudin (2009 : 11)

mengemukkan pembelajaran sebagai


proses

manusia

berbagai

untuk

macam

mencapai
kompetensi,

Pembelajaran
yang

dilakukan

merupakan

upaya

kemampuan sosial

untuk

4) Mengembangkan
keingintahuan, imajinasi dan
fitrah

Pembelajaran
sistematis

5) Mengembangkan
keterampilan

dan

meningkatkan proses belajar maka

6) Mengembangkan kreativitas
siswa

kegiatan belajar berkaitan erat dengan


jenis hakikat dan jenis belajar serta
belajar.

pembelajaran

Dalam

harus

7) Mengembangkan
kemampuan

proses

ilmu

dan

teknologi

menghasilkan

belajar, akan tetapi tidak semua

pemecahan

masalah

sistemik untuk memfasilitasi dan

hasil

kegiatan

2) Belajar dengan melakukan

intensitas dan kualitas belajar pada


didik.

pengelolaan

1) Berpusat pada siswa

meningkatkan

peserta

diperhatikan

pembelajaran antara lain:

merupakan

memfasilitasi,

harus

3) Mengembangkan

keterampilan dan sikap.

kegiatan

dalam

yang

8) Menumbuhkan

kesadaran

proses belajar menghasilkan proses

sebagai warga negara yang

pembelajaran.

baik
9) Belajar seapanjang hayat

Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip

dalam

pembelajaran meliputi perhatian dan


motivasi,

keaktifan

siswa,

Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan

keterlibatan langsung, pengulangan,

segala

tantangan, balikan dan penguatan

dipergunakan

sesuatu
untuk

yang

dapat

menyalurkan

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

41

pesan, merangsang pikiran, perasaan,

proses

perhatian dan kemaun siswa sehingga

Mulyani

dapat terdorong terlibat dalam proses

menyebutkan, secara umum media

pembelajaran. Media pembelajaran

berfungsi sebagai:

secara

1) Alat bantu dalam pembelajaran

mendasar

memberikan

berpotensi

peluang

bagi

pembelajaran.
sumantri

Menurut
(2001:154)

dalam menciptakan pembelajaran

siswa

yang efektif.

untuk mengembangkan kepribadian.


Media pembelajaran adalah segala

2) Merupakan bagian keseluruhan

sesuatu yang digunakan dalam rangka

tegral dari keseluruhan proses

untuk membantu penyampaian materi

pembelajaran

ajar dari guru kepada muridnya.


Oemar

Hambalik

(1980

3) Meletakkan dasar yang kongkrit


dari konsep yang abstrak

23)

mengemukakan maksud dari media

4) Membangkitkan motivasi belajar

pendidikan adalah alat, metode dan

bagi siswa

teknik yang digunakan dalam rangka

5) Meningkatkan

untuk

lebih

mutu

pembelajaran

mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru


dan siswa dalam proses pendidikan

Jenis Media Pembelajaran


Ada

dan pengajaran di sekolah.

beberapa

jenis

media

berdasarkan

pembelajaran yang dapat digunakan

prinsip bahwa pengetahuan yang ada

dalam proses pembelajaran. Jenis

pada setiap manusia diterima atau

media tersebut

ditangkap

melalui

panca

dapat dikelompokkan menjadi;

Semakin

banyak

indera

Media

disusun

indera.
yang

1)

seacara garis besar

Media Visual

digunakan untuk menerima sesuatu

Media

yang

maka semakin banyak dan semakin

indera

penglihatan,

jelas

media

gambar

pula

pengetahuan

pengertian
yang

dan

diperoleh.

Sedangkan dalam hal fungsi, media


pembelajaran
membangkitkan

berfungsi
semangat

untuk
dalam

dapat

diterima
misalnya

diam,

media

papan, media dengan proyeksi


dan lain-lain.

42

2)

3)

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Media Audio

yang berhubungan dengan sistem

Media yang dapat diterima oleh

pendidikan

indera pendengaran, misalnya

perubahan

kaset, tape recorder dan lain-lain

melaksanakan pembelajaran baik di

Media Audio Visual

dalam kelas maupu di lapangan.

Media

yang

diterima

Salah

sikap

pendidik

satu

adanya
dalam

perkembangan

dan

pengetahuan dan teknologi dalam

pendengaran, misalnya televisi,

bidang pendidikan adalah mengenai

video dan lain-lain.

penggunaan

Media Asli atau Orang

Media pembelajaran sebagai alat

Media yang merupakan benda

bantu dalam proses belajar mengajar

sebenarnya/ sesungguhnya yang

mengalami

diperagakan

cukup pesat.

indera

4)

dapat

menuntut

penglihatan

melalui

sebuah

model /alat peraga, misalnya


diorama, museum dan lain-lain

media

pembelajaran.

perkembangan

Tiap-tiap

media

yang

mempunyai

karakteristik yang perlu dipahami


oleh pemakainya. Pengenalan jenis

Menentukan Media Pembelajaran

media

dan

karakteristiknya

media

merupakan salahsatu faktor dalam

pembelajaran tidak sama dengan

penentuan atau pemilihan media.

pemilihan buku pegangan dalam

Dalam memilihan media, yang perlu

pembelajaran.

dipertimbangkan antara lain:

Proses

pegangan

pemilihan

Pemilihan

perlu

buku

memperhatikan

kebutuhan dan kemampuan siswa


yang akan diajar. Menurut Wilkinson,
ada

beberapa

hal

yang

perlu

diperhatikan dalam memilih media

pemilihan tersebut
2) Sifat dan ciri-ciri media yang akan
dipilih
3) Adanya sejumlah media yang

yakni

tujuan,

dapat

keadaan

siswa,

pemilihan media pada dasarnya

pembelajaran,
ketepatan,

1) Kejelasan maksud dan tujuan

dibandingkan

ketersediaan, dan biaya. Perubahan

adalah

global

keputusan akan adanya alternatif-

dalam

perkembangan

pengetahuan dan teknologi, terutama

alternatif

proses

karena

pengambilan

pemecahan

yang

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

dituntut

oleh

tujuan

43

3.

Praktis, luwes dan bertahan

Angkowo, 2007 : 12)

4.

Guru terampil menggunakannya

Seorang guru dalam memilih

5.

Pengelompakan sasaran

atau menentukan media yang akan

6.

Mutu teknis (Azhar Arsyad,

digunakan,

(R.

