Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Staphylococcus aureus is a main bacteria causing mastitis of Ettawa crossbred goat. The mastitis
can raise an economical problem for farmers because of decreasing of milk production. S. aureus in the
milk will be spreading rapidly to decompose the milk.The aims of the research were to isolate and
characterize S. aureus from milk samples of Ettawa crossbred goat in Bantul, Sleman and Kaligesing.
Characterization of S aureus based on the mannitol salt agar (MSA) reactions, clumping f actor and
coagulation assays, production of hemolysins and pigments, and antibiotic sensitivity tests. From the
52 milk samples of Ettawa crossbred goat could be isolated 12 S. aureus. All 12 isolates fermented
mannitol, positive for coagulases, clumping f actors, and produced -hemolysis. S. aureus isolated from
Ettawa crossbred gout could produce an orange pigment for 3 isolates, yellow pigmented for 8 isolates
and white pigmented for 1 isolate. Based on the sensitivity tests to the antibiotics, revealed t hat one
isolate of S. aureus was resistent to oxytetracycline, ampicilin, erythromycin, and intermediate to
gentamycin. Three S. aureus isolates were intermediate to erythromycin. Most of S. aureus were still
susceptible to oxytetracycline, tetracycline ge ntamicin, ampicilin and erythromycin.
Key words: Staphylococcus aureus, Ettawa crossbred goat, milk sample
Pendahuluan
142
Agus Purnomo dkk.; Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing
Metode Penelitian
Pengambilan sampel susu
Sampel susu kambing Peranakan Ettawa diambil
secara aseptik dari puting susu kambing dan
ditampung dalam tabung reaksi steril. Jumlah sampel
susu sebanyak 52, berasal dari Barongan Bantul 18
sampel, Girimulyo Kulonprogo 2 sampel, Candige bang
Wedomartani Sleman 2 sampel, Girikerto Turi
Sleman 16 sampel, Srandakan Bantul 12 sampel dan
Kaligesing Purworejo 10 sampel.
Isolasi, identifikasi dan karakterisasi S. aureus
Sampel susu ditanam pada media agar
darah, diinkubasikan 37C selama 24 jam, koloni yang
tumbuh dan dicurigai sebagai S. aureus ditanam
ulang pada media agar darah dan diinkubasikan
37C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh ditanam
pada media mannitol salt agar (MSA) diinkubasikan
37C 24 jam.
Uji clumping factor dilakukan dengan menggunakan gelas objek menurut metode Brckler et al.
(1994). Plasma darah kelinci sebanyak 50 l diteteskan
pada gelas objek, kemudian dicampur dengan 1 usa
koloni bakteri. Setelah beberapa detik, diamati reaksi
antara Staphylococcus aureus dengan plasma kelinci
pada gelas objek, reaksi positif bila terjadi presipitasi
dan bila tidak ada presipitasi dinyatakan negatif.
Uji koagulase dilakukan dengan menggunakan
tabung yang berisi plasma darah kelinci, sesuai
metode Brckler et al., (1994). Bakteri ditanam dalam
tabung yang berisi plasma darah, diinkubasikan
selama 6 sampai 18 jam pada suhu 37C. Pengamatan
dilakukan pada 6 jam dan dilanjutkan setelah 18 jam.
Uji koagulase dinyatakan positip bila terjadi
gumpalan dalam tabung dan uji koagulase negatif
bila tidak terjadi penggumpalan dalam tabung.
Produksi hemolisin ditentukan berdasar adanya
zona hemolisis yang dibentuk oleh S. aureus pada plat
agar darah (Skalka et al., 1979). Bakteri ditanam dalam
plat agar (agar base, Oxoid, Jerman) dengan
penambahan darah domba, kemudian diinkubasi
selama 18-24 jam pada suhu 37C. S. aureus yang
memproduksi alfa-hemolisin akan membentuk zona
terang disekitar koloni, beta -hemolisin akan terlihat
143
Tabel 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi S. aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa
No.
