Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seseorang. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa
anak ke masa dewasa yang ditandai
mengalami
dismenore
dalam
mengurangi dan mencegah nyeri saat
menstruasi sehingga dapat mengikuti
pembelajaran dari awal hingga akhir
mata pelajaran b). Sebagai informasi
bagi institusi pendidikan bahwa
senam
merupakan
salah
satu
alternatif terapi untuk mengatasi dan
mengurangi
siswa-siswa
yang
sehingga
mengalami
dismenore
mereka dapat lebih berkonsentrasi
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
dan
dapat
mengajarkan
gerakan
senam
tersebut kepada siswa-siswanya c).
Dapat menjadikan senam sebagai
salah satu alternatif terapi ke dalam
intervensi yang diterapkan perawat
untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan
bagi
masalah
dismenoreyang sering dialami remaja
d). Memberi pengalaman baru bagi
peneliti
dalam
melaksanakan
penelitian dan dapat mengetahui
keefektifan
terapi senam secara
langsung dalam menangani masalah
dismenore
remaja
dan
mengaplikasikan teori yang telah
didapat untuk mengatasi masalah
dismenore pada peneliti sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
quasi eksperimen dalam satu
kelompok (one group pre test post
test design). Karena rancangan ini
merupakan bentuk desain eksperimen
yang lebih baik validitas internalnya
Variabel Independen
Senam Dismenore
a) Definisi Operasional
Teknik relaksasi merupakan
salah
satu teknik dalam
memberikan kondisi yang
Variabel dependen
a) Nyeri
saat
menstuasi
sebelum melakukan senam
1) Definisi Operasional
Perasaan tidak nyaman
yang dirasakan remaja
saat menstruasi akibat
kontraksi
uterus
(dismenore)
sebelum
melakukan
teknik
relaksasi dengan senam
gerakan sederhana.
2) Alat Ukur
Lembar skala nyeri
Universal
Pain
Assessment
Tool
yang menampilkan
mengidentifikasi
skala
nyeri
dismenore yang mereka rasakan dari
pengalaman menstruasi bulan lalu,
serta
waktu
remaja
tersebut
mengalami
menstruasi
dengan
menyebar lembar observasi sebagai
tahap pretest. Melakukan pendekatan
pada remaja-remaja putri tersebut
satu persatu dan melakukan kontrak
tempat dan waktu. Kemudian peneliti
menjelaskan tujuan dan maksud dari
pertemuan yang telah disepakati dan
memberikan surat kesediaan mereka
menjadi responden.
Peneliti mengajarkan tentang
gerakan senam dismenore dan tata
cara
pelaksanaan,
kemudian
membuat kesepakatan agar remaja
bersedia untuk melakukan senam
dismenore tersebut di rumah selama
minimal 3 hari sebelum menstruasi
setiap pagi dan atau sore hari. Peneliti
memantau remaja tersebut dengan
bertemu langsung dengan remajaremaja
putri
tersebut
untuk
memastikan remaja tersebut, terus
bersedia melakukan senam yang telah
diajarkan sesuai aturan secara
mandiri di rumah. Untuk post test,
didapatkan setelah remaja tersebut
mengalami
dismenore
saat
menstruasi dan telah melakukan
senam selama minimal 3 hari
sebelum
menstruasi,
kemudian
diukur skala nyeri yang dirasakan.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
Prosentase
(%)
53
6
15
40
100
Tabel 2. Distribusi
Frekuensi
tingkatan skala nyeri setelah
melakukan senam dismenore
pada remaja di SMU N 2
Sumenep bulan Maret-April
2009 n = 15
Skala nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri berat
Jumlah
Prosentase
(%)
11
73,33
26,67
0
15
0
100
Tabel
diatas
menunjukkan
perubahan skala nyeri setelah
melakukan senam dismenore dengan
skala nyeri ringan sebanyak 11 orang
siswa (73,33%) dan skala nyeri
sedang sebanyak 4 orang siswa
(26,67%).
Tabel 3. Hasil Uji Paired Sample
Test
efektivitas
senam
dismenore
dalam
mengurangi dismenore di
SMU N 2 Sumenep pada
bulan Maret-April 2009 n =
15
DAFTAR PUSTAKA
F.J. Monks, Koers, Haditomo.S.R . 2002. Psikologi perkembangan : pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sumodarsono,S. 1998. Pengetahuan praktis kesehatan dalam olahraga. Jakarta :
PT.Gramedia.
Annathayakeishka.
Nyeri
haid.
2009.
Available
http://forum.dudung.net/index.php?action=printpage;topic=14042.0.
Diposkan tanggal 10 Januari 2009.
Harry.
at
riset
keperawatan.
Cetakan
at
10
11
12
yang
Berperan
dalam Persepsi
Guna memahami persepsi lebih
dalam, perlu diketahui faktor-faktor
yang berperan dalam persepsi. Bimo
Walgito (2004: 90) menyatakan,
Beberapa faktor yang berperan,
yang merupakan syarat agar terjadi
persepsi, yaitu (1) Objek atau
stimulus yang dipersepsi; (2) Alat
indera dan syaraf-syaraf serta pusat
susunan syaraf, yang merupakan
Pengertian
Profesionalisme
Profesi
dan
13
Seseorang
guru
pendidikan
jasmani
saat
sekarang
dan
mendatang
sangat
dituntut
profesionalismenya. Hal ini selaras
dengan persaingan dalam beberapa
aspek, yaitu aspek sosial, teknologi,
dan kemanusiaan, karena persyaratan
kemampuan
seseorang
yang
profesional
untuk
melakukan
pekerjaan semakin meningkat.
Dalam
pembelajaran
penjasorkes,
seorang
guru
penjasorkes saat sekarang dan
mendatang
sangat
dituntut
profesionalismenya. Hal ini selaras
dengan persaingan dalam beberapa
aspek, yaitu aspek sosial, teknologi,
dan kemanusiaan, karena persyaratan
kemampuan
seseorang
yang
profesional
untuk
melakukan
pekerjaan semakin meningkat.