1996 : 75 76 )

berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut : (a) ia


merasa sudah akrab dengan media

Metode Pembelajaran

tersebut, (b) ia merasa bahwa media

Progresif Renang Gaya Punggung

yang dipilihnya dapat menggabarkan

Keberhasilan

Sintesis

dalam

dengan lebih baik dari pada dirinya

pembelajaran renang tidak terlepas

sendiri, (c) media yang dipilihnya

dari metode yang digunakan dalam

dapat menarik minat dan perhatian

menyampaikan materi renang. Oleh

siswa

karena

serta

menuntunnya

pada

itu

diperlukan

metode

penyajian yang lebih terstruktur dan

pembelajaran yang sesuai dengan dan

terorganisasi.

cocok

Pertimbangan

ini

dengan

sifat

bahan

guru

dapat

pembelajaran dalam renang. Ada

memenuhi

kebutuhannya

dalam

beberapa macam metode yang dapat

mencapai

tujuan

telah

dipergunakan dalam pembelajaran

diharapkan

oleh

yang

renang. Salahsatunya adalah metode

ditetapkan.
Media merupakan bagian dari

sintetis progresif. Metode sintetis

secara

progresif ini dapat digunakan untuk

keseluruhan, utuk itu ada beberapa

pembelajaran dalam renang gaya

kriteria

punggung.

sistem

instruksional

yang

dalam

harus

menentukan

diperhatikan

Prinsip pembelajaran renang gaya

media

pembelajaran. Kriteria tersebut antara

punggung

lain;

metode

1.

2.

dengan
sintetis

Sesuai dengan tujuan yang akan

sebagai berikut:

dicapai

1)

menggunakan

progresif

adalah

Langkah pertama yang diajarkan

isi

adalah membuat posisi badan

pelajaran yang sifatnya fakta,

tetentang diatas permukaan air

Tepat

untuk

mendukung

konsep, prinsip atau generalisasi

44

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

(streamline)

2)

pada

gaya

Umpan

Balik

Pembelajaran

punggung.

Renang

Dengan

Menggunakan

Langkah kedua yang diajarkan

Media Video

adalah meluncur
3)

4)

Langkah ketiga yang diajarkan

renang gaya punggung ini dilakukan

adalah menggabungkan gerak

dengan menggunakan bantuan media

telentang dan meluncur diatas

video. Dengan menggunakan alat

permukaan air. Setelah gerakan

bantu video dalam menyamapaikan

telentang dan meluncur dapat

umpan balik, akan mempermudah

dikuasai

siswa dalam menyerap informasi

dengan

baik,

baru

melangkah ke tahap berikutnya,

yang

yaitu

mempelajari dan merespon gerak

Langkah keempat yang diajarkan

secara lebih teliti sehingga akan

adalah gerakan kaki renang gaya

menghasilkan gerakan yang benar

punggung. Setelah gerakan kaki

sesuai dengan yang direspon. Media

dapat

kemudian

ini bertujuan menyajikan informasi

tahap

dalam bentuk yang menyenangkan,

dikuasai

melangkah

5)

Umpan balik dalam pembelajaran

pada

disamapaikan

dan

dapat

berikutnya yaitu,

menarik, mudah dimengerti dan jelas.

Langkah kelima, yang diajarkan

Informasi akan mudah dimengerti

adalah menggabungkan gerakan

karena sebanyak mungkin indera,

dari awal yang sudah dipelajari

terutama telinga dan mata, digunakan

yakni telentang melunjur dan

untuk menyerap informasi itu.

dilanjutkan dengan gerakan kaki


gaya punggung, begitu terus

METODE PENELITIAN

langkah dilkukan sampai semua

Penelitian ini akan dilaksanakan

tahap atau gerak dasar pada

di

renang gaya punggung dapat

pelaksanaannya adalah pada semester

dikuasai dan dirangkaikan dalam

ganjil pada tahun ajaran 2010/2011.

satu gerakan utuh renang gaya

Penelitian direncanakan dilakukan

punggung.

selama 6 (enam) bulan, mencakup

kolam renang manahan. Waktu

kegiatan.

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Subjek

penelitian

45

adalah

Data yang dikumpulkan pada

mahasiswa penjaskesrek semester III

setiap

yang mengambil mata kuliah renang

pelaksanaan siklus PTK dianalisis

II.

secara

Dalam

penelitian

ini,

dosen

kegiatan

observasi

deskriptif

dari

dengan

sebagai pengajar sekaligus peneliti.

menggunakan

Dimana dosen pengampu dan assisten

untuk melihat kecenderungan yang

dosen mata kuliah renang bersama-

terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

sama

merencanakan,

mendiskusikan

dan

mengamati,
menganalisis

hasil penelitian.

analisis

prosentase

data

yang

digunakan dalam penelitian tindakan


kelas ini adalah deskriptif kualitatif.

Pengumpulan
penelitian

Teknik

teknik

ini

data

dalam

adalah

dengan

Dimana

analisis

dilakukan

data

dengan

kualitatif

jalan

bekerja

Observasi dan Tes. Teknik observasi

dengan

digunakan untuk mengumpulkan data

menemukan apa yang penting dan

mengenai situasi kegiatan belajar

apa yang dipelajari serta mengambil

mengajar yaitu metode pembelajaran

keputusan

yang

disampaikanpada orang lain.

digunakan

Observasi

oleh

merupakan

dosen..
proses

data,

mencari

apa

yang

Langkah-langkah

dan

dapat

pelaksanaan

perekaman dengan mengamati semua

PTK dilakukan melalui empat tahap,

peristiwa dan kegiatan yang terjadi

yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)

selama

kelas

pelaksanaan tindakan, (3) observasi

tes

dan interpretasi, (4) analisis dan

penelitian

berlangsung.

tindakan

Sedangkan

kemampuan berenang gaya punggung


digunakan

untuk

mengetahui

refleksi.
Seperti

ditulis

di

depan

kemampuan renang gaya punggung

banyaknya siklus tergantung pada

yang telah dikuasai, sedangkan tes uji

tercapainya indikator keberhasilan.

kompetensi (UK) digunakan untuk

Dalam

mendapatkan

pencapaiannya adalah:

data

tentang

hasil

pembelajaran renang gaya punggung


yang telah dilakukan.

penelitian

ini

indikator

46

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Tabel . Target Capaian antar Siklus

Berikut disajikan

pembahasan

masing-masing

permasalahan

dari

yang ada dalam penelitian sebagai


berikut:
Tabel . Hasil Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Antar Siklus
Kemampuan

