Professional Documents
Culture Documents
2 : 163 - 170
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.2.163
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
3
Medik Veteriner Muda, Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
Jl. Raya Bandara Juanda No.26, Semawalang, Semambung, Gedangan,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia 61253
Telepon: (031) 8673997; Email: rakhmirossaridrh@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Kemunculan bakteri yang tahan terhadap antibiotik menjadi masalah baru saat ini karena
selain menyebabkan penyakit infeksi sulit diobati dan semakin tingginya biaya pengobatan, sehingga
menyebabkan perlu dikembangkan antibiotik jenis baru yang dapat mengendalikan bakteri-bakteri
patogen. Penelitian ini bertujuan mengukur daya hambat aktinomisetes penghasil antimikrob
pada E. coli yang tahan terhadap antibiotik yang diisolasi dari daging ayam yang pengirimannya
melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Isolat aktinomisetes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dari genus Streptomycetes yaitu Streptomyces 3 (Sp 3), Streptomyces 44 (Sp 44),
Streptomyces 46 (Sp 46), Streptomyces 47 (Sp 47) dan Streptomyces 413 (413). Dari hasil penelitian
terdapat dua isolat aktinomisetes yang menunjukan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri
E. coli yaitu Sp 47 dan Sp 413. Berdasarkan rata-rata daya hambat yang dihasilkan aktinomisetes
Sp 413 dikategorikan mempunyai daya hambat yang kuat dan Sp 47 mempunyai daya hambat
lemah.
163
Rakhmi, et al Jurnal Veteriner
164
Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 163-170
165
Rakhmi, et al Jurnal Veteriner
diinkubasikan padadi shaker dengan kecepatan kannya bakteri tersebut pada bahan makanan
200-220 rpm pada suhu ruang (28-30 °C) selama dapat menjadi indikator adanya bakteri patogen
tujuh7 hari. Biakan aktinomisetes dalam media lain (Akbar et al., 2014) . Karkas daging ayam
cair disentrifugasi dengan kecepatan 4 000 rpm dapat tercemar bakteri karena kesalahan
(rotation per minutes), suhu 4 °C selama 15 penanganan produk unggas di rumah potong
menit dan diambil supernatannya. ayam serta dikaitkan dengan proses hygene dan
Berdasarkan laporan penelitian sebelum- sanitasi yang kurang baik (Wibowo et al., 2011;
nya, (Sulistyani (2014) proses ekstraksi Bhaskara et al., 2012).
dilakukan dengan menggunakan pelarut etil Beberapa penelitian tentang adanya
asetat karena etil asetat bersifat semi polar dan cemaran E. coli pada daging ayam telah
mampu men gambil metabolit sekun der dilaporkukan di berbagai wilayah Indonesia,
aktinomisetes dalam jumlah yang banyak. karena bakteri ini merupakan indikator sanitasi.
Fasa cair (supern atan) diekstraksi Penelitian serupa yang telah dilakukan oleh
menggunakan pelarut etil asetat dengan Dewantoro et al. (2009) menyatakan prevalensi
perbandingan volume yang sama sebanyak tiga3 E. coli pada dag ing ayam beku y ang
kali. Campuran dikocok dan didiamkan selama dilalulintaskan melalui pelabuhan penye-
30 menit sampai terbentuk fraksi cair dan fraksi berangan Merak yaitu sebesar 26,.42%.
etil asetat. Fraksi etil asetat yang diperoleh Matulessy (2011) juga melakukan analisis
dievaporasi sampai pekat (sampai tersisa ±1 mikrobiologik karkas ayam beku di Halmehera
mLl). Filtrat ini digunakan untuk uji daya Utara dan masih ditemukan adanya cemaran
hambat tahap kedua (Wahyuni 2014). bakteri ini.
Pada penelitian ini semua isolat E. coli yang
Pengujian Daya Hambat Aktinomisetes diisolasi dari daging ayam yaitu sebanyak 14
Tahap Kedua isolat menunjukkan ketahanan terhadap
Uji aktivitas antibakteri (bioas say) antibiotika yang digunakan (Gambar 1). Dari
dilakukan den gan metode difusi agar 14 isolat E. coli tersebut ketahanan tertinggi
menggunakan kertas cakram berdiameter 6 terdapat pada antibiotik eritromisin (100%),
mm. Kertas cakram direndam dalam hasil kemudian berturut turut streptomisin (92,.9%),
ekstraksi kemudian dikeringkan dengan cara amoksilin (71,.4%), tetrasiklin, okstitetrasiklin,
diangin-anginkan. Selanjutnya diletakkan pada dan asam nalidiksat (64,.3%) serta kolistin
permukaan agar yang telah diinokulasi bakteri (35,.7%). Bakteri ini juga menunjukkan hasil
uji. Kontrol yang digunakan yaitu etil asetat. yang intermediate pada kolistin (57,.1%), asam
Inkubasi dilakukan pada suhu 37 °C selama 24 nalidiksat (21,.4%), amoksilin (14,.3%) serta
jam (Wahyuni 2014). Zona bening yang sefotaksim (7,.1%). Pada penelitian ini E. coli
terbentuk diukur diameter zonanya. Menurut memiliki ditemukan sensitif yang cukup tinggi
Davis dan Stout (1971) daya antibakteri pada sefotaksim (92,.86%).