Profesi guru pendidikan jasmani
secara umum sama dengan guru mata
pelajaran yang lain pada umumnya,
namun secara khusus ada letak
perbedaan yang prinsip dan ini
merupakan ciri khas tersendiri. Guru
pendidikan jasmani tentunya telah
melewati sebuah proses pendidikan
melalui suatu lembaga pendidikan
yang profesional pula sehingga
14
tercapai
kompetensi
yang
diharapkan, serta layak dan mampu
untuk
mengajar.
Sehingga
diharapkan seorang guru pendidikan
jasmani
memiliki
kompetensi
sebagai berikut:
1) Pengetahuan
disiplin
keilmuan
Pengetahuan tentang dimensi
filosofis pendidikan jasmani
termasuk etika sebagai aturan
dan profesi.
2) Pengetahuan
dan
keterampilan professional.
Komponen ini meliputi aspek
humanistik dan tingkah laku
tentang pendidikan profesi.
3) Pengetahuan
dan
keterampilan kependidikan.
Komponen ini termasuk
belajar
dan
mengajar
penerapan teori dan aplikasi
professional dari batang
tubuh pengetahuan.
Minat
a. Pengertian Minat
Minat (interest), adalah keadaan
mental yang menghasilkan respon
terarah kepada sesuatu, situasi atau
obyek tertentu yang menyenangkan
dan
memberikan
kepuasan
kepadanya (statisfiers). Slameto
(2010: 180) mendefinisikan, Minat
adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Heru
Suranto
(2005:
30)
mengemukakan bahwa, Minat dapat
diartikan sebagai kecenderungan
untuk memilih dan atau melakukan
sesuatu hal atau obyek tertentu,
diantara sejumlah obyek yang
tersedia.
Minat muncul dari masingmasing individu ketika dihadapkan
pada beberapa pilihan akan benda,
aktifitas atau hal tertentu untuk
kemudian menentukan satu sebagai
pilihannya.
Seseorang
yang
menginginkan berprestasi dalam
bidang tertentu, secara pasti memiliki
minat yang tinggi pada bidang
tersebut. Demikian juga minat dapat
menimbulkan sikap yang merupakan
suatu kesiapan berbuat bila ada
stimulus sesuai dengan keadaan
tersebut.
Timbulnya minat seseorang
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
rasa tertarik atau rasa senang,
perhatian dan kebutuhan. Minat
timbul karena perasaan senang serta
tendensi yang dinamis untuk
berperilaku atas dasar ketertarikan
seseorang pada jenis-jenis kegiatan
tertentu. Perasaan senang seseorang
akan
menimbulkan
dorongandorongan dalam dirinya untuk segera
beraktifitas. Sehubungan dengan
minat terhadap salahsatu mata
pelajaran, dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan sumber motivasi
intrinsik bagi seseorang untuk
memperoleh
diminatinya.
sesuatu
yang
Mata
15
16
17
18
yang
berarti
19
terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes akan memperoleh
hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes
yang
baik.
Sebaliknya, siswa yang tidak
memiliki minat yang tinggi
terhadap
mata
pelajaran
penjasorkes akan memperoleh
hasil belajar mata pelajaran
penjasorkes yang buruk.
3. Ada hubungan positif yang
signifikan antara persepsi siswa
tentang profesionalisme guru
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Dasuki, dkk. 2010. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta: Dirjen
Peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Heru Suranto. 2005. Psikologi Olahraga. Surakarta: UNS Press
\J. S. Husdarta. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Alfabeta
Jamal Mamur Asani. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional.
Yogyakarta: Power Books (Ihdina)
Mimin Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada
Riduan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: CV. Alfabeta
Samsunuwiyati, Lieke Indieningsih Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Bandung:
PT. Refika Aditama
20
Slameto. 2010. Belajar dan faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Stephen P. Robbins. 1999. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sumadi Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
____________. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: CV. Alfabeta
Uyoh Saduloh. 2010. Pedagogik. Bandung: CV. Alfabeta
Wagiman, Suharto, Noorhadi, Th., & H. Djono, R. 2002. Profesi Kependidikan I.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
21
PENDAHULUAN
Permainan
merupakan
salah
sepak
bola
satu
cabang
Namun
perkembangan
22
dalam
ditempuh
(Soekatamsi,
untuk
meningkatkan
bermain
sepak
1995:
bola
14).
nasional
pengetahuan
teknologi,
pembentukan
harmonis.
prestasi
anak
sepak
yang
memunculkan
bola
dan
diharapkan
bibit-bibit
gerakan
yang
dapat
pemain
Menurut
menendang
ketrampilan
Wahjoedi
(1999:
bola
paling
120)
merupakan
penting
dan
melmpar
bola
dan
sebagainya.
Soekatamsi
(1991:
14)
mengemukakan
bahwa,
teknik
bermain
merupakan
yang fundamental
kelengkapan
maka
mendapat
perhatian
yang
dasar
memungkinkan
memiliki
untuk
teknik
bermain
sebagai
anak
sepak
bola
meningkatkan
prestasinya,
23
kemampuan
Apakah
diperlukan
bentuk
latihan
yang
passing
benar,
mendatar.
baik
akan
yang
untuk
atau
eksperimen.
dapat
diberikan
kesulitan
dan
efektifitas
berbeda
dalam
praktik
kemampuan
melalui
penelitian
yang
meningkatkan
mempengaruhi
tidaknya
mata-kaki
jenis
permainan
yang
memiliki
aktivitas
berusaha
dalam
olahraga
sepak
salah
bola.
satunya
Koordinasi
memasukan
bola
ke
dan
yang
ketepatan
pada
kemasukan
membutuhkan
prinsipnya
merupakan
berusaha
menggagalkan
bola.