Siklus

mahasiswa

80%
90%

2
HASIL PENELITIAN DAN

Hasil

PEMBAHASAN

mahasiswa

belajar

Siklus

80%

90%

Penelitian Tindakan Kelas ini


dalam pelaksanaannya mengikuti alur
(tahapan) sebagai berikut;

Kemampuan Melakukan Renang

1. Perencanaan, meliputi penetapan

Gaya Punggung

materi pembelajaran mata kuliah


renang II

Metode

pembelajaran

renang

gaya punggung dengan menggunakan

2. Tindakan, meliputi seluruh proses

metode bagian khususnya

metode

kegiatan belajar mengajar dengan

sintetis

menerapakan

sintetis

dengan karakteristik pembelajaran

progresif dan umpan balik dengan

renang. Metode ini sangat efektif

menggunakan media video

karena pembelajaran renang gaya

3. Observasi,

metode

dilaksanakan

bersamaan

dengan

pembelajaran,

sangat

sesuai

punggung diberikan secara bertahap


atau

per-elemen

gerak

sehingga

meliputi;

mahasiswa dapat mengikuti setiap

aktivitas siswa, pengembangan

elemen gerak renang gaya punggung

materi dan hasil belajar.

yang diberikan. Elemen gerak yang

4. Refleksi,

yang

proses

progresif

meliputi

kegiatan

diberikan dapat langsung dipraktekan

analisis hasil pembelajaran dan

sampai terkuasai, baru digabungkan

sekaligus

dengan elemen gerak yang lainya

menyusun

rencana

perbaikan pada siklus berikutnya.

sehingga

mahasiswa

dapat

lebih

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mudah untuk

mengusai

gerakan.

47

mahasiswa

dalam

renang

gaya

Melalui peningkatanyangterjadi sejak

punggung. Hal ini dapat dilihat dari

kondisi

diberikan

kondisi awal jumlah mahasiswa yang

tindakan I dan II dapat disimpulkan

dapat lulus dalam uji kompetensi

bahwa metode sintetis progresif dan

hanya sekitar 70%, sedangkan setelah

pemberian

dilakukan tindakan I dan II, jumlah

awal

hingga

umpan

balik

dengan

media video dapat meningkatkan

mahasiswa

hasil

mengikuti uji kompetensi sebesar

belajar

Renang

Hasil

Gaya

Pembelajaran

Punggung

Pada

yang

lulus

dalam

90%.

Mahasiswa PENJASKESREK JPOK


FKIP

UNS

tahun

pelajaran

2010/2011?

Hasil

Belajar

Renang

Gaya

Punggung
Kemampuan renang yang telah
dikuasai akan mempengaruhui hasil
belajar renang mahasiswa khususnya
pada

gaya

punggung.

Dengan

kemampuan renang gaya punggung


yang meningkat secara otomatis juga
akan

meningkatkan

hasil

belajar

renang gaya punggung. Dari kondisi


menunjukan hasil belajar mahasiswa
yang belum optimal karena target
ketutasan dalam belajar belum dapat
tercapai. Dengan penerapan metode
pembelajran sintetis progresif dan
memberikan umpan balik melalui
media video, maka dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar

KESIMPULAN DAN SARAN


Keseluruhan hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan baik
dalam hal kemampuan berenang dan
hasil belajar renang gaya punggung
pada Mahasiswa PENJASKESREK
JPOK FKIP UNS Tahun Pelajaran
2010/2011 Sehingga dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode sintesis progresif dan
umpan
balik
menggunakan
media video sanagat efektif
untuk meningkatkan kemampuan
renang gaya punggung pada
Mahasiswa PENJASKESREK
JPOK FKIP UNS Tahun
Pelajaran 2010/2011
2. Metode sintesis progresif dan
umpan
balik
menggunakan
media video sanagat efektif
untuk meningkatkan hasil belajar
renang gaya punggung pada
Mahasiswa PENJASKESREK
JPOK FKIP UNS Tahun
Pelajaran 2010/2011

48

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto.2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Surakarta : UNS Press
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta
Hamzah B Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Kasiyo Dwijowinoto. 1979. Renang, Metoda, Teknik, Pola.
Semarang

FPOK IKIP N

Oemar Hambalik. 1980. Media Pendidikan. Bandung: Alumni


R. Angkowo & A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta :
PT. Grasindo.
Soemanto Y & CH. Suradi. 1997. T & P Renang II. JPOK FKIP UNS
Supandi.1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti PPTK.
Thomas, David G. 1996. Renang Pemula: Langkah-langkah
Keberhasilan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Menuju

Thomas, David G. 1996. Renang Tingkat Mahir : Langkah-langkah Menuju


Keberhasilan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Thomas Jerry R., Nelson Jack K.1996. Research Methods in Physical Activity.
Champaign: Human Kinetics.
Woolfolk, E. Anita.1993 Educational Psychology. Boston: Allyn and Bacon A
Division of Simon and Schuster, Inc.

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

49

PENATAAN ORGANISASI DAN PERSPEKTIF


PEMBENTUKAN KARAKTER WASIT BOLAVOLI INDONESIA

Deddy Whinata Kardiyanto


Wahyu Sulistyo

ABSTRACT
Currently was beginning gets ebbing nation children character,
meanwhile in even sporting domain to find one Charakter Building's Mental ,
well that athlete, trainer, and also referees have a lot of one takes down to
conduct, no longer advances totally that referee is professionalization who shall
hold firmness in advances regulation bases each that sport.
This therefore about needs it settlement is back particularly in take one
decision and policy ought to does ever notice substansial who that has or
necessarily determine one that decision with bases character who can build
vollyball referee gets better.
Keyword : Organisation, Charakter Building's
para anggota organisasi, dimana

PENDAHULUAN
Fenomena
sekarang

ini

yang

muncul

berdasarkan

organisasi itu berada.

