You are on page 1of 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

Infeksi Salmonella enteritidis pada Ayam Pedaging dan


Pola Resistensi terhadap Antibiotik
(Salmonella enteritidis Infection in Broilers and Its
Resistance Against Antibiotics)
Siti Chotiah, Damayanti R

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114
sitichoti@yahoo.co.id

ABSTRACT

A study of Salmonellae enteritidis infection in broilers and the patterns of antibiotic resistance was
carried out in Indonesian Research Veterinary Institute. The aim the study was to provide the latest
information of food-borne bacterial pathogens of animal production present in the field. A total of 115
samples consisting of 54 cecum, 42 liver, 6 heart and 13 egg yolk collected from 55 sick/dead chicken having
gross lesions, originated from 24 farms in Sukabumi districts and West Bandung district, West Java Province
were used in this study. A total of 35 isolates of Salmonella were isolated, and 24 of them were identified as
S. enteritidis derived from 13 chickens at five farmers in two districts. Histopathological changes was found
in four liver namely supurative hepatitis, nonsupurative hepatitis, necrosis and degeneration with necrosis,
two intestine and cecum enteritis. Resistance pattern of S. enteritidis isolates showed that a total of 70, 25 and
20% were resistant to ampicillin, sulfamethoxazole and neomycin respectively.
Key Words: Infection, Salmonella enteritidis, Broiler, Antibiotic Resistance, Histopathology

ABSTRAK

Studi infeksi Salmonella enteritidis pada ayam pedaging dan pola resistensi terhadap antibiotik telah
dilakukan di Balai Besar Penelitian Veteriner dengan tujuan untuk memberikan informasi terkini keberadaan
bakteri foodborne patogen pada ayam pedaging di lapang. Sebanyak 115 sampel terdiri dari 54 sekum, 42
hati, enam jantung dan 13 masa kuning telur yang mengalami kelainan patologi anatomi yang berasal dari 55
ekor ayam broiler sakit atau mati dari 24 peternakan di Kabupaten Sukabumi dan Bandung Barat, Provinsi
Jawa Barat digunakan sebagai bahan studi. Sebanyak 35 isolat Salmonella telah diisolasi dan 24 isolat
teridentifikasi sebagai S. enteritidis berasal dari 13 ekor ayam di lima peternak di dua kabupaten. Perubahan
histopatologi yang ditemukan pada empat sampel hati masing-masing memperlihatkan hepatitis supurativa,
hepatitis nonsupurativa, nekrosis dan degenerasi disertai nekrosis dan dua sampel usus/sekum
memperlihatkan enteritis. Pola resistensi dari isolat-isolat S. enteritidis secara berurutan menunjukkan 70, 25
dan 20% resisten masing-masing terhadap ampisilin, sulfametoksazol dan neomisin.
Kata Kunci: Infeksi, Salmonella enteritidis, Ayam Pedaging, Resistensi Antibiotik, Histopatologi

PENDAHULUAN Salmonella enteritidis (SE) merupakan serovar


paling banyak dalam wabah foodborne yang
Genus Salmonella dibagi dalam dua spesies terjadi di Brazil (De Oliveira et al. 2006).
yaitu Salmonella enterica dan Salmonella Sumber infeksi utama dari patogen ini berasal
bongori. Selanjutnya, S. enterica dibagi dalam dari ternak/ayam dan produknya (daging dan
enam subspesies (Minor & Popoff 1987; telur) yang tercemar (Poirier et al. 2008).
Reeves et al. 1989). Umumnya Salmonella Salmonella enteritidis pertama kali
yang memiliki peranan penting dalam bidang ditemukan di Indonesia, pada tahun 1991 dari
veteriner adalah S. enterica subspesies ayam yang diperoleh dari rumah potong ayam
enterica, sedangkan jumlah serotipe dari di Jakarta, kemudian pada pertengahan tahun
Salmonella lebih dari 2.400 serotipe (Quinn et 1994 infeksi SE pada ayam terjadi secara
al. 2002). Salmonella enterica subspesies sporadis mulai sering dilaporkan (Poernomo et
enterica serotipe enteritidis sering disebut al. 1997). Kusumaningsih & Sudarwanto