Sneyers
berpendapat
bahwa
(1998:
tepi
secara
menghubungkan
harmonis
dalam
gerakan-gerakan
sekali
3)
Jozef
yaitu
membuat
mecegah
sampai
dan
jangan
gol
dasar
bermain
lawan
bola
merupakan bagian
bermain
bola.
yang penting
Dapat
dikatakan
24
Gol
dapat
tingkat
pemainnya.
dan
ditentukan
oleh
dapat
diciptakan
Paul
Backle
melalui
(1981:26)
pertandingan-pertandingan
sepak
bahwa,
kecuali
(1988:
10)
menyatakan
bila
taktik
itu
sangat
sederhana.
Pendapat
yang
diatas
menujukan
sepak
bola
merupakan
penting
untuk
melakukan
dan
ketepatan
bola
120)
bagian
Faktor-Faktor
yang
dipengaruhi
oleh
menendang
dalam
Menurut
bola
kaki,
Joseph
beberapa
A.
(2)
pada
bagian
Luxbacher
Mempengaruhi
(1997:105)
kemampuan
untuk
K e m a m p u a n Menendang Bola
lawan
Kualitas
sebanyak-banyaknya
dan
seperti
antisipasi,
tekanan
lawan
juga
tak
kalah
25
penting.
Bagian Dalam
Menendang bola dengan kaki
bagian dalam merupakan salah satu
tendangan yang sering dilakukan
dalam
permainan
sepak
Tendangan
kaki
bagian
umumnya
disebut
juga
bola.
dalam
Analisa
Gerakan
Tendangan
Mendatar
Teknik menendang bola dalam
sepak bola menurut fungsinya dapat
dibedakan
menjadi
dua,
yaitu
passing.
pendek.
macam
bola
menendang
menggunakan
kaki
dilakkukan
menggunakan
terus
menendang
Dilihat
dengan
bola,
dari
sehingga
dapat
bagian
dan
dibedakan
menjadi:
bola
sisi
dengan
dalam
dalam.
diperhatikan
kaki
Dalam
selalu
26
sepak
latihan
bola
yang
mengandalkan
kecepatan
permainan
untuk
melakukan
penyerangan
maupun
olahraga
meliputi
Latihan-latihan
hendaknya
yang
(1)
dilakukan
diulang-ulang,
(2)
ini
Latihan
harus
dilakukan
teknik
teratur
dan
(5)
berdiri
berprestasi.
pertahanan.
Teknik
Secara
pelaksanaannya
dasar
umum
adalah
secara
Kemampuan
Komponen-Komponen Latihan
Untuk lebih jelasnya komponen-
komponen
kaki
bagian
sisi
dalam
ayun,
berikut :
1)
dapat
dapat
Volume Latihan
Sebagai
kaki.
latihan
komponen
utama,
Prinsip-Prinsip Latihan
Dalam pelaksanaan latihan, baik
atlet
maupun
memperhatikan
harus
prinsip-prinsip
pelatih
bahwa,
latihan
dapat
yang
dilakukan
volume
latihan
adalah
27
dilakukan
kekuatan
Peningkatan
volume
latihan
dalam
latihan,
rangsangan
dan
tergantunng
dari
yang
kesempurnaan
merupakan
semua
puncak
cabang
ketrampilan
latihan
olahraga
teknik
taktik.
atau
Hanya
kuantitatif.
Perbaikan
penampilan
bahkan
cidera.
2)
3)
Intensitas Latihan
Disamping volume dan densitas,
intensitas
latihan
merupakan
tidak
ada
sama
sekali.
Densitas Latihan
Menurut
Andi
Sukadiyanto
Suhendro
(1999:
dalam
3.24)
dikaitkan
kepadatan
dengan
komponen
suatu
latihan
Dengan
yang
dilakukan.
densitas
intensitasnya.
Densitas
berkaitan
yang
demikian
dengan
mencukupi
suatu
akan
28
latihan,
yang
yang
pencapaian
menjamin
efisiensi
berlebihan.
rasio
Densitas
optimal
antara
kelompok
individual
terhadap
direncanakan
Istirahat
yang
submaksimal
Komponen-komponen
latihan
menuntut
pelaksanaan
pemulihan
memperoleh
hasil
optimal,
Komponen-komponen
seseorang
dalam
latihan.
Untuk
latihan
yang
rendah.
4)
Kompleksitas Latihan
Kompleksitas
Menendang
bola
merupakan
dikaitkan
pada
teknik
latihan
yang
latihan.
membutuhkan
dapat
yang penting
mungkin
atau
tingkat
kerumitan
dilaksanakan
menjadi
dalam
koordinasi,
penyebab
akan
menimbulkan
dalam
skill
sepak
bola
menuntut
yang
adanya
29
yang
antaranya
practice.dan
koordinasi.
Koordinasi
koordinasi
(foot-eye
mata-kaki
coordination)
dan
Latihan
dengan
pendekatan
distributed
dalam
Sedangkan
skill
menendang
bola,
menggiring bola.
(dependen)
bola
variabel
merupakan
adalah
terikat
kemempuan
menendang bola.
Populasi dalam penelitian ini
suatu
gerakan
2010 berjumlah
komplek.
Kemampuan
50 anak. Teknik
Sampel
dibutuhkan
kemudian
koordinasi
mata-kaki.
sejumlah
40
anak
dikelompokkan
ini
sesuai
sasaran.
Namun
sebaliknya,
acak
(random).
Teknik
Pengumpulan
Data
Untuk
METODE PENELITIAN
Penelitian
metode
ini
eksperimen.
menggunakan
koordinasi
Untuk
mata-kaki
mengukur
adalah
Penelitian
30
mengukur
kemampuan
passing
mendatar.
dibandingkan,
HASIL
PENELITIAN
diketahui
DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi hasil analisis data dan
maka
bahwa
dapat
kelompok
perlakuan
dengan
bentuk
pendekatan
massed
practice
pada
perlakuan
siswa
PSB
BONANSA
yang
dibandingkan,
dengan
bentuk
mata-kaki
rendah
yang
berikut :
dengan
bentuk
pendekatan
massed
practice
mempunyai
Tabel 1. Ringkasan
Statistik
Angka-Angka
Deskripsi
Data
Hasil Kemampuan
Tendangan
Mendatar
Tiap
perlakuan
kelompok Perlakuan.
