Professional Documents
Culture Documents
php/JVN
Abstract
Riwayat Artikel: Escherichia coli is a Gram negative bacteria of cocobacill in ranging
Diterima: from 2,2 μm and 0,4-0,7μm and 0,8 μm diameter , occurring single
28 Juli 2016 or in pairs, flagella pertiricus motile, facultative anaerobic, and
Direvisi: including to eneterobactericeae family. E. coli inhabits the lower
15 Agustus 2016 ileum and large intestine of most vertebrates with colonization of the
Disetujui: neonatal gastrointestinal tract occurring within hours of birth. E. coli
1 September O157:H7 is a zoonotic agent, can causes bloody diarrhea, hemolityc
Keywords: uremic syndrome (HUS) and trombotyc thrombocythopenic purpura
Isolation, Prevalence, (TTP) in human. Chicken was known as one important reservoir of E.
Sensitivity Antibiotic Test, coli O157:H7. The aims of this study were to isolate, prevalence and
Escherichia coli, E. coli antibiotic sensitivity test of E. coli O157:H7 in local chickens are
O157:H7, Local Chicken. selling in the traditional market Kupang City. The bacteria was
isolated by culturing the agent in Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA) medium, isolated from emba then used to Gram staining,
Biochemical test, O157 Latex agglutination test and antibiotic
sensitivity test. Results of study showed that 33 (41,25%) out of 80
chicken’s fecal samples were identified as E. coli O157. This E. coli
O157 are sensitive to ciprofloxacin, ampicilin, amoxicillin,
tetracycline and cefoxitin. ciprofloxacin in the Muller Hinton Agar
media (MHA). The results showed that P. multocida was isolated
from one tracheal swab samples. This P. multocida isolates were
sensitive to ciprofloxacin, while are resistant to ampicillin,
amoxicillin, tetracycline and cefoxitin.
Korespondensi : maxi_sanam@yahoo.com
Vol. 1 No. 1
14
Pelt et al. 2016
Vol. 1 No. 1
15
Pelt et al. 2016
selama 1 menit dan zat warna kedua yang dibiarkan sampai kering, kemudian diberikan
dipakai adalah safranin yang didiamkan selama lempeng kertas antibiotik amoksilin 25μg,
2 menit kemudian preparat dicuci dibawah air tetrasiklin 30μg, ampisilin 10μg, sefoksitin
mengalir dan dikeringkan dengan posisi miring. 30μg dan siprofloksasin 5μg. Lempeng
Preparat yang telah diwarnai diamati di bawah selanjutnya diinkubasi pada inkubator dengan
mikroskop. Bakteri digolongkan sebagai suhu 37°C selama 18 sampai 24 jam. Zona
bakteri Gram positif apabila terwarnai ungu dan hambat yang terbentuk diukur diameternya
digolongkan Gram negatif jika terwarna merah (mm) menggunakan jangka sorong dan
muda. diinterpretasi. Hasil pengujian metode ini
ditunjukkan dengan adanya daerah
Uji Biokimia (Uji fermentasi karbohidrat) bening/jernih di sekeliling paper disk (cakram)
sebagai daerah hambatan (zona inhibisi)
Koloni suspect E. coli kemudian diuji pertumbuhan bakteri.
kemampuan fermentasi karbohidrat dengan
menggunakan media TSIA (Triple Sugar Iron
Agar). Isolat di kultur dengan metode streak HASIL DAN PEMBAHASAN
sinambung. Jika koloni suspek adalah E. coli
maka media TSIA akan berubah warna menjadi Isolasi Escherichia coli dan Identifikasi
kuning, hal ini dikarenakan sifat E. coli yang Makroskopis
mampu memfermentasi laktosa, sukrosa, dan Pengujian Escherichia coli menggunakan
glukosa yang terkandung dalam media TSIA. media selektif Sorbitol MacConkey Agar
(SMAC). Bakteri yang dapat tumbuh pada
Uji Biokimia (Uji Motilitas) media SMAC adalah E. Coli yang berwarna
pink dan E. coli O157 yang berwarna bening
Untuk mengetahui sifat motilitas dilakukan karena ketidakmampuan bakteri untuk
dengan menginokulasikan isolat E. coli dari memfermentasi sorbitol (Gambar 3).
media NA pada media Sulfur Indol Motility Karakteristik koloni-koloni yang tumbuh pada
(SIM). Diinkubasikan pada suhu 37 ˚C selama media SMAC ini sama dengan yang dilaporkan
18-24 jam. Jika koloni tumbuh di luar lokasi Suardana (2014) dimana koloni E. coli O157
tusukan maka dikatakan motil. yang tumbuh berwarna bening karena
ketidakmampuan memfermentasikan sorbitol.