612
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

(2011) dalam penelitiannya menyebutkan Penelitian Veteriner (BB Litvet) dalam keadaan
bahwa 7,4% telur konsumsi, 30,4% telur tetas tetap dingin. Sementara itu, sampel organ yang
mengandung Salmonella spp. Hasil serotiping menunjukkan kelainan PA ditempatkan di
menunjukkan 77,8% telur konsumsi dan 100% dalam botol spesimen tertutup berisi buffered
telur tetas adalah SE. neutral formalin 10% untuk pemeriksaan
Infeksi SE pada anak ayam pedaging umur histopatologi.
di bawah tujuh hari bersifat sistemik dan dapat
menimbulkan kematian (Poernomo et al. 1997;
Isolasi dan identifikasi Salmonella
Dhillon et al. 1999; Alisantosa et al. 2000).
Sementara itu, pada ayam umur lebih dari dua
Isolasi dan identifikasi dilakukan dengan
minggu biasanya tidak menimbulkan gejala
metode standar menurut Barrow & Feltham
klinis dan tidak mematikan, tetapi dapat
(2003) dan dimodifikasi dengan menggunakan
menjadi karier menahun yang sewaktu-waktu
medium spesifik. Masing-masing sampel yang
dapat mengekskresikan bakteri SE dalam berupa organ ayam dibuat suspensi dalam
fesesnya (Gast & Beston 1995; Poernomo et al. buffer pepton water (0,5 gram/4,5 ml)
1997). Infeksi SE pada manusia dapat
menggunakan stomacher "80", lalu dieramkan
menimbulkan gangguan pada saluran
pada suhu 37°C selama satu malam. Keesokan
pencernakan yang diawali dengan diare,
harinya 0,5 ml kultur ditanam dalam medium
dehidrasi, sakit perut, mual-mual, muntah dan
padat xylose lactose tergitol™ 4 (XLT4),
kadang-kadang demam ringan (Serbeniuk diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam.
2002). Menurut Mead et al. (1999) penyakit Koloni murni berwarna hitam spesifik yang
yang disebabkan oleh infeksi SE pada manusia
dicurigai Salmonella diwarnai dengan
bersifat foodborne diseases.
pewarnaan Gram dan dilakukan pemeriksaan
SE adalah bakteri foodborne patogen yang
morfologi secara mikroskopik. Koloni murni
merupakan bawaan ternak (ayam) yang bisa yang dicurigai ditumbuhkan pada agar miring
ditularkan secara vertikal (telur) dan horizontal media nutrient agar (NA) diinkubasi pada suhu
(daging) serta dapat membahayakan kesehatan
37ºC selama 24 jam dan disimpan pada suhu
manusia. Oleh karena itu, penanganan yang
-20ºC sebagai stock culture. Selanjutnya,
tepat terhadap ternak baik kesehatan dan
didentifikasi berdasarkan karakteristik biokemik
manajemen sanitasi kandang (biosafety) sangat
menggunakan perangkat identifikasi API 20 E
berguna untuk meningkatkan keamanan (Biomereux, Perancis).
pangan asal ternak terhadap kontaminasi SE
sejak dari hulu.
Tujuan dari penelitian ini utuk mengetahui Uji serologik
adanya infeksi bakteri foodborne patogen SE
pada ayam pedaging sakit dan mati di Masing-masing isolat Salmonella murni
kelompok peternakan dan pola resistensinya ditentukan serotipenya dengan metode standar
terhadap beberapa macam antibiotik. slide agglutination menurut Murray (1984)
menggunakan antiserum flagella H (g,m) dan
antisera somatik O faktor 9 group D (Oxoid,
MATERI DAN METODE Inggris).
Pengumpulan sampel
Uji biogram
Sampel dikumpulkan dari peternakan ayam
pedaging yang berlokasi di Kabupaten Masing-masing isolat Salmonella diuji
Sukabumi dan Bandung Barat, Jawa Barat. kepekaannya terhadap beberapa macam
Sampel berupa sekum, hati, jantung, masa antibiotik menggunakan metode kirby-bauer
kuning telur yang berasal dari ayam sakit disk diffusion susceptibility (Bauer et al. 1966)
maupun ayam yang baru mati dan mengalami yang dimodifikasi menggunakan medium padat
kelainan patologik anatomi (PA). Sampel brain hart infusssion. Sebanyak tujuh macam
untuk pemeriksaan ke arah Salmonella antibiotik komersial yang direkomendasikan
ditempatkan di dalam box yang berisi es batu untuk bakteri Gram negatif (Oxoid, Inggris)
dan dibawa ke laboratorium Balai Besar telah digunakan dalam uji ini (ampisilin (AMP)