1.
mendapat
kelompok
siswa
dengan
koordinasi
mata-kaki
rendah
yang
mendapat
perlakuan
dengan
bentuk
mempunyai
koordinasi
yang
mata-kaki
mendapat
tinggi
perlakuan
rata-rata
pendekatan
latihan
dengan
bentuk
pendekatan
dibandingkan,
massed
practice
mempunyai
diketahui
perlakuan
dengan
bentuk
Sedangkan
pendekatan
massed
practice
dengan
kelompok
koordinasi
siswa
mata-kaki
maka
bahwa
dapat
kelompok
perlakuan
dengan
bentuk
pendekatan
dengan
bentuk
Perbedaan
Pengaruh
31
2.
Perbedaan
dan
Practice
terhadap
dan
Distributed
Pengaruh
Koordinasi
Rendah
Kemampuan
Berdasar
pengujian
hipotesis
kedua
menunjukan
bahwa,
ada
massed
practice
dan
distributed
teradap
memiliki
daripada
mendapat
perlakuan
dengan
pendekatan
distributed
practice.
Ditinjau
dari
hasil
kemampuan
kemampuan
tendangan
koordinasi
siswa
Dari
dihasilkan
yang
tinggi
memiliki
angka-angka
dalama
yang
analisis
data
menunjukan
bahwa
ternyata
rata-rata
peningkatan
kemampuan
tendangan
kelompok
rendah.
practice
kelompok
yaitu
3,30
perlakuan
sedang
perbandingan
hasil
mendatar
32
3.
Latihan.
Berdasarkan
Practice
dan
Koordinasi
Mata-Kaki
terhadap
Kemampuan
tendangan
gambar
besarnya
nilai
mendatar
yaitu
Sepak Bola
sehingga
jika
Tabel 8. Pengaruh
sederhana,
Pengaruh
Interaksi
Utama
Kemampuan
garis
sejajar,
tersebut
Utama
Peningkatan
Tendangan
Faktor
terhadap
dan
tidak
taraf
signifikansi
Sepak Bola.
menunjukkan
keduanya
5%.
bahwa
belum
Ini
antara
diketemukan
(gambar
7)
yang
titik
itu
artinya
Bentuk
Interaksi
berlatih.
analisis
pembahasannya
yang
dilakukan,
dapat
maka
33
dan
telah
ditarik
mata-kaki
practice
dengan
distributed
practice
latihan
tinggi
dengan
terhadap
kemampuan
tendangan
kelompok
tahun
bahwa
ditolak
sehingga
perlakuan.
peningkatan
umur
10-12
hipotesis
nol
antara
tinggi
koordinasi
dan
koordinasi
rendah
mendatar
dalam
mendatar
dapat
dalam
disimpulkan
practice,
distributed
34
DAFTAR PUSTAKA
Andi Suhendro. 2004. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Danny Mielke. 2007. Dasar-Dasar Sepak Bola. Alih Bahasa. Eko Wahyu
Setiawan. Bandung : PT Intan Sejati
Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : UNS Pres.
Luxbacher, Joseph. 1997. Sepak Bola Langkah-Langkah Menuju Sukses. Alih
Bahasa. Agus Setiadi. Jakarta : PT. Gramedia
M. Sajoto. 1998. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam
Olahraga. Semarang : Dahara Prize
Mulyono B. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Sepak Bola. Surakarta : JPOK
FKIP UNS
Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihsn Sepak Bola. Jakarta : Depdikbud.
Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar dan Metode. Jakarta :
PT. Gramedia
Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta : Tiga Serangkai
1988. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta : Tiga
Serangkai
Soedjono. 1985. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT BP.
Kedaulatan Rakyat
Sneyars, Jozef.1990. Sepak Bola Remaja. Bandung : PT. Rosda Jayaputra
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Pers
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Pers
Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta
Sutrisno Hadi. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset
Yusuf Adisasmita & Aip Syaifudin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta :
Depdikbud Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
35
ABSTRACT
Tri Winarti Rahayu, Heru Suranto,2011. Application of Synthetic Progressive
Learning Method And Feedback with Video To Improve Learning Outcomes
Back Crawl Style.
This study aims to improve outcomes Back Crawl Style On Learning
2010/2011. Lesson Learning Through the Application of Synthetic Methods
Feedback With Video. The research was conducted by using a design of action
research (action research), study design consists of four components, namely:
planning, implementation of the action, observation and reflection on each cycle.
Action in such research is a Back Crawl Style to improve the Learning Center
Back In Style Student .Lesson Learning Through the Application of Synthetic
methods Feedback With Video. Based on the analysis and reflection on action
cycles that have been implemented then obtained the following conclusions: (1)
The method of synthesis and progressive feedback darting through the effective
use of video to enhance the ability of swimming back crawl on Student, (2)
Method of synthesis of progressive and feedback darting through the effective use
of video to improve learning outcomes swimming back crawl on Student
Keywords: Sintetis Progresif Metode, Feedback , Video, Study Result
PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi
yang
adalah
guru
olahraga
yang
dapat
berenang,
mengajarkan
FKIP
menjadi
olahraga
36
punggung
sebagai
guru
memiliki
lain - lain)
pelengkap
menjadi
dan
gaya
tingkat
kupu-kupu.
kesulitan
yang
permukaan air.
dalam
mempunyai
mata
berbagai
kuliah
ini
alasan,
gaya
punggung
pada
berpartisipasi
maksimal,
semester
merupakan
dan
aktif
secara
selain
itu
hasil
berikutnya.
tugas
team
Kegagalan
teaching
37
keberhasilan
belajar
pembelajaran
adalah
penggunaan
mahasiswa
berenang.
dalam
Keberhasilan
balik
prosentasi
dilakukan
metode
dan
umpan
kegagalan
mahasiswa
dengan
dalam
sebenarnya.