Uji Serologis dengan Latex Aglutination Test Dari 80 sampel yang diambil sebanyak 33
sampel yang tidak dapat memfermentasikan
Pengujian dengan menggunakan E. coli O157 sorbitol (sorbitol negatif) dengan ciri koloni
Latex Agglutination Test (Oxoid DR620 M). berwarna bening.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
presipitasi pada kertas lateks sesuai dengan
kontrol.
Vol. 1 No. 1
16
Pelt et al. 2016
Pewarnaan Gram
Vol. 1 No. 1
17
Pelt et al. 2016
yang dilakukan, isolat E. coli O157 yang 39,06% (25/64), sedangkan pada Pasar Oeba
dicampur dengan NaCl fisiologis direaksikan sebesar 50% (8/16).
dengan pereaksi latex test menunjukkan adanya
presipitasi/aglutinasi pada kertas seperti butiran Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak
pasir berwarna biru kegelapan sesuai dengan terdapatnya pengaruh antara lokasi dengan
kontrol yang dibuat (Gambar 7). Presipitasi prevalensi E. coli O157. Tingginya tingkat
yang muncul pada kertas latex ini sama dengan prevalensi kemungkinan dipengaruhi oleh
yang dilaporkan Suardana (2014) dimana manajemen pemeliharaan. Berdasarkan hasil
adanya presipitasi/aglutinasi pada kertas latex. observasi pada kedua lokasi Pasar yaitu Pasar
Pengujian dengan menggunakan latex test Kasih Naikoten Kupang dan pada Pasar Oeba
sangat akurat dengan tingkat sensitivitas 100% Kupang, manajemen pemeliharaan yang
serta tingkat spesifisitas 99%, dikatakan positif diterapkan seperti manajemen kandang kurang
E. coli O157 jika pada pengujian terbentuknya baik dimana kandang yang disiapkan tidak
penggumpalan/aglutinasi pada kertas latex sesuai jumlah ayam buras yang
(Suardana, 2014) diperjualbelikan. Kandang yang tersedia sangat
sedikit dengan jumlah ayam buras yang
banyak, kandang juga tidak memakai alas
kandang sehingga kotoran dari ayam yang
sebelumnya masih menempel di dalam kandang
sehingga memungkinkan ayam yang lain
tertular. Kebersihan dari kandang juga tidak
diperhatikan, berdasarkan hasil observasi
kandang tidak dibersihkan sebelum menerima
ayam baru yang akan diperjualbelikan.
Gambar 5. Hasil positif uji E. coli O157 pada Uji Sensitivitas Antibiotik
kertas latex agglutination test (anak panah
menunjukkan adanya presipitasi/aglutinasi) Pengujian sensitivitas antibiotik dilakukan
dengan menggunakan media Mueller Hinton
Prevalensi Escherichia coli O157. Agar (MHA). Hasil pengujian terhadap
antibiotik amoksisilin 25 μg, tetrasiklin 30 μg,
Tabel 1. Hasil penelitian 80 sampel ayam buras ampisilin 10 μg, sefoksitin 30 μg dan
yang diperdagangkan di Pasar Kasih Naikoten siprofloksasin 5 μg menunjukkan antibiotik
Kupang dan Pasar Oeba Kupang. siprofloksasin memiliki diameter zona hambat
terbesar yaitu 29 mm, disusul berturut-turut
Lokasi Status Total ampisilin 27 mm, amoksisilin 25 mm,
Negatif Positif tetrasiklin 23 mm, dan sefoksitin 22 mm seperti
Pasar Naikote 39 25 64 tersaji pada gambar 8.
n
Oeba 8 8 16 c
Total 47 33 80
e
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 33 b
sampel positif E. coli O157 dari total 80 sampel
atau dapat dikatakan angka prevalensi yang a
menunjukkan tingkat kejadian E. coli O157
sebesar 41,25% (33/80). Tingkat prevalensi d
kejadian E. coli O157 pada masing-masing
pasar adalah Pasar Kasih Naikoten sebesar Gambar 6. Hasil uji sensitivitas antibiotik.