dikategorikan sebagai berikut: daerah hambatan Eritromisin termasuk dalam golongan
10-20 mm (kuat), daerah hambatan 5-10 mm antibiotika makrolida, sedangkan streptomisin
(sedang), daerah hambatan 5 atau kurang termasuk dalam golongan aminoglokosida.
(lemah). Tingginya jumlah E. coli yang tahan pada
antibiotika eritromisin, streptomisin, tetrasiklin
HASIL DAN PEMBAHASAN dan oksitetrasiklin menunjukkan adanya
penggunakan antibiotika pada peternakan ayam
Hasil pengujian isolasi dan identifikasi dari dalam waktu yang lama dan tidak bijaksana
89 sampel, 14 dari 89 sampel daging ayam baik untuk tujuan pengobatan ataupun sebagai
tersebut positif E. coli (15,.7%). Bakteri E. coli growth promoters yang dicampur dalam pakan
merupakan mikrobiota normal penghuni dan air minum. Menurut Bahri et al. (2010),
saluran pencernaan pada manusia dan hewan, sebagian besar pakan komersial yang beredar
di sisi lain bakteri ini sebagai salah satu di Indonesia mengandung antibiotika di
penyebab food borne disease yang dapat antaranya dari golongan makrolida, amino-
membahayakan kesehatan manusia. Ditemu- glikosida, dan tetrasiklin.
166
Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 163-170
Gambar 1. Tingkat kepekaan 14 kultur bakteri E. coli terhadap antibiotika tetrasiklin (TE),
oksitetrasiklin (OT), amoksilin (AML), streptomisin (S), eritromisisn (E), kolistin
(CT), asam nalidiksat (NA), sefotaksim (CTX)
Penelitian yang dilaporkan Mukti et al. infeksi yang disebabkan oleh Enterobacteriacea.
(2017) di Aceh menyatakan adanya sifat tahan Hasil penelitian adanya resistensi E. coli
terhadap E. coli daging ayam broiler pedaging terhadap kolistin serupa dengan yang dilakukan
terhadap antibiotika eritromisin, streptomisin Perrin et al. (2016) di Prancis menyatakan
dan ampisilin (100% ), gentamisin dan bahwa ketahanan E. coli terhadap kolistin
tetrasiklin (50%). Hasil serupa juga dinyatakan (1,.8%) pada peternakan ayam broiler pedaging
oleh Odelowo et al. (2014) yaitu adanya resistensi dan (5,.9%) pada kalkun.
E. coli terhadap antibiotika tetrasiklin (81%), Hasil pengamatan inkubasi selama 24 jam
streptomisin (56%), ampisilin (36%) serta asam diketahui dari lima isolat aktinomisetes yang
nalidiksat (25%) pada peternakan ayam di digunakan terdapat dua isolat yang menunjukan
Nigeria. daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.
Kolistin sulfat termasuk dalam golongan coli yaitu Sp 47 dan Sp 413. Berdasarkan
antibiotika polimiksin yang ditemukan pada rataan daya hambat yang dihasilkan Sp 413
tahun 1949 (Morales et al., 2012). Kolistin mulai mempunyai daya hambat yang lebih baik
digunakan di peternakan mulai tahun 1950 daripada Sp 47 karena dapat menghambat
dengan indikasi utama untuk pengobatan semua isolat yang digunakan (100%) bila
167
Rakhmi, et al Jurnal Veteriner
Tabel 2. Hasil pengujian daya hambat tersebut kemudian dilakukan ekstraksi dengan
aktinomisetes tahap kedua pelarut etil asetat untuk memperoleh senyawa
antibakteri yang akan dapat digunakan pada
Kode sampel Rataan daya hambat pengujian daya hambat kedua. Berdasarkan
(mm) ± standar deviasi laporan penelitian sebelumnya oleh, (Sulistyani
dan Akbar (2014) dinyatakan bahwa proses
Sp 413 Sp 47 ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
RJ 1 10,5±0,7 7,5±0,0 pelarut etil asetat karena etil asetat bersifat
RJ 2 8,5±0,0 8,5±0,0 semi polar dan mampu mengambil metabolit
RJ 3 13,5±0,7 10,5±0,7 sekunder aktinomisetes dalam jumlah yang
RJ 4 13,5±0,0 7,5±0,0 banyak.