Umpan
yang
dapat
digunakan
menggunakan
kondisi
balik
yang
dengan
memberikan
untuk
mengusai
berenang
keterampilan
secara
bertahap
umpan
balik
pada
dasar
dan
media
dapat menguasai
yang
masing-masing
yang
efektif
menyangkut
unsur
Dengan
sintetis progresif
sehingga
akan
pelaksanaan
proses
kelengkapan
yang berkualitas.
saat
bergerak
diair.
terhadap
tingkat
video
ini
gerak.
di pilih karena
media
dalam
akan
membantu
pembelajaran
38
Teknik
Dasar
Renang
Gaya
Punggung
Renang
gaya
punggung
yang
cukup
dalam
kesulitan
badan
merupakan
gaya
tinggi
renang
karena
pertama
yang dihadapi
lurus
dengan
cara
telapak
yang
pada
prinsip
streamline
harus
(datar
dilakukan.
Dalam
beberapa
tahapan
gerak
kaki
tepat
dibawah
mudah dilakukan.
2) Gerakan kaki
Gerakan
punggung)
dikuasai.
adalah
Tahapan
yang
gerak
harus
tersebut
kaki
pada
gaya
sebagai berikut:
1) Posisi badan
(datar)
air.
dahulu
bengkokan
kemudian
beberapa
Prinsip
utama
pada
hal
yang
permukaan
yang
harus
sehingga
pada
terjadi
lutut,
dilakukan
baru
pukulan
keras
dengan
punggung
menggunakan
kaki.
gerakan
Amplitudo
antar
kaki
antar
39
tangan
memutar
dan
3) Gerakan lengan
keatas
dalam
pelaksanaan
gaya
yaitu
Gerakan
lengan
gerakan
pada
rekaveri
gerakan mendayung.
rekaveri
dimulai
dan
Gerakan
pada
saat
mulut.
Pengambilan
(membuka
mulut)
napas
dilakukan
kebelakang
samping
Sedangkan
dalam
kepala.
5) Gerak koordinasi
gerakkan
yakni
gerakkan
air
dengan sendirinya.
pada
maka
saat
dilakukan
tarikan
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah
suatu
secara
belajar,
karakteristik
Telapak
terintegrasi
dengan
karakteristik
siswa,
bidang
serta
studi
40
dalam
pengelolaan
pengorganisasian
Sedangkan
prinsip
penyampaian,
maupun
menurut
hakekat
pembelajaran
manusia
berbagai
untuk
macam
mencapai
kompetensi,
Pembelajaran
yang
dilakukan
merupakan
upaya
kemampuan sosial
untuk
4) Mengembangkan
keingintahuan, imajinasi dan
fitrah
Pembelajaran
sistematis
5) Mengembangkan
keterampilan
dan
6) Mengembangkan kreativitas
siswa
pembelajaran
Dalam
harus
7) Mengembangkan
kemampuan
proses
ilmu
dan
teknologi
menghasilkan
pemecahan
masalah
hasil
kegiatan
pengelolaan
meningkatkan
peserta
diperhatikan
merupakan
memfasilitasi,
harus
3) Mengembangkan
kegiatan
dalam
yang
8) Menumbuhkan
kesadaran
pembelajaran.
baik
9) Belajar seapanjang hayat
Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip
dalam
keaktifan
siswa,
Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan
segala
dipergunakan
sesuatu
untuk
yang
dapat
menyalurkan
41
proses
Mulyani
berfungsi sebagai:
secara
mendasar
memberikan
berpotensi
peluang
bagi
pembelajaran.
sumantri
Menurut
(2001:154)
siswa
yang efektif.
pembelajaran
Hambalik
(1980
23)
bagi siswa
5) Meningkatkan
untuk
lebih
mutu
pembelajaran
mengefektifkan
beberapa
jenis
media
berdasarkan
media tersebut
ditangkap
melalui
panca
Semakin
banyak
indera
Media
disusun
indera.
yang
1)
Media Visual
Media
yang
indera
penglihatan,
jelas
media
gambar
pula
pengetahuan
pengertian
yang
dan
diperoleh.
berfungsi
semangat
untuk
dalam
dapat
diterima
misalnya
diam,
media
42
2)
3)
Media Audio
pendidikan
perubahan
Media
yang
diterima
Salah
sikap
pendidik
satu
adanya
dalam
perkembangan
dan
penggunaan
mengalami
diperagakan
cukup pesat.
indera
4)
dapat
menuntut
penglihatan
melalui
sebuah
media
pembelajaran.
perkembangan
Tiap-tiap
media
yang
mempunyai
media
dan
karakteristiknya
media
pembelajaran.
Proses
pegangan
pemilihan
Pemilihan
perlu
buku
memperhatikan
beberapa
hal
yang
perlu
pemilihan tersebut
2) Sifat dan ciri-ciri media yang akan
dipilih
3) Adanya sejumlah media yang
yakni
tujuan,
dapat
keadaan
siswa,
pembelajaran,
ketepatan,
dibandingkan
adalah
global
dalam
perkembangan
alternatif
proses
karena
pengambilan
pemecahan
yang
dituntut
oleh
tujuan
43
3.
4.
5.
Pengelompakan sasaran
6.
digunakan,
(R.
1996 : 75 76 )
berdasarkan
Metode Pembelajaran
Keberhasilan
Sintesis
dalam
siswa
karena
serta
menuntunnya
pada
itu
diperlukan
metode
terorganisasi.
cocok
Pertimbangan
ini
dengan
sifat
bahan
guru
dapat
memenuhi
kebutuhannya
dalam
mencapai
tujuan
telah
diharapkan
oleh
yang
ditetapkan.
Media merupakan bagian dari
secara
kriteria
punggung.
sistem
instruksional
yang
dalam
harus
menentukan
diperhatikan
media
punggung
lain;
metode
1.
2.
dengan
sintetis
sebagai berikut:
dicapai
1)
menggunakan
progresif
adalah
isi
Tepat
untuk
mendukung
44
(streamline)
2)
pada
gaya
Umpan
Balik
Pembelajaran
punggung.