613
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

10 g, kloramfenikol (C) 30 g, gentamisin hasil otopsi dari 55 ekor ayam pedaging sakit
(CN) 10 g, kanamisin 30 g, neomisin 10 g, dan baru mati, umur mulai dari dari empat hari
sulfamektoksazol trimetropim 25 g dan sampai dengan 26 hari (Tabel 1). Sampel
streptomisin 30 g. Interpretasi hasil tersebut dikoleksi dari 24 peternakan di
menggunakan tiga kategori yaitu sensitif Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bandung
(susceptible), menengah (intermediate) dan Barat di Provinsi Jawa Barat pada bulan Juni
resisten (resistant) mengacu pada appendix dan November masing-masing peternak satu
dari SCA-Animal Health Committee (Simmons kali kunjungan.
& Craven 1980).
Isolasi dan identifikasi Salmonella
Pemeriksaan histopatologi
Hasil isolasi dan identifikasi terhadap
Pemeriksaan histopatologi (HP) dilakukan bakteri foodborne zoonosis SE dipaparkan di
dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin dalam Tabel 2. Sebanyak 35 isolat Salmonella
(HE) sesuai prosedur standar (Drury & telah diisolasi dari 115 sampel organ hasil
Wallington 1980). Sampel difiksasi dalam optopsi dari 55 ekor ayam sakit dan mati
larutan buffered neutral formalin (BNF) 10%, (Tabel 1). Hasil identifikasi menunjukkan
kemudian diproses sebagai blok paraffin, bahwa dari 35 isolat Salmonella yang diperoleh
dipotong setebal 3-4 µm dan diwarnai dengan 68,6% (24 isolat) adalah SE yang berasal dari
pewarnaan H&E sesuai metode standar. tiga ekor ayam di tiga peternak di Kabupaten
Pemeriksaan preparat dilakukan secara Sukabumi dan 10 ekor ayam di dua peternak di
mikroskopis dan lesi dianalisa secara diskriptif. Kabupaten Bandung Barat (Tabel 2).
Menurut Poernomo et al. (2006) 90,2%
(46/51) isolat SE di Indonesia (isolasi tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN 1991-1992) termasuk phagetipe (PT) 4 dan
sebagian besar berasal dari ayam muda dan
Koleksi sampel dewasa (19 isolat) dan 17 isolat dari anak ayam
umur satu hari. Menurut Quinn et al. (2002)
Sebanyak 113 sampel yang terdiri dari menyebutkan SE PT 4 banyak ditemukan
sekum, hati, jantung dan masa kuning telur

Tabel 1. Jumlah dan asal sampel yang digunakan dalam penelitian

Jenis sampel
Lokasi Kabupaten/jumlah
Ayam Hasil otopsi
peternak
Sakit Mati Jumlah Sekum Hati Jantung Mkt Jumlah
B/13 14 8 22 22 14 5 1 42
D/11 26 7 33 32 28 1 12 73
2/24 40 15 55 54 42 6 13 115
B: Sukabumi; D: Bandung Barat; Mkt: Masa kuning telur

Tabel 2. Hasil isolasi dan identifikasi S. enteritidis dari sampel ayam pedaging pada peternakan di dua
kabupaten di Jawa Barat

Jumlah Jumlah positif Salmonella enteritidis


Asal sampel Ayam/ Positif Ayam/
Sekum Hati Jantung Mkt
sampel Salmonella peternak
B 22/42 5 1 2 1 1 3/3
D 33/73 30 5 7 0 7 10/2
55/115 35 6 9 1 8 13/5