data

Organisasi

akan

empirik telah menunjukan bahwa

kembang

beberapa organisasi khususnya, pada

dilakukan berdasarkan regulasi yang

top

organisasi-organisasi

telah digulirkan untuk difahami,

keolahragaan, terindikasi mulai lepas

dicermati, diresapi, dan dilaksanakan

dari

dalam

oleh seluruh komponen pengakses

mengaplikasikan kinerja berdasarkan

dalam organisasi itu. Organisasi

job-discription

dalam

substansial

di

masing-masing

dan

bertumbuh

solid,

aplikasinya

apabila

selalu

anggota organisasi itu. Fenomena

dikendalikan oleh pimpinan besera

inilah yang nantinya akan berdampak

perangkatnya,

terhadap kelangsungan operasional

berjalan baik, namun memerlukan

kinerja sebuah organisasi, dan dapat

sebuah karakter tentang keteladanan

pula menjadikan ketidak patuhan

dan

kepatuhan,

organisasi

disiplin

akan

dari

pengendali atau pimpinan tehadap

50

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

regulasi yang ada. Keteladanan tidak

biduk yang telah digambarkan di atas

mudah

membalikan

dari seorang pimpinan apa saja,

telapak tangan kita, oleh sebab itu

apabila lepas dalam kendali maka

berhati-hatilah

dampaknya

seperti

kita

berkinerja

dalam

akan

menjadi

mengendalikan sebuah biduk yang

berkepanjangan,

berlayar untuk menuju ketepian dan

menjadikan sebuah kebiasaan dan

berlabuh

akhirnya

sesuai

dengan

tujuan

terutama

membuahkan

akan

kharakter/

prilaku menyimpang.

dimaksud.
Sekarang

ini

bersurutnya

mulai

Dua hal tersebut di atas, baik tata

anak-anak

kinerja berorganisasi, pembentukan

sudah

karakter

bangsa, sedangkan di dalam ranah

sebuah

olahragapun

menemukan

menjadikan fenomena yang sangat

sebuah Mental Charakter Building

perlu mendapatkan perhatian dalam

, baik itu atlet, pelatih, maupun para

menegakkan

wasit sebagai pengadil sudah banyak

secara

yang

organisasi keolahragaan.

untuk

lepas

kendali,

tidak

lagi

karakter,

sementara

sebuah

kondusif

di

ini

kebenaran
beberapa

mengedepankan secara total bahwa


wasit adalah profesionalisasi yang
harus

dipegang

mengedepankan
peraturan
masing

teguh

dalam

regulasi

berdasarkan
kecabangan

atau
masingolahraga

Aplikasi

dalam

keolahragaan
Dalam

kontekstual

aplikasi

dalam

keolahragaan

tersebut.

organisasi

sebuah
organisasi
khususnya

sangat

perbolavolian baik dari pimpinan

sulit sekali, namun demikian kita

pusat, pengprov, pengkab/ pengkot,

sebagai wasit (pengadil) sangat di

sampai ke club-club, diharapkan

perlukan

lagi

benar-benar telah menegakkan tata-

kedalam kaidah atau kode etik

aturan dan hirarki keorganisasian

perwasitan yang selalu kita dengung-

secara profesional. PBVSI adalah

dengungkan.

suatu organisasi keolahragaan yang

Pembentukan

dan

karakter

dikembalikan

Penyimpangan-

penyimpangan dalam mengendalikan

besar di

Indonesia tercinta ini,

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

51

organisasi ini bertumbuhkembang

Pemberdayaan kewenangan adalah

semakin

sangat penting di dalam mensikapi

menggembirakan,

dalam

tulisan ini sedikit mengkritisi tentang

dan

perlunya penataan kembali terutama

regulasi yang sudah baku, sekali lagi

dalam

janganlah persoalan ini dikebiri oleh

pengambilan

sebuah

keputusan dan kebijakan hendaknya


selalu

memperhatikan

mengaktualisasikan

sebuah

sebuah kekuasaan.
Penentuan

substansial

penugasan

wasit

dan kewenangan siapa yang harus

harus dikembalikan secara penuh

atau semestinya menentukan sebuah

pada

keputusan itu.

janganlah ada lagi intervensi diluar

Dalam tulisan ini dibicarakan

para

penanggung

jawab

penanggung

wasit,

jawab

(Kabid

pada kontek di perwasitan, data-data

Perwasitan)

yang terakumulasi secara empirik,

mempengaruhi hak prerogatif yang

contoh:

mawut,

dimiliki,

sebuah

penanggung

ditengarai

tumpang

carut

tindihnya

pengambilan

keputusan

dan

yang nantinya

akan

bagaimanapun
jawab

saja

secara

uji

material berdasarkan iventarisasi dan

kebijakan dalam menentukan wasit

kemampuan

yang

mengusai terutama karakter, skill,

harus

ditugaskan

atau

SDM

performance,

diturunkan dalam sebuah event.

wasit

lebih

kemampuan

yang

intelektualitas, dan knowledge secara

menyebabkan ketidak puasan, suka

personalitas ada dalam evaluation

tidak suka akan bermunculan, yang

sheet, yang dimiliki para penanggung

pada akhirnya menyebabkan konflik

jawab wasit (Kabid Perwasitan).

Kepentingan-kepentingan

internal

di

dalam

tubuh

perwasitan

PBVSI

tercinta

janganlah

sebuah

Power

Sebuah

Corps
ini,
atau

dipegang

teguh

dan

keterkaitan pada sebuah event ini

keyakinan

dikedepankan sehingga melangkahi

adanya

kewenangan-kewenangan

organisasi

semestinya

diberlakukan.

oleh

harus
seluruh

componen, hal ini akan berjalan baik

mungkin yang mempunyai finansial

yang

komitmen

secara

kondusif,

akan

konflik

terwujud
internal

apabila

kita

sebuah
tidak
dalam
semua

mengedepankan kepercayaan kepada

52

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

para pemangku kewenangan atau job


discription

yang telah

diberikan

sehingga akan secara total dalam


mengaplikasikan kinerja tidak dalam

3. Jangan ada sebuah intervensi


yang bukan kewenangannya pada
bidang lainya.
4. Apabila

ada

sesuatu

hal

sebuah kegamangan atau keragu-

(problem) janganlah diputuskan

raguan.

sendiri, sebuah hasil akan bagus

Dalam mensikapi persoalan ini

dan solid apabila ada sebuah

makalah ini juga mengkritisi para

diskusi

pemangku kewenangan dalam hal ini

dengan

penanggung

dikedepankan.