Renang
Dengan
Menggunakan
Media Video
adalah meluncur
3)
4)
dikuasai
dengan
baik,
baru
yang
yaitu
dapat
kemudian
tahap
dikuasai
melangkah
5)
pada
disamapaikan
dan
dapat
berikutnya yaitu,
METODE PENELITIAN
di
punggung.
kegiatan.
Subjek
penelitian
45
adalah
setiap
II.
secara
Dalam
penelitian
ini,
dosen
kegiatan
observasi
deskriptif
dari
dengan
menggunakan
sama
merencanakan,
mendiskusikan
dan
mengamati,
menganalisis
hasil penelitian.
analisis
prosentase
data
yang
Pengumpulan
penelitian
Teknik
teknik
ini
data
dalam
adalah
dengan
Dimana
analisis
dilakukan
data
dengan
kualitatif
jalan
bekerja
dengan
keputusan
yang
digunakan
Observasi
oleh
merupakan
dosen..
proses
data,
mencari
apa
yang
Langkah-langkah
dan
dapat
pelaksanaan
selama
kelas
tes
penelitian
berlangsung.
tindakan
Sedangkan
untuk
mengetahui
refleksi.
Seperti
ditulis
di
depan
Dalam
mendapatkan
pencapaiannya adalah:
data
tentang
hasil
penelitian
ini
indikator
46
Berikut disajikan
pembahasan
masing-masing
permasalahan
dari
Siklus
mahasiswa
80%
90%
2
HASIL PENELITIAN DAN
Hasil
PEMBAHASAN
mahasiswa
belajar
Siklus
80%
90%
Gaya Punggung
Metode
pembelajaran
renang
metode
sintetis
menerapakan
sintetis
3. Observasi,
metode
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pembelajaran,
sangat
sesuai
per-elemen
gerak
sehingga
meliputi;
4. Refleksi,
yang
proses
progresif
meliputi
kegiatan
sekaligus
menyusun
rencana
sehingga
mahasiswa
dapat
lebih
mudah untuk
mengusai
gerakan.
47
mahasiswa
dalam
renang
gaya
kondisi
diberikan
pemberian
awal
hingga
umpan
balik
dengan
mahasiswa
hasil
belajar
Renang
Hasil
Gaya
Pembelajaran
Punggung
Pada
yang
lulus
dalam
90%.
UNS
tahun
pelajaran
2010/2011?
Hasil
Belajar
Renang
Gaya
Punggung
Kemampuan renang yang telah
dikuasai akan mempengaruhui hasil
belajar renang mahasiswa khususnya
pada
gaya
punggung.
Dengan
meningkatkan
hasil
belajar
48
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto.2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Surakarta : UNS Press
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta
Hamzah B Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Kasiyo Dwijowinoto. 1979. Renang, Metoda, Teknik, Pola.
Semarang
FPOK IKIP N
Menuju
49
ABSTRACT
Currently was beginning gets ebbing nation children character,
meanwhile in even sporting domain to find one Charakter Building's Mental ,
well that athlete, trainer, and also referees have a lot of one takes down to
conduct, no longer advances totally that referee is professionalization who shall
hold firmness in advances regulation bases each that sport.
This therefore about needs it settlement is back particularly in take one
decision and policy ought to does ever notice substansial who that has or
necessarily determine one that decision with bases character who can build
vollyball referee gets better.
Keyword : Organisation, Charakter Building's
para anggota organisasi, dimana
PENDAHULUAN
Fenomena
sekarang
ini
yang
muncul
berdasarkan
data
Organisasi
akan
kembang
top
organisasi-organisasi
dari
dalam
job-discription
dalam
substansial
di
masing-masing
dan
bertumbuh
solid,
aplikasinya
apabila
selalu
perangkatnya,
dan
kepatuhan,
organisasi
disiplin
akan
dari
50
mudah
membalikan
berhati-hatilah
dampaknya
seperti
kita
berkinerja
dalam
akan
menjadi
berkepanjangan,
berlabuh
akhirnya
sesuai
dengan
tujuan
terutama
membuahkan
akan
kharakter/
prilaku menyimpang.
dimaksud.
Sekarang
ini
bersurutnya
mulai
anak-anak
sudah
karakter
sebuah
olahragapun
menemukan
menegakkan
secara
yang
organisasi keolahragaan.
untuk
lepas
kendali,
tidak
lagi
karakter,
sementara
sebuah
kondusif
di
ini
kebenaran
beberapa
dipegang
mengedepankan
peraturan
masing
teguh
dalam
regulasi
berdasarkan
kecabangan
atau
masingolahraga
Aplikasi
dalam
keolahragaan
Dalam
kontekstual
aplikasi
dalam
keolahragaan
tersebut.
organisasi
sebuah
organisasi
khususnya
sangat
perlukan
lagi
dengungkan.
Pembentukan
dan
karakter
dikembalikan
Penyimpangan-
besar di
51
semakin
menggembirakan,
dalam
dan
dalam
pengambilan
sebuah
memperhatikan
mengaktualisasikan
sebuah
sebuah kekuasaan.
Penentuan
substansial
penugasan
wasit
pada
keputusan itu.
para
penanggung
jawab
penanggung
wasit,
jawab
(Kabid
Perwasitan)
contoh:
mawut,
dimiliki,
sebuah
penanggung
ditengarai
tumpang
carut
tindihnya
pengambilan
keputusan
dan
yang nantinya
akan
bagaimanapun
jawab
saja
secara
uji
kemampuan
yang
harus
ditugaskan
atau
SDM
performance,
wasit
lebih
kemampuan
yang
Kepentingan-kepentingan
internal
di
dalam
tubuh
perwasitan
PBVSI
tercinta
janganlah
sebuah
Power
Sebuah
Corps
ini,
atau
dipegang
teguh
dan
keyakinan
adanya
kewenangan-kewenangan
organisasi
semestinya
diberlakukan.
oleh
harus
seluruh
yang
komitmen
secara
kondusif,
akan
konflik
terwujud
internal
apabila
kita
sebuah
tidak
dalam
semua
52
yang telah
diberikan
ada
sesuatu
hal
raguan.
diskusi
dengan
penanggung
dikedepankan.