B: Sukabumi; D: Bandung Barat; Mkt: Masa kuning telur

614
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

dalam produk unggas dan umumnya Pola resistensi dan sensitifitas terhadap
menyebabkan food poisoning pada manusia. antibiotik

Pola resistensi dan sensitivitas dari 20 isolat


Perubahan histopatologi
SE hasil isolasi dari infeksi di lapangan
terhadap beberapa macam antibiotik
Sebanyak enam organ dari 24 organ yang
dipaparkan di dalam Tabel 3 dan Gambar 3.
terisolasi SE, menunjukkan perubahan
Pada studi ini antibiotik ampisilin yang
histopatologik pada empat organ hati masing-
termasuk dalam golongan penisilin
masing memperlihatkan gambaran hepatitis
memperlihatkan pola resistensi tinggi (70%)
supurativa, hepatitis nonsupurativa, nekrosis (Gambar 3A). Berbeda dengan isolat SE asal
dan degenerasi disertai nekrosis (Gambar 1). daging ayam yang menunjukkan resisten
Dua organ usus/sekum masing-masing
28,57% terhadap golongan penisilin lain yaitu
memperlihatkan gambaran enteritis (Gambar
amoksisilin (Noor et al. 2006).
2), sedangkan 18 organ selebihnya tidak
Persentase resistensi rendah (25%) terhadap
dijumpai adanya kelainan spesifik. Gambaran
trimetoprim sulfamektoksazol (golongan
tersebut menunjukkan bahwa SE yang sulfonamida dan trimetoprim) dan 20%
ditemukan cukup patogen dan sebagian besar terhadap neomisin (golongan aminoglikosida)
terjadi pada kelompok ayam umur satu dan dua
ditemukan pada isolat-isolat SE asal ayam
minggu.
pedaging yang terinfeksi di lapangan.
Alisantosa et al. (2000) menetapkan bahwa
Meskipun demikian isolat-isolat SE asal telur
patogenisitas SE PT4 adalah paling patogenik.
dan manusia menunjukkan resistensi yang
Patogenisitas SE phagetipe PT 4 pada ayam tinggi masing-masing 85,9 dan 85,7% terhadap
sangat bervariasi dan juga terjadi perbedaan antibiotik golongan aminoglikosida tersebut di
virulensi diantara isolat SE dalam PT yang
atas (Kusumaningsih & Sudarwanto 2011).
sama (Gast & Beston 1995).

(A) (B)

Gambar 1. (A) Hati ayam (A3M) yang diinfiltrasi oleh sel radang limfosi disertai dengan nekrosis multifocal;
(B) Lesi pada A dengan perbesaran lebih tinggi

615
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

(A) (B)

Gambar 2. (A) Mukosa usus halus ayam (AH6) mengalami penebalan oleh infiltrasi sel radang heterofil,
erosi pada mukosa (ulser), sebagian jaringan mengalami nekrosis; (B) Mukosa sekum ayam
(AH6) menebal oleh infiltrasi sel radang heterofil, erosi pada mukosa (ulser), sebagian jaringan
mengalami nekrosis

Tabel 3. Pola resistensi dari 20 isolat S. enteritidiis hasil isolasi dari kelompok ayam broiler di dua
kabupaten di Jawa Barat terhadap beberapa macam antibiotik

Konsetrasi dalam disck Persentase (%)


Antibiotik Kode
(g) Resisten Menengah Sensitif
Ampisilin AMP 10 70 15 15
Kloramfenikol C 30 5 35 60
Gentamisin CN 10 0 20 80
Kanamisin K 30 5 70 25
Neomisin N 30 20 80 0
Sulfametoksazol trimetoprim SXT 25 25 40 35
Streptomisin S 10 0 0 100

(A) (B)