Jangan

jawab

sampai

perwasitan.
antara

para

penanggung jawab berjalan sendiri-

yang

berkompeten

persoalan

yang

5. Ciptakanlah Good Organitation


dan Clear Organitation.

sendiri, sehingga terkesan siapa suka,


siapa tidak suka, itu lingku, itu

Tinjauan

binaanmu, hal ini akan terkesan tidak

perwasitan bolavoli

satu kata dan satu perbuatan di dalam

karakter

Karakter

dalam

adalah

melangkah berkenaan dengan sebuah

pembawaan

kebijakan dan

perilaku budi pekerti tabiat atau

keputusan. Kalau

yang

sifat

diperkenankan dalam makalah ini

perangai,

menggulirkan beberapa rekomendasi

Kharakter memang sangat sulit untuk

untuk

pimpinan

dilakukan perubahan, namun dapat

organisasi, pemangku kewenangan

juga, tetapi harus melalui proses

keolahragaan PBVSI tercinta ini.

yang

1. Organisasi akan berjalan dengan

butuh waktu.

baik

disikapi

apabila

baik

seluruh

jajaran

mengindahkan regulasinya.
2. Kembalikanlah

panjang

2007).

pengertian

Wasit adalah sebagai panutan,


oleh sebab itu segala, prilaku dan
sangat

kewenangan sesuai dengan job-

diteladani,

maka

discription

penyimpangan

masing-masing

Pena,

dalam

kharakter

pengurus.

kewenangan-

(Prima

mempengarui

perlu

untuk

penyimpanganyang

berkaitan

dengan perubahan prilaku harus


benar-benar ditekan dalam perspektif

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

wasit yang berkualitas, baik mental,


kharakter,

maupun

sikap.

53

Perlu penerapan aturan secara

Wasit

konsisten disetiap tingkatan,

harus

mampu

menepis

konflik-

baik pada individu maupun

konfik

baik

internal

maupun

tim.

eksternal.

mungkin

Arogansi, sikap yang sangat

menghukum siapa pun yang

tidak

melakukan tindak kekerasan.

dengan

terpuji,

belajarlah

mengedepankan

Individu

yang

karakter yang baik, hindarilah

tindak

sebuah kekerasan. Kekerasan

diisolasi

adalah bentuk tingkahlaku

dikeluarkan

yang

pertandingan.

ditujukan

untuk

menyakiti orang lain baik

Sesegera

melakukan

kekerasan
atau

bila

segera
perlu
dari

Etika fair play perlu diajarkan

secara fisik maupun mental.

kepada mereka yang terlibat

Kekerasan dalam olahraga

dalam olahraga.

bisa terjadi antara sesama


pemain,

pemain

dengan

wasit, offisial dengan wasit,


pemain

dengan

suporter,

Media

massa

perlu

memberikan informasi yang


seimbang dan faktual.
Munculnya

penyimpangan

suporter dengan wasit, dan

kharakter pada wasit salah satunya

sesama suporter.

disebabkan oleh stres yang penuh,


hal ini tidak boleh terjadi, maka

1. Mencegah Tindak Kekerasan


Mencegah

adalah

dikedepankan, stres adalah kondisi

prinsip seorang wasit, ada beberapa

ketidak seimbangan antara tuntutan

hal yang perlu diperhatikan, adalah

dengan kemampuan untuk memenuhi

sebagai berikut:

tuntutan

kekerasan

pengendalian diri harus benar-benar

tersebut.

Dalam

Wasit, Pelatih atau official

menjalankan tugasnya, seorang wasit

jangan pernah men-toleransi

berada dalam situasi yang stressful,

tindak kekerasan.

baik karena tekanan pemain, offisial,


maupun penonton.

54

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Kalau melihat situasi demikian

teguh ketentuan, baik yang

ini wasit harus mempunyai sebuah

datang dari dalam diri orang

kharakter bagaimana mengatasi hal

tersebut maupun datang dari

ini, padahal wasit harus memberikan

luar

keputusan-keputusan

yangakurat,

bagaimana

mengambil

keputusan

dapat
dengan

baik?,

harus

c. Berani Mengambil Resiko


Resiko adalah sesuatu yang
belum terjadi, tapi mungkin

memperhatikan beberapa alternatif

akan

dibawah ini

terjadinya akibat yang tidak

terjadi.

Peluang

Kejelasan Masalah

diinginkan merupakan ukuran

Alternatif Pilihan Keputusan

besar-kecilnya sebuah resiko.

& Konsekuensi

Banyak

Penentuan

Putusan

dan

orang

cenderung

menghindari resiko dengan

memiliki

cara tidak melakukan apa-

Konsistensi Putusan

apa.

Menolak

mengambil

resiko

seringkali

adalah: Tegas, taat azas dan memiliki

menghambat

kemajuan.

efek jera bagi yang ditindak.

Apapun yang kita tempuh

Keputusan yang baik bagi wasit

pada dasarnya mengandung


2. Ciri

Kepribadian

Yang

Menunjang PROFESI WASIT

diam juga ada resiko.


d. Swa-kendali

a. Percaya Diri
Keyakinan

resiko. Bertindak ada resiko,

seseorang

atas

Kesanggupan

untuk

kemampuan dirinya. Orang

mengendalikan

yang percaya diri

adalah

pikiran, dan tingkah laku

orang yang tidak pernah ragu

secara efektif. orang yang

dalam mengambil keputusan.

memiliki swakendali adalah


orang

yang

mengendalikan

b. Komitmen

mampu
keinginan-

Kesediaan seseorang untuk

keinginan

mengikuti

terhadap prestasi. Ia juga

dan

memegang

yang

perasaan,

destruktif

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

memiliki

stabilitas

emosi,

55

diteladani,

maka

yakni mampu mengendalikan

penyimpangan

perasaan cemas, marah dan

dengan perubahan prilaku harus

keinginan

mengakhiri

benar-benar ditekan dalam perspektif

pertandingan dengan cepat.

wasit yang berkualitas, baik mental,

Selain itu, ia juga sportif

kharakter, maupun sikap.

terhadap

apa

yang

telah

diusahakan dan dihasilkan.

Penentuan
harus

yang

berkaitan

penugasan

wasit

dikembalikan

pada

penanggung jawab wasit, janganlah

e. Mandiri
Kesediaan seseorang untuk

ada lagi intervensi diluar yang

melakukan

nantinya akan mempengaruhi hak

sesuatu

secara

independen dan bertanggung

preogatif.

jawab. Orang yang mandiri

penanggung

tidak

material berdasarkan iventarisasi dan

mudah

goyah

Bagaimanapun
jawab

secara

tekanan dari pihak lain.

mengusai terutama karakter, skill,

Wasit merupakan panutan, oleh

kharakter

sangat

prilaku
perlu

lebih

kemampuan

intelektualitas, dan knowledge secara

KESIMPULAN DAN SARAN

segala,

wasit

uji

kemampuan

itu

SDM

juga

pendiriannya, meskipun ada

performance,

sebab

penyimpangan-

personalitas ada dalam evaluation

dan

sheet, yang dimiliki para penanggung

untuk

jawab wasit (Kabid Perwasitan).

DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto. 2008. Multidesain Pengembangan Volleyball. Jakarta:
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Ahmadi, Nuril. 2007. Panduan Olahraga Bolavoli. Solo: Era Pustaka Utama
Anonim. http://MetodePembelajaranZonaUIM.htm diakses 25 Februari 2011.
Harsono.1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta:
Depdikbud.
Machfud Irsyada. 2004. Pembelajaran Permainan Bolavoli. Jakarta : Depdiknas

56

Maz

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Glemboh.
Sejarah
dan
Perkembangan
Bolavoli.
http://ganevo.wordpress.com/2008/04/25/sejarah-bola-voli/ diakses 25
April 2011.

Munasifah. 2008. Bermain Bola Voli. Semarang: Aneka Ilmu.

Nossek, Yosef. 1982. Teori Umum Latihan. Lagos : Institut Nasional Olahraga
Lagos Pan African Press LTP.
Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1996. Ketahuilah Kesegaran Jasmani
Anda. Jakarta: Depdikbud.
Ratih Riesafitri. Gambar Teknik Bolavoli. www.rriesafitri.com/previewcontent/gambar-teknik-bola-voli/ diakses 29 April 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sisdiknas,
Bandung : Citra Umbara.
Yunus, M. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli. DEPDIKBUD

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

57

GURU SEBAGAI MODEL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


MELALUI OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI

Matsuri
Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT
The Teachers Role as a Model in Establishment Character through
Sport and Physical Education. Problems of students bad character always
appear in the field of education. This may result from the fact that education in
Indonesia emphasizes intellectual development only, while other aspects, such as
personality, affective factors, receive less attention. Schools and teachers actually
play an important role and have a responsibility for students' learning both in the
cognitive and affective aspects. Inother words, improvement of and emphasis on
the cognitive aspect such as skills in reading, language, mathematics, and science
aimed at preparing students to enterthe global world should be balanced against
the improvement of their affectiveaspect. This means that character building
teaching must not beignored.

Keywords: Teacher as model, Establishment character

berkaitan

PENDAHULUAN

dengan

dinamika

Lembaga pendidikan dan guru

perubahan ilmu pengetahuan dan

dewasaini dihadapkan pada tuntutan

teknologi, tetapi juga menyentuh

yang semakin berat, terutama untuk

perubahan dan pergeseran aspek

mempersiapkan peserta didik agar

nilaidan moral dalam kehidupan

mampu

masyarakat.

dinamika

menghadapi
perubahan

berbagai

Contoh

perilaku

yang

kekerasan, juga isu-isu moralitas di

berkembang dengan sangat cepat.

kalangan remaja, seperti penggunaan

Perubahan yang terjadi tidak hanya

narkotika,

pornografi,

perkosaan,

58

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

perampasan, dan perusakan milik

memenuhi

harapan

agar

kinerja

orang lain sudah menjadi masalah

siswa berhasil dalam aspek kognitif

sosial yang hingga saat ini belum

yang tercermin dari hasil tesdan

dapat diatasi secara tuntas.

tingkat kelulusan lebih tinggi dalam

Akibat yang ditimbulkan cukup

ujian nasional (UN), tetapi harus

serius dan tidak dapat lagi dianggap

menekankan pada aspek afektif.

sebagai suatu persoalan sederhana

Dengankata lain, peningkatan dan

karena tindakan-tindakan tersebut

penekanan pada aspek kognitif harus

telah

tindakan

diimbangi dengan upaya peningkatan

orang

dalam aspek pengembangan afektif

kondisi

siswa atau dalam arti pendidikan

menjurus

kepada

kriminal.Banyak
berpandangan

bahwa

demikian diduga berawal dariapa


yang

dihasilkan

pendidikan.

oleh

dunia

Dalam

konteks

karakter juga tidak boleh diabaikan.


Guru memiliki peran yang sangat
besar

dan

berpengaruh

pendidikan formal di sekolah, bisa

kehidupan

jadi salah satu penyebabnya karena

karenanya masyarakat masih tetap

pendidikan

berharap

di

Indonesia

lebih

peserta

dalam

didik,

para

oleh

guru

untuk

menitikberatkan pada pengembangan

menampilkan

perilaku

yang

intelektual

mencerminkan

nilai-nilai

moral,

semata.

Aspek-aspek

yang lain yang ada dalam diri siswa,

seperti

yaitu

mematuhi kode etik profesional.

aspek

afektif

kurang

keadilan,

kejujuran,

dan

Sebuah kebajikan sosial dihargai

mendapatkan perhatian.
Koesoema (Kompas, 1 Desember

secara sosial, sementara kebajikan

2009) menegaskan bahwa integrasi

moral, seperti kejujuran, dihargai

pendidikan

pembentukan

secara

titik

(1991), sekolah dan guru harus

karakter
kebijakan

dan

merupakan

pendidikan

lemah

nasional.

moral.

mendidik

Menurut

karakter,

Sekolah dan para guru memegang

melalui

peran dan tanggung jawab yang lebih

mengembangkanrasa

besar dalam pembelajaran siswa,

tanggung jawab

tidak

hanya

ditunjukkan

untuk

pengajaran

Lickona

khususnya
yang
hormat

dapat
dan

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

Dalam
pendidik

tugasnya
dan

sebagai

pengajar,

guru

59

contoh dalam konteks pendidikan


jasmani

merupakan

upaya

yang

berinteraksi dengan siswa, sangat

dapat mengatasi terjadinya masalah

penting

tersebut.

bagi

melayani

para

dan

guru

berperan

model

pengembangan

dengan

membuat

keputusan

untuk
sebagai
karakter

penilaian

profesional

dan
yang

didasarkan pada kebajikan sosial dan


moral.