Jangan
jawab
sampai
perwasitan.
antara
para
yang
berkompeten
persoalan
yang
Tinjauan
perwasitan bolavoli
karakter
Karakter
dalam
adalah
pembawaan
kebijakan dan
keputusan. Kalau
yang
sifat
perangai,
untuk
pimpinan
yang
butuh waktu.
baik
disikapi
apabila
baik
seluruh
jajaran
mengindahkan regulasinya.
2. Kembalikanlah
panjang
2007).
pengertian
diteladani,
maka
discription
penyimpangan
masing-masing
Pena,
dalam
kharakter
pengurus.
kewenangan-
(Prima
mempengarui
perlu
untuk
penyimpanganyang
berkaitan
maupun
sikap.
53
Wasit
harus
mampu
menepis
konflik-
konfik
baik
internal
maupun
tim.
eksternal.
mungkin
tidak
dengan
terpuji,
belajarlah
mengedepankan
Individu
yang
tindak
diisolasi
dikeluarkan
yang
pertandingan.
ditujukan
untuk
Sesegera
melakukan
kekerasan
atau
bila
segera
perlu
dari
dalam olahraga.
pemain
dengan
dengan
suporter,
Media
massa
perlu
penyimpangan
sesama suporter.
adalah
sebagai berikut:
tuntutan
kekerasan
tersebut.
Dalam
tindak kekerasan.
54
luar
keputusan-keputusan
yangakurat,
bagaimana
mengambil
keputusan
dapat
dengan
baik?,
harus
akan
dibawah ini
terjadi.
Peluang
Kejelasan Masalah
& Konsekuensi
Banyak
Penentuan
Putusan
dan
orang
cenderung
memiliki
Konsistensi Putusan
apa.
Menolak
mengambil
resiko
seringkali
menghambat
kemajuan.
Kepribadian
Yang
a. Percaya Diri
Keyakinan
seseorang
atas
Kesanggupan
untuk
mengendalikan
adalah
yang
mengendalikan
b. Komitmen
mampu
keinginan-
keinginan
mengikuti
dan
memegang
yang
perasaan,
destruktif
memiliki
stabilitas
emosi,
55
diteladani,
maka
penyimpangan
keinginan
mengakhiri
terhadap
apa
yang
telah
Penentuan
harus
yang
berkaitan
penugasan
wasit
dikembalikan
pada
e. Mandiri
Kesediaan seseorang untuk
melakukan
sesuatu
secara
preogatif.
penanggung
tidak
mudah
goyah
Bagaimanapun
jawab
secara
kharakter
sangat
prilaku
perlu
lebih
kemampuan
segala,
wasit
uji
kemampuan
itu
SDM
juga
performance,
sebab
penyimpangan-
dan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto. 2008. Multidesain Pengembangan Volleyball. Jakarta:
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Ahmadi, Nuril. 2007. Panduan Olahraga Bolavoli. Solo: Era Pustaka Utama
Anonim. http://MetodePembelajaranZonaUIM.htm diakses 25 Februari 2011.
Harsono.1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta:
Depdikbud.
Machfud Irsyada. 2004. Pembelajaran Permainan Bolavoli. Jakarta : Depdiknas
56
Maz
Glemboh.
Sejarah
dan
Perkembangan
Bolavoli.
http://ganevo.wordpress.com/2008/04/25/sejarah-bola-voli/ diakses 25
April 2011.
Nossek, Yosef. 1982. Teori Umum Latihan. Lagos : Institut Nasional Olahraga
Lagos Pan African Press LTP.
Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1996. Ketahuilah Kesegaran Jasmani
Anda. Jakarta: Depdikbud.
Ratih Riesafitri. Gambar Teknik Bolavoli. www.rriesafitri.com/previewcontent/gambar-teknik-bola-voli/ diakses 29 April 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sisdiknas,
Bandung : Citra Umbara.
Yunus, M. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli. DEPDIKBUD
57
Matsuri
Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
The Teachers Role as a Model in Establishment Character through
Sport and Physical Education. Problems of students bad character always
appear in the field of education. This may result from the fact that education in
Indonesia emphasizes intellectual development only, while other aspects, such as
personality, affective factors, receive less attention. Schools and teachers actually
play an important role and have a responsibility for students' learning both in the
cognitive and affective aspects. Inother words, improvement of and emphasis on
the cognitive aspect such as skills in reading, language, mathematics, and science
aimed at preparing students to enterthe global world should be balanced against
the improvement of their affectiveaspect. This means that character building
teaching must not beignored.
berkaitan
PENDAHULUAN
dengan
dinamika
mampu
masyarakat.
dinamika
menghadapi
perubahan
berbagai
Contoh
perilaku
yang
narkotika,
pornografi,
perkosaan,
58
memenuhi
harapan
agar
kinerja
telah
tindakan
orang
kondisi
menjurus
kepada
kriminal.Banyak
berpandangan
bahwa
dihasilkan
pendidikan.
oleh
dunia
Dalam
konteks
dan
berpengaruh
kehidupan
pendidikan
berharap
di
Indonesia
lebih
peserta
dalam
didik,
para
oleh
guru
untuk
menampilkan
perilaku
yang
intelektual
mencerminkan
nilai-nilai
moral,
semata.
Aspek-aspek
seperti
yaitu
aspek
afektif
kurang
keadilan,
kejujuran,
dan
mendapatkan perhatian.