RJ 5 10,0±0,0 0 Uji daya hambat aktinomisetes tahap kedua
RJ 6 12,5±0,7 0 dari kultur Sp 413 menunjukkan adanya
RJ 1b 9,5±0,0 0 penghambatan pada semua isolat E. coli tahan
C1 7,5±0,7 7,5±0,0 antibiotik (100%), dengan diameter hambatan
C2 9,5±0,0 9,5±0,7 mulai 7,5 mm sampai dengan 13,5 mm. Kultur
C4 12,5±0,7 8,5±0,0 Sp 47 hanya dapat menghambat sembilan isolat
C1a 8,5±0,0 0 (64,3%), dengan diameter hambatan mulai 7,5
W3 8,5±0,7 7,5±0,0 mm sampai dengan 10,5 mm. Hal ini dapat
U 10,5±0,7 0 dilihat pada Tabel 2. Pada pengujian daya
WW 9,0±0,0 7,5±0,7 hambat tahap kedua etil asetat digunakan
n = 2 ulangan sebagai kontrol negatif, dan tidak menunjukkan
adanya daya hambat. Penghambatan ini
dibandingkan dengan Sp 47 yang hanya dapat diasumsikan akibat adanya senyawa antibakteri
menghambat empat isolat E. coli yang tahan yang diskresikan oleh aktinomisetes pada media
antibiotik dari 14 isolat yang digunakan agar sebagai hasil metabolit sekunder dari
(28,.57%) yaitu isolat C1a, W3, U, dan WW aktinomisetes. Semakin banyak senyawa
(Tabel 1). antibakteri yang disekresikan, semakin besar
Hasil pengujian daya hambat aktinomisetes daya hambatnya (Susilowati et al., 2007).
tahap pertama diketahui terdapat dua kultur Sekitar 7.600 senyawa metabolik sekunder yang
aktinomisetes yang menunjukkan daya hambat diproduksi oleh Aktinomisetes dari genus
terhadap isolat E. coli tahan antibiotik yaitu Sp Streptomyces merupakan antibakteri yang
413 dan Sp 47. Kedua kultur aktinomisetes kuat (Sharma et al., 2014). Berdasarkan rataan
168
Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 163-170
169
Rakhmi, et al Jurnal Veteriner
Escherichia coli from poultry farms, Susilowati DN, Hastiti RD, Yuniarti E. 2007.
Southwest Nigeria. J Infect Dev Ctries 8(9): Isolasi dan karakterisasi Aktinomisetes
1103-1112. penghasil antibakteri enteropatogen
Perrin A, Bruneau M, Houee P, Deleurme K, Escherichia coli K1.1, Pseudomonas
Legrandois P, Poirier C, Soumet C, Sanders pse udomalle i 02 05, dan Listeria
P. 2016. Prev alenc e of mcr-1 in monocytogenes 5407.2007. J AgriBiogen
commensaal Escherichia coli from French 3(1): 15-23
livestock, 2007 to 2014. http://dx.doi.org/ Ventola CL. 2015. The antibiotic resistance
10.2807/1560-7917.ES.2016.21.6.30135. [19 crisis. JPT 40(4): 277-283
Mei 2018]. Wibowo MH, Nugroho WS, Asmara W. 2011.
Sharma M, Dangi P, Choudhary M. 2014. Profil plasmid Escherichia coli resisten
Actinomycetes: Source, identification, and terhadap beberapa antibiotika yang
their application. Int J Curr Microbiol App diisolasi dari peternakan ayam komersial.
Sci 3(2): 801-832. J Sains Vet 29(1):43-50
Sulistyani TR, Widhyastuti N. 2011. Isolasi, Wahyuni DS. 2014 Skrining Aktivitas Isolat
seleksi, dan identifikasi molekuler Aktinomicetes Tanah Asal Indonesia
aktinomisetes penghasil antibiotik. Penghasil Antibakteri. [Tesis]. Bogor, ID.
Widyariset 14(3): 541-548. Institut Pertanian Bogor.
Sulistyani N, Akbar AN. 2014. Aktivitas isolat
Actinomycetes dari rumput laut
(Eucheuma cottonii) sebagai penghasil
antibiotik terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. JIVI 12(1): 1-9.
170