Koesoema

(2009:134)

GURU DAN PENGEMBANGAN


KARAKTER DALAM KONTEKS
PENDIDIKANJASMANI
Pendidik sangat yakin salah satu
tujuan

pendidikan,

khususnya

menegaskan bahwa terlepas dari

pendidikan

berbagai

menekankan hasil ranah afektif atau

macam

disandangnya,

posisi

yang

atau

tidak,

sadar

jasmani,

perkembangan

adalah

karakter

dalam

perilaku dan tindakan guru dalam

kurikulumnya. Berbagai penelitian

melaksanakan

terkini mendukung pendapat bahwa

tugas-tugasnya

merupakan wahana utama untuk

melalui

pembelajaran karakter.

pendidikan

yang

Seseorang

berkarakter

memiliki

pengelolaan

pengalaman

jasmani

menfasilitasi

dapat
terjadinya

kebijaksanaan untuk mengetahui dan

perkembangan

membedakan mana yang benar dan

(Gibbons, Ebbeck, & Weiss, 1995;

mana

Giebink & Mc-Kenzie, 1985; Miller,

yang

dipercaya,

salah;
adil,

jujur,

dapat

hormat,

dan

karakter

Bredemeier,

&Shields,

siswa

1997).

bertanggungjawab; mengakui dan

Pengembangan karakter dapat dilihat

belajar

dan

sebagai komponen perkembangan

berkomitmen untuk hidup menurut

moral yang tidak mencakup konotasi

prinsip-prinsip ini.

keagamaan (Weinberg & Gould,

dari

kesalahan;

Melihat dari fenomena yang

1995).

Pada

tulisan

terjadi di masyarakat, Tulisan ini

pengembangan

ingin

bahwa

digunakan secara bergantian dan

model perilaku berbudi luhur yang

merujuk pada pengalaman proses

diperankan guru melalui contoh-

kognitif

mencoba

mengkaji

karakter

ini,

seseorang

akan

ketika

60

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

mengembangkan kemampuan yang

berbagai aktivitas olahraga, guru

terkait dengan isu-isumoral.

harus menekankan bahwa mengejek

Berdasarkan uraian tersebut di

orang lain, berbuat curang, dan

bahwa

kekerasan merupakan perilaku yang

dapat

bertentangan dengan sportivitas dan

telah

kebajikan moral. Dimediasi oleh

dan

berbagai aktivitas olahraga, seperti

pendidik

olahraga profesional, olahraga di

khususnya guru pendidikan jasmani.

kampus dan olahraga di sekolah,

Mekipun bukti-bukti empirik sangat

para siswa dan anak-anak remaja

terbatas. Namun, pendidikan jasmani

terus-menerus

yang dikelola dengan baik dan

pentingnya kemenangan.

atasdapat

disimpulkan

pendidikan

jasmani

mengembangkan

karakter

memiliki

sejarah

diyakini

oleh

ditangani

panjang
para

oleh

guru

yang

dibombardir

Realitas

ini

sangat

oleh

bertolak

berkompeten dapat mengembangkan

belakang dengan model pelajaran

karakter. Jadi, peran guru pendidikan

kebajikan moral dan karakter yang

jasmani

mengembangkan

harus diperankan oleh guru kepada

karakter sangat strategis. Peran Guru

siswa. Menurut Gough (1998) tujuan

sebagai

akhir dari pembangunan karakter

dalam

Model

dalam

Mengembangkan

terjadi apabila setiap orang mencapai

KarakterPentingnya

titik di mana berbuat "baik" menjadi

mengembangkan karakter ditekankan

otomatis

atau

dalam

belajar

keterampilan

tujuan

danfungsi

standar

terbiasa.

Seperti
olahraga

pendidikan

melalui praktek berkelanjutan, secara

jasmani sebagaimana yang tertuang

moral tindakan tepat menjadi alami

dalam Kurikulum tahun 2004.

dan konsisten. Para siswa perlu

kompetensi

nasional

Guru pendidikan jasmani dapat

meniru

guru

yang

bisa

hormat,

dan

membantu siswa memenuhi standar

dipercaya,

tersebut

menekankan

bertanggung jawab dalam berbagai

pentingnya karakter dan kebajikan

tindakannya. Solomon (1997: 41)

moral.

menyimpulkan

dengan

Ketika

mempelajari

siswa
dan

sedang

melakukan

adil,

jujur,

penelitian

terbaru

mengenai pengembangan karakter

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

melalui

pendidikan

menunjukkan

bahwa

61

jasmani

guru

berperan

aktivitas

berdasarkan karakter sehingga dapat

jasmani yang terorganisasi dengan

menumbuhkan

baik

siswa.

dapat

meningkatkan

sebagai

model

penalaran

moral

pertumbuhan moral yang positif.


Lebih

jauh

dinyatakan

olehnya

MEMBANGUN DASAR-DASAR

bahwa bukti menunjukkan, tanpa

INTEGRITAS

perkembangan

PENDIDIKAN JASMANI

karakter,

proses

GURU

pematangan moral tidak mungkin

Keteladanan hidup yang berbasis

terjadi. Para guru pendidikan jasmani

nilai adalah pemenuhan kewajiban

memiliki

dankebenaran moral dengan karakter

tanggung

kesempatan

jawab

menciptakan

dan
situasi

yang

konsisten,

atau

integritas.

untuk meningkatkan perkembangan

Penjelasan ini benar-benar terlepas

karakter siswa. Bangunan teoritis

dari

yang mendasari kajian dalam tulisan

etnisitas.

ini adalah guru dapat berperan dan

masyarakat, guru yang memiliki

berfungsi

dalam

integritas dipandang sebagai model

mengajar karakter (Kohlberg, 1981;

bagi suara moral para remaja untuk

Lickona,1991;

1992).

mengikutinya. Sebagai contoh, bagi

Bagian selanjutnya dalam tulisan ini

guru pendidikan jasmani penting

akan

untuk

sebagai

model

Noddings,

diuraikan

bahwa

integritas

agama,

budaya,

Ketika

ras,

atau

berada

di

menunjukkan
mengajar

integritas

adalah landasan nilai yang mencakup

dengan

fair

nilai-nilai kejujuran, kepercayaan,

sportivitas dan melayani dengan

keadilan, rasa hormat, dan tanggung

penuh

jawab, serta menyediakan aplikasi

menghargai

yang dapat membimbing perilaku

memperlakukan setiap siswa dengan

guru ketika berperan sebagai model

baik.

keteladanan
semua

play,

seperti
siswa

dan

pengajaran karakter dan kebajikan

Model guru yang berintegritas

moral. Diharapkan melalui kajian

adalah guru yang memilih untuk

bagian

melakukan hal yang benar, sekalipun

ini

dapat

memberikan

rekomendasi bagaimana seharusnya

tidak

ada

orang

lain

yang

62

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

melihatnya. Integritas berarti secara

yang mencakup aspek psikomotorik,

konsisten melakukan apa yang benar,

kognitif, dan afektif, dan mengetahui

sekalipun dihadapannya ada yang

bahwa guru sungguh peduli dapat

lebih

dipercaya,

mudah

sesuatu

untuk

yang

melakukan

secara

dan

hormat.