Koesoema (Kompas, 1 Desember
pendidikan
pembentukan
secara
titik
karakter
kebijakan
dan
merupakan
pendidikan
lemah
nasional.
moral.
mendidik
Menurut
karakter,
melalui
mengembangkanrasa
tanggung jawab
tidak
hanya
ditunjukkan
untuk
pengajaran
Lickona
khususnya
yang
hormat
dapat
dan
Dalam
pendidik
tugasnya
dan
sebagai
pengajar,
guru
59
merupakan
upaya
yang
penting
tersebut.
bagi
melayani
para
dan
guru
berperan
model
pengembangan
dengan
membuat
keputusan
untuk
sebagai
karakter
penilaian
profesional
dan
yang
Koesoema
(2009:134)
pendidikan,
khususnya
pendidikan
berbagai
macam
disandangnya,
posisi
yang
atau
tidak,
sadar
jasmani,
perkembangan
adalah
karakter
dalam
melaksanakan
tugas-tugasnya
melalui
pembelajaran karakter.
pendidikan
yang
Seseorang
berkarakter
memiliki
pengelolaan
pengalaman
jasmani
menfasilitasi
dapat
terjadinya
perkembangan
mana
yang
dipercaya,
salah;
adil,
jujur,
dapat
hormat,
dan
karakter
Bredemeier,
&Shields,
siswa
1997).
belajar
dan
prinsip-prinsip ini.
dari
kesalahan;
1995).
Pada
tulisan
pengembangan
ingin
bahwa
kognitif
mencoba
mengkaji
karakter
ini,
seseorang
akan
ketika
60
bahwa
dapat
telah
dan
pendidik
terus-menerus
pentingnya kemenangan.
atasdapat
disimpulkan
pendidikan
jasmani
mengembangkan
karakter
memiliki
sejarah
diyakini
oleh
ditangani
panjang
para
oleh
guru
yang
dibombardir
Realitas
ini
sangat
oleh
bertolak
jasmani
mengembangkan
sebagai
dalam
Model
dalam
Mengembangkan
KarakterPentingnya
otomatis
atau
dalam
belajar
keterampilan
tujuan
danfungsi
standar
terbiasa.
Seperti
olahraga
pendidikan
kompetensi
nasional
meniru
guru
yang
bisa
hormat,
dan
dipercaya,
tersebut
menekankan
moral.
menyimpulkan
dengan
Ketika
mempelajari
siswa
dan
sedang
melakukan
adil,
jujur,
penelitian
terbaru
melalui
pendidikan
menunjukkan
bahwa
61
jasmani
guru
berperan
aktivitas
menumbuhkan
baik
siswa.
dapat
meningkatkan
sebagai
model
penalaran
moral
jauh
dinyatakan
olehnya
MEMBANGUN DASAR-DASAR
INTEGRITAS
perkembangan
PENDIDIKAN JASMANI
karakter,
proses
GURU
memiliki
tanggung
kesempatan
jawab
menciptakan
dan
situasi
yang
konsisten,
atau
integritas.
dari
etnisitas.
berfungsi
dalam
Lickona,1991;
1992).
akan
untuk
sebagai
model
Noddings,
diuraikan
bahwa
integritas
agama,
budaya,
Ketika
ras,
atau
berada
di
menunjukkan
mengajar
integritas
dengan
fair
penuh
menghargai
baik.
keteladanan
semua
play,
seperti
siswa
dan
bagian
ini
dapat
memberikan
tidak
ada
orang
lain
yang
62
lebih
dipercaya,
mudah
sesuatu
untuk
yang
melakukan
secara
dan
hormat.
pribadi
yang
menguntungkan.Guru
karakter
bertanggung
kejujuran,
menyediakan
jujur,
jawab
untuk
program
akademik
dan
nilai-nilai
kepercayaan,
moral
keadilan,
masyarakat
mengharapkan
umum,
para
guru
guru
mengembangkan
yang
akan
karakter
siswa
membantu
membentuk
siswa
sehingga
menjadi
anggota
guru
jawabdan
membentuk
ada
dipercayakan
tanggung
untuk
jawab,
bermain
jujur,
akan
sebagai
berlangsung seumur
pendidik
karakter
hidup
harus
individu-individu
membuat
dapat
berdasarkan
yang
keputusan
dalam
belajar
dan
63
membantu
menerapkan
siswa
proses
dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan
Nasional,
2003.Kurikulum
2004,
Standar
KompetensiMata Pelajaran Pendidikan JasmaniSekolah Dasar dan
MadrasahIbtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.
Gibbons, S., Ebbeck, V., & Weiss, M.1995. Fair Play for Kids: Effectson the
Moral Development ofChildren in Physical Education.Research
Quarterly for Exercise andSport. 66, 247-255.
Hellison, D. 2003. Teaching Responsibilitythrough Physical Activity (2nd
ed.).Champaign, IL: Human Kinetics.Josephson Institute of Ethics.
2006. TheEthics of American Youth. http:-//www.josephsoninstitute.
org/-reportcard/.
Kompas, Jumat, 15 Januari 2010. PendidikanAbaikan Karakter. Halaman12.
Lickona, T. 1991. Educating for Character:How Our Schools can Teach
Respectand Responsibility. New York:Bantam.
Mulkey, Y. J. 1997. The History ofCharacter Education. Journal ofPhysical
Education, Recreation &Dance. 68(9), 35-37.
Solomon, G. 1997. Does Physical EducationAffect Character DevelopmentIn
students? Journal of PhysicalEducation, Recreation &
Dance.68(9), 38-41.
Stoll, S. K., & Beller, J. M. 1998. CanCharacter be Measured? Journal of
Physical Education, Recreation &Dance. 69(1), 19-24.
64
2.
Judul tidak lebih dari 14 kata dalam tulisan bahasa indonesia atau 10
kata dalam bahasa inggris, ditulis di tengah dengan huruf kapital.
b.
c.
d.
e.
3.
Naskah dikirim ke alamat redaksi Prodi Penjas, JPOK FKIP UNS, Jl.
Menteri Supeno No. 13 Manahan Surakarta, (fax. 0271-714957) dalam
bentuk CD dan print out sebanyak 2 eksemplar atau melalui email
deddy@fkip.uns.ac.id
4.
5.
Pengirim naskah disertai dengan alamat penulis, nomor telepon/ HP, fax
atau e-mail.