Diameter zona hambat Amoksisilin (a) 25 mm,
Vol. 1 No. 1
18
Pelt et al. 2016
Tetrasiklin (b) 23 mm, Ampisilin (c) 27 mm, dapat menyebabkan lemahnya dinding sel dan
sefoksitin (d) 22 mm, siprofloksasin (e) 29 mm. abnormalitas pertumbuhan bakteri tersebut,
sehingga berakibat rupturnya sel bakteri (
Tabel 2. Interpretasi zona inhibisi terhadap Wibowo et al., 2009).
antibiotika menurut National Community For
Clinical Laboratory Standard (NCCLS). Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika
yang dihasilkan oleh jamur streptomyces
N Jenis Sensi Intermedi Resist aureofaciens bersifat bakteristatik dengan jalan
o Antibiotik tif ate (mm) en menghambat sintesis protein dengan cara
(mm) (mm) mengikat unit ribosom sel kuman 30S hingga
1 Amoksisili ≥ 2822-27 ≤ 21 mencegah terbentuknya amino-asetil RNA.
n 25 μg Tetrasiklin merupakan antibiotika dengan daya
2 Tetrasiklin ≥ 19 15-18 ≤ 14 jangkauan luas. Bakteri Gram negatif yang
30 μg peka meliputi E. coli, Shigella, salmonella,
3 Ampicilin ≥ 14 12-13 ≤ 11 proteus dan pseudomonas (Yuriadi, 2003).
10 μg
4 Sefoksitin ≥ 18 16-17 ≤ 15 Ampisilin adalah anggota kelompok penisilin
30 μg yang tahan terhadap asam lambung. Penisilin
5 Siprofloks ≥ 21 16-20 ≤ 15 dapat menghambat perkembangan dinding sel
asin 5 μg kuman dengan jalan menjadikan inaktiv.
Tabel 4. Hasil uji sensitivitas antibiotik Ampisilin efektif melawan bakteri seperti
terhadap E. coli O157. streptococcus, staphylococcus fecalis,
corynebacterium, clostridium, E. coli, brucella
No Jenis Hasil Keterangan dan pasteurella (Yuriadi, 2003).
Antibiotik (mm)
1 Amoksisilin 25 25 Intermediet Sefoksitin merupakan generasi kedua dari
μg sefalosporin yang memiliki aktivitas pada
2 Tetrasiklin 30 23 Sensitif bakteri anaerob dan bakteri Gram negatif yang
μg berbentuk batang. Sefoksitin biasa digunakan
3 Ampicilin 10 27 Sensitif untuk mengobati penyakit enterik yang
μg disebabkan oleh Gram negatif pada anjing dan
4 Sefoxitin 30 22 Sensitif kucing.
μg Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan
5 Siprofloksasin 29 Sensitif fluorokinolon generasi kedua. Obat ini lebih
5 μg aktif terhadap bakteri Gram negatif dibanding
bakteri Gram positif. Siprofloksasin bekerja
dengan menghambat enzim DNA-Girase dan
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan
aktivitas ensimatik dari suatu bakteri ditentukan
keempat antibiotik yang digunakan memiliki
oleh jumlah lipid dan lipoprotein yang
sensitivitas terhadap bakteri E. coli O157 yaitu
dikandung dari bakteri tersebut. Bakteri Gram
tetrasiklin, ampisilin, sefoksitin dan
negatif memiliki komposisi lipid sebanyak 11-
siprofloksasin. Amoksisilin merupakan
22% sementara bakteri Gram positif hanya
antibiotik kelompok amino bensil penisilin
memiliki komposisi lipid 1-4%. Sehingga
berspektrum luas, aktif terhadap bakteri Gram
Siprofloksasin lebih efektif dalam membunuh
positif dan Gram negatif serta mudah
bakteri Gram negatif (Kumala et al., 2009).
terabsorpsi dengan baik secara oral dan tahan
terhadap keasaman lambung (Wibowo et al.,
2009). Kondisi tersebut memungkinkan
konsentrasi obat di jaringan menjadi lebih
tinggi. Mekanisme kerja antibiotik ini adalah
penghambatan sintesis dinding sel bakteri yang
Vol. 1 No. 1
19
Pelt et al. 2016
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 1 No. 1
20