Gambar 3. (A) S. enteritidis terhadap ampisilin (AMP) 10 g zona hambat 0 mm (resisten); (B) S. enteritidis
terhadap kloramfenikol; (C) 30 g zona hambat 21 mm (sensitif, gentamisin; (CN) 10 g zona
hambat 17 mm, trimethoprim sulfametoksazol; (SXT) 25 g zona hambat 18 mm dan ampisilin;
(AMP) 10 g zona hambat 13 mm

616
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

Pada studi ini semua (100%) isolat SE asal Barrow GI, Feltham RKA. 2003. Cowan and
ayam di lapangan yang terinfeksi sensitif Steel’s. Manual for the identification of
terhadap streptomisin (golongan medical bacteria. 3rd ed. Cambridge (UK):
aminoglikosida) dan 80% terhadap gentamisin Cambridge University Press.
(golongan aminoglikosida), serta 60% sensitif Bauer AW, Kirby WM, Sherris JC, Turck M. 1966.
terhadap kloramfenikol yang termasuk dalam Antibiotic susceptibility testing by a
golongan amfenikol. Ini merupakan standardized single disk method. Am J Clin
pertimbangan sebagai pilihan antibiotik yang Pathol. 45:493-496.
dipakai untuk pengobatan terinfeksi SE di Dhillon AS, Alisantosa B, Shivaprasad HL, Jack O,
lokasi tersebut. Schaberg D, Bandli D. 1999. Pathogenicity of
Salmonella enteritidis phage types 4, 8, and 23
in broiler chicks. Avian Dis. 43:506-515.
KESIMPULAN
Drury RAB, Wallington EA. 1980. Carleton’s
histological technique. Oxford (UK): Oxford
Infeksi Salmonella telah terjadi pada 55
University.
ekor ayam pedaging sakit dan mati dari 24
peternakan di Kabupaten Sukabumi dan Gast RK, Beston ST. 1995. The comparative
Bandung Barat. Hasil isolasi dan identifikasi virulences for chicks of Salmonella enteritidis
diperoleh 35 isolat Salmonella dari 115 sampel phage type 4 isolates and isolates of phage
type commonly found in the United State.
organ yang menunjukkan kelainan patologi
Avian Dis. 39:567-574.
anatomi. Dua puluh empat isolat diantaranya
teridentifikasi sebagai S. enteritidis yang Kusumaningsih A, Sudarwanto M. 2011. Infeksi
berasal dari tiga ekor ayam umur satu minggu Salmonella enteritidis pada telur ayam dan
di tiga peternak di Kabupaten Sukabumi dan manusia serta resistensinya terhadap
10 ekor ayam umur satu minggu dan tiga antimikroba. Ber Biol. 10:771-779.
minggu di dua peternak di Kabupaten Bandung Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee
Barat. Infeksi pada ayam umur satu minggu JS, Shapiro C, Griffin PM, Tauxe R V. 1999.
bersifat sistemik dan menimbulkan kematian. Food-related illness and death in the United
Pola resistensi dari isolat-isolat SE tersebut States. Emerg Infect Dis. 5:607-625.
menunjukkan 70, 25 dan 20% resisten terhadap Minor LL, Popoff MY. 1987. Designation of
masing-masing berurutan ampisilin, Salmonella enterica sp. nov., nom. rev., as the
sulfametoksazol dan neomisin. type and only species of the genus Salmonella:
request for an opinion. Int J Syst Bacteriol.
37:465-468.
UCAPAN TERIMA KASIH
Murray C. 1984. Salmonella. In: Report on
consultancy. Bogor (Indonesia): RIAD.
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada petugas Dinas Peternakan Kabupaten Noor SM, Poeloengan M, Andriani. 2006. Kepekaan
Sukabumi dan Dinas Peternakan Kabupaten isolat Salmonella enteritidis dan Salmonella
Bandung Barat atas kerjasamanya selama kami hadar yang diisolasi dari daging ayam
terhadap antibiotika. Dalam: Mathius IW,
dilapangan, Sdr. M. Syafarudin, Sdri. Murniati,
Sendow I, Nurhayati, Murdiati TB, Thalib A,
Sdr. Sukatma dan Sdri. Sri Mulyati teknisi Beriajaya, Suparyanto A, Prasetyo LH,
litkayasa BB Litvet yang telah membantu Darmono, Wina E, penyunting. Cakrawala
kegiatan studi ini. baru IPTEK menunjang revitalisasi
peternakan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor,
DAFTAR PUSTAKA
5-6 September 2006. Bogor (Indonesia):
Puslitbangnak. hlm. 743-748.
Alisantosa B, Shivaprasad HL, Dhillon AS, Jack O,
Schaberg D, Bandli D. 2000. Pathogenicity of De Oliveira FA, Brandelli A, Tondo EC. 2006.
Salmonella enteritidis phage types 4, 8 and 23 Antimicrobial resistance in Salmonella
in specific pathogen free chicks. Avian Pathol. enteritidis from foods involved in human
29:583-592. Salmonellosis outbreaks in Southern Brazil.
New Microbiol. 29:49-54.