Asal Kambing
Jumlah Sampel
Negatif (%)
1.
10
2 (20)
8 (80)
2.
0 (0)
2 (100)
3.
1 (50)
1 (50)
4.
16
6 (37.5)
10 (62.5)
5.
12
2 (16.7)
10 (83.3)
6.
Kaligesing Purworejo
10
1 (10)
9 (90)
52
12 (23.08)
40 (76.92)
Jumlah
Tabel 2. Karakterisasi Fenotipik S. aureus Berdasarkan Pertumbuhan pada MSA, Uji Koagulase, Clumping
Factor, Sifat Hemolisis pada Plat Agar Darah dan Produksi Pigmen pada Membran Nitroselulose
Produksi pigmen
Kode
Clumping
Hemolisa
No.
MSA
Koagulase
Isolat
Factor
pada PAD
kuning
oranye
putih
1.
K 1-B
2.
K 4-A
oranye
3.
K 8-A
oranye
4.
K 14-A
5.
K 16-A
kuning
6.
K 16-B
kuning
7.
K 17-B
kuning
8.
K 18-B
kuning
9.
K 18-B
10.
K 19-B
kuning
11.
K 23-A
kuning
12.
K 27-B
kuning
12
(100%)
8
(66.6%)
Jumlah (%)
12
12
12
(100%)
(100%)
(100%)
Keterangan: MSA =mannitol salt agar, PAD = plat agar darah
Dari 12 isolat S. aureus semua memfermentasi
MSA (100%) (Gambar 1), positif pada uji koagulase
(100%) (Gambar 2) dan clumping factor (100%) serta
bersifat -hemolisis (100%) (Gambar 3). Tiga isolat
memproduksi pigmen oranye (25%), 8 isolat
memproduksi pigmen k uning (66,6%), dan 1 isolat
(8,4%) memproduksi pigmen putih (Gambar 4).
Menurut Brckler et al. (1994) S. aureus dapat
mengaglutinasi plasma darah, karena mempunyai
coagulase reacting factor (Jawetz et al., 1982; Joklik et al.,
1992). Menurut Brckler et al. (1994) peran koagulase
kuning
putih
oranye
3
(25%)
1
(8.4%)
144
Agus Purnomo dkk.; Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing
145
Gambar 4. S. aureus mampu memproduksi pig men oranye (o), pigmen kuning (k)
dan pigmen putih (p).
Tabel 3. Uji Sensitivitas S. aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa terhad ap Berbagai Antibiotika
No.
Jenis Antibiotika
Intermediet
Resisten
11 (91.67)
0 (0)
1 (8,33)
Oksitetrasiklin
Tetrasiklin
12 (100)
0 (0)
0 (0)
Gentamisin
11 (91.67)
1 (8,33)
0 (0)
4.
Ampisilin
11 (91.67)
0 (0)
1 (8,33)
5.
Eritromisin
8 (66,67)
3 (25)
1 (8,33)
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Agus, M. 1991. Mastitis study in dairy cattle in
Baturraden. Hemerazoa, 74, 21 -24.
Barkema, H.W., Y.H. Schukken, T.J.G.M. Lam, L.M.
Beiboer, H. Wilmink, G. Bonedictus, and A.
Brand, 1998. Incidence of clinical mastitis in
dairy herds grouped in three categorie by bulk
milk somatic cell counts. J. Dairy. Sci ; 81 : 411419.
Brckler, J., S. Schwarz, and F. Untermann. 1994.
Staphylokokken-Infektionen und Enterotoxine,
Band. II/1, In Blobel, H. und Schlie er (Eds.),
Handbuch der bakteriellen Infektionen bei
Tieren, 2. Auflage. Gustav Fischer Verl ag Jena,
Stuttgart.
Dinges, M.M., P.M. Orwin, and P.M. Schlievert. 2000.
Enterotoxin of Staphylococcus aureus. Clin.
Microbiol. Rev ; 13 : 16 -34.
146
Agus Purnomo dkk.; Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing
147