pribadi

Bagaimana para guru dapat melayani

yang

sebagai teladan dengan mengajar

menguntungkan.Guru

berintegritas menunjukkan perilaku

karakter

bertanggung

kejujuran,

menyediakan

jujur,

jawab

untuk

program

akademik

dan

nilai-nilai

kepercayaan,

moral
keadilan,

rasa hormat, dan tanggung jawab.

yang berkualitas dan pengalaman


pendidikan yang positif. Orang tua,
serta

masyarakat

mengharapkan

umum,

para

guru

KESIMPULAN DAN SARAN


Seorang

guru

mengembangkan

yang

akan

karakter

siswa

mengajarkan karakter yang dapat

harus menunjukkan bahwa integritas

membantu

membentuk

siswa

adalah hal yang paling berharga.

sehingga

menjadi

anggota

Guru terlebih dahulu harus berperan

masyarakat yang berguna. Pada diri

sebagai model untuk menyatakan

guru

jawabdan

kebenaran, menghormati orang lain,

membentuk

menerima dan memenuhi tanggung

ada

dipercayakan

tanggung
untuk

sikap disiplin, keselamatan siswa

jawab,

bermain

jujur,

sehingga pengaruh pengajaran dan

mengembalikan kepercayaan, dan

potensi pembelajaran yang terjadi di

menjalani kehidupan yang bermoral.

sekolah akan mengubah hidup.

Guru harus berperan sebagai model

Integritas seorang guru yang

akan pentingnya keterlibatan dalam

melekat padanya tidak lepas dari

sebuah pencarian kebenaran yang

pengamatan siswa. Artinya, siswa

akan

akan mengevaluasi karakter guru

sehingga dapat melakukan sesuatu

didasarkan pada bagaimana cara

yang benar tidak mudah melakukan

guru memperlakukan dalam proses

sesuatu tindakan yang salah. Guru

pembelajaran. Para siswa tahu kapan

sebagai

guru berkomitmen untuk mengajar

mengajar murid-muridnya sebagai

berlangsung seumur

pendidik

karakter

hidup

harus

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

individu-individu
membuat

dapat

kelas dan melalui interaksi guru-

berdasarkan

murid di luar kelas harus didasarkan

yang

keputusan

proses dan prinsip penalaran moral.


Guru dapat memainkan peran
penting

dalam

belajar

dan

63

membantu

menerapkan

pada kebajikan. Integritas, kejujuran,


kepercayaan, keadilan, rasa hormat,

siswa

dan tanggung jawab harus menjadi

proses

ciri khas guru dalam hubungannya

penalaran moral. Pelajaran di dalam

dengan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen

Pendidikan
Nasional,
2003.Kurikulum
2004,
Standar
KompetensiMata Pelajaran Pendidikan JasmaniSekolah Dasar dan
MadrasahIbtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Gibbons, S., Ebbeck, V., & Weiss, M.1995. Fair Play for Kids: Effectson the
Moral Development ofChildren in Physical Education.Research
Quarterly for Exercise andSport. 66, 247-255.
Hellison, D. 2003. Teaching Responsibilitythrough Physical Activity (2nd
ed.).Champaign, IL: Human Kinetics.Josephson Institute of Ethics.
2006. TheEthics of American Youth. http:-//www.josephsoninstitute.
org/-reportcard/.
Kompas, Jumat, 15 Januari 2010. PendidikanAbaikan Karakter. Halaman12.
Lickona, T. 1991. Educating for Character:How Our Schools can Teach
Respectand Responsibility. New York:Bantam.
Mulkey, Y. J. 1997. The History ofCharacter Education. Journal ofPhysical
Education, Recreation &Dance. 68(9), 35-37.
Solomon, G. 1997. Does Physical EducationAffect Character DevelopmentIn
students? Journal of PhysicalEducation, Recreation &
Dance.68(9), 38-41.
Stoll, S. K., & Beller, J. M. 1998. CanCharacter be Measured? Journal of
Physical Education, Recreation &Dance. 69(1), 19-24.

64

Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011

PETUNJUK PENULISAN NASKAH JURNAL PHEDHERAL


1.

Naskah berupa hasil penelitian atau artikel yang belum pernah


dipublikasikan pada medai cetak yang lain, ditulis dalam bahasa indonesia
dan bahasa inggris, jumlah font 12 huruf Times New Roman.

2.

Sistematika penulisan sebagai berikut:


a.

Judul tidak lebih dari 14 kata dalam tulisan bahasa indonesia atau 10
kata dalam bahasa inggris, ditulis di tengah dengan huruf kapital.

b.

Nama penulis, ditulis lengkap dengan asal lembaga, tanpa gelar.

c.

Abstrak ditulis dalam bahasa inggris maksimal 200 kata.

d.

Kata kunci ditulis maksimal 5 kata dalam bahasa inggris.

e.

Daftar referensi ditulis hanya pustaka yang dirujuk, diurutkan secara


alfabetis dan ditulis seperti contoh sebagai berikut:
Proory Lodge Education Limited, 1997. SPIROMETRY: Question &
Answers.
Chest
Medicine
On-Line.
http://www.priory.com/chest.htm.15/8/2003.
Riana Sari, 2001. Hubungan antara Merokok dengan Kejadian
Penyakit Paru Obstruksi Kronik di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru. Surakarta: UNS

3.

Naskah dikirim ke alamat redaksi Prodi Penjas, JPOK FKIP UNS, Jl.
Menteri Supeno No. 13 Manahan Surakarta, (fax. 0271-714957) dalam
bentuk CD dan print out sebanyak 2 eksemplar atau melalui email
deddy@fkip.uns.ac.id

4.

Kepada penulis yang naskahnya dimuat diberikan nomor bukti 2 eksemplar


dengan mengganti biaya untuk penyelesaian cetak Rp 200.000 9dua ratus
ribu rupiah) sedangkan naskah yang tidak dimuat, naskah tidak akan
dikembalikan. Bagi penulis luar kota ditambah ongkos kirim.

5.

Pengirim naskah disertai dengan alamat penulis, nomor telepon/ HP, fax
atau e-mail.

You might also like