617
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

Poernomo S, Priadi A, Natalia L. 2006. Phagetyping and mycrobial disease: Enterobacteriaceae.


dan uji sensitivitas terhadap berbagai Oxford (UK): Blackwell Press.
antibiotika dari isolat Salmonella enteritidis
asal Indonesia. JITV. 11:157-166. Reeves MW, Evins GM, Heiba AA, Plikaytis BD,
Farmer JJ. 1989. Clonal nature of Salmonella
Poernomo S, Rumawas I, Sarosa A. 1997. Infeksi typhi in its genetic relatednes to other
Salmonella enteritidis pada anak ayam Salmonellae as shown by multilocus enzyme
pedaging dari peternakan pembibit: suatu electrophoresis, and proposal of Salmonella
laporan kasus. JITV. 2:194-197. bongori. com. nov. J Clin Microbiol. 27:313-
320.
Poirier E, Watier L, Espie E, Weill FX, De Valk H,
Desenclos JC. 2008. Evaluation of the impact Serbeniuk F. 2002. Non-typhoidal Salmonella
on human Salmonellosis of control measures [Internet]. Available from: www.wou.edu/las/
targeted to Salmonella enteritidis and natsci_math/biology/boomer/Bio440/emerging
Typhimurium in poultry breeding using time- 2002/Salmonella2.
series analysis and intervention models in
France. Epidemiol Infect. 9:1217-1224. Simmons GC, Craven J. 1980. Antibiotic sensitivity
test using the disc method. Brisbane
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, (Australia): Australian Bureau of Animal
Leonard FC. 2002. Veterinary microbiology Health.

DISKUSI

Pertanyaan:
1. Bagaimana prosesnya dari tempat asalnya Salmonella enteritidis diisolasi bisa sampai ke
produk ternaknya?
2. Kalau hati ayam yang terkontaminasi, apa bisa aman dikonsumsi?
3. Dengan adanya infeksi tersebut, bagaimana saran yang diberikan supaya konsumen dapat
memperoleh produk asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)?

Jawaban:
1. Jika ayam terinfeksi Salmonella enteritidis maka dalam saluran pencernaannya terdapat
bakteri tersebut yang dapat dikeluarkan bersama feses. Feses yang mengandung bakteri
tersebut akan mengkontaminasi secara horizontal melalui daging dan atau telur yang
dihasilkan, air limbah, dan tanaman sayuran yang dipupuk oleh pupuk feses yang
terkontaminasi. Secara vertikal dapat ditularkan melalui ovarium ke dalam kuning telur yang
dihasilkan sehingga DOC yang dihasilkan akan terkontaminasi.
2. Tentu tidak karena akan menyebabkan infeksi pada konsumen.
3. Pengendalian Salmonella pada tingkat produksi ternak dimulai dengan menggunakan bibit
ayam dan bahan pakan yang bebas Salmonella, disertai dengan sanitasi lingkungan
peternakan yang baik. Kemudian dilakukan monitoring Salmonella pada peternakan dan
proses pascapanen. Penanganan yang tepat terhadap ternak dan produk olahannya berguna
untuk menunjang keberhasilan penyediaan bahan pangan asal ternak yang sehat, aman dan
layak untuk dikonsumsi.

618